Pada tahun 1970-an, Aplikasi e-Business pertama kali dikembangkan dan
digunakan sebagai transaksi pembayaran melalui internet yang disebut dengan Electronic
Fund Transfer (EFT). Dalam perkembangan berikutnya, diketemukannya Elektronic Data
Interchange (EDI) yang digunakan untuk mentransfer data secara rutin, seperti dokumendokumen sampai pada transaksi keuangan. Pada tahun 1990 dimana teknologi WWW,
semakin maju karena tidak hanya menampilkan data saja melainkan sudah mampu
menampilkan data gambar, suara, animasi bahkan video. Pada tahun 2000-an,
perkembangan e-Business, semakin pesat dimana banyak perusahaan-perusahaan di
Amerika, Eropa, Asia bahkan Indonesia telah beralih dalam konsep memasarkan produkproduknya melalui Internet.
1.2. Ekonomi Digital
e-Business merupakan kegiatan berbisnis di Internet yang tidak saja meliputi
pembelian, penjualan dan jasa, tapi juga meliputi pelayanan pelanggan dan kerja sama
dengan rekan bisnis (baik individual maupun instansi). Dalam hal ini, semua dilakukan
melalui teknologi informasi dan komunikasi serta kolaborasi dan interaksi komunikasi
antara manusia dan organisasi melalui teknologi tersebut. Teknologi dimanfaatkan sebagai
alat pertukaran, penyimpanan pemrosesan dan pengiriman informasi. Semua cakupan
e-Business yang diperlukan, diintegrasikan ke dalam sebuah aplikasi yaitu E-Commerce
yang menghubungkan perusahaan, konsumen bahkan komunitas tertentu melalui transaksi
elektronik dan perdagangan barang, pelayanan dan informasi yang dilakukan secara
elektronik.
1.3. Pengenalan e-Business
Menurut Lou Gerstner (CEO perusahaan IBM), e-Business merupakan aktifitas
yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan proses pertukaran barang
dan/atau jasa dengan memanfaatkan internet sebagai media komunikasi dan transaksi, dan
salah satu aplikasi teknologi internet yang merambah dunia bisnis internal, melingkupi
sistem, pendidikan pelanggan, pengembangan produk dan pengembangan usaha.
Menurut Mohan Sawhney, penggunaan jaringan elektronik dan teknologi terkait
untuk memungkinkan, memperbaiki, meningkatkan, mengubah atau menciptakan proses
bisnis atau sistem bisnis untuk menciptakan nilai superior bagi pelanggan saat ini atau
pelanggan yang potensial.
Menurut Romney/Steinbart, e-Business mengacu pada semua penggunaan
kemajuan teknologi informasi khususnya teknologi jaringan dan komunikasi untuk
memperbaiki cara-cara sebuah organisasi dalam melakukan seluruh proses-proses bisnis.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat Kita simpulkan bahwa e-Business adalah
serangkaian aktifitas bisnis yang memanfaatkan teknologi dan internet sebagai media
transaksinya untuk menciptakan dan meningkatkan nilai bisnis tersebut meliputi sistem itu
sendiri, edukasi pelanggan, pengembangan produk hingga pengembangan usaha yang
ditekuni melalui e-Business itu sendiri.
1.4. Hubungan e-Business & e-Commerce
Perdagangan elektronik atau e-Commerce merupakan bagian dari e-Business,
dimana cakupan e-Business lebih luas, tidak hanya sekedar perniagaan tetapi mencakup
juga kolaborasi mitra bisnis, pelayanan nasabah, sumber daya manusia, lowongan
pekerjaan dan lain-lain. Selain teknologi jaringan www, e-Business juga memerlukan
teknologi basis data, surat elektronik dan bentuk teknologi nonkomputer yang lain seperti
sistem pengiriman barang dan alat pembayaran untuk e-Commerce ini.
Dalam prosesnya, setiap bisnis tentu tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya
interaksi dengan pihak eksternal dari organisasi itu sendiri, seperti para supplier, customer,
investor, kreditur, pemerintah dan media. Interaksi ini akan terfasilitasi melalui aplikasi
e-Commerce yang dimaksud. Karena itu, pada saat merancang dan membangun aplikasi
e-Commerce tersebut harus sudah direncanakan dengan benar, agar fitur-fitur yang ada
nantinya dapat memfasilitasi interaksi-interaksi tersebut.
1.5. Positif dan Negatif e-Commerce dan e-Business
Menerapkan konsep e-Business bukan berarti proses bisnis menjadi bebas
hambatan, karena tentu saja setiap langkah yang ditempuh memiliki sisi positif dan
negatifnya. Adapun sisi positif penerapan e-Commerce dan e-Business adalah sebagai
berikut:
1. Revenue Stream baru yang mungkin lebih menjanjikan dan tidak bisa ditemui di sistem
transaksi tradisional.
2. Dapat meningkatkan pangsa pasar (market exposure).
3. Menurunkan biaya operasional (operating cost).
4. Melebarkan jangkauan (global reach).
5. Meningkatkan customer loyality.
6. Memperpendek waktu produksi dan pemasaran.
7. Meningkatkan mata rantai pendapatan (value chain).
Sedangkan sisi negatif penerapan e-Commerce dan e-Business adalah sebagai
berikut:
1. Pencurian informasi rahasia yang berharga. Tindakan ini bisa menyingkap semua
informasi rahasia organisasi kepada pihak-pihak yang tidak berhak dan dapat
mengakibatkan kerugian yang besar bagi si korban.
2. Kehilangan kesempatan bisnis karena gangguan pelayanan. Kesalahan ini bersifat
kesalahan non-teknis seperti aliran listrik padam atau jaringan yang tidak berfungsi.
3. Kehilangan kepercayaan dari para konsumen. Ini karena berbagai macam faktor seperti
usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh pihak lain yang berusaha menjatuhkan
reputasi perusahaan tersebut.
4. Penggunaan akses ke sumber oleh pihak yang tidak berhak. Misalkan pembobolan
sebuah sistem perbankan oleh hacker, kemudian memindahkan sejumlah rekening
orang lain ke rekeningnya sendiri.
5. Kerugian yang tidak terduga. Disebabkan oleh gangguan yang dilakukan dengan
sengaja, ketidak jujuran, praktek bisnis yang tidak benar, dan kesalahan faktor manusia
atau kesalahan sistem elektronik.
1.6. Aplikasi e-Business
Seperti yang sudah dibahas pada sub bab 1.4, dalam prosesnya, setiap bisnis tentu
tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya interaksi dengan pihak eksternal dari organisasi
itu sendiri, seperti para supplier, customer, investor, kreditur, pemerintah dan media.
Karena itu di dalam aplikasi e-Business haruslah terdapat fitur-fitur yang dapat
memfasilitasi kegiatan tersebut. Berikut fitur-fitur yang harus ada pada aplikasi e-Business:
1. ERP (Enterprise Resource Planning)
ERP merupakan komponen utama dari e-Business, dengan kata lain ERP adalah
sistem operasi bisnis, setara dengan sistem operasi windows untuk operasi back-office.
Adapun fungsinya adalah sebagai berikut:
a. Sistem informasi untuk perusahaan manufaktur.
b. Berperan mengintegrasikan dan mengotomatisasi proses bisnis.
c. Back office system, konsumen dan publik tidak dilibatkan.
d. Client-server software, baik desktop ataupun berbasis web.
e. Memiliki kemampuan untuk mengelola sebagian besar transaksi.
f. Data dapat diakses secara real-time.
2. CRM (Customer Relationship management)
CRM adalah kustomisasi dan personalisasi produk dan layanan secara real-time
berdasarkan kebiasaan beli, keinginan dan kebutuhan konsumen. Adapun fungsinya
adalah sebagai berikut:
a. Merupakan penggambaran hubungan sistem dengan konsumennya.
b. Usaha perusahaan dalam menjaga hubungan dengan konsumennya.
c. Strategi bisnis perusahaan.
d. Sebuah tool untuk memahami konsumennya.
3. SCM (Supply Chain Management)
SCM merupakan sinkronisasi dan koordinasi aktifitas-aktifitas yang berkaitan
dengan aliran material/produk, baik yang ada dalam satu organisasi maupun antar
organisasi. Adapun fungsinya adalah sebagai berikut:
a. Pengelolaan yang efektif atas integrasi yang terlibat di dalam kegiatan pemasokan.
b. Perencanaan dan pengendalian yang baik atas kegiatan pengadaan.
c. Efesiensi aliran pasokan hingga ke titik konsumsi terakhir.
d. Perancangan dan kontrol arus material dan informasi sepanjang rantai pasokan.
e. Bertujuan untuk mendapatkan kepuasan konsumen sekarang dan dimasa yang akan
datang.
1.7. Perbedaan Bisnis Trandisional dengan e-Business
Walaupun sama-sama bergerak di bidang bisnis, namun terdapat perbedaan
mendasar antara bisnis tradisional dengan e-Business. Perbedaan ini disebabkan oleh
perubahan kebiasaan masyarakat yang mengikuti perkembangan teknologi. Adapun
perbedaannya dapat diketahui dari gambar berikut beserta penjelasannya.
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa e-Business bukanlah sebuah
proyek yang terdefinisi dengan pasti, melainkan sebuah perjalanan yang memerlukan visi
dan prosedur yang non linear. Adapun perbedaanya dapat dilihat pada tabel berikut.
1.8. Cakupan e-Business
Cakupan atau spektrum e-Business dapat sangat luas wilayahnya tergantung dari
masing-masing sudut pandang orang yang melihat definisi dari kata “bisnis” itu sendiri.
Untuk dapat menangkap dimensi ruang lingkup pengertian e-Business, cara yang sering
digunakan adalah dengan menggunakan prinsip 4 W yaitu What, Who, Where dan Why.
1. Prinsip What
E-Business memiliki cakupan jauh lebih luas tidak hanya pada aktifitas atau
mekanisme transaksi yang dilakukan secara online/digital namun termasuk di
dalamnya aktifitas relasi antara dua entiti perusahaan, interaksi antara perusahaan
dengan konsumenya, kolaborasi antara perusahaan dengan para mitra bisnisnya,
pertukaran informasi antara perusahaan dengan para pesaing usahanya dan lain
sebagainya.
2. Prinsip Who
Who adalah semua pihak yang melakukan interaksi dalam sebuah siste
bisnis/serangkaian proses bisnis yaitu pihak yang berkepentingan dalam ruang lingkup
e-Business. Tujuah klasifikasi pihak yang sering dipergunakan dalam mengilustrasikan
e-Business yaitu:
a. Agent
b. Business
c. Consumer
d. Device
e. Employee
f. Family
g. Goverment
3. Prinsip Where
Dalam e-Business interaksi dan keegiatan e-Business dapat dilakukan dimana saja
melalui berbagai kanal akses, sejauh pihak yang berkepentingan memiliki fasilitas
elektronik/digital sebagai kanal akses.
4. Prinsip Why
Konsep e-Business tidak hanya menguntungkan perusahaan namun juga memberikan
kesempatan perusahaan untuk meningkatkan perusahaan dalam meningkatkan level
pendapatanya (reveneu generation) secara langsung maupun tidak langsung.
Implementasi e-Business yang dilakukan oleh perusahaan memberikan dampak
perusahaan dapat melihat berbagai peluang dan celah bisnis baru yang selama ini
belum pernah ditawarkan kepada masyarakat.
1.9. Spektrum Value e-Business
Charles R. Rieger dan Mary P. Donato ada 5 keuntungan e-Business (e-Business
value spectrum) menurut yaitu:
1. Efesiensi (Efficiency)
Menfaat yang didapatkan perusahaan adalah perbaikan tingkat efesiensi. Berdasarkan
sebuah riset menyatakan kurang dari 40% dari total biaya operasional diperuntukkan
bagi aktifitas penciptaan dan penyebaran informasi ke berbagai bagian terkait. Dengan
memanfaatkan teknologi informasi di dalam rangkaian bisnis sehari-hari terlihat
bagaimana perusahaan dapat mengurangi total biaya operasional yang biasa
dikeluarkannya.
2. Efektifitas (Effectiveness)
Efektifitas dirasakan ketika terjadi perubahan-perubahan yang cukup signifikan dalam
cara perusahaan melakukan aktifitas operasional sehari-hari. Contoh penerapan konsep
e-supply chain membuat managemen dapat meningkatkan service level kepada
pelangganya. Contoh lainnya dengan mengimplementasikan aplikasi ERP pada
perusahaan memberikan dampak meningkatnya kualitas pengambilan keputusan dari
manajemen.
3. Jangkauan (Reach)
Kemampuan penggunaan teknologi informasi di dalam memperluas jangkauan dan
ruang gerak perusahaan. Selain itu memungkinkan perusahaan untuk memperluas
jangkauan domain kerja sama dengan mitranya secara signifikan
4. Struktur (Structure)
Terciptanya berbagai jenis produk dan jasa baru akibat konvergensi berbagai sektor
industri yang selama ini secara struktur terlihat berdisi sendiri-sendiri. Contohnya
bagaimana sebuah kendaraan dapat jual dengan cara lelang, sebuah bank virtual yang
berfungsi sebagai penasehat keuangan dan lainnya.
5. Peluang (Opportunity)
Terbukanya kesempatan yang lebar bagi pelaku bisnis untuk berinovasi menciptakan
produk maupun jasa baru akibat berkembangkanya teknologi informasi baru dari waktu
ke waktu. Contohnya dalam bidang pendidikan, saat ini semakin marak situs
penyelengara pendidikan secara online/virtual.
Berikut adalah contoh atau gambaran e-Business berdasarkan spektrum value
e-Business di atas:
1. e-Auctioning, yaitu lelang yang memanfaatkan teknologi elektronik sebagai tempat
terjadinya proses lelang.
2. e-Banking, kegiatan yang melakukan transaksi, pembayaran, dan transaksi lainnya
melalui internet dengan website milik bank yang dilengkapi sistem keamanan.
3. e-Commerce, transaksi jual beli secara elektronik melalui media internet.
4. e-Directories, Sebuah layanan pengiriman situs web di mana situs web ditambahkan
ke kategori yang tepat dalam direktori online dicari yang meningkatkan visibilitas situs
web dan menciptakan inbound link yang relevan dengan situs web tersebut.
5. e-Engineering, terciptanya pengembangan produk dinamis terpadu dan proses realisasi
yang memiliki kelincahan dan kemahiran yang diperlukan untuk merespon tuntutan
dunia e-Commerce.
6. e-Franchising, bentuk kerja sama bisnis atau usaha dengan memakai prinsip kemitraan,
sebuah perusahaan yang sudah mapan baik itu dari segi sistem manajemennya,
keuangannya maupun dari marketingnya serta adanya merek dari produk perusahaan
yang sudah dikenal oleh masyarakat luas, dengan perusahaan ataupun individu yang
memakai merek dari produk maupun sistem tersebut dengan memanfaatkan teknologi
informasi.
7. e-Learning, sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi
dalam proses belajar mengajar.
8. e-Mailing, suatu sarana untuk mengirim dan menerima surat atau pesan dengan format
digital melalui jalur jaringan komputer dan internet.
9. e-Marketing, segala upaya yang dilakukan untuk melakukan pemasaran suatu produk
atau jasa melalui atau menggunakan media elektronik atau Internet.
10. e-Research, kegiatan riset yang menggunakan serangkaian fasilitas teknologi informasi
dan komunikasi, sedemikian rupa sehingga melahirkan cara kerja dan metode riset
baru.
11. e-Supply, proses Supply Chain yang di manage secara elektronik, biasanya
menggunakan teknologi jaringan komputer.
12. e-Trading, suatu sistem perdagangan secara Online yaitu lewat perangkat teknologi
internet, dimana dengan sistem ini investor tidak perlu lagi datang atau repot
menelepon kantor pialang (broker).
13. e-Travel, semua kegiatan industry travel yang dikaitkan pada e-Commerce atau dengan
kata lain travel yang di-online-kan.
14. e-Operational Resources Management.
1.10. Tren ke Arah e-Business
Seiring berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi yang mana tentunya
menjadi penunjang utama bagi perkembangan e-Business, sehingga menjadi tren bagi
beberapa aspek yang memanfaatkan e-Business, yang mana dapat dilihat pada tabel
berikut.
1.11. Jenis e-Business
e-Businss sendiri terdapat beberapa jenis dan karakteristiknya masing-masing
sesuai dengan siapa pelakuknya dan kepada siapa bisnis ini ditujukan.
TAHAPAN PEMBANGUNAN SISTEM E-BUSINESS
2.1. Visi dan Prospek Membangun e-Business
Membangun sistem e-Business bukan hanya mengkomputerisasi sistem informasi
bisnis yang kemudian dihubungkan ke internet. Jika pemahaman itu yang menjadi landasan
dalam membangun sistem e-Business, maka niscaya sistem itu sulit untuk bertahan.
Karena itu, harus dipahami bahwa membangun sistem e-Business lebih dari sekedar itu.
Adapun visi yang harus dimiliki oleh organisasi yang akan membangun sistem e-Business
adalah sebagai berikut:
1. Adanya keinginan yang kuat dan konsisten untuk membangun hubungan langsung
dengan konsumen.
2. Pembangunan jaringan komunitas.
3. Perluasan pasar.
4. Masuk era persaingan global.
2.2. Tahap-Tahap Pembangunan Sistem e-Business
Dalam membangun sebuah sistem, tentu dibutuhkan tahapan-tahapan yang
menjadi landasan dibangunnya sistem tersebut. Adapun tahapan-tahapan pembentukan
sistem e-Business adalah sebagai berikut:
1. Mendayagunakan komputer personal, jaringan komputer dan Internet seoptimal
mungkin.
2. Membangun halaman web untuk jalinan komunikasi antara perusahaan dengan
konsumen secara efektif dan fleksibel.
3. Membangun Sistem Informasi e-Business yang efektif.
4. Mengembangkan Sistem Informasi yang bersifat inter platform.
Bisnis berbasis elektronik yang dalam hal ini sering kita sebut dengan e-Business
adalah sebuah kegiatan bisnis yang menggunakan fasilitas jaringan internet. Dalam
pelaksanaannya, perusahaan yang akan mengaplikasikan e-Business dalam usahanya
tentunya membutuhkan rencana agar penerapannya bisa efektif. Mendaya gunakan
komputer personal, jaringan komputer dan internet seoptimal mungkin merupakan hal
paling dasar yang harus disiapkan sebelum memanfaatkan e-Bussiness. Membangun
halaman web untuk membangun jalinan komunikasi antara perusahaan dengan
konsumen secara efektif dan fleksibel. Setelah semua terpenuhi di atas barulah kita
melangkah dalam tahap pembangunan sistem E-Business, meliputi:
1. Pembangunan Arsitektur E-Business
Arsitektur e-Business merupakan framework konseptual dari infrasktruktur dan Sistem
Informasi e-Business yang diwujudkan dalam sebuah perencanaan struktur dan
integrasi dari berbagai sumber-sumber yang ada dalam sebuah organisasi. Dalam
proses pengembangannya terdiri dari enam langkah, yaitu:
a. Pendefinisian visi dan tujuan dari organisasi, merupakan langkah awal untuk
mendapatkan gambaran umum dari organisasi tersebut.
b. Pendefinisian arsitektur informasi yang dibutuhkan, merupakan langkah
selanjutnya untuk mengetahui situasi dan kondisi dalam rancangan pengembangan
e-Business.
c. Pendefinisian arsitektur data, aktifitas pada bagian ini seperti pengklasifikasian data
yang dibutuhkan, cara pengolahannya dan sasaran yang ingin diambil untuk
pengembangan.
d. Pendefinisian arsitektur aplikasi, hal ini dimaksudkan untuk menentukan
jenis aplikasi dan batasan-batasan yang diinginkan dalam bidang keamanan.
e. Pendefinisian arsitektur teknikal, dimaksudkan untuk menentukan jenis-jenis
hardware dan software secara keseluruhan.
f. Pendefinisian arsitektur organisasi, dalam bagian ini ditentukan berbagai hal yang
berhubungan dengan sumber daya, baik berupa manusia, keuangan, dan waktu
yang dipergunakan.
2. Instalasi
Langkah selanjutnya adalah pengimplementasian aplikasi yang telah dibangun
atau instalasi. Aktifitas instalasi ini dapat dilaksanakan langsung oleh para tenaga ahli
yang ada di perusahaan tersebut atau menggunakan tenaga outsourcing, pilihan ini
sangat berhubungan erat dengan pemilihan opsi pengembangan yang dilakukan
sebelumnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aktifitas instalasi ini yaitu,
bagaimana aplikasi tersebut berhubungan dengan aplikasi yang telah ada.
3. Pemilihan Opsi Pengembangan
Pengembangan aplikasi dari e-Business pada dasarnya mengikuti beberapa pendekatan.
Masing-masing pendekatan tersebut memiliki keuntungan dan kekurangan yang pada
intinya, pemilihan salah satu dari opsi tersebut akan memberikan efisiensi yang lebih
besar dibandingkan opsi-opsi lainnya. Beberapa pendekatan tersebut adalah:
a. Membeli aplikasi yang telah diimplementasikan oleh sebuah Application Service
Provider (ASP), hal ini dimaksudkan agar dapat menghemat biaya dan waktu
dibanding dengan membangun sendiri. Tetapi ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan seperti kadang kala aplikasi tersebut tidak sepenuhnya diperlukan,
sangat susah untuk dimodifikasikan sesuai dengan kebutuhan, susah untuk
diintegrasikan dengan aplikasi yang telah lebih dulu digunakan, pelayanan purna
jual dari ASP yang buruk dan keterikatan kontrak dengan pihak ASP untuk
meningkatkan fungsi dari aplikasi tersebut di kemudian hari.
b. Menyewa (lease) aplikasi, hampir mirip dengan membeli aplikasi yang
diinginkan. Biasanya menyewa aplikasi dilakukan jika aplikasi tersebut sangat
mahal. Kadang kala menyewa merupakan langkah awal sebelum membeli aplikasi
tersebut dan alasan lain karena keterbatasan tenaga ahli yang akan mengelola
pemanfaatan dan pemeliharaan aplikasi tersebut.
c. Membangun sendiri (in-house development) membangun sendiri aplikasi yang
dibutuhkan, merupakan salah satu pilihan dari pengembangan e-Business.
Walaupun biasanya pendekatan ini membutuhkan biaya yang besar dan
menghabiskan waktu yang banyak, tetapi pilihan ini diharapkan sangat mendekati
sistem yang diinginkan.
d. Bekerja sama dengan pihak ketiga, dewasa ini sedang berkembang trend kerja sama
antara perusahaan pengembang Sistem Informasi e-Business dengan perusahaanperusahaan penggunanya. Berbagai jenis kerja sama yang dilakukan seperti
kerja sama dengan pengembang e-Marketplace, telah mengembangkan berbagai
Sistem Informasi e-Business bagi para perusahaan yang ingin membangun bisnis
B2C (Business to Customer) di internet, sedangkan untuk B2B (Business to
Business), perusahaan dapat bergabung dalam berbagai pengembang khusus
lainnya di bidangnya, bekerja sama dengan third party auction, perusahaan dapat
bekerja sama dengan pihak pelelangan untuk memasarkan produknya sebagai pihak
ketiga.
4. Penyebaran/Integrasi
Pada tahapan ini aplikasi yang telah dipilih dan diimplementasikan diharapkan dapat
terintegrasi dengan baik dengan segala aplikasi yang telah ada sebelumnya. Berbagai
langkah dijalankan dalam tahapan ini seperti pemberian training dan informasi
terhadap para pengguna, baik yang berhubungan secara langsung atau tidak dengan
aplikasi tersebut, pembuatan kebijakan atau peraturanperaturan yang mendukung
hingga pengintegrasian sistem dengan para supplier dan pihak-pihak terkait lainnya.
5. Operasi/Pemeliharaan
Operasi dan pemeliharaan dari aplikasi yang telah diimplementasikan merupakan
langkah selanjutnya yang harus diperhatikan dengan baik. Perencanaan yang baik
sangat diperlukan agar seluruh pengimplementasian yang telah dilakukan dapat
berjalan dengan sempurna. Selanjutnya, aktifitas pemeliharaan dapat dilanjutkan ke
tahap pengembangan selanjutnya untuk penyempurnaan aplikasi yang telah
diimplementasikan sesuai dengan maksud dan tujuan aplikasi tersebut dibangun.
2.3. Manajemen Teknologi E-Business
Pada dasarnya dalam proses pembangunan dan pengembangan e-Business
diperlukan suatu manajamen sistem informasi yang baik, efektif dan efisisen. Dalam
proses pembangunan dan pengembangan e-Business, manajemen teknologi menjadi hal
yang tidak kalah penting di antara manajemen komponen system informasi yang lain.
Teknologi informasi memiliki kontribusi penting dalam menjalankan proses Sistem
Informasi e-Business. Teknologi informasi ini dapat disebut sebagai supply on demand of
system information dalam e-Business. Manajemen teknologi dalam proses e-Business ini
pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua perspektif, yaitu:
1. Perspektif Teknis
Dilihat dari sisi teknis, manajemen teknologi informasi dalam e-Business dibagi
menjadi dua fungsi, yaitu fungsi penciptaan dan fungsi penyebaran.
a. Fungsi Penciptaan
Dalam fungsi penciptaan, manajemen teknologi itu dapat berpacu pada aspek-aspek
berikut:
1) Teknologi informasi harus mampu menjadi medium atau sarana untuk
mengubah fakta-fakta atau kejadian-kejadian sehari-hari yang dijumpai dalam
bisnis perusahaan ke dalam format data kuantitatif. Ada dua cara umum yang
biasa dipergunakan, yaitu secara manual dan otomatis. Yang dimaksud dengan
manual adalah dilibatkannya seorang user untuk melakukan data entry terhadap
fakta-fakta relevan di dalam aktifitas sehari-hari yang dipandang perlu untuk
direkam. Sementara yang dimaksud dengan cara otomatis di sini adalah jika
berbagai teknologi dipergunakan sebagai alat untuk merekam fakta dan
mengubahnya menjadi data tanpa harus melibatkan unsur manusia sebagai data
entry.
2) Teknologi harus mampu merubah data mentah yang telah dikumpulkan tersebut
menjadi informasi yang relevan bagi setiap penggunanya (stakeholders), yaitu
manajemen, staf, konsumen, mitra bisnis, pemilik perusahaan dan pihak-pihak
lain yang berkepentingan.
3) Teknologi mengolah informasi yang diperoleh dengan berbagai konteks
organisasi yang ada, menjadi sebuah knowledge yang dapat diakses oleh semua
pihak di dalam perusahaan.
4) Merubah knowledge menjadi wisdom merupakan tugas teknologi informasi
yang terakhir dalam proses penciptaan.
b. Fungsi Penyebaran
Dilihat dari fungsi manajemen tekonologi E-Business dapat meliputi kegiatan
manajemen yang berhubungan dengan aspek penyebaran sebagai berikut:
1) Gathering. Teknologi informasi dikelola untuk mampu mengumpulkan
entiti-entiti tersebut dan meletakkannya di dalam suatu media penyimpan
digital. Media penyimpan tersebut harus mampu untuk menangkap berbagai
karakteristik unik dari entiti-entiti terkait, yang biasa direpresentasikan dalam
berbagai bentuk format media (multi-media), seperti: teks, suara (audio), citra
(image), gambar bergerak (video), dan lain-lain.
2) Organising. Untuk memudahkan pencarian terhadap entiti-entiti di kemudian
hari, teknologi informasi dimanage memilik mekanisme baku dalam
mengorganisasikan penyimpanan entiti- entiti tersebut di dalam media
penyimpan. konsep-konsep struktur data, database dan sistem berkas
merupakan dasar-dasar ilmu yang kerap dipergunakan sehubungan dengan
kebutuhan ini.
3) Selecting. Di saat berbagai pihak di dalam perusahaan membutuhkan entitientiti tersebut, teknologi informasi diciptakan untuk menyediakan fasilitas
untuk memudahkan pencarian dan pemilihan.
4) Synthesizing. Teknologi informasi diciptaakan mampu memenuhi kebutuhan
manajer ini dalam menggabungkan beberapa entiti menjadi satu paket kesatuan
yang terintegrasi.
5) Distributing. Teknologi informasi dibuat dan dikelola dengan memiliki
infrastruktur yang dapat menyalurkan berbagai entiti dari tempat disimpannya
entitientiti tersebut ke pihak-pihak yang membutuhkannya.
2. Perspektif Manajerial
Dilihat dari sisi bisnis dan manajerial, terutama dalam kaitannya dengan
Manajemen Supply Chain, ada 4 (empat) peranan yang diharapkan perusahaan dari
implementasi efektif sebuah teknologi informasi.
a. Minimize Risks. Setiap bisnis memiliki resiko, terutama yang berkaitan dengan
faktor-faktor keuangan. Pada umumnya resiko berasal dari adanya ketidakpastian
dalam berbagai hal dan aspek-aspek eksternal lain yang berada di luar kontrol
perusahaan.
b. Reduce Costs. Teknologi informasi diharapkan dapat berkotribusi dalam perbaikan
efisiensi dan optimalisasi proses-proses bisnis di perusahaan. Peranan teknologi
informasi sebagai katalisator dalam berbagai usaha mengurangi biaya-biaya
operasional perusahaan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap profitabilitas
perusahaan.
c. Create New Realities. Dengan pesatnya perkembangan teknologi internet,
telah mampu menciptakan suatu arena bersaing baru bagi perusahaan, yaitu
di dunia maya. Berbagai konsep e-Business semacam e-Commerce, e-Procurement,
e-Customers, e-Loyalty, dan lain-lain pada dasarnya meruapakan suatu cara
memandang baru di dalam menanggapi mekanisme bisnis di era globalisasi
informasi.
2.4. Pemodelan Sistem
Membangun sebuah sistem yang besar dan kompleks Sistem Informasi e-Business,
tim pembuat sistem perlu merancang model sistemnya terlebih. Pemodelan tersebut
menggambarkan aliran data dan aliran distribusi yang akan diproses menjadi informasi.
Dengan demikian, arus data informasi dapat terlihat secara jelas. Penggambaran
pemodelan dapat menggunakan flowchart sistem atau diagram alir data diagram. Pada
sebuah sistem yang komplek secara sistematis dan terintegrasi, maka dibutuhkan metodemetode pembangunan sistem seperti daur hidup, prototype dan spiral. Dari ketiga macam
metode tersebut, metode daur hidup cocok untuk pembangunan sistem e-Business, karena
memiliki beberapa karakteristik yaitu proses dilakukan selangkah demi selangkah yang
disertai dengan proses dokumentasi yang rapi. Metode daur hidup terdiri dari beberapa
tahapan proses, yaitu tahap perencanaan, analisis, perancangan, analisis, penerapan,
evaluasi, penggunaan dan pemeliharaan. Pada setiap tahapan dilakukan proses
pendokumentasian atas segala yang telah dilakukan disepakati.
2.5. Metode Daur Hidup untuk Membangun Sistem Informasi e-Business
Metode daur hidup cocok untuk pembangunan sistem e-Business, karena memiliki
beberapa beberapa karakteristik yaitu proses dilakukan selangkah demi selangkah yang
disertai dengan proses dokumentasi yang rapi. Metode daur hidup terdiri dari beberapa
tahapan proses, yaitu:
1. Tahap perencanaan
2. Analisis
3. Perancangan
4. Penerapan
5. Evaluasi
6. Penggunaan
7. Pemeliharaan.
Pada setiap tahapan dilakukan proses pendokumentasian atas segala yang telah
dilakukan atau disepakati.
1. Tahap Perencanaan
Gambar 2.1. Proses Perencanaan Sistem e-Business
Tahap ini sangat penting karena pada tahap ini permasalahan yang sebenarnya
didefinisikan secara rinci. Tahap perencanaan mempersiapkan sistem e-bisnis meliputi:
a. Memahami permasalahan yang muncul dan mendefinisikan secara rinci.
b. Merumuskan kasus-kasus bisnis yang ingin diselesaikan.
c. Mengestimasikan total investasi yang akan disediakan.
d. Rencana aksi yang kongkrit.
2. Tahap Analisis
Tahap ini harus dilakukan seobyektif mungkin agar hasilnya tidak bias.
Untuk menganalisa, dapat mengggunakan 6 dimensi kelayakan (Mc Leod) yaitu
kelayakan teknis, pengembalian ekonomis, pengembalian non ekonomis, hukum dan
etika, operasional, jadwal. Faktor lain dalam menganalisa yaitu kelayakan organisasi,
memilih kelompok bisnis, kemungkinan permodalan, tingkat kopetisi produk,
lingkungan operasional sistem dan sistem harga. Apabila diketemukan indikasi ketidak
layakan maka cari penyebabnya selanjutnya susun langkah konkrit.
3. Tahap Perancangan
Tahap perancangan merupakan fase pemahaman kriteria kebutuhan sistem.
Diharapkan lebih menuju sistem yang stabil dan flexibel. Pada tahap perancangan
selain memperhatikan rekomendasi kelayakan, perlu memperhatikan beberapa hal
berikut:
a. Kebutuhan perusahaan
b. Kebutuhan operator
c. Kebutuhan pemakai
d. Kebutuhan teknis
4. Tahap Penerapan
Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengimplementasikan rancangan yang
telah disusun sebelumnya agar dapat diwujud nyatakan. Implementasi untuk prosedur
di dalam teknologi komputer akan menggunakan bahasa komputer. Untuk proses yang
terdapat di luar sistem komputer, disusunlah sebuah konvensi atau perjanjian atau tata
tertib, agar setiap orang yang terlibat dapat mengikuti alur yang telah ditetapkan.
Untuk merealisasikan sistem pada tahap penerapan ini, ditempuh beberapa metode,
antara lain, penggunaan paket aplikasi, pengembangan oleh staf sendiri (insourcing),
dan pengembangnan yang dilakukan dengan kerja sama dari pihak luar seperti
konsultan atau software house (outsourcing).
5. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini, dilakukan uji coba sistem yang telah selesai disusun. Proses uji
coba diperlukan untuk memastikan bahwa sistem tersebut sudah benar. Karakteristik
yang ditetapkan, dan tidak ada kesalahan-kesalahan yang terkandung di dalamnya.
Evaluasi merupakan uji coba sistem yang berguna untuk:
a. Memastikan sistem sudah berjalan dengan benar.
b. Memastikan sesuai karakteristik yang ditetapkan.
c. Memastikan tidak terjadi kesalahan sampai ke penelusuran dan keterlibatan data.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengevaluasi perangkat keras
adalah:
a. Kemampuan perangkat keras yang meliputi kecepatn proses dan distribusinya.
b. Seberapa besar biaya yang harus disediakan untuk pengoperasian dan perawatan
sistem.
c. Kompatibilitas perangkat keras terhadap sistem-sistem yang terkait.
d. Seberapa lama teknologi yang digunakan akan dapat bertahan.
e. Sejauh mana pilihan-pilihan terhadap komputer yang digunakan memperhatikan
faktor-faktor ergonomik.
f. Tingkat kehandalan dan sekalabilitas jaringan komputer yang dibangun sebagai
infrastruktur sistem tersebut.
6. Tahap Penggunaan dan Pemeliharaan
Pada tahap ini, sistem yang telah diuji coba dan dinyatakan lolos dapat mulai
digunakan untuk mengenal proses e-Business yang sesungguhnya. Pemeliharaan sistem
secara rutin dapat meliputi penataan ulang database, mem-backup dan scaning virus.
Sementara itu, pemeliharaa juga termasuk melakukan penyesuaian-penyesuaian untuk
menjaga kemuktahiran sistem, atau pembetulan atas kesalahan-kesalahan yang
mungkin terjadi dan belum diketahui sebelumnya.
2.6. Kegagalan Sistem Informasi e-Business
Tidak semua hal yang telah direncanakan dan dilaksanakan berjalan dengan baik.
Terkadang bisa saja mengalami kendala dan kegagalan, begitupula dengan Sistem
Informasi e-Business. Hal ini tentu saja ada dari faktor-faktor penyebabnya. Faktor-faktor
penyebab kegagalan tersebut antara lain:
1. Sering orang memandang Sistem Informasi e-Business adalah paling utama dan
penting, sementara melupakan komitmen dan konsistensi terhadap materi informasi,
produk dan respon layanan kepada konsumen.
2. Antarmuka Sistem Informasi e-Business sering kurang interaktif, kurang komunikatif
dan kurang mudah digunakan oleh konsumen, karena antar muka sering dibangun
berdasarkan selera pembuatnya.
3. Perubahan cara pandang, pola berbisnis dan sistem dari tradisonal dan lokal menjadi
moderen dan global, sedangkan perusahaan dan pebisnis membutuhkan waktu untuk
beradaptasi dengan perubahan tersebut.
2.7. Kebutuhan Sistem e-Business
Agar dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan oleh
organisasi, maka dari itu Sistem Informasi e-Business haruslah memenuhi semua
kebutuhan yang diperlukan oleh organisasi dalam menjalankan konsep e-Business-nya.
Agar dapat memenuhi ekspektasi dari organisasi, maka sistem informasi e-Business harus
memenuhi kriteria kebutuhan-kebutuhan tersebut yaitu:
1. Efesien dan efektif.
2. Trend masa depan.
3. Integrated dengan sistem yang lain.
4. Keamanan data.
5. Interaktif.
2.8. Faktor Keberhasilan Implementasi e-Business
Terdapat beberapa strategi dalam mengimplementasikan e-Business seperti
yang dikutip dalam buku Chapter E-Business strategy (Chaffey, 2011) di antaranya ada
11 faktor penentu keberhasilan, yang juga dapat berguna diterapkan untuk organisasi yang
lebih besar:
1. Content, penyampaian isi yang efektif dari produk atau jasa.
2. Convenience, kegunaan dari situs web.
3. Control, sejauh mana organisasi telah didefinisikan proses yang mereka dapat
mengelola.
4. Interaksi, sarana membangun hubungan dengan pelanggan individu.
5. Komunitas, sarana membangun hubungan dengan kelompok-kelompok individu atau
organisasi yang berpikiran.
6. Sensitifitas harga, sensitifitas dari produk atau jasa untuk persaingan harga di Internet.
7. Logo, kemampuan untuk membangun sebuah nama merek yang kredibel untuk
e-Commerce.
8. Komitmen, sebuah motivasi yang kuat untuk menggunakan internet dan kemauan
untuk berinovasi.
9. Kemitraan, sejauh mana e-commerce venture menggunakan kemitraan (hubungan
rantai nilai) untuk meningkatkan kehadiran Internet dan memperluas bisnisnya.
10. Proses perbaikan, sejauh mana perusahaan dapat mengubah dan mengotomatisasi
proses bisnis.
11. Integrasi, Penyediaan hubungan antara sistem TI yang mendasari dalam mendukung
kemitraan dan perbaikan proses.
Sedangkan menurut Wade (2005), mengungkapkan beberapa faktor kesuksesan
inplementasi e-Business, antara lain:
1. Ekspektasi dari perusahaan ditunjang dengan ketersediaan dana.
2. Jadwal dan waktu implementasi yang memadai.
3. Pengetahuan akan proses bisnis, kompetensi dan pengalaman dalam pembangunan
sistem informasi e-Business.
4. Komunikasi baik secara fungsional dan cross-fuction.
Sistem dalam E-Business sangat bergantung dan dipengaruhi dengan kebutuhan
dan Model Bisnis yang akan dilakukan. Artinya kebutuhan sistem akan berbeda antara
satu model bisnis dengan model bisnis lainnya. Adapun penggunaan teknologi dalam
e-Bussiness bertujuan untuk:
1. Redefine business, memaksimalkan nilai pelanggan dan memungkinkan
mengembangkan bisnis dengan cara yang baru.
2. Mengubah sudut pandang kompetitif dan saluran distribusi.
3. Memperluas jangkauan pasar.
4. Meningkatkan kecepatan bisnis, menyederhanakan interaksi, meningkatkan harapan
pelanggan.
3.1. Persyaratan Baru pada E-Business
Persyaratan baru pada e-Bussiness untuk lingkup bisnis bertitik pada fleksibel,
responsif, cepat, berfokus pada pelanggan, iventif, inovatif, kolaboratif self-service dan
bersifat global. Persyaratan baru pada e-Bussiness juga bertitik pada sistem yang mudah
digunakan, terintegrasi, handal, kokoh, responsif, fleksibel, mudah maintainable, akurat,
terukur, global dan aman.
3.2. Perencanaan Keberhasilan E-Bussiness
Perencanaan keberhasilan e-Bussiness dapat menggunakan metodologi overview.
Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Begin
a. Mulailah dengan mendapatkan dukungan manajemen eksekutif dan sponsor bisnis.
b. Mengidentifikasi tujuan bisnis untuk menyelesaikan e-rencana bisnis dan inisiatif.
c. Identifikasi tim dari individu-individu yang akan terlibat.
d. Garis besar proses perencanaan yang akan digunakan.
e. Mengembangkan rencana komunikasi menguraikan bagaimana anggota organisasi
tim dan akan tetap mengikuti kegiatan.
f. Akhirnya mengumumkan proyek kepada organisasi.
2. Diagnose
a. Mendiagnosis tren dan bagaimana mereka dapat mempengaruhi organisasi.
b. Dokumen lingkungan saat ini dan mendiagnosis kekuatan dan bidang perbaikan.
c. Mengidentifikasi para pemangku kepentingan dan mendiagnosis proses mereka.
d. Mendiagnosa industri dan dampak eksternal serta nilai rantai.
e. Bisnis mendiagnosis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
3. Develop
a. Mengembangkan proposisi nilai serta nilai pengiriman proposisi.
b. Mengembangkan strategi e-Business dan metrik untuk mengukur keberhasilan dan
kemajuan dari strategi.
4. Define
a. Tentukan peluang tertentu serta kompetitif situasi.
b. Tentukan prioritas
5. Determine
a. Menentukan dampak ke arsitektur aplikasi bisnis, infrastruktur teknis, proses bisnis,
sistem informasi proses, dan orang / organisasi.
b. Menentukan biaya analisis manfaat serta peta jalan untuk mendapatkan strategi.
c. Mendapatkan persetujuan pada rencana bisnis untuk melanjutkan pengiriman dari
rencana.
6. Design
a. Desain tampilan dan nuansa yang diperlukan untuk melaksanakan strategi dan nilai
proposisi, identifikasi navigasi dan layar desain.
b. Desain perubahan yang dibutuhkan untuk aplikasi dan keamanan.
7. Deliver
a. Menyampaikan strategi dan desain dengan mengembangkan, pengujian, pelatihan
dan pelaksanaan.
b. Mempromosikan dan memasarkan e-Business situs dan fungsionalitas.
8. Discuss
a. Diskusikan hasil usaha e-Business dengan mendapatkan umpan balik dan
menganalisis.
b. Menentukan tindakan yang diperlukan.
3.3. Infrastruktur Dasar e-Business
Infrastruktur e-Business adalah arsitektur hardware, software, konten dan data
yang digunakan untuk memberikan layanan e-Business untuk aryawan, pelanggan dan
mitra. Keseluruhan komponen tersebut haruslah dapat bersinergi dengan benar agar dapat
memberikan layanan terbaik bagi pelanggan dan mitra, sehingga tujuan dibangunnya
sistem informasi e-Business dapat tercapai.
3.4. Proses e-Business
Proses bisnis adalah arus kerja dari seperangkat aktifitas dan bahan baku informasi
dan pengetahuan. Proses juga mengacu pada cara unik dimana manajemen memilih untuk
mengkoordinasikan pekerjaan. Setiap bisnis dapat dilihat sebagai sekumpulan proses
bisnis.
Sistem Informasi Manajemen berfungsi untuk mengotomatiskan banyak tahap pada
proses bisnis yang sebelumnya mungkin dilakukan secara manual. Seperti pengecekan
kredit klien, memperoleh tagihan atau mengatur pesanan pengiriman barang. Sistem
Informasi manajemen dalam E-Bisnis dan teknologi informasi akan dapat melakukan lebih
banyak lagi dalam proses bisnis, teknologi ini akan dapat benar-benar mengubah arus
informasi, kemudian menggantikan langkah berurutan dengan tugas yang dapat dilakukan
secara bersamaan secara paralel dan menghilangkan penundaan pada pembuatan keputusan
dengan teknologi online pastinya.
3.5. Kebijakan Publik
Kebijakan publik dalam e-Business menyangkut regulasi yang mengatur jalannya
e-Business agar dapat sesuai dengan hukum dan aturan-aturan yang berlaku pada suatu
negara. Hal yang mungkin dihadapi berkaitan dengan kebijakan publik adalah:
1. Bagaimana mengadaptasi mekanisme transaksi formal yang secara hukum dilindungi,
yaitu tanda tangan dan saksi-saksi.
2. Bagaimana merepresentasikan dokumen-dokumen legaldi dalam internet yang pada
dasarnya merupakan file-file komputer yang mudah digandakan dan disebar luaskan
tanpa seijin yang memiliki.
3. Bagaimana memastikan bahwa yang bersangkutan adalah benar-benar orang yang
diatas namakan dalam dokumen-dokumen legal terkait (otentifikasi).
4. Tanggal dan waktu yang mungkin berbeda antar negara dan lain sebagainya.
Selain beberapa hal di atas, aspek legalitas juga haruslah diperhatikan agar tidak
terjadi pelanggaran hukum dalam proses e-Business yang dijalankan, di antaranya:
1. Perangkat hukum yang jelas, yaitu legalitas dan dokumen perusahaan, HKI dan Pajak.
2. Transparansi dalam pelayanan, peraturan dan persyaratan yaitu perlindungan
konsumen.
3. Pertukaran dan pemrosesan data bisnis secara elektronik, yaitu keamanan pertukaran
data (tanda tangan digital) dan kekuatan pembuktian data elektronik serta penyelesaian
sengketa.
Kemudian harus diperhatikan pula beberapa hal yang pengaruhi kebijakan publik,
di antaranya:
1. Aspek hukum bisnis konvensional belum sepenuhnya dapat mengatasi permasalahan
hukum dalam e-Business perlu aturan baru.
2. Perlunya aturan khusus yang mengatur pengguna internet yang tanpa batas terkait
jurisdiksi.
3. Tingkat kejahatan internet semakin meningkat dan bervariasi yang biasa disebut
dengan istilah cybercrime.
4. Negara perlu menerapkan hukum khusus yang biasa disebut dengan istilah cyberlaw.
Hal inilah melahirkan UU No. 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi
elektronik dengan harapan dapat dijalankan dengan maksimal dan tepat guna
3.6. Produk Hukum e-Business di Indonesia
Regulasi dan kebijakan yang telah diatur pemerintah Indonesia terkait
dengan E-Business, dapat dilihat pada laman berikut;
http://www.aptika.kominfo.go.id/utama/produk/7. Untuk merancang sistem e-Business hal
yang dilakukan adalah perecanaan, hal ini terkait dengan strategi tools yang dipakai, yaitu:
1. Membeli Software e-Business Siap Pakai
Kelebihan:
a. Lebih simple, karena bisa langsung dipakai.
b. Mudah dipelajari dan mudah diimplementasikan.
c. Support service.
Kelemahan:
a. Susah dimodifikasi.
b. Tingkat integritas dengan software lain rendah.
2. Membuat Sendiri dengan divisi IT
Kelebihan:
a. Fleksibilitas tinggi.
b. Mudah dimodifikasi.
c. Dapat dibangun sesuai kebutuhan perusahaan.
d. Memperkecil pesaing untuk memiliki software serupa.
Kekurangan:
a. Biaya besar.
b. Harus memiliki SDM dan divisi yang mumpuni.
c. Menyita waktu.
d. Bila ada perubahan bisnis, software harus dirombak.
e. Biasanya divisi IT hanya sebagai support.
3. Pembelian Komponen/Modul dan Mengintegrasikan Modul-Modul yang ada dan
Dikustomisasi sesuai Kebutuhan Perusahaan
Kelebihan:
a. Murah, diperjualbelikan eceran/retail.
b. Bisa dilakukan perubahan secaracepat.
c. Tingkat skalabilitas dapat disesuaikan.
d. Durasi implementasi yang singkat.
e. Komponen siap pakai dan mudah dipahami.
Kelemahan:
a. Kemungkinan penurunan kinerja software.
b. Perusahaan harus memiliki blue print.
c. Perlu SDM yang bisa ngoprek untuk customize.
4. Tools Alternatif
Tools alternatif gratis dan powerfull yang dapat digunakan antara lain Prestashop,
Joomla+Virtuemart, Wordpress+ (WP-Commerce dan Woocommerce), Opencart,
ZenCart, OSCommerce, Magento, QuickCart dan lain sebagainya.
Kelebihan:
a. Murah dan gratis.
b. Gampang dikustumisasi.
c. Tidak terlalu membutuhkan basic programming (kondisional).
d. Dukungan penuh dari pengembang dan komunitas.
Kekurangan:
a. Kemungkinan kemiripan sistem antar pengguna sangat besar.
b. Banyak sponsor.
Jika organisasi memutuskan untuk membuat sendiri sistem informasi e-Business
dengan divisi IT-nya, maka hal perlu dilakukan terlihat pada gambar di bawah ini.
1. Tentukan Ide dan Produk Anda
a. Buat Daftar hal apa saja yang Anda sukai.
b. Sortir daftar tersebut, pilih yang paling disukai.
c. Tentukan bahasa yang akan digunakan dalam bisnis Online Anda.
d. Lakukan riset produk yang akan dijual sesuai dengan topik bisnis yang telah
ditentukan.
e. Lebih Spesifik, lebih baik.
2. Research (Riset Pasar)
a. Kapan memulai?
b. Modal dan kemungkinan hasil yang didapat?
c. Siapa calon PelangganAnda?
d. Siapa calon Pesaing Anda?
e. Masalah yang mungkin akan dihadapi?
f. Cara menyelesaikan masalah?
3. Kumpulkan Content
a. Buatlah konten yang asli (original) dan menarik.
b. Buatlah konten bermanfaat dan kaya akan informasi.
c. Jadilah diri sendiri dan kreatif.
d. Jangan bertele-tele.
e. Libatkan pengguna.
f. Gunakan bahasa manusia (tata bahasa yang baik).
g. Update website secara berkala.
4. Membeli Nama Domain
a. Pilih Nama yang sesuai.
b. Fitur-fitur yang sesuai.
c. Simple dan mudah diingat.
d. Hindari pengunaan angka dan tanda hubung.
e. Jangan menggunakan nama domain yang berbau SARA.
5. Beli atau Tentukan Server Hosting
Beberapa pertimbangan sebelum membeli Hosting:
a. Space.
b. SO (Linux, Unix or Windows).
c. Web Server (Apache or IIS).
d. Engine Script (PHP, ASP, JSP, ColdFusion).
e. Database Engine (MySQL, PostgreSQL, SQL Server, Oracle).
f. Hosting Manager (cPanel, sPanelorPlesk).
g. Bandwith.
h. Lokasi Server (lokal atau luar negeri).
i. Jumlah domain atau sub domain.
6. Web Design dan Programming
a. Buat Logical User Flow.
b. Informasi penting bisnis Anda.
c. Informasi kontak dan navigasi yang mudah.
d. Keamanan Integrasi dengan social media.
e. Mendukung Mobile Application.
f. FAQ.
g. Hosting yang baik.
h. Jangan terlalu banyak fitur yang tidak perlu.
7. Promosikan Website (Sistem) Anda
a. Melalui Web Forum.
b. Menggunakan Media Video (misalnya: youtube).
c. Tukar Link.
d. Membuat Newsletter Feed, RssFeed.
e. Melalui Kartu Nama.
f. SEO di Google atau Search Engine lainnya (Yahoo, Bing dll).
g. Memanfaatkan Situs Jejaring Sosial.
h. Membuat Backlink
4.1. Strategi Bisnis dan Manajemen Strategi
Strategi bisnis adalah penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang sebuah
perusahaan, dan arah tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai
sasaran dan tujuan tersebut. Strategi bisnis merupakan cara-cara yang digunakan
perusahaan untuk mendapatkan keunggulan persaingan di dalam bisnisnya. Strategi bisnis
dapat mencakup ekspansi geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk,
penetrasi pasar, pengurangan bisnis, likuidasi dan joint venture. Tingkatan strategi dibagi
menjadi :
1. Tingkat Korporasi
Strategi perusahaan yang memiliki saham (ownership) beberapa perusahaan lain.
2. Tingkat Multi Divisi
Merupakan strategi yang terjadi pada tingkat divisi atau unit bisnis dan merupakan
strategi yang menekankan pada perbaikan posisi bersaing produk atau jasa pada
spesifik industri atau segmen pasar tertentu.
3. Tingkat Fungsional
Optimalisasi produktivitas sumber daya dalam memberikan nilai (value) terbaik untuk
kebutuhan pelanggan (customers).
4. Tingkat Operasional
Merupakan strategi yang menjalankan implementasi dari operasional-operasional
perusahaan.
Manajemen strategi merupakan proses atau rangkaian kegiatan pengambilan
keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara
melaksanakannya, yang dibuat oleh pimpinan dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuan. Manajemen strategi memiliki beberapa
karakter, di antaranya:
1. Berorientasi masa depan.
2. Berhubungan dengan unit bisnis yang kompleks.
3. Kebutuhan dan kejelasan tugas sangat tinggi seiring perubahan yang terjadi, kadang
batasbatas tugas mejadi tidak jelas.
4. Proses yang dijalankan tidak terpisah dari aktivitas manajerial lainnya.
5. Ada target waktu yang jelas.
6. Memerlukan perhatian khusus pada manajemen puncak.
Adapun manfaat dari manajemen strategi dalam e-Business antara lain sebagai
berikut:
1. Pemahaman yang lebih jelas atas visi strategis perusahaan.
2. Fokus yang lebih tajam terhadap apa yang secara strategis memang penting.
3. Pemahaman yang lebih baik terhadap perubahan lingkungan perusahaan yang lebih
cepat.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan oleh manajemen puncak dalam
merumuskan strategi, yaitu:
1. Menentukan visi dan misi.
2. Mengembangkan profile perusahaan.
3. Pengenalan produk.
4. Analisis kekuatan.
5. Mengidentifikasi beberapa pilihan.
6. Memilih pilihan yang tepat.
7. Sasaran jangka panjang.
8. Memperhatikan pentingnya operasionalisasi.
9. Sumber daya manusia.
10. Teknologi.
11. Bentuk, tipe dan struktur organisasi.
12. Menciptakan suatu sistem pengawasan.
13. Penilaian terhadap sistem.
14. Menciptakan umpan balik.
Strategi perusahaan sangat dipengaruhi oleh strategi bisnis itu sendiri. Namun
dalam e-Business, strategi-strategi bisnis tersebut sangat dipengaruhi serta dapat
dikembangkan dengan adanya penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi.
4.2. Isu-Isu Penting dalam e-Business
Teknologi hanya memegang peranan ± 1
/3 bagian saja. Perusahaan e-Business harus
memperhatikan 2
/3 bagian lainnya, organisasi, sumber daya manusia, relasi, sistem
manajerial dan strategi yang akan diterapkan. Persoalan e-Business bukan sekedar
penerapan teknologi infomasi dalam sistem bisnis tradisional tapi juga perubahan yang
berjalan bersamaan.
4.3. Perilaku Konsumen
Ada beberapa perilaku konsumen yang harus menjadi pertimbangan manajemen
strategi untuk menentukan strategi apa saja yang akan direncanakan nantinya, di antaranya:
1. Keingintahuan terhadap perkembangan atau trend baru.
2. Keinginan untuk melakukan perbandingan.
3. Keinginan untuk meneliti.
4. Keinginan untuk menggunakan teknologi dalam memperoleh informasi produk dan
melakukan transaksi secara efektif.
Menurut Budi Sutedjo (2001) ada 7 perubahan pola perilaku konsumen tradisional
ke e-Business, yaitu:
1. Pola Belanja, dari pergi ke pasar tradisional menuju komputer.
2. Pola Pemilihan Barang, dari memegang barang menjadi melihat katalog elektronik.
3. Pola Transaksi, dari pola ada uang ada barang menjadi ada uang barang dikirim.
4. Pola Konsumsi, barang dibeli tidak dapat langsung dikonsumsi.
5. Pola Pemakaian Barang, khusus barang berwujud, harus melalui perantara.
6. Pola Pembayaran, dari tunai kini adaketerlibatan pihak ketiga seperti penggunakan
kartu kredit, uang digital atau cek elektronik.
7. Pola Komunikasi, seolah kesempatan untuk membina pertemanan hilang.
Selain perubahan pola perilaku konsumen tersebut di atas, manajemen strategi juga
perlu memperhatikan sikap-sikap yang dimiliki oleh konsumen e-busines, yaitu:
1. Kritis terhadap penwaran-penawaran produk.
2. Sensitif terhadap harga.
3. Sensitif terhadap kualitas.
4. Menuntut jaminan atau garansi atas produk.
5. Menuntut teknik penyajian halaman web yang secara kognitif.
4.4. Strategi e-Business
1. Tahapan Strategi
Ada tiga tahapan strategi yang umumnya menjadi langkah-langkah yang akan
ditempuh oleh manajemen strategi, yaitu :
a. Perumusan Strategi
Pengembangan rencana jangka panjang untuk manejemen efektif dari kesempatan
dan ancaman lingkungan, dilihat dari kelemahan perusahaan.
b. Implementasi Strategi
Proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan
memalui pengembangan program, anggaran dan prosedur.
c. Evaluasi dan Pengendalian
Proses melalui aktivitas-aktivitas perusahaan dan hasil kinerja serta dimonitor
kemudian kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan kinerja yang diinginkan.
2. Tahapan Analisis
Tahapan analisis ini dibagi menjadi dua, yaitu analisis eksternal dan analisis
internal. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a. Analisis Eksternal, terdiri dari:
1) Lingkungan eksternal, yaitu variabel-variabel (kesempatan dan ancaman) yang
berada di luar organisasi dan tidak secara khusus ada dalam pengendalian
jangka pendek dari manajemen puncak.
2) Lingkungan kerja, yaitu elemen-elemen atau atau kelompok yang secara
langsung berpengaruh atau dipengaruhi oleh operasi-operasi utama organisasi.
3) Lingkungan sosial, yaitu kekuatan umum kekuatan yang tidak berhubungan
langsung dengan aktivitas-aktivitas jangka pendek organisasi tetapi dapat dan
sering mempengaruhi keputusan-keputusan jangka panjang.
b. Analisis Internal, terdiri dari:
1) Struktur, yaitu sebuah cara bagaimana perusahaan diorganisasikan yang
berkenaan dengan komunikasi, wewenang serta arus kerja.
2) Budaya, yaitu pola keyakinan, pengharapan dan nilai-nilai yang dibagikan oleh
anggota organisasi atau perusahaan.
3) Sumber Daya, yaitu asset yang merupakan bahan baku bagi produksi barang
dan jasa organisasi.
Tahap analisa dapat menggunakan metode SWOT, yaitu metode perencanaan
strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau
suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT
(strengths, weaknesses, opportunities, dan threats).
Contoh pengunaan analisa SWOT pada toko elektronik Berkah Jaya yang telah
menggunakan teknologi informasi dalam jual beli produk yang ada di tokonya.
a. Strength (kelebihan/kekuatan)
1) Toko Berkah Jaya sangat mudah diakses dalam hal mendaftar, menjual
(memasang iklan)ataupun membeli.
2) Gampang ditemukan di search engine (memiliki page rank yang tinggi).
3) Tampilan dan toolbar yang mudah dipahami mulai dari kategori sampai
keterangan detil lainnya.
4) Tampilan, seperti pewarnaan, font dan tata letak sudah bagus dan tepat.
5) Kini sudah memiliki aplikasi berbasis mobile.
b. Weaknesses (kelemahan)
1) Toko Berkah Jaya saat ini masih hanya menggunakan Bahasa Indonesia
sehingga website ini belum mampu untuk go internasional.
2) Sangat rawan akan penipuan, karena semua informasi dapat dipublikasi dengan
sangat mudah dan gratis.
c. Opportunities (peluang)
1) Jumlah penduduk Indonesia.
2) Semakin mudahnya untuk akses informasi, karna kanal-kanal koneksi sudah ada
dimanamana dan semakin murah seperti, modem, wifi (hotspot) dll.
3) Sifat penduduk Indonesia yang umumnya masih konsumerisme.
d. Threat (ancaman)
1) Ancaman dari penyedian iklan gratis.
2) Ancaman dari para hacker.
4.5. Pembuatan Keputusan Konsumen e-Business Secara Perorangan
Terdapat beberapa faktor dalam proses pembuat keputusan perorangan, di
antaranya adalah:
1. Karakteristik Personal, yaitu hal-hal yang mencakup karakteristik personal di antaranya
Usia, Gender, Etnik Pendidikan, Pola Hidup, Psikologi, Pengetahuan, Nilai dan
Kepribadian.
2. Karakteristik Lingkungan, yang mencakup karateristik lingkungan di antaranya Sosial,
Komunitas dan Keluarga.
3. Sistem Kontrol Pemasok, yaitu sistem kontrol pemasok melingkupi Pendukung
Logistik yaitu Pembayaran, Pengiriman, Pendukung Teknik yaitu Web Design,
Intelligent Agent, Layanan Konsumen yaitu FAQs, Email, Call Center One to One.
4. Keputusan Membeli, Beli atau Tidak, Apa yang dibeli, Dimana, Kapan, Berapa
Banyaknya dan Pembelian Ulang.
5. Stimulasi, yang mencakup pemasaran yaitu Harga, Promosi, Produk, Kualitas dan
faktor lainnya yaitu Ekonomi Teknologi, Politik, Budaya.
Sedangkan faktor-faktor proses pembuat keputusan organisasi/perusahaan
terdiri dari:
1. Karakteristik Personal, hal-hal yang mencakup karakteristik personal di antaranya
Usia, Gender, Etnik Pendidikan, Pola Hidup, Psikologi, Pengetahuan, Nilai dan
Kepribadian.
2. Pengaruh Interpersonal, yang mencakup otoritas, status dan presuasi.
3. Pengaruh organisasi, yang mencakup kebijakan dan prosedur, struktur organisasi dan
sentralisasi/desentralisasi.
4. Sistem Kontrol Pemasok, sistem kontrol pemasok melingkupi pendukung logistik yaitu
Pembayaran, Pengiriman, Pendukung Teknik yaitu Web Design, Intelligent Agent,
Layanan Konsumen yaitu FAQs, Email, Call Center One to One.
5. Keputusan Membeli, Beli atau Tidak, Apa yang dibeli, Dimana, Kapan, Berapa
Banyaknya dan Pembelian Ulang.
6. Stimulasi, yang mencakup pemasaran yaitu Harga, Promosi, Produk, Kualitas dan
faktor lainnya yaitu Ekonomi Teknologi, Politik dan Budaya.
4.6. Strategi untuk Menghadapi Kompetisi
Dalam proses bisnis, tentu tidak akan pernah terlepas dari yang namanya
persaingan/kompetisi. Karena itu, organisasi harus memiliki strategi untuk menghadapi
kompetisi tersebut agar dapat terus bertahan dan berkembang, terlebih lagi strategi dalam
pemanfaatan teknologi informasi. Adapun strategi yang harus dimiliki antara lain:
1. Cost Leadership Strategy
2. Differentiation Strategy
3. Focus Strategy
4. Growth Strategy
5. Alliance Strategy
6. Inovation strategy
7. Internal efficiency Strategy
8. Costumer Oriented Strategy
Untuk membangun relasi dengan baik dibutuhkan beberapa model pembangunan
relasi yaitu:
1. Konsumen menerima ekspos pemasaran.
2. Konsumen menentukan media pemasaran untuk menanggapi.
3. Konsumen membuat keputusan membeli.
4. Detil Transaksi.
5. Up date Database.
6. Pembentukan segmentasi.
7. 4P (Produk harga, Tempat Promosi) diperbaharui keunikannya untuk konsumen.
8. Media baru dipilih untuk layanan terbaik.
4.7. Setrategi Memperkenalkan Situs
Agar dapat selalu bersaing dan berkembang, organisasi harus tetap
mempertahankan dan meningkatkan daya saingnya, agar semakin dikenal dan tentunya
akan meningkatkan pangsa pasar. Untuk mengoptimalisasi hal tersebut, maka diperlukan
beberapa strategi, yaitu :
1. Promosi On-Line
a. E-mail optimizing, manfaatkan dan mengoptimalkan e-Mail secara efektif.
b. Putting on search engine, meletakkan Uniform Resource Location (URL) dari situs
tersebut di berbagai Search Engine.
c. Build an impressive website, membuat sesuatu yang berkesan pada situs tersebut
d. Link-cooperation, melakukan dan mengadakan kerja sama.
2. Promosi Off-Line
a. Tabloid – magazine
b. Journal
c. Newspaper
d. Billboard
4.8. Sensifitas Harga
Salah satu strategi yang paling sering dilirik oleh konsumen tentu saja adalah harga.
Konsmen sangat sensitif terhadap harga. Karena itu, organisasi harus memperhatikan
sensitifitas harga ini dengan menerapkan beberapa strategi, yaitu:
1. Nilai yang unik.
2. Subsitusi.
3. Konsumen akan sangat peka terhadap pengeluaran total.
4. Penyajian biaya.
5. Harga.
6. Persediaan produk sangat mempengaruhi elastisitas harga
Evolusi E-Business
Menurut Loudon (2010:35), ada tiga fase perkembangan dalam dunia E-Business,
yaitu fase inovasi, fase konsolidasi dan fase re-invensi. Adapun pembahasannya sebagai
berikut:
1. Fase Inovasi (1995-200)
Fase Inovasi memiliki beberapa ciri, yaitu E-Business dijalankan berdasarkan
pada perkembangan teknologi (technology driven), seperti perkembangan internet,
komunikasi dan pertukaran data dan lain sebagainya. Umumnya produk-produk yang
dipasarkan pada masa ini adalah produk-produk eceran, seperti yang dilakukan oleh
Amazon dan e-Bay, seperti menjual buku sampai musik mp3.
2. Fase Konsolidasi (2001-2006)
Pada fase ini E-Business dijalankan berdasarkan pada aspek bisnis (bussines
driven). Pada Fase ini E-Business tidak hanya lagi hanya sebatas inovasi teknologi
yang mendukungnya, tetapi dijalankan pada perencanaan bisnis, sehingga strategi yang
dilakukan ialah perpaduan antara strategi bisnis konvensional dan teknologi online
yang pada umumnya disebut dengan bricks and clicks. Jadi fase ini sangat berfokus
terhadap laba. Umumnya produk yang dijual meliputi produk dengan eceran tinggi dan
kompleks, seperti komputer, handphone dan barang elektonik lainnya
3. Fase Re-Invensi (2006-Sekarang)
Pada fase ini E-Business dijalankan dengan didasarkan pada pelanggan, audiens
dan komunitas organisasi bisnis (customer, audience and community driven). Dengan
demikian para organisasi bisnis mulai memberikan perhatian kepada siapa sebenarnya
pelanggan mereka. Jadi Fase ini tidak hanya semata-mata mengejar target penjualan
atau laba tetapi juga memperhatikan faktor-faktor yang berkaitan dengan pelanggan
dan target pasar mereka (pertumbuhan jaringan sosial). Pada umumnya bisnis lebih
berfokus pada jasa dibanding produk fisik.
5.2. Alasan Evolusi
Seiring perkembangan teknologi, bisnis juga ikut berkembang dari bisnis
tradisional menjadi e-Business. Bahkan e-Business sendiri juga mengalami evolusi seiring
meningkatnya pangsa pasar dan perubahan prilaku konsumen. Alasan-alasan terjadinya
evolusi e-business adalah sebagai berikut:
1. Sangat berhati-hati.
2. Resiko lebih kecil.
3. Benar-benar memberikan value kepada konsumen.
Menurut Martin, ada empat tahapan evolusi yang dipergunakan seperti gambar
di bawah ini:
1. Channel Enhancement
Perusahaan konvensional yang ingin memanfaatkan internet dapat memulai
dengan mempergunakan teknologi informasi sebagai kanal tambahan dan alternatif
dalam menghubungkan perusahaan dengan para pelangganya. Contohnya:
a. Sebelumnya dalam perbankan, nasabah harus datang menemui teller untuk
melakukan transaksi perbankan, namun sekarang nasabah dapat memilih transaksi
perbankan dengan fasilitas e-banking melalui internet.
b. Sebelumnya dalam penjualan, pembeli harus datang langsung ke tempat untuk
melakukan pembelian barang, namum saat ini pembeli dapat melakukan melalui
internet.
2. Value-Chain Integration
Menurut Michael Porter, value chain (rantai nilai) merupakan rangkaian proses
atau aktivitas perubahan bahan mentah menjadi produk jadi. Karena bahan mentah
yang dibutuhkan oleh perusahaan pada dasarnya merupakan output atau produk dari
rangkaian rantai nilai perusahaan lain sebagai pemasoknya, maka pengintegrasian
kedua rantai nilai ini akan semakin meningkatnya efesiensi dan efektivitas proses
penciptaan produk secara keseluruhan.
Perusahaan dapat meningkatkan profitnya secara signifikan karena dengan
kemampuan menyatukan rantai nilai dari seluruh perusahaan yang terlibat dalam
sistem penciptaan produk, perusahaan dapat fokus pada kompetensi utamanya
(core competencies) dan membuang proses-proses pendukung lainnya ke pihak lain
(outsourching management)
3. Industry Transformation
Transformasi industri terjadi sebagai hasil dari perusahaan yang telah
menyadari benar kekuatanya dan dapat memanfaatkan peluang e-Business yang akan
ditawarkan oleh internet dan dunia maya. Tidak sedikit perusahaan yang pada akhirnya
harus mengganti core bisnisnya setelah melihat kekuatan utama yang dimilikinya
(core competencies) dan tingginya kompetisi di industri terkait. Beberapa contoh dari
transformasi industri yang terjadi saat ini:
a. Perusahaan penerbitan buku-buku bermutu yang biasa memulai rangkaian
prosesnya dari pemilihan naskah, pengeditan, penyusunan layout, pencetakan dan
distribusi dapat hanya berkosentrasi pada proses pemilihan naskah saja karena
proses-proses lainnya dapat dioutsourcekan ke perusahaan diindustri terkait
b. Perusahaan penjual lagu-lagu musik melalui kaset ataupun CD yang memiliki
anyak sekali toko di setiap kota dapat dengan mudah mentransformasikan dirinya
menjadi portal yang dapat mencari dan meramu lagu-lagu yang diinginkan masingmasing pelanggan unikny, karena proses prodksi sampai dengan distribusi kaset
atau CD dapat dilakukan oleh perusahaan lain, karena bersangkutan cukup
mengetahui informasi lagu apa saja yang tersedia dipasaran dan dimana
mendapatkannya.
c. Perusahaan pemberi jasi kesehatan seperti medical center dimana para dokter
berkumpul untuk memberikan diagnosa kepada pasien yang datang dapat berubah
menjadi perusahaan penyedia jasa akses pelayanan kesehatan melalui televisi,
dalam artian kata setiap calon pasien cukup menggunakan televisi khususnya untuk
dapat berkomunikasi dengan dokter yang diinginkan dimana saja dan kapan saja
melalui aplikasi telemedicine.
4. Convergence
Konvergensi antara lebih dari satu industri terjadi karena dengan adanya
internet perusahaan dapat secara mudah berkolaborasi dan berkooperasi untuk
menciptakan produk-produk baru yang tidak mungkindapat diciptakan tanpa adanya
kerja sama tersebut. Lihatlah bagaimana maraknya produk-produk inovasi baru
ditawarkan di pasaran karena adanya konvergensi sebagai berikut:
a. Konvergensi antara industri dengan perbankan, kesehatan dan teknologi informasi
melahirkan sebuah smart card yang selain berfungsi sebagai kartu kredit dan kartu
debet, dapat dipergunakan untuk menyimpan data riwayat kesehatan pasien yang
akan secara langsung dihubungkan dengan program asuransi kesehatan yang
ditawarkan.
b. Konvergensi antara industri telekomunikasi dan internet menghasilkan sebuah
handphone yang tidak saja dapat dipergunakan sebagai internet browser.
c. Konvergensi antara industri multimedia dengan manufaktur mobil menawarkan
suatu jasa kepada para pelanggan untuk melakukan pemesanan produksi mobil
dengan desain, warna, karakteristik dan karakteristik lain sesuai selera masingmasing pelanggan yang unik melalui situs internet yang diperlengkapi dengan
aplikasi CAD/CAM.
d. Konvergensi antara industri robotika dan pertahanan dapat menghasilkan suatu
robot yang dapat menjinakkan bom dan berfungsi sebagai mata-mata institusi
tertentu di negara lain
5.3. Diagram Relasi e-Bussiness
Di dalam dunia e-Bussiness begitu banyak yang ditawarkan oleh para vendor.
Berbeda dengan perkembangan aplikasi di dunia nyata yang bermula dari pake-paket
aplikasi yang bersifat funsional, didunia maya beragam aplikasi e-bussiness dibangun
berdasarka paradigma proses (bussiness process). Jika memperhatikan rangkaian bussiness
process yang kerap ditemukan di perusahaan, dari arah hulu menuju ke hilir. Menurut
Supot Chokwareepom (IBM) aplikasi e-Bussiness dapat dikatagorikan menjadi empat,
seperti bagan di bawah ini.
Cara yang paling mudah dalam memahami keempat katagori aplikasi e-Bussiness
ini adalah dengan mencoba bergerak dari rangkain proses dari hilir menuju hulu. Alasan
pendekatan tersebut dipakai adalaha karena di era bisnis modern saat ini, perusahaan
berdiri karena adanya pelanggan yang membutuhkan sebuah produk atau pelayanan
tertentu.
Berdasarkan dari pendekatan tersebut, maka pada bagian hilir aka dijumpai
rangkaian proses yang menghubungkan sebuah perusahaan dnegan para pelangganya.
Konsep yang biasa dipergunakan dalam membangun aplikasi katagori ini adalah customer
relationship management (CRM). Konsep ini mengajarkan kiat dan strategi untuk
membangun dan menjalin hubungan yang efektif antara perusahaan dengan pelanggannya
agar tercapailah apa yang kerap diistilahkan sebagai customer satisfaction, customer
loyalty dan customer retention. Adapun proses-proses yang termasuk dalam proses CRM
adalah:
1. Proses penanganan keluhan pelanggan.
2. Proses penanganan pesananpelanggan.
3. Proses penanganan permintaan informasi dari pelanggan.
4. Proses pengelolaan data dan informasi seputar pelanggan.
5. Proses pengelolaan kebutuhan pelanggan.
6. Proses analisa karakterisik dan perilaku pelanggan dan lain sebagainya.
5.4. Jenis-Jenis e-Business
Pada dasarnya, dilihat dari jenisnya e-Business dibagi menjadi dua kategori umum,
yaitu B2B dan B2C. Prinsip pembagian ini dilandasi pada jenis institusi atau komunitas
yang melakukan interaksi perdagangan dua arah. Perkembangan dari kedua katagori umum
tersebut menjadi:
1. Business to Business (B2B)
Merupakan sistem komunikasi bisnis antar pelaku bisnis atau transaksi secara
elektronik antar perusahaan yang dilakukan secara rutin dan dalam kapasitas produk
yang besar.
2. Business to Customer (B2C)
Jenis perdagangan elektronik di mana ada sebuah perusahaan (business)
yang melakukan penjualan langsung barang-barangnya kepada pembeli (consumer).
Karektiristik:
a. Merek terkenal.
b. Barang-barang terdigitisasi, seperti e-book.
c. Harga terjangkau.
d. Barang-barang yang cukup sering dicari dalam keseharian.
e. Barang yang tidak dapat ditemukan dengan mudah di toko-toko tradisional.
3. Customer to Business (C2B)
4. Customer to Customer (C2C)
C2C merupakan salah satu model e-Commerce, dalam hal ini konsumen
menjual secara langsung pada konsumen yang lain, atau dapat dapat juga dikatakatan
sebagai transaksi jualbeli antar konsumen. Karakteristik:
a. Internet dijadikan sebagai sarana tukar menukar informasi tentang produk, harga,
kualitas dan pelayanannya.
b. Konsumen juga membentuk komunitas pengguna atau penggemar suatu produk.
Sehingga jika ada ketidak puasan suatu produk, maka akan segera tersebar luas
melalui komunitas tersebut. Contoh Kaskus, Facebook, Twitter, Broadcast from HP
dan lain-lain.
5. Business to Government (B2G)
6. Government to Customer (G2C)
7. Government to Government (G2G)
Kemudian, aplikasi-aplikasi e-Business dibagi lagi menjadi tiga katagori di
antaranya adalah:
1. Internal Business System
a. CRM
b. ERP
c. DMS
d. HRM
2. Enterprise Communication and Collaboration
a. VoIP
b. CMS
c. E-mail
d. Voice mail
3. Electronic commerce
a. Internet shop
b. Online marketing
5.5. Manfaat e-Business
Sebelum organisasi memutuskan untuk beralih dari binsis tradisional ke e-Business,
tentu mereka mempertimbangkan apa saja manfaat yang akan mereka dapatkan ketika
melakukan hal tersebut. Banyak sekali manfaat yang diberikan oleh e-business, yaitu:
1. Bagi Perusahaan atau Pebisnis Perorangan
a. Memperpendek jarak.
b. Perluasan pasar.
c. Perluasan jaringan mitra kerja.
d. Biaya terkendali.
e. Efisien.
f. Cash flow terjamin.
g. Manfaat lainya.
2. Bagi Konsumen
a. Efektif
b. Biaya terkendali
c. Aman secara fisik
d. Harga murah
e. Fleksibel
3. Bagi Masyarakat pada Umumnya
a. Peluang kerja baru
b. Wahana kompetisi
4. Bagi Dunia Akademis
a. Tantangan baru.
b. Para peneliti tertantang untuk melakukan analisis terhadap pergeseran pola bisnis.
c. Membuka kerangka baru dalam penjualan jasa pendidikan.
5.6. Latar Belakang Pembentukan Situs e-Business
Setelah mengetahui apa saja manfaat yang akan didapatkan, faktor yang tidak kalah
penting yang harus diperhatikan oleh organsiasi sebelum beralih ke e-Business adalah
latar belakang pembentukan situs e-Business. Adapun yang harus menjadi perhatian
adalah:
1. Kebutuhan Konsumen.
2. Keprihatinan atau kesadaran konsumen.
3. Kondisi sosial, ekonomi dan demografi.
5.7. Ilusi Sekarang atau Realitas Masa Depan
Fenomena perkemangan e-Business emang sangat jelas terjadi. Namun hal ini tidak
membuat para pelaku bisnis tradisional untuk segera beralih ke e-Business, karena merasa
hal ini bersifat sementara saja, sehingga terlihat seperti ilusi belaka atau memang tidak
mengerti bagaimana caranya berkompetisi di era digital saat ini. Namun, jika berlarut di
comfort zone saat ini, maka harus bersiap-siap kalah dalam berkompetisi, karena inilah
realitas di masa depan. Adapun yang menjadi hambatan e-Business di Indonesia yang
menyebabkan organisasi pelaku bisnis tidak segera beralih ke e-Busines adalah:
1. Belum terbentuknya high trust society.
2. Pada umumnya harga produk tidak dapat ditawar lagi.
3. Sarana prasarana masih belum memadai.
4. Masih sangat sedikit SDM yang memahami dan menguasai konsep dan implementasi
teknologi informasi.
5. Jasa pengiriman masih membutuhkan pembenahan dan peningkatan.
6. Adanya tindak kejahatan kartu kredit.
7. Perbedaan platform.
8. Masih menunggu.
9. e-Business masih dipandang sebelah mata.
10. Konsumen yang aktif.
11. Etika dan moralitas.
5.8. Langkah-Langkah Bisnis dengan Sistem e-Business
Ketika telah menerapkan sistem e-Business, tentu organisasi harus menjalankan
langkah-langkah bisnis dengan sistem e-Business yang tentu saja berbeda dengan sistem
bisnis tradisional. Adapun langkah-langkahnya dalah seabgai berkut:
1. Perusahaan mempublikasikan halaman web tentang produk-produknya kepada
masyarakat.
2. Calon pembeli dapat memilih produk dan mengisi formulir transaksi elektronik dengan
mencantumkan nomor kartu kreditnya.
3. Setelah proses pembayaran selesai, barang akan dikirim melalui jasa pengiriman
barang.
Sedangkan proses transaksinya adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan produk.
2. Inisialisasi pembelian.
3. Permintaan otorisasi.
4. Otorisasi.
5. Pemintaan pelunasan.
6. Pengiriman barang.
Ditinjau dari alat pembayaran yang digunakan, maka transaksi dapat dikelompokan
sebagai berikut:
1. Sistem uang digital (anonymous).
2. Cek elektronik.
3. Kartu Kredit Elektronik.
4. Elektronik funds transfer.
6.1. Definisi Business to Customer (B2C)
Business to Customer (B2C) adalah suatu proses bisnis dimana penjual (produsen)
berhadapan langsung dengan pembelinya (konsumen). Sifat dari bisnis tersebut adalah
terbuka dan bebas dimanfaatkan oleh khalayak umum. Cara mengaksesnya melalui sebuah
website yang disediakan oleh sang penjual. B2C tidak terlalu membutuhkan akuntabilitas
yang baik dan hubungan yang formal dengan pelanggan dalam transaksinya. Pada
perusahaan B2C teknologi yang interaktif memungkinkan perusahaan untuk membuat
akses kepada konsumen. Adapun proses transaksi dimulai dari ketika consumen
melakukan pemesanan suatu produk melalui website perusahaan. Ketika produk mana
yang akan dibeli sudah diputuskan, maka konsumen akan masuk ke halaman Shopping
Chart. Konsumen tidak perlu melakukan pembayaran secara langsung, melainkan cukup
dengan fasilitas transfer pada rekening bank. Setelah pembayaran selesai, maka perusahaan
akan mendapatkan pemberitahuan tentang pemesanan tersebut. Kemudian perusahaan akan
mengirim produk dari gudang ke konsumen dengan menggunakan jasa pengiriman.
Konsumen adalah hal yang mutlak dibutuhkan apabila sebuah bisnis ingin
dipertahankan. Terlebih pada bisnis yang bertipe B2C yang notabene profitnya berasal dari
konsumen. Selain harus mendapatkan konsumen, B2C juga harus mempertahankannya
dalam jangka waktu yang panjang.
Menurut Muni Fuady, B2C merupakan transaksi ritel dengan pembeli individual
(Munir Fuady). Sedangkan menurut Onno W. Purbo, B2C juga dapat diartikan mekanisme
toko online (electronic shoping mall) yaitu transaksi antara e-Merchant dengan eCustomer.
B2C merupakan kependekan dari Business to Consumer yang artinya sebuah proses
yang terjadi apabila organisasi atau perusahaan menjual produk atau jasa kepada
konsumenya melalui jaringan internet. Business to Consumer (B2C) adalah adalah
kegiatan E-businesses dalam pelayanan secara langsung kepada konsumen melalui barang
atau jasa. Secara definisi sudah dapat dipastikan atau mungkin dapat kita perkirakan bahwa
model ini cocok untuk para pengusaha kecil dan menengah, itu karena:
1. Menyingkirkan perantara.
2. Penghematan biaya dan memberi kemudahan.
3. Secara teoritis, keuntungan akan lebih mudah diraih melalui model B2C ini, karena
biaya tidak tumbuh secara proporsional dengan pertumbuhan bisnis, dalam arti
pertumbuhan bisnis niscaya akan lebih pesat daripada biaya yang harus dikeluarkan.
4. Kebutuhan akan modal kerja yang lebih rendah dibandingkan dengan kasus bisnis
konvensional sehingga harga pun dapat ditekan menjadi lebih murah.
6.2. Karakteristik Business to Consumer (B2C)
Business to Consumer (B2C) memiliki beberapa karakterikstik, di antaranya
sebagai berikut:
1. Terbuka untuk umum, dimana informasi disebarkan ke umum.
2. Servis yang diberikan bersifat umum (generic) dengan mekanisme yang dapat
digunakan oleh khalayak ramai. Sebagai contoh karena sistem web sudah umum
digunakan makan servis diberikan dengan menggunakan basis web.
3. Servis diberikan berdasarkan permintaan (on demand), consumer melakukan inisiatif
dan produser harus siap memberikan respon sesuai dengan permohonan.
4. Pendekantan client/server sering digunakan dimana diambil asumsi client (consumer)
menggunakan sistem yang minimal (berbasis web) dan processing (business
procedure) diletakan di sisi server.
5. Transaksinya sederhana dan tidak terlalu sering terjadi.
6. Nilai transaksi yang terjadi relatif kecil.
6.3. Strategi Business to Consumer (B2C) pada E-Commerce
Ada beberapa sasaran yang harus dicapai setelah memahami bisnis Business to
Consumer (B2C), di antaranya :
1. Kebanyakan produksi dan jasa menjadi tersedia untuk pengiriman digital.
2. Konsumen mangatasi keengganannya berbelanja menggunkaan web.
3. Kecepatan komunikasi yang tinggi telah membuat pengiriman produk digital mudah.
4. Ketakutan terhadap pencurian informasi (seperti info kartu kredit) telah digantikan
dengan kepercayaan yang besar bahwa informasi rahasia akan dijaga dengan aman.
6.4. Perkembangan Business to Consumer (B2C)
Pada awal pertumbuhannya, perusahaan-perusahaan retailer yang telah ada (seperti
departement store) belum memainkan peranan penting dalam pasar B2C. Website yang
dibangun pada umumnya hanya berfungsi sebagai media publikasi dan tidak interaktif.
Tujuan utamanya adalah untuk menarik perhatian pengunjung melalui website agar
mendatangi toko di dunia nyata (physical store). Hal ini juga disebabkan karena awalnya
internet belum menyediakan layanan untuk bertransaksi bagi konsumen, sehingga
walaupun banyak usaha yang dilakukan tetapi tidak berjalan baik dan tidak berhasil dan
menyebabkan kegagalan.
Pada tahun 1984 diciptakan sistem transaksi perbankan secara online oleh AT&T
tetapi tidak berhasil dikarenakan infrastruktur belum memadai. Kemudian pada tahun 2000
diperkenalkan situs belanja online yang bernama amazon.com setelah diluncurkan
amazon.com inilah mulai saat itu banyak bermunculan situs-situs transaksi online yang
mengusung prinsip B2C. Sepanjang tahun 2001, diperkirakan terdapat sekitar 75 juta
pengguna internet yang berpartisipasi dalam transaksi-transaksi di toko online
(emarketer.com, Juli 2001). Menurut laporan eMarketer (Mei 2001), pendapatan dunia dari
B2C pada tahun 2000 berkisar antara 53 hingga 238 miliar dolar dan meningkat pesat pada
tahun 2004 menjadi antara 428 hingga 2.134 miliar dolar. Saat ini pun, pasar B2C semakin
berkembang. Perusahaan retailer banyak yang mengkombinasikan physical retail stores
mereka dengan website (online presence).
Kesuksesan dari B2C pada dasarnya dikarenakan faktor penawaran barang kualitas
tinggi dengan harga murah dan banyak pula dikarenakan pemberian layanan kepada
konsumen yang cukup baik. Lantas, produk-produk dengan karakteristik seperti apakah
yang diperkirakan menghasilkan volume penjualan yang besar di pasar B2C? Berikut ini
adalah beberapa karakteristiknya.
1. Merek terkenal.
2. Barang-barang terdigitisasi, seperti e-book.
3. Harga terjangkau.
4. Barang-barang yang cukup sering dicari dalam keseharian (seperti sayur, obat).
5. Barang yang tidak dapat ditemukan dengan mudah di toko-toko tradisional.
6.5. Aktifitas Business to Consumer (B2C)
1. Promosi
Sampai pada tahun 2004 alokasi dana perusahaan rata-rata untuk iklan di
internet sampai sebesar 8%. Keuntungan dari promosi yaitu:
a. Interaktif, user memegang kendali.
b. Lebih fokus.
c. Berbasis komunitas, user bisa langsung memberikan komentar.
Kerugian dari promosi yaitu:
a. Masih kalah efektif dengan banner besar dikoran.
b. User yang tidak bisa dikendalikan.
2. Ordering
Situs dengan tipe commerce-oriented menyediakan layanan lengkap, mulai dari
akses ke database produk, pemesanan sampai pengiriman. Prinsip dari ordering adalah
3C, yaitu:
a. Content-oriented contohnya situs-situs universitas.
b. Commerce-oriented contohnya amazon.com.
c. Community-oriented contohnya kaskus.us.
3. Delivery
Pengiriman dibagi dua jenis yaitu:
a. Pengiriman dapat melalui intenet seperti menggunakan software, e-book dan
multimedia.
b. Pengiriman secara fisik contohnya cd/dvd, buku, kaset/video-tape.
4. After-Sales Service
After-sales service dapat melalui email, internet, messenger, bulletin
board/forum. Selain itu after-sales service menggunakan berbagai teknologi terbaru
seperti CRM, Data Mining Tool, sistem terintegrasi yang berbasis pelanggan.
Berdasarkan survey yang dilakukan 90% pelanggan lebih menyukai pelayanan berbasis
telepon.
6.6. Bisnis Proses Business to Consumer (B2C)
Bisnis proses pada Business to Consumer (B2C) menjelaskan dasar-dasar dari
kerangka kerja sebuah bisnis yang terkenal dengan istilah 2W1H, yaitu:
1. Who : segmentasi pasar.
2. What : layanan / produk yang ditawarkan.
3. How : bagaimana cara kerjanya.
Contoh bisnis proses ebay.com
Who : siapapun.
What : produk apapun.
How : pertukaran barang dengan cara lelang.
Nilai bisnis bernilai efesiensi
Kelebihan : harga yang murah dan pilihan yang beragam.
6.7. Tantangan Utama dalam Business to Consumer (B2C)
Dalam setiap proses bisnis, baik bisnis tradisional maupun e-Business, tentu tidak
terlepas dari tantangannya masing-masing. Adapaun tantangan utama dalam Business to
Consumer (B2C), adalah sebagai berikut:
1. Membutuhkan sistem operasi dan aplikasi khusus.
2. Membangun privasi dan kepercayaan konsumen.
3. Menciptakan ketergantungan dan loyalitas.
4. Kelengkapan, keragaman dan ketersediaan barang/jasa.
6.8. Pelayanan Business to Consumer (B2C)
Business to Consumer (B2C) dapat memberikan pelayanan kepada konsumen
berupa:
1. Memuat contoh produk yang dijual beserta informasi-informasinya.
2. Melakukan transaksi penjualan barang.
3. Melakukan transaksi pembayaran barang.
4. Melakukan transaksi pengiriman barang.
5. Membuat berita-berita terbaru tentang produk.
6. Menginformasikna lokasi penjualan dan pelayanan.
7. Memberikan service secara lengkap.
6.9. Produk Business to Consumer (B2C)
Produk-produk Business to Consumer (B2C) dapat terdiri dari produk digital,
seperti lagu, album, film program komputer dan update-nya serta jasa. Selain produk
digital, tentu saja terdapat produk fisik. Penjual dapat membuat melalui internet namun
pengiriman harus diatur. Perkembangan perusahaan pengiriman barang secara tidak
langsung membantu penjualan e-Commerce.
6.10. Klasifikasi Business to Consumer (B2C)
Secara umum, tipe-tipe Business to Consumer (B2C) terbagi menjadi 4 klasifikasi
yaitu:
1. Auction Store
Layanan ini sebagai tempat untuk memberikan pelayanan dalam bidang
perdagangan. Misalnya untuk pengiklanan produk perusahaan dan cara pembayaran
dan sebagainya. Sehingga dapat kita ketahui menggunakan layanan kita dapat
memaksimalkan keuntungan yang ingin kita capai karena penawaran yang sangat
banyak dari berbagai negara contohnya, www.ebay.com.
2. Online stores
Layanan ini tempat untuk menjual/membeli secara digital dengan memilih,
memesan barang lewat intenet tanpa harus bertatap muka dengan penjul secara
langsung maupun barang yang ingin dibeli, contohnya www.tokopedia.com.
3. Online Services
Layanan ini tempat untuk meminta informasi dan servis lain dari perusahaan
dengan cepat dan mudah atau dapat melakukan proses jual beli, misalnya jasa tiket
perjalanan, jasa servis dan lain-lain. Contohnya traveloka.com dan airasia.com
4. Other Services
Layanan ini yang menyediakan fasilitas untuk penjualan produk dan jasa di luar
klasifikasi yang sudah diberikan sebelumnya, contohnya www.kaskus.us dan
www.facebook.com.
6.11. Keuntungan dan Kerugian/Kelemahan Business to Consumer (B2C)
Keuntungan Business to Consumer (B2C) dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu
berbagai berikut:
1. Keuntungan Business to Consumer (B2C) bagi Perusahaan
a. Dapat mempromosikan produk mereka secara luas.
b. Dapat melayani transaksi selama 24 jam penuh tanpa terganggu waktu libur.
c. Dapat langsung berinteraksi dengan customers tanpa perantara.
d. Dapat meminimalkan cost yang dikeluarkan.
2. Keuntungan Business to Consumer (B2C) bagi Customers
a. Dapat melakukan pembelanjaan dengan mudah.
b. Memiliki banyak pilihan dan waktu utnuk menentukkan yang disukai.
Selain memiliki keuntungan, Business to Consumer (B2C) juga memiliki
kerugian/kelemahan. Adapun kerugian/kelemahan dari Business to Consumer (B2C)
adalah sebagai berikut:
1. Produk yang dipesan tidak dapat kita lihat secara langsung dan kita teliti (periksa) lebih
lanjut.
2. Produk yang kita lihat di website, terkadang tidak sesuai seperti aslinya. Maksudnya
ada perbedaan bentuk, warna, ukuran dan lain sebagainya.
7.1. Definisi e-Governmnet
Suatu upaya untuk mengembangkan penyalenggaraan kepemerintahan yang
berbasis elektronik. Suatu penataan system manajemen dan proses kerja di lingkungan
pemerintah dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
dapat menggunakan e-Government.
Menurut Norris D. F. Flercher e-govermnet adalah layanan dan pengiriman
informasi elektronok yang diberikan oleh pemerintag 24 jam sehari, 7 hari seminggu.
e-Government adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan
informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan
dengan pemerintahan. e-Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif atau
administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan
publik atau proses kepemerintahan yang demokratis.
Model yang dapat digunakan untuk membuat e-Government dengan e-readiness.
IBM mendefinisikan e-readiness adalah ukuran kualitas infrastruktur informasi dan
teknologi komunikasi suatu negara dan kemampuan untuk dapat digunakan oleh para
konsumen, bisnis dan pemerintah itu sendiri.
Menurut Choucri (2003), e-readiness didefinisikan sebagai kemampuan untuk
mengejar peluang penciptaan nilai yang difasilitasi dengan menggunakan internet, yaitu:
1. Conectivity yaitu apakah jaringan sudah tersedia secara luas dan dengan harga
terjangkau.
2. Information securty yaitu apakah jaringan dan tempat penyimpanan data sudah bisa
dipastikan aman.
3. Human capital yaitu apakah sumberdaya manusianya sudah mampu mengaplikasikan
e-Government.
7.2. Tahapan e-Government
Ada empat tahapan yang diperlukan pada e-Government, yaitu:
1. Implementasi yaotu memperkenalkan kemunculannya pada masyarakat.
2. Pengembagan yaitu situs pemerintahan bertambah, informasi menjadi semakin
dinamis.
3. Interakatif yaitu user bisa membayar layanan secara online.
4. Full electronic yaitu e-Government sudah terintegrasi diseluruh sektor pemerintah.
7.3. Prinsip e-Government
Beberapa prinsip yang harus dimiliki dalam e-Government agar dapat dirasakan
manfaatnya secara maksimal, yaitu:
1. Membantu layanan terhadap masyarakat.
2. Membuat pemerintah dan layanan-layananya lebih mudah untuk diakses oleh
masyarakat.
3. Memberikan solusi terhadap isu-isu sosial.
4. Menyediakan informasi-informasi yang bermafaat bagi masyarakat.
5. Penggunaan sumber daya pemerintah secara efektif dan efesien.
7.4. Tujuan Implementasi e-Government
1. Meningkatkan mutu layanan publik melalui pemanfaatan teknologi IT dalam proses
penyelenggaraan pemerintahan.
2. Terbentuknya pemerintah yang bersih, transparan dan mampu menjawab tuntutan
perubahan secara efektif.
3. Perbaikan organisasi, sistem manajemen dan proses kerja kepemerintahan.
7.5. Sasaran Pembangunan e-Government
1. Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang berkualitas dan
terjangkau.
2. Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk meningkatkan dan
memperkuat kemampuan perekonomian menghadapi perubahan dan persaingan
perdagangan internasional.
3. Pembentukan mekanisme komunikasi antar lembaga pemerintah serta penyediaan
fasilitas bagi partisipasi masyarakat dalam proses kepemerintahan.
4. Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan dan efisien serta
memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga pemerintah.
7.6. Transformasi Menuju e-Government
Beberapa contoh fungsi kepemerintahan yang penyelenggaraanya dapat dibantu
melalui sistem elektronik adalah :
1. Pelayanan masyarakat.
2. Kepegawaian.
3. Keuangan.
4. Pengelolaan aset dan sebagainya.
7.7. Kerangka Arsitektur e-Government
Salah satu kunci e-Government adalah pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi. Ini artinya bahwa ada unsur-unsur teknologi informasi dan komunikasi seperti
sistem aplikasi, sistem infrastruktur, jarngan telematika dan lain-lain yang dipakai dalam
proses penyelenggaraan pemerintahan. Beberapa hal mendasar tentang pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi ini berkaitan dengan:
1. Penggunaan internet.
2. Penggunaan infrastruktur telematika.
3. Penggunaan sistem aplikasi.
4. Standarisasi metadata.
5. Transaksi dan pertukaran data elektronik.
6. Sistem dokumentasi elektronik
7.8. Jenis-Jenis e-Government
e-Government sendiri terdapat beberapa jenis. adapun Jenis-jenis e-Government di
antaranya sebagai berikut:
1. Government to Citizen (G2C) adalah suatu teknologi informasi yang mempunyai suatu
tujuan untuk memperbaiki hubungan interaksi antara pemerintah dengan kelompok
masyarakat dan dapat untuk mempermudah masyarakat dalam mencari berbagai
informasi tentang pemerintahan. Misal contoh seperti : informasi menganai pajak
online, layanan jaminan sosial, mencari lowongan pekerjaan, dan sebagainya.
2. Government to Business (G2B) adalah suatu tipe hubungan pemerintah dengan para
bisnis menegah ataupun bawah. Karena akan sangat dibutuhkan relasi yang sangat
baik, antara pemerintah dengan kalangan bisnis. Tujuannya utama nya adalah demi
kemudahan berbisnis masyarakat kalangan pembisnis. Contohnya seperti : informasi
menganai pajak perseroan, peraturan pemerintah (hukum bisnis), pendaftaran
perusahaan, peluang