Tampilkan postingan dengan label 5G. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 5G. Tampilkan semua postingan

Jumat, 29 Desember 2023

5G













 negara kita  saat ini baru menapaki teknologi 4G dan akan ada kesempatan pembelajaran penerapan 
teknologi ini untuk adopsi 5G jika  teknologi itu  telah hadir. Melihat dari timeline ITU dan timeline 
5G global dimana pada tahun 2015/2016 merupakan tahap penyusunan key requirements dari teknologi 5G, 
hal ini merupakan peluang negara kita  agar dapat mempersiapkan hadirnya teknologi ini mulai dari sekarang. 
Salah satu kesempatan yang dapat dilakukan saat ini yaitu  mengidentifikasi peluang industri pendukung 
teknologi 5G yang masih dapat diproduksi di negara kita  atau setidaknya mempersiapkan industrinya dari 
sekarang. Terkait dengsan masalah teknologi, dapat dipastikan bahwa negara kita  akan kalah bersaing 
dengan negara yang telah maju jika  riset baru memulai dari sekarang namun  jika  hal itu  
dikaitkan dengan kondisi spesifik (unik) di negara kita  maka dapat menjadi masukan dalam forum 
internasional, dimana negara yang memiliki kondisi yang menyerupai dapat mengadopsi kebijakan yang 
disusun oleh negara kita . 
• Perlu diwacanakan perubahan regulasi yang akan mempengaruhi perkembangan teknologi 5G 
seperti pola perizinan frekuensi. 
• Menyusun rencana pola perizinan shared exclusive used licensed atau licensed shared access 
(LSA). 
• Menyusun rencana pola perizinan radio kognitif, rentang frekuensi yang dapat dipakai , model 
bisnis yang dimungkinkan. 
• Menyusun rencana pola MVNO setidaknya mengkaji ulang potensinya. Begitu juga konsep sewa 
frekuensi. 
• Pemerintah dapat mengantisipasi dengan penyusunan regulasi pada  dampak dengan adanya 
konsep D2D terkait dengan ICT forensic dan sistem billing. 
• Untuk mengantisipasi teknologi HetNet disarankan untuk memakai  class licensed untuk pita 
unlicened dan penyelenggara yang secara komersial menyelenggarakan telekomunikasi dengan 
memakai  pita unlicensed wajib disertifikasi seperti penyelenggara pita unlicensed di Korea 
dengan tujuan terjaganya QoS. 
• Membentuk studi grup untuk memantau perkembangan teknologi 5G terutama pada dokumen 
working group ITU WP5D. 
• Perlu dipelajari apakah dana R&D negara kita  yang <1% APBN (± 0,08% / ± 20 T Rupiah) dapat 
dipakai  untuk konteks pengembangan 5G negara kita . 
• Peningkatan koordinasi antar Kementerian dan instansi terkait dengan cara menyelaraskan visi dan 
mengubah regulasi yang tidak sinergi. 
• Langkah selanjutnya yaitu  menyusun key requirement atau KPI dari 5G negara kita  untuk dasar 
penyusunan roadmap 5G negara kita  yang terdiri dari: 
◦ Pemetaan teknologi secara komprehensif 
◦ Roadmap industri telekomunikasi  
◦ Roadmap industri pendukung 
◦ Roadmap regulasi terkait (security, penataan frekuensi, model bisnis) 
◦ Rencana aksi (action plan) 

negara kita  saat ini tengah memasuki era teknologi 4G dimana secara global 
teknologi ini telah dikomersilkan sejak tahun 2009. Melihat pengalaman 
implementasi teknologi seluler dari 1G sampai dengan 4G di negara kita  yang selalu 
terlambat, maka kajian ini diharapkan dapat menjadi awal persiapan negara kita  
dalam menghadapi teknologi 5G dengan mengidentifikasi teknologi seluler saat ini 
dengan gambaran umum industri telekomunikasi di negara kita  saat ini. Kajian ini 
memakai  pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui 
FGD dan wawancara mendalam kepada regulator, operator, vendor, serta 
akademisi. Dalam kajian ini didapatkan bahwa negara kita  perlu memetakan key 
requirement 5G yang sesuai dengan kondisi di negara kita  sehingga dapat disusun 

Perkembangan teknologi seluler di negara kita  saat ini telah memasuki era 4G dimana jaringan pita lebar 
4G LTE “tahap pertama” di negara kita  telah diterapkan di pita frekuensi 900 MHz di akhir tahun 2014 dan 
akan dilanjutkan pada “tahap kedua” pada pita frekuensi 1800 MHz di kuartal pertama tahun 2015 
berdasarkan keterangan dari Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara. Meskipun teknologi 
telekomunikasi berkembang dengan sangat pesat, masih ada  tantangan pada  peningkatan 
permintaan kecepatan akses data berikut dengan kehandalan dari layanan dimana teknologi 4G pun tidak 
dapat memenuhi dan hal ini yang memacu adanya penelitian pada  teknologi terkini untuk memenuhi 
kebutuhan itu . Beberapa negara telah memulai mengkaji kemungkinan penerapan teknologi 5G 
dengan membentuk konsorsium ataupun working project seperti METIS, 5GNOW, dan lain-lain dimana 
working project itu  merupakan gabungan dari beberapa vendor telekomunikasi beserta akademisi dan 
regulator yang bersama-sama berusaha menemukan teknologi yang dapat memenuhi persyaratan sebagai 
teknologi generasi ke 5.  
Pada  kongres MWC (Mobile World Congress) 2015 di Barcelona yang dihadiri oleh perwakilan dari 
regulator, operator telekomunikasi dan juga vendor dari seluruh dunia, memastikan bahwa teknologi 5G 
saat ini masih dalam tahap key requirements dan masing-masing berlomba untuk dapat memenuhi visi 
teknologi 5G yang diharapkan, namun dapat dipastikan teknologi ini akan diluncurkan pada tahun 2020. 
Teknologi 5G diprediksikan memiliki kecepatan data sampai dengan 10 Gbit/s, berlipat dari generasi 
sebelumnya. Setiap perkembangan teknologi memerlukan persiapan dalam implementasi baik dalam 
 
persiapan regulasi, kesiapan industri dan lain-lain. Saat ini negara kita  baru saja memasuki tahap teknologi 
4G sehingga teknologi 5G akan terlihat sangat jauh sekali, meskipun begitu tidak dapat dipungkiri bahwa 
teknologi 5G akan datang baik negara kita  siap ataupun tidak, oleh sebab  itu kajian ini diselenggarakan 
untuk membantu menggambarkan kondisi negara kita  saat ini dan diharapkan dapat memberikan masukan 
dalam menentukan langkah dan roadmap 5G negara kita  ke depan 
Melihat pengalaman implementasi teknologi seluler dari 1G sampai dengan 4G di negara kita  yang 
selalu terlambat, maka dalam menghadapi era teknologi seluler 5G yang diperkirakan akan di 
implementasikan pada tahun 2020, kajian awal ini dilakukan untuk melihat “Bagaimana kondisi negara kita  
dalam perkembangan teknologi 5G” 
Sebagai sebuah kajian awal, langkah pertama yaitu  melihat seluruh gambaran besar teknologi 
telekomunikasi dan melihat dimana posisi negara kita  saat ini. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi 
kelebihan, kelemahan, peluang dan tantangan teknologi 5G jika  diadopsi di negara kita . 

 METIS merupakan proyek andalan dari Uni Eropa terkait dengan teknologi 5G dengan 
tujuan utama menentukan pondasi dari sistem 5G. Proyek METIS secara keseluruhan melakukan 
pendekatan pada  teknologi 5G dengan cara mengikuti perkembangan dari teknologi eksisting 
yang dirangkum dengan konsep radio telekomunikasi terbaru yang sesuai dengan tantangan atas 
segala kebutuhan mengenai akses telekomunikasi yang tidak dapat terpenuhi. Integrasi dari konsep 
radio telekomunikasi terbaru ini meliputi, massive MIMO, ultra dense network, moving network, 
dan device to device. Komunikasi antar perangkat yang sangat reliabel akan memungkinkan 5G 
untuk mendukung perkiraan peningkatan dari volume data seluler. Ada 5 skenario dalam memenuhi 
tantangan teknologi 5G yang digambarkan oleh METIS: “Amazingly fast”, “Great service in a 
crowd”, “Best experience follows you”, “Super real-time and reliable connections”, dan “Ubiquitous 
things communicating”. Untuk memenuhi target setiap skenario, masih diperlukan penelitian lebih 
lanjut pada  komponen teknologi yang mendukung 5G seperti, link-level components, multi-
node/multi-antenna, multi-RAT dan multi-layer network, dan spectrum handling.  
artikel  ini membahas topik untuk mengidentifikasi 
tantangan utama dalam penelitian kedepan dan kajian pendahuluan terkait standar teknologi 5G. Ada 
beberapa teknologi yang diperkirakan akan menjadi landasan dalam teknologi 5G, dimana teknologi 
itu  harus memenuhi kebutuhan data rates yang tinggi, latensi yang semakin kecil sehingga 
memberi kesan “koneksi instan” kepada end user, serta permasalahan yang di generasi sebelumnya 
bukan merupakan masalah besar yaitu energi. Setiap pemenuhan kebutuhan itu  terkait dengan 
teknologi lain yang mendukung. Bagaimana pemenuhan data rates yang tinggi dapat dimungkinkan 
dengan cara: densification dan offloading, Peningkatan bandwidth, Peningkatan efisiensi sprektrum. 
Selain permasalahan teknis, teknologi 5G akan memberi dampak pada regulasi spektrum dan 
standardisasi serta kaitannya dengan perekonomian. 
Arah penelitian baru akan menuju kepada perubahan mendasar pada  desain dari teknologi 
5G kedepan. Dalam artikel ini dijelaskan 5 teknologi yang dapat menjadi dasar dari 5G:  device 
centric architectures, millimeter wave, massive MIMO, smarter devices, komunikasi M2M.  
Tujuan dari artikel  
ini yaitu  studi komprehensif terkait dengan teknologi 5G pada telekomunikasi nirkabel. Kontribusi 
utama dari artikel  ini yaitu  kunci dari penentuan teknologi 5G telekomunikasi seluler, yang 
berorientasi kepada konsumen. Pada teknologi 5G, konsumen telekomunikasi nirkabel yang lebih 
Kajian Awal 5G negara kita 

diutamakan. Teknologi 5G yaitu  pemakaian  bandwidth yang tinggi pada telepon seluler dimana 
hal ini merupakan teknologi yang dominan dimasa mendatang. 



Sampai dengan saat ini teknologi generasi kelima dalam bidang telekomunikasi masih belum ditetapkan 
standar yang berlaku di dunia, meskipun begitu para pelaku telekomunikasi di berbagai belahan dunia telah 
berlomba-lomba untuk mencari teknologi yang dapat memenuhi persyaratan minimal dimana teknologi 
itu  dapat dikatakan sebagai teknologi 5G. Target teknologi 5G secara umum sebagai berikut (NTT 
Docomo, 2014): 
• Data rates yang tinggi (1-10 Gbps);. 
• Memiliki latensi dibawah 1 ms;  
• Biaya dan energi yang efisien (cost & energy efficiency);  
• 1000x kapasitas saat ini;  
• Cakupan yang luas dengan memakai  jaringan heterogen;  
• Konektivitas  yang stabil. 

Dalam teknologi telekomunikasi seluler, teknologi 5G bukan merupakan standar yang merevolusi 
teknologi generasi sebelumnya. Standar-standar terkait teknologi 5G yang akan muncul nantinya akan 
mengubah beberapa regulasi telekomunikasi sebab  regulasi itu  akan menjadi obsolete. usaha  untuk 
mengantisipasi hal itu , ada beberapa hal yang harus dirumuskan untuk mempersiapkan datangnya 
standar yang selalu dikaitkan dengan “The Disruptive Standard” (Boccardi et al., 2014).  
Beberapa teknologi yang searah dengan teknologi 5G (DMC R&D Centre Samsung, 2015): 

Salah satu teknologi yang dipakai  dalam usulan 5G yaitu  Massive MIMO. MIMO sendiri sudah 
dipakai dalam teknologi 4G, dimana dalam tiap stasiun pemancar/penerima memakai  antena lebih dari 
satu. Misal konfigurasi MIMO 2x2 berarti di sisi pemancar dan penerima masing-masing memiliki 2 
antena. Pada LTE-A, konfigurasi MIMO paling banyak yakni 8 antena (Björnson, 2014).  
 
Gambar 1. Sistem MIMO (Björnson, 2014) 
. Beyond 6 GHz (mmWave) 
Gelombang milimeter / Millimetre wave (mmWave) atau disebut juga millimetre band merupakan 
frekuensi dengan panjang gelombang antara 10 sampai dengan 1 milimeter. Gelombang milimeter 
menempati spektrum 30 – 300 Ghz, sehingga dikategorikan sebagai Extremely High Frequency (EHF). 
Tingginya frekuensi gelombang milimeter serta karakteristik propagasi yang khusus membuat mereka 
berguna untuk berbagai aplikasi termasuk transmisi data dalam jumlah besar pada jaringan komputer, 
komunikasi seluler, dan radar. Dimungkinkannya pemakaian  kanal bandwidth yang lebih besar: 2GHz, 

4GHz, 10GHz bahkan 100GHz memicu  kecepatan yang setara dengan pemakaian  kabel (fiber) 

. Advanced Radio Access Networks (RANs): Heterogeneous Networks (HetNets) 
HetNet mengacu pada penyediaan jaringan seluler melalui kombinasi dari berbagai jenis sel (misalnya 
makro, piko atau sel femto) dan teknologi akses yang berbeda (yaitu 2G, 3G, 4G, Wi-fi) (Warren & Dewar, 
2014). Dengan mengintegrasikan beberapa  teknologi yang beragam tergantung pada topologi area cakupan, 
operator dapat berpotensi memberikan pengalaman pelanggan yang lebih konsisten dibandingkan dengan 
apa yang dapat dicapai dengan jaringan homogen.  
 
Gambar 2. Evolusi infrastruktur heterogeneous networks (HetNets) (Bangerter, Talwar, Arefi, & Stewart, 2014) 
Evolusi infrastruktur HetNet dalam teknologi 5G: 
• Small Cells; dengan menempatkan empat smallcell dalam satu makro, tidak hanya memberikan 
offload data lebih dari 50 persen, namun  juga meningkatkan kinerja jaringan makro oleh sebesar 315 
persen (Hossain, Rasti, Tabassum, & Abdelnasser, 2014). 
• Cloud RAN; C-RAN merupakan arsitektur jaringan seluler baru yang berbasis cloud computing.  
• D2D (Device to Device) Communication; 

. Software Define Network (SDN) 
Teknologi software define radio (SDR) akan memberikan fleksibilitas, power dan biaya yang efisien. 
Berdasarkan The SDR Forum dalam IEEE working group, SDR merupakan kesatuan dari teknologi 
hardware dan software dimana sebagian atau semua fungsi operasional radio (termasuk proses physical 
layer) diimplementasikan dalam software maupun firmware yang dapat dimodifikasi yang bekerja pada 
programmable processing technologies (Ulversoy, Ulversøy, Software, & Sdr, 2010).  
Yang perlu diperhatikan dalam SDN yaitu  value chain yang akan menjamin kesuksesan teknologi ini. 
Dalam value chain itu  perlu adanya dukungan dari pihak lain diluar industri telekomunikasi seperti 
lembaga pendidikan, kesehatan, pemerintah dan lain-lain, dukungan organisasi ini yang akan 
memungkinkan sebuah jaringan bersifat ubiquitous sehingga end-user dapat menikmati seluruh layanan 
itu  .
. Cognitive Radio Network (CRN) 
Radio kognitif pertama kali dikemukakan pada tahun 1999 oleh Mitola. Radio kognitif dapat 
meningkatkan utilisasi spektrum dengan cara mencari secara terus menerus frekuensi (spectrum sensing) 
yang kosong (tidak terpakai) secara real time. Dalam radio kognitif, hal yang diperhatikan yaitu : spectrum 
sensing; manajemen spektrum dan handoff; serta alokasi spektrum dan sharing spektrum.
 
 
Gambar 3. Gambaran radio kognitif 
. Visible Light Communication (VLC) 
Visible Light Communication (VLC) merupakan teknologi komunikasi data dengan memakai  
cahaya sebagai carrier. 
 
Gambar 4. Frekuensi yang dipakai  dalam Visible Light Communication (VLC) (Pathak, Feng, Hu, & Mohapatra, 2015)  
Frekuesi yang dipakai  teknologi VLC yaitu  430 THz sampai dengan 790 THz yang pada dasarnya 
merupakan cahaya tampak oleh mata manusia. pemakaian  frekuensi yang tinggi akan memberikan data 
rate yang tinggi namun  seperti sifat cahaya, VLC tidak dapat menembus sebagian besar benda dan dinding 
tembok. Teknologi VLC dapat memakai  atau reuse infrastruktur penerangan jalan sehingga 
pemakaian  infrastruktur akan lebih efisien. Standar IEEE yang pertama dalam perkembangan teknologi 
VLC dikeluarkan pada tahun 2011 yaitu standar 802. 15.7 yang didalamnya mengatur standar spesifikasi 
desain link layer dan physical layer. Pencapaian teknologi VLC sampai dengan saat ini yaitu  1 Gbps link 
capacity dan masih perlu dikaji lebih lanjut untuk dapat menghasilkan potensi maksimal dari teknologi 
VLC. 

. Scenario Planning 
Perencanaan skenario (scenario planning) yaitu  proses terstruktur dalam memikirkan dan 
mengantisipasi masa depan yang tidak diketahui, tanpa pretensi untuk dapat memprediksi masa depan atau 
mampu mempengaruhi lingkungan secara global. Filosofinya yaitu  secara proaktif berpikir dan 
merencanakan perkembangan masa depan bukan menjadi pelaku pasif dari perubahan. Perencanaan 
skenario selalu mencakup beberapa  kemungkinan skenario di masa mendatang, sehingga mempersiapkan 
banyak peristiwa di masa depan (Lingren & Bandhold, 2003). 
Perencanaan skenario, merupakan metode untuk perencanaan jangka menengah sampai dengan jangka 
panjang dengan kondisi yang tidak tentu. Metode itu  membantu menentukan strategi dan menyusun 
rencana pada  hal yang tidak diperkirakan namun  tetap pada arah yang dituju dan mengikuti 
perkembangan dari isu terkait 
Konsep perencanaan skenario pada dasarnya merupakan transformasi dari ‘proses TAIDA’: Tracking, 
Analysing, Imaging, Deciding, dan Acting. 

• Tracking. Merupakan langkah pertama dengan tujuan utama yaitu  menelusuri, memperhatikan 
dan menggambarkan bagaimana perubahan keadaan di sekitar yang memiliki kemungkinan dampak 
pada  isu yang dihadapi 
• Analysing. Setelah langkah tracking selesai, langkah selanjutnya yaitu  menganalisa dan menyusun 
dasar skenario 
• Imaging. Pada dasarnya langkah ini merupakan penentuan visi berdasarkan perkiraan masa depan 
yang dimungkinkan.. 
• Deciding. Pada langkah ini dilakukan identifikasi masalah yang akan timbul pada  pilihan 
skenario yang dapat mempengaruhi visi. 
• Acting. Melaksanakan skenario yang telah dipilih melalui rencana aksi (action plan). 
3. Metode Penelitian   
Penelitian ini dilakukan dengan memakai  pendekatan kualitatif dimana lokasi penelitian dilakukan 
di Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Lokasi dipilih secara purposive berdasarkan lokasi operator seluler 
dan vendor telekomunikasi serta dianggap dapat mewakili kriteria kota besar di negara kita  dilihat dari 
pertumbuhan pemakaian  mobile broadband di kota itu .  
Data kajian ini dibagi menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer akan 
dilakukan melalui FGD dan Indepth Interview untuk menggali data dan informasi sedangkan data sekunder 
didapatkan dari studi pustaka. 
Pada penelitian ini akan dilakukan tiga kali FGD, dengan peserta sebagai berikut : 

Tabel 1. Peserta Focus Group Discussion 
FGD I II III 
Peserta 1. Telkomsel 
2. Indosat 
3. XLAxiata 
4. Smartfren 
5. Akademisi 
6. Regulator 
1. Huawei 
2. Ericsson 
3. Samsung 
4. Nokia 
5. ZTE 
6. Akademisi 
7. Regulator  
1. Akademisi 
2. Regulator 
3. Mastel 
4. IEEE negara kita  
5. APJII 

Penelitian ini memakai  analisis deskriptif pada  konsep perencanaan skenario (scenario 
planning) berdasarkan proses TAIDA. Model yang dipakai  berdasarkan penyederhanaan metode actor-
oriented yang ada  dalam konsep scenario planning. Dimana nilai sebuah teknologi 5G akan dilihat dari 
indikator yang mempengaruhi. Sedangkan indikator itu  dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. 
Sesuai dengan kondisi di negara kita  maka perlu diperlihatkan bagaimana masalah yang ada  di negara kita  
akan mempengaruhi implementasi calon teknologi itu .  
Selanjutnya berdasarkan proses TAIDA (Tracking, Analysing, Imaging, Deciding, dan Acting). 
Penelitian ini akan berhenti sampai dengan tahap analysing dimana pada tahap itu  merupakan lanjutan 
dari proses tracking  yaitu penelusuran kondisi negara kita  saat ini yang akan memberi gambaran lebih lanjut 
permasalahan yang dapat menghambat perkembangan teknologi 5G di negara kita . Tahap IDA merupakan 
tahap lanjutan dari kajian  ini. 
 

Meskipun sampai dengan saat ini key requirements dari teknologi 5G belum disepakati bersama, namun  
dari perkembangan teknologi dan visi dari 5G didapatkan bahwa secara global teknologi ini akan dapat 
memberikan atau mendukung 1000x kemampuan kapasitas data yang dimiliki oleh teknologi LTE dengan 
kecepatan 1 Gbps pada sisi pengguna pada kondisi jaringan yang sangat padat (super dense network). 

 
 
Prasyarat dalam 5G harus didefinisikan dalam beberapa dimensi dimana sudut pandang pengguna, 
jaringan dan layanan merupakan hal yang utama (Network Technology R&D Centre SK Telecom, 2014). 
Berikut merupakan indikator dalam teknologi 5G:  
• Perspektif pengguna; “Kecepatan yang sangat tinggi dan latensi yang rendah” dilihat dari 
pengalaman pemakaian  (user experience/quality of experience - QoE) (Liotou et al., 2015).  
• Perspektif performa; “Konektivitas yang besar (massive)” yang mendukung 4A connectivity – 
anytime, anywhere, anyone, anything. (Ericsson AB, 2015). Perubahan infrastruktur untuk 
mendapatkan latensi minimal 1ms dapat dicapai salah satunya dengan melakukan interkoneksi 
antar operator pada setiap BS (Warren & Dewar, 2014).  
• Perspektif arsitektur; “Jaringan yang fleksibel/pintar” Menyediakan struktur berbasis S/W, mampu 
menganalisa data secara real time dan menyediakan layanan yang ”pintar” atau sesuai dengan 
personalisasi 
• Perspektif operasional; “Operasional yang handal dan aman” dengan tingkat keamanan mencapai 
99% dan dapat auto configure/self healing jika  ada  sistem yang memiliki kendala 
• Perspektif manajemen; “Efisiensi energi dan biaya” yang mencapai 50 s/d 100x dari kondisi LTE 
dan menyediakan infrastruktur yang rendah biaya (low-cost) 

. Pemetaan Teknologi 
Dari hasil pengumpulan data pada  perkembangan teknologi yang menuju ke arah 5G dengan 
indikator teknologi dilihat dari berbagai sudut pandang maka dapat dipetakan seperti dalam Tabel 2. 

 
Dalam Tabel 2 terlihat bahwa untuk beberapa indikator tidak terkait dengan teknologi seperti pada: 
 Perspektif pengguna; dimana keinginan pengguna pada  ketahanan dan kualitas baterai dari sebuah 
handset dapat lebih hemat, hal itu  terkait secara tidak langsung pada  industri pendukung 
teknologi 5G selain itu dukungan konten baru terkait dengan industri (kecil – menengah) penyedia 
konten. 
 Perspektif operasional; dimana permasalahan terkait perlindungan data pribadi lebih kepada ranah 
regulasi sedangkan operasional yang lebih aman akan terkait dengan SDM secara langsung, keamanan 
jaringan serta SOP penanganan permasalahan keamanan. 

. Identifikasi Aspek Regulator 
Melihat dari berbagai sudut pandang regulasi dan spektrum, permasalahan telekomunikasi di negara kita  
memiliki peluang dan tantangan dalam penyelesaian masalah itu . 



Dari sisi regulator, koordinasi antar Kementerian sangat diperlukan sebab  perbedaan visi dari institusi 
sehingga regulasi tidak akan berjalan sinergi. Perubahan teknologi 4G ke 5G memicu  terjadinya 
perubahan pada  regulasi telekomunikasi. Beberapa hal teknis terkait teknologi 5G yang 
direkomendasikan untuk diregulasikan oleh pemerintah. 

. Regulasi Teknologi  
Teknologi device-to-device communication (D2D) yaitu  fitur standar dari teknologi 5G yang 
mengijinkan terjadinya komunikasi langsung antar perangkat. Adanya teknologi D2D dapat mengurangi 
beban eNode B sebagai penyedia akses jaringan. Namun, fitur dasar yang ada pada teknologi 5G ini 
berdampak pada: 
• Hilangnya call data record sehingga dapat mengacaukan proses ICT forensic.  
• Sistem komunikasi D2D akan berpengaruh pada  sistem billing dan hal ini perlu diatur secara 
regulasi.  
• Permasalahan privasi terutama kepada perangkat pribadi yang difungsikan sebagai AdHoc. 
• Regulasi yang mengijinkan memakai  perangkat lain sebagai relay, selain itu pemakaian  
perangkat lain sebagai relay akan memicu  pemborosan baterai/energi. 
Teknologi Heterogenous Network (HetNet) dipakai  untuk meningkatkan kapasitas atau dense 
network dengan beberapa resource yang ada. Efek dari perpindahan (offload) seamless dari pita licensed ke 
pita unlicensed dapat mengurangi jaminan QoS yang diterima pelanggan. Oleh sebab  itu, pihak operator 
wajib menyediakan QoS yang dipersyaratkan sesuai dengan peraturan yang berlaku pada saat pihak 
operator menerima lisensi pemakaian  frekuensi. Namun, faktanya negara kita  tidak mempersyaratkan QoS 
untuk penyelenggara pita unlicensed. Dampak yang terjadi dengan implementasi HetNet pada teknologi 5G 
akan berpengaruh pada : 
• pemakaian  pita unlicensed untuk teknologi 5G akan merubah regulasi pemakaian nya 
• Konsep unlicensed pada spektrum baru (mmWave) 
• Akan adanya persaingan antara penyelenggara yang memakai  pita unlicensed (contoh: ISP) 
dengan operator yang akan memakai  pita unlicensed sebagai carrier layanannya (contoh: 
persaingan WiFi dengan unlicensed LTE) sehingga perlu dikaji model bisnis dimana pengguna 
existing masih dapat bertahan. 
• Pengalaman penggelaran pita unlicensed 2,4 GHz salah satunya yaitu  permasalahan kedisiplinan 
pengguna dalam mematuhi spesifikasi teknis  regulasi.  

. Pemanfaatan Sumber Daya 
Tactile internet merupakan konsep lanjutan dari internet of things (IoT) dimana tactile internet 
merupakan end to end system dari IoT yang berdasarkan visi dari 5G yaitu latensi rendah yang 
dikombinasikan dengan ketersediaan jaringan, keandalan dan keamanan yang baik (Dohler, 2015). Sumber 
daya yang akan berperan dalam perkembangan tactile internet pada teknologi 5G yaitu  IPv6 akan 
dipakai  secara massive sehingga diperlukan pengaturan bersama dengan pembuatan IPv6 Forum dan 
diharapkan pihak Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet negara kita  (APJII) dapat menyerahkan sebagian 
pengaturannya untuk diatur bersama dengan pemerintah terkait pemakaian  resource untuk teknologi 5G. 
Saat ini kebijakan roadmap penerapan IPv6 di negara kita  berada dalam tahap perancangan dan diharapkan 
dapat segera di uji coba kepada publik. 

Frekuensi yaitu  sumber daya terbatas yang memiliki sifat reuseable selama tidak dipakai , hal ini 
akan mempengaruhi konsep efisiensi sumberdaya dimana frekuensi yang tidak termanfaatkan seharusnya 
dapat dipakai  kembali. Oleh sebab  itu wacana mengenai pola sewa frekuensi, spectrum pooling, 
spectrum sharing diajukan agar spektrum frekuensi itu  terutilisasi secara maksimal. Keterbatasan 
pelaksanaan hal itu  terkait dengan Undang-Undang dan regulasi, sebagai contoh yaitu  spektrum yang 
dimiliki oleh operator pada umumnya memiliki izin pita yang bersifat exclusive dan berlaku nasional 
sehingga baik dipakai  ataupun tidak, frekuensi itu  tidak dapat dipakai  oleh pihak lain melalui 
skema apapun. Banyak usaha  yang diajukan untuk memanfaatkan frekuensi yang terutilisasi dengan baik 
seperti pemakaian  OpenBTS yang diajukan oleh akademisi, dengan pertimbangan hanya dipakai  
jika  dalam keadaan darurat (bencana) dan frekuensi itu  tidak sedang dipakai  oleh pemilik izin 
frekuensi namun  hal itu  tidak diperbolehkan oleh regulasi. Diperkirakan dalam 5 tahun lagi akan 
berlaku konsep shared exlusive used licensing yaitu antar operator dapat bekerjasama dalam pemakaian  
lisensi frekuensi. usaha  untuk mengantisipasi hal itu , pemberian shared exlusive used licensing harus 
disetujui oleh pemerintah dengan mempertimbangkan tidak adanya antikompetisi dalam satu wilayah 
layanan. Hal ini perlu dipertimbangan sebab  teknologi 5G dapat memakai  radio kognitif dan carrier 
aggregation untuk meningkatkan kecepatan dan kapasitas data. 
Dari beberapa frekuensi yang diidentifikasi oleh ITU untuk IMT di negara kita  frekuensi itu  telah 
dialokasikan untuk pemakaian  layanan satelit, pemakaian  spektrum diatas 6 GHz terutama pada C-Band 
saat ini ditolak oleh penyelenggara komunikasi satelit, dimana slot orbit satelit negara kita  hanya pada C-
Band, sehingga tidak dapat dipakai  oleh mobile broadband dan harus dicari frekuensi yang diidentifikasi 
dapat dipakai  untuk layanan mobile broadband hanya saja jika  tidak sesuai dengan standar ITU maka 
akan timbul permasalahan sebab  ekosistem lokal tidak cocok dengan ekosistem global yang berakibat 
segalanya akan mahal (perangkat dan penggelaran infrasruktur), untuk mengantisipasi hal itu  maka 
standar di negara kita  harus harmonis dengan standar global.  
. Identifikasi Aspek Industri  
Melihat dari kondisi industri telkomunikasi di negara kita  saat ini, ada  beberapa peluang dan 
tantangan yang akan mempengaruhi teknologi 5G di negara kita . 

Bisnis dan industri Peluang Tantangan  
 Penggelaran infrastruktur  Konsep sharing infrastruktur   Adanya negatif EBITDA untuk 
beberapa infrastruktur (contoh: 
penggelaran smallcells, biaya sewa 
BTS dan lain-lain.) 
 Biaya perijinan BTS tinggi 
 Fiberisasi   Fiberisasi dapat memacu percepatan 
perluasan jaringan 
 
 Bagi operator ROIC fiberisasi butuh 
waktu lama. 
 Faktor “x” perijinan penggalian 
Sumber data: diolah 




Dalam industri hal yang terpenting yaitu  keuntungan (revenue) dimana hal itu  berkaitkan 
dengan biaya (cost). Elemen biaya penggelaran sebuah jaringan yaitu  pada capital expenditure (CAPEX) 
dan operational expenditure (OPEX). Penurunan beban CAPEX dan OPEX pada industri dapat bergantung 
dari kebijakan regulasi yang mengatur. Peluang dalam menurunkan beban biaya pada saat teknologi 5G 
hadir dapat dilakukan antara lain melalui beberapa poin 




. Industri ICT, Perangkat dan Jaringan Telekomunikasi 
Keberadaan dan dominasi vendor asing di negara kita  saat ini melemahkan industri lokal yang kalah 
modal dan selain itu rendahnya tingkat kepercayaan dari warga  pada  produksi dalam negeri. 
Dalam industri perangkat telekomunikasi, elemen TKDN dapat menjadi barrier to entry vendor asing dan 
penguatan industri lokal. Sebagai contoh pada transisi teknologi 3G, ada  beberapa kelemahan dalam 
transisi teknologi 3G antara lain : 
1. Pihak operator telekomunikasi telah siap akan namun  perangkat tidak siap, yaitu operator telah 
banyak menghabiskan dana investasi untuk migrasi ke 3G namun perangkat 3G tidak tersedia 
dengan harga yang terjangkau di pasaran sehingga impor dan teknik bundling perangkat dipakai  
sebagai shortcut alternatif untuk menyelesaikan permasalahan itu . 
2. warga  belum siap menghadapi era 3G, yaitu dana investasi migrasi teknologi ke 3G yang 
dikeluarkan pihak operator tidak linear dengan adopsi teknologi 3G oleh warga  sehingga 
Break Event Point (BEP) modal investasi 3G menjadi lambat. 
3. Operator hanya menjadi dump pipe, yaitu biaya investasi telah dikeluarkan operator ternyata hanya 
menjadi penyedia jaringan yang menguntungkan pihak-pihak Over The Top (OTT). Kajian bisnis 
untuk kerjasama dengan industri konten pun juga dinilai terlambat 
Sehubungan dengan hal itu , negara kita  harus belajar dan menyiapkan strategi dalam menghadapi 
era teknologi 5G untuk 5 tahun kedepan melalui langkah-langkah antara lain sebagai berikut :  

 
1. Penyiapan industri perangkat dalam negeri dengan melakukan inisiasi atau kerjasama dengan 
learning center industri internasional yang telah mapan seperti Qualcomm dan Intel untuk belajar 
pengembangan handset dari chipset ternama sehingga negara kita  dapat mandiri dalam pembuatan 
handset. 
2. Kementerian Kominfo dapat bergabung secara aktif pada working group ITU WP5D atau dengan 
yang lain seperti 3GPP sehingga dapat memperoleh informasi standar lebih awal dan memiliki 
peluang dalam memberikan kontribusi penyusunan standar yang dapat disesuaikan ekosistem di 
negara kita ; dsb. 
Migrasi teknologi dari 4G ke 5G akan memaksa pengguna untuk mengubah terminal end user dimana 
CPE itu  harus bersifat universal pada  semua layanan dan dapat beroperasi dalam jaringan nirkabel 
yang berbeda, selain itu juga harus mengatasi isu utilisasi perangkat itu  dari sisi biaya produksi dan 
power yang lebih tahan lama. Banyaknya pilihan sistem nirkabel dapat dipengaruhi dari kondisi geografis 
maupun waktu tertentu sistem itu  bekerja. Sehingga pilihan sebuah sistem dalam setiap kondisi akan 
berbeda-beda berdasarkan pilihan QoS terbaik yang dapat diberikan. Salah satu permasalahan QoS yang 
mempengaruhi migrasi yaitu  isu security yang diharuskan bersifat dapat direkonfigurasi dan adaptif. 
Sehingga banyak sekali yang perlu diperhatikan oleh industri perangkat telekomunikasi. 
Dari sisi industri CPE, negara kita  secara umum telah memiliki rantai suplai (supply chain) secara 
keseluruhan mulai dari design house, system integrator, manufaktur sampai dengan brand owner 
(Puslitbang SDPPI, 2014) namun  ekosistem yang belum mature memicu  masih banyak tergantungan 
dari pasar global, hal ini disebab kan keterbatasan manufaktur di negara kita . 
Industri ICT di negara kita  saat ini telah mulai bergerak kepada penyediaan perangkat untuk IoT, 
sebagai contoh yaitu  PT. INTI yang telah memulai bisnis IoT pada bidang transportasi mengenai 
kepadatan lalu lintas dengan melakukan kerjasama dengan Kementerian Perhubungan. Perkembangan 
bisnis IoT kedepan akan semakin pesat jika  teknologi 5G mendukung, sebab  model IoT tidak selalu 
tergantung dengan data rates sebab  model bisnis yang berbeda-beda, data rates dan latensi rendah 
mungkin sangat berpegaruh kepada PPDR namun  tidak pada IoT smart city misalnya. Oleh sebab  itu 
perkembangan industri ICT perlu dukungan pemerintah dengan adanya roadmap dan rencana aksi (action 
plan) peningkatan industri lokal. 

. Industri Penyelenggara Telekomunikasi 
Penyelenggaraan telekomunikasi berdasarkan regulasi di negara kita  dibagi lagi menjadi tiga bagian 
yaitu: Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi; Penyelenggaraan jasa telekomunikasi; dan 
Penyelenggaraan telekomunikasi khusus (UU No. 36, 1999). Penyelenggara jaringan telekomunikasi dapat 
menyelenggarakan jasa telekomunikasi begitu juga penyelenggara jasa telekomunikasi dalam 
menyelenggarakan jasanya memakai  dan atau menyewa jaringan telekomunikasi milik penyelenggara 
jaringan telekomunikasi. Pada dasarnya saat seseorang atau perusahaan/instansi memiliki izin pita maka 
dapat disebut sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi. Sedangkan penyelenggara jaringan 
telekomunikasi jika  ingin menyelenggarakan jasa telekomunikasi tidak serta merta dengan menyewa 
frekuensi yang dimiliki oleh penyelenggara jasa telekomunikasi namun  juga harus merangkap sebagai 
penyelenggara jasa telekomunikasi dan memiliki izin pita, hal ini berkaitan dengan BHP frekuensi dan BHP 
telekomunikasi yang harus dibayar oleh penyelenggara telekomunikasi. BHP frekuensi dibayarkan sekali 
pada saat penyelenggara telekomunikasi mendapatkan izin pita sedangkan BHP telekomunikasi dibayarkan 
setiap tahun oleh seluruh penyelenggara telekomunikasi. 
Dalam penyelenggaraan telekomunikasi ada  beberapa model bisnis yang dapat 
diimplementasikann antara lain: 
1. Passive sharing; pemakaian  bersama elemen pasif yang dipakai  dalam jaringan termasuk juga situs 
(site), power supply, dsb. Operator dapat memberikan cakupan wilayah yang lebih luas dengan biaya 
dan pemakaian  power yang lebih rendah jika  melakukan sharing ini dan hal ini sangat penting 

 
 
jika  kondisi jaringan 5G yang padat (dense). Pada UU Telekomunikasi dan Peraturan Pemerintah no 
53 tahun 2000 telah memperbolehkan passive sharing dengan skema pemakaian  menara bersama. 
2. Active sharing; pemakaian  bersama elemen aktif yang dipakai  dalam jaringan telekomunikasi yang 
mencakup antena, base station, jaringan radio akses, sampai dengan core network. Ada 3 (tiga) model 
bisnis active sharing berdasarkan 3GPP: 
 
Gambar 5. Jenis active infrastructure sharing o
Sampai dengan saat ini negara kita  telah memperbolehkan sistem roaming dimana pada dasarnya 
merupakan model active sharing MOCN dan masih perlu kajian lebih lanjut mengenai model active 
sharing lain terutama GWCN dimana model ini diharapkan dapat memberikan efisiensi pemanfaatan 
infrastruktur terbaik sehingga dapat menurunkan beban CAPEX oleh operator.  
3. Mobile Virtual Network Operators (MVNO); konsep MVNO yaitu  penyelenggaraan layanan tanpa 
memiliki infrastruktur dan sumber daya (blok frekuensi). Konsep MVNO merupakan solusi yang 
utilisasi spektrum yang lebih baik, dimana jika  penyelenggara telekomunikasi (pemilik izin 
frekuensi dan infrastruktur) tidak memakai  frekuensi yang dimiliki maka dapat dilakukan model 
kerjasama MVNO dengan penyelenggara yang hanya memiliki layanan. MVNO secara umum dapat 
meningkatkan jumlah penyenggara layanan telekomunikasi secara cepat dengan konsekuensi timbul 
persaingan usaha yang tidak sehat. Sampai dengan saat ini, konsep MVNO tidak dapat dilakukan di 
negara kita  sebab  terkendala akan UUD 45 pasal 33 dimana frekuensi merupakan sumberdaya alam 
milik negara sehingga tidak dapat diperjualbelikan (dipindahtangankan tanpa persetujuan negara), 
selain itu UU Telekomunikasi dan PP 53 tahun 2000 juga melarang konsep ini.  
4. Offloading; Mobile data offloading, sering dikenal sebagai WiFi offloading, yaitu  pemakaian  
teknologi jaringan yang saling melengkapi untuk memberikan data yang awalnya ditargetkan untuk 
jaringan seluler. Offloading mengurangi jumlah data yang dibawa oleh pita seluler, membebaskan 
bandwidth untuk pengguna lain. Hal ini juga dipakai  dalam situasi di mana penerimaan sel lokal 
lemah, dimana kemudian dimungkinkan pengguna untuk terhubung melalui layanan kabel dengan 
konektivitas yang lebih baik. Pada dasarnya mobile data offloading yaitu  memperbolehkan offloading 
(berdasarkan regulasi) data seluler melalui jaringan Wi-Fi, hal ini akan menurunkan kepadatan jaringan 
seluler dan menurunkan biaya operasional dari provider telekomunikasi. 

5. Backhaul; jaringan backhaul yang paling dimungkinkan dalam penerapan teknologi 5G saat ini yaitu  
dengan memakai  jaringan fiber optik dimana saat ini penerapan penggelaran jaringan fiber 
dilapangan memiliki beberapa kendala. Perizinan penanaman fiber optik saat ini ada pada pemerintah 
daerah. Izin penggalian fiber optik diberikan oleh dinas PU dengan rekomendasi dari Dinas Kominfo 
daerah, kelemahan pada rekomendasi yang diberikan oleh Dinas Kominfo yaitu  informasi kondisi dari 
jalan/area yang akan digali itu , dimana biasanya tempat yang akan digali sudah ada  jaringan 
lain seperti pipa PDAM, kabel listrik, dll. Sehingga pemberian rekomendasi secara umum terdengar 
klise seperti: “diberikan rekomendasi asalkan tidak mengganggu jaringan yang sudah ada”. ada  
juga kendala adanya faktor “x” dalam perizinan penggalian seperti kondisi estetika, sistem ducting, dll. 
Pembuatan sistem ducting secara keseluruhan akan memerlukan waktu yang lama dan memerlukan  
biaya yang besar sehingga proses pembuatan sistem ducting dilakukan hanya pada saat ada  proyek 
pembuatan jalan baru dimana sistem ducting sudah tercantum dalam perencanaannya. namun  berbagai 
permasalahan terkait backhauling itu  dapat diatasi dengan meregulasikan bahwa meletakkan fiber 
maupun antena merupakan bagian dari public service obligation sehingga ada  kemudahan 
pengembangan infrastruktur dan tidak akan ada penolakan dari berbagai pihak maupun biaya investasi 
tinggi.  
6. Konsep sewa frekuensi; Pembatasan pihak yang berhak menyewa yaitu  hanya pada penyelenggara 
telekomunikasi sehingga jika  pada saat jam sibuk atau pada saat tertentu lainnya, operator seluler 
memerlukan  tambahan frekuensi, mereka dapat meminjam/menyewa. Kondisi itu  saat ini hanya 
berlaku pada frekuensi imarsat mara bahaya yang dipakai telepon oleh penerbangan/pesawat jarak jauh. 
jika  konsep sewa dapat dilakukan setidaknya utilisasi frekuensi di daerah dapat lebih baik, sebagai 
contoh saat ini ada  operator yang hanya memiliki tidak lebih dari 5 BTS di wilayah Papua, 
seharusnya frekuensi itu  dapat dipakai  kembali dengan skema tertentu, namun  saat ini masih 
terkendala oleh regulasi. 
Terlepas dari model bisnis, ketersedian infrastruktur jaringan yang baik akan mendorong percepatan 
pekembangan teknologi 5G. jika  palapa ring telah selesai maka hal ini dapat menjadi solusi untuk 
mendorong kemudahan penggelaran smallcells, selain itu ketersedian jaringan ini akan menurunkan biaya 
akses dan meningkatkan konektivitas. Palapa ring juga dapat ditawarkan kepada pihak internasional sebagai 
jaringan transit sebab  palapa ring menghubungkan 2 samudra yaitu Samudera Hindia dan Samudera 
Pasifik, dapat sebagai jalur akses antara benua Asia dan Australia serta pendukung proyek China-ASEAN 
Superhighway. 

. Industri Pendukung Telekomunikasi 
Perkembangan industri pendukung teknologi 5G akan berkaitan erat dengan konten dan aplikasi yang 
dapat mendorong utilisasi sebuah teknologi. Tidak terlepas dari perkembangan teknologi, dorongan ini 
dapat merupakan sebuah kebutuhan, contoh dalam hal ini yaitu  fenomena GoJek, dimana hal ini 
merupakan social innovation yang menerapkan ilmu supply chain management, dimana terciptanya konten 
atau aplikasi (inovasi) itu  berdasarkan keinginan agar suatu hal dapat berjalan lebih efisiensi dan 
mudah, namun  industri lokal kecil-menengah yaitu  salah yang hal mudah collapse dalam persaingan usaha 
terutama jika  bersaing dengan industri asing dengan modal besar, oleh sebab  itu perlu adanya 
perlindung dengan payung regulasi untuk melindungi dan menjamin keberlangsungan industri lokal 
itu .  
Adopsi teknologi perlu memperhatikan pasar lokal negara kita , selain itu juga perlu diperhatikan 
bagaimana sifat warga  di negara kita  dalam mengadopsi teknologi baru. Teknologi 5G akan 
berkembang jika  konsep “smart” diterapkan seperti contohnya pada konsep smart cities dimana 
didalamnya terkandung konsep “smart” lainya yaitu (Dharmanto, 2015): Smart parking; Structural healt; 
Noise urban maps; Smartphone detection; Electromagnetic fields levels; Traffic congestion; dsb.  
 
warga  dan Umum 
Saat ini hampir pada setiap academic converence, selalu ada bahasan mendalam mengenai massive 
MIMO dimana teknologi itu  dapat menjadi solusi akan sistem yang bersifat heterogen. Tahap 
perkembangan teknologi 5G saat ini masih memberi peluang kepada negara kita  dalam memberikan sebuah 
kontribusi sehingga dapat meningkatkan competitiveness negara kita  di mata dunia, oleh sebab  itu perlu 
adanya fokus arah penelitian di negara kita  terkait dengan teknologi 5G, terutama untuk pihak akademisi. 
Pengembangan massive MIMO di negara kita  akan terlihat sangat tertinggal di mata dunia sehingga untuk 
mengejar ketinggalan, negara kita  dapat memulai dari industri pendukung teknologi 5G, tidak dari sisi 
advanced namun  dari sisi lain seperti dari sisi kebutuhan energi, 5G akan memerlukan  energi secara terus 
menerus maka akan ada suplai dari sisi energi secara kontinu dan energi dapat berupa energi yang 
terbarukan (renewable energy), dimana industri dibidang itu  dapat dihubungkan dengan 
perkembangan teknologi 5G sebagai support technology, atau jika  dilihat dari sisi aplikasi dan konten 
dapat dilihat dari pengembangan sisi layanan kesehatan (health service) dengan konsep IoT, dan masih 
banyak sisi lain terkait dengan teknologi pendukung 5G. 
Di forum global, isu mengenai coverage pada teknologi 5G sudah sedikit dibahas sehingga dapat 
diasumsikan bahwa isu terkait dengan coverage akan terselesaikan pada teknologi 4G dengan frekuensi 
pemakaian  dibawah 2 GHz dan skenario pemakaian  femtocells pada jaringan yang padat  sehingga jika  frekuensi mmWave dipakai  pada 5G maka isu tidak lagi terkait 
permasalahan coverage sebab  akan ada banyak cell dan hal itu  memicu  adanya perubahan 
regulasi. Selain itu spektrum tidak lagi akan bersifat nasional ataupun secara regional sebab  hal itu  
masih menyangkut coverage. Teknologi terkait network densification akan mengacu kepada jaringan 
heterogen (heterogeneous network) yang akan memerlukan  banyak smallcells dimana pada teknologi 5G 
akan memakai  femtocell yang bersifat autonomous yang memiliki sistem kontrol tersendiri tidak 
seperti pada picocell. pemakaian  femtocell akan memerlukan  regulasi yang mendukung dalam 
penggelarannya dan keterkaitan permasalahan security. 
Sudut pandang lain yang perlu diperhatikan yaitu  bagaimana jika  teknologi 5G dimasa yang akan 
datang merupakan teknologi yang bersifat disruptive (mengganggu). Sebagai contoh: sejak teknologi 3G, 
visi sebuah teknologi sebagian besar akan mempermudah hidup namun  setelah diimplementasikan hal 
itu  jauh dari visi diawal. Disruptive technology akan menghasilkan satu atau lebih pasar baru namun  
bisa jadi teknologi sebelumnya akan runtuh, yang diharapan teknologi baru itu  bersifat kompatibel 
dengan teknologi sebelumnya sehingga beban investasi tidak akan besar, namun  bagaimana jika  5-10 
tahun lagi ditetapkan bahwa teknologi 5G merupakan suatu yang baru sehingga memerlukan  perangkat 
baru, dan investasi dari awal, hal ini akan memicu  adanya penolakan akan implementasi teknologi.  
Future service application dari 5G akan seputar cloud, IoT/M2M, dan personalization (human-centric 
applications), namun  sebelumnya perlu dilihat apakah negara kita  memerlukan  penerapan teknologi itu  
sebab  baik butuh ataupun tidak teknologi itu  akan tetap hadir. ada  pilihan apakah perlu 
mendorong warga /pasar untuk memakai  teknologi ini atau membiarkan mekanisme pasar 
sehingga muncul aplikasi-aplikasi yang mendorong utilisasi teknologi 5G. namun  tidak terlepas bahwa perlu 
adanya promosi maupun seminar pada  perkembangan teknologi 5G dan dapat dimulai dari sisi 
akademis dan komunitas riset sehingga dapat dipersiapkan arah penelitian teknologi 5G kedepan. 
Sampai dengan saat ini, konsep 5G masih pada taraf riset sehingga dibutuhkan banyak dana 
pendukung riset. Riset di negara yang aktif dalam perkembangan teknologi telekomunikasi memiliki skema 
pendanaan yang berbeda-beda, namun  secara umum pendanaan itu  mengarah kepada lembaga 
penelitian baik di universitas-universitas maupun R&D dari industri telekomunikasi. negara kita  memiliki 
dana R&D yang  dialokasikan sebesar <1% APBN (± 0,08% / ± 20 T Rupiah), oleh sebab  ranah teknologi 
5G tidak hanya pada telekomunikasi maka perlu ada wacana mengenai pemakaian  sebagian dana R&D 
negara kita  untuk pengembangan 5G negara kita . 

 
Implementasi sebuah teknologi dilihat dari sudut pandang badan usaha pada dasarnya mengacu kepada 
ketersediaan pasar / market, dalam hal ini yaitu  pengguna atau warga . warga  sebagai end user 
melihat teknologi hanya kepada manfaat yang dapat mereka terima tanpa mempedulikan apa nama 
teknologi itu  dan bagaimana cara bekerjanya. Asas kebutuhan dan ketidakpuasan akan layanan 
biasanya merupakan pemicu utama masyakat menerima teknologi yang telah ditawarkan.  



. Penerapan Scenario Planning 
Sesuai dengan langkah perencanaan skenario dalam penelitian ini pelaksanaan konsep TAIDA hanya 
sampai dengan proses tracking dan analysing. Melihat dari pemetaan teknologi pada  indikator dan 
kondisi negara kita  pada pembahasan sebelumnya dapat di bentuk flowchart langkah negara kita  selanjutnya 
dalam menentukan visi 5G negara kita n. Langkah dalam menetukan arah penentuan visi negara kita  pada  
teknologi 5G memerlukan  identifikasi dan roadmap. Visi negara kita  pada  5G bisa jadi berbeda dengan 
visi global, hal ini disebab kan kondisi negara kita  berbeda dengan kondisi negara lain. namun  perlu 
diperhatikan bahwa terkait dengan teknologi maka sebaiknya untuk saat ini negara kita  lebih baik mengikuti 
teknologi yang memiliki ekosistem atau yang banyak diadopsi oleh negara lain, hal ini disebab kan kondisi 
industri lokal telekomunikasi belum “mature”. 
 
Gambar 6.  Flowchart persiapan 5G negara kita  
Gambar 6. merupakan flowchart langkah yang dapat dilakukan dalam mempersiapkan visi 5G untuk 
negara kita . Untuk mencapai hal itu  dalam penelitian ini telah di identifikasi permasalahan dari kondisi 
negara kita  saat ini. Dari identifikasi masalah langkah selanjutnya yaitu  menentukan kebutuhan dan 
membentuk indikator-indikator yang berpengaruh persiapan negara kita . jika  indikator telah dipersiapkan 
maka penentuan roadmap 5G negara kita  dapat disusun sampai dengan rencana aksi (action plan) dalam 
melaksanakannnya. Setelah itu kita dapat melihat visi diawal apakah masih konsisten dengan setelah 
adanya roadmap dan dilihat juga bagaimana kesesuaian visi negara kita  dengan visi global. 



Share:
TRANSLATE
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Translate

viewer

SEARCH

widget translate
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Archive