Tampilkan postingan dengan label ebisnis 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ebisnis 1. Tampilkan semua postingan

Kamis, 30 November 2023

ebisnis 1

 







Pada tahun 1970-an, Aplikasi e-Business pertama kali dikembangkan dan 

digunakan sebagai transaksi pembayaran melalui internet yang disebut dengan Electronic 

Fund Transfer (EFT). Dalam perkembangan berikutnya, diketemukannya Elektronic Data 

Interchange (EDI) yang digunakan untuk mentransfer data secara rutin, seperti dokumen￾dokumen sampai pada transaksi keuangan. Pada tahun 1990 dimana teknologi WWW, 

semakin maju karena tidak hanya menampilkan data saja melainkan sudah mampu 

menampilkan data gambar, suara, animasi bahkan video. Pada tahun 2000-an, 

perkembangan e-Business, semakin pesat dimana banyak perusahaan-perusahaan di 

Amerika, Eropa, Asia bahkan Indonesia telah beralih dalam konsep memasarkan produk￾produknya melalui Internet.

1.2. Ekonomi Digital

e-Business merupakan kegiatan berbisnis di Internet yang tidak saja meliputi 

pembelian, penjualan dan jasa, tapi juga meliputi pelayanan pelanggan dan kerja sama 

dengan rekan bisnis (baik individual maupun instansi). Dalam hal ini, semua dilakukan 

melalui teknologi informasi dan komunikasi serta kolaborasi dan interaksi komunikasi 

antara manusia dan organisasi melalui teknologi tersebut. Teknologi dimanfaatkan sebagai 

alat pertukaran, penyimpanan pemrosesan dan pengiriman informasi. Semua cakupan 

e-Business yang diperlukan, diintegrasikan ke dalam sebuah aplikasi yaitu E-Commerce 

yang menghubungkan perusahaan, konsumen bahkan komunitas tertentu melalui transaksi 

elektronik dan perdagangan barang, pelayanan dan informasi yang dilakukan secara 

elektronik.

1.3. Pengenalan e-Business

Menurut Lou Gerstner (CEO perusahaan IBM), e-Business merupakan aktifitas

yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan proses pertukaran barang 

dan/atau jasa dengan memanfaatkan internet sebagai media komunikasi dan transaksi, dan 

salah satu aplikasi teknologi internet yang merambah dunia bisnis internal, melingkupi 

sistem, pendidikan pelanggan, pengembangan produk dan pengembangan usaha.

Menurut Mohan Sawhney, penggunaan jaringan elektronik dan teknologi terkait 

untuk memungkinkan, memperbaiki, meningkatkan, mengubah atau menciptakan proses 

bisnis atau sistem bisnis untuk menciptakan nilai superior bagi pelanggan saat ini atau 

pelanggan yang potensial.

Menurut Romney/Steinbart, e-Business mengacu pada semua penggunaan

kemajuan teknologi informasi khususnya teknologi jaringan dan komunikasi untuk 

memperbaiki cara-cara sebuah organisasi dalam melakukan seluruh proses-proses bisnis.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat Kita simpulkan bahwa e-Business adalah 

serangkaian aktifitas bisnis yang memanfaatkan teknologi dan internet sebagai media 

transaksinya untuk menciptakan dan meningkatkan nilai bisnis tersebut meliputi sistem itu 

sendiri, edukasi pelanggan, pengembangan produk hingga pengembangan usaha yang 

ditekuni melalui e-Business itu sendiri.

1.4. Hubungan e-Business & e-Commerce

Perdagangan elektronik atau e-Commerce merupakan bagian dari e-Business, 

dimana cakupan e-Business lebih luas, tidak hanya sekedar perniagaan tetapi mencakup 

juga kolaborasi mitra bisnis, pelayanan nasabah, sumber daya manusia, lowongan 

pekerjaan dan lain-lain. Selain teknologi jaringan www, e-Business juga memerlukan 

teknologi basis data, surat elektronik dan bentuk teknologi nonkomputer yang lain seperti 

sistem pengiriman barang dan alat pembayaran untuk e-Commerce ini.

Dalam prosesnya, setiap bisnis tentu tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya 

interaksi dengan pihak eksternal dari organisasi itu sendiri, seperti para supplier, customer, 

investor, kreditur, pemerintah dan media. Interaksi ini akan terfasilitasi melalui aplikasi 

e-Commerce yang dimaksud. Karena itu, pada saat merancang dan membangun aplikasi 

e-Commerce tersebut harus sudah direncanakan dengan benar, agar fitur-fitur yang ada 

nantinya dapat memfasilitasi interaksi-interaksi tersebut.

1.5. Positif dan Negatif e-Commerce dan e-Business

Menerapkan konsep e-Business bukan berarti proses bisnis menjadi bebas 

hambatan, karena tentu saja setiap langkah yang ditempuh memiliki sisi positif dan 

negatifnya. Adapun sisi positif penerapan e-Commerce dan e-Business adalah sebagai 

berikut:

1. Revenue Stream baru yang mungkin lebih menjanjikan dan tidak bisa ditemui di sistem 

transaksi tradisional.

2. Dapat meningkatkan pangsa pasar (market exposure).

3. Menurunkan biaya operasional (operating cost).

4. Melebarkan jangkauan (global reach).

5. Meningkatkan customer loyality.

6. Memperpendek waktu produksi dan pemasaran.

7. Meningkatkan mata rantai pendapatan (value chain).

Sedangkan sisi negatif penerapan e-Commerce dan e-Business adalah sebagai 

berikut:

1. Pencurian informasi rahasia yang berharga. Tindakan ini bisa menyingkap semua 

informasi rahasia organisasi kepada pihak-pihak yang tidak berhak dan dapat 

mengakibatkan kerugian yang besar bagi si korban.

2. Kehilangan kesempatan bisnis karena gangguan pelayanan. Kesalahan ini bersifat

kesalahan non-teknis seperti aliran listrik padam atau jaringan yang tidak berfungsi.

3. Kehilangan kepercayaan dari para konsumen. Ini karena berbagai macam faktor seperti 

usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh pihak lain yang berusaha menjatuhkan 

reputasi perusahaan tersebut.

4. Penggunaan akses ke sumber oleh pihak yang tidak berhak. Misalkan pembobolan

sebuah sistem perbankan oleh hacker, kemudian memindahkan sejumlah rekening

orang lain ke rekeningnya sendiri.

5. Kerugian yang tidak terduga. Disebabkan oleh gangguan yang dilakukan dengan

sengaja, ketidak jujuran, praktek bisnis yang tidak benar, dan kesalahan faktor manusia 

atau kesalahan sistem elektronik.

1.6. Aplikasi e-Business

Seperti yang sudah dibahas pada sub bab 1.4, dalam prosesnya, setiap bisnis tentu 

tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya interaksi dengan pihak eksternal dari organisasi 

itu sendiri, seperti para supplier, customer, investor, kreditur, pemerintah dan media. 

Karena itu di dalam aplikasi e-Business haruslah terdapat fitur-fitur yang dapat 

memfasilitasi kegiatan tersebut. Berikut fitur-fitur yang harus ada pada aplikasi e-Business:

1. ERP (Enterprise Resource Planning)

ERP merupakan komponen utama dari e-Business, dengan kata lain ERP adalah 

sistem operasi bisnis, setara dengan sistem operasi windows untuk operasi back-office. 

Adapun fungsinya adalah sebagai berikut:

a. Sistem informasi untuk perusahaan manufaktur.

b. Berperan mengintegrasikan dan mengotomatisasi proses bisnis.

c. Back office system, konsumen dan publik tidak dilibatkan.

d. Client-server software, baik desktop ataupun berbasis web.

e. Memiliki kemampuan untuk mengelola sebagian besar transaksi.

f. Data dapat diakses secara real-time.

2. CRM (Customer Relationship management)

CRM adalah kustomisasi dan personalisasi produk dan layanan secara real-time

berdasarkan kebiasaan beli, keinginan dan kebutuhan konsumen. Adapun fungsinya 

adalah sebagai berikut:

a. Merupakan penggambaran hubungan sistem dengan konsumennya.

b. Usaha perusahaan dalam menjaga hubungan dengan konsumennya.

c. Strategi bisnis perusahaan.

d. Sebuah tool untuk memahami konsumennya.

3. SCM (Supply Chain Management)

SCM merupakan sinkronisasi dan koordinasi aktifitas-aktifitas yang berkaitan 

dengan aliran material/produk, baik yang ada dalam satu organisasi maupun antar 

organisasi. Adapun fungsinya adalah sebagai berikut:

a. Pengelolaan yang efektif atas integrasi yang terlibat di dalam kegiatan pemasokan.

b. Perencanaan dan pengendalian yang baik atas kegiatan pengadaan.

c. Efesiensi aliran pasokan hingga ke titik konsumsi terakhir.

d. Perancangan dan kontrol arus material dan informasi sepanjang rantai pasokan.

e. Bertujuan untuk mendapatkan kepuasan konsumen sekarang dan dimasa yang akan

datang.

1.7. Perbedaan Bisnis Trandisional dengan e-Business

Walaupun sama-sama bergerak di bidang bisnis, namun terdapat perbedaan 

mendasar antara bisnis tradisional dengan e-Business. Perbedaan ini disebabkan oleh 

perubahan kebiasaan masyarakat yang mengikuti perkembangan teknologi. Adapun 

perbedaannya dapat diketahui dari gambar berikut beserta penjelasannya.

Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa e-Business bukanlah sebuah 

proyek yang terdefinisi dengan pasti, melainkan sebuah perjalanan yang memerlukan visi 

dan prosedur yang non linear. Adapun perbedaanya dapat dilihat pada tabel berikut.

1.8. Cakupan e-Business

Cakupan atau spektrum e-Business dapat sangat luas wilayahnya tergantung dari 

masing-masing sudut pandang orang yang melihat definisi dari kata “bisnis” itu sendiri. 

Untuk dapat menangkap dimensi ruang lingkup pengertian e-Business, cara yang sering

digunakan adalah dengan menggunakan prinsip 4 W yaitu What, Who, Where dan Why.

1. Prinsip What

E-Business memiliki cakupan jauh lebih luas tidak hanya pada aktifitas atau 

mekanisme transaksi yang dilakukan secara online/digital namun termasuk di 

dalamnya aktifitas relasi antara dua entiti perusahaan, interaksi antara perusahaan 

dengan konsumenya, kolaborasi antara perusahaan dengan para mitra bisnisnya, 

pertukaran informasi antara perusahaan dengan para pesaing usahanya dan lain 

sebagainya.


2. Prinsip Who

Who adalah semua pihak yang melakukan interaksi dalam sebuah siste 

bisnis/serangkaian proses bisnis yaitu pihak yang berkepentingan dalam ruang lingkup

e-Business. Tujuah klasifikasi pihak yang sering dipergunakan dalam mengilustrasikan 

e-Business yaitu:

a. Agent

b. Business

c. Consumer

d. Device

e. Employee

f. Family

g. Goverment


3. Prinsip Where

Dalam e-Business interaksi dan keegiatan e-Business dapat dilakukan dimana saja 

melalui berbagai kanal akses, sejauh pihak yang berkepentingan memiliki fasilitas

elektronik/digital sebagai kanal akses.

4. Prinsip Why

Konsep e-Business tidak hanya menguntungkan perusahaan namun juga memberikan

kesempatan perusahaan untuk meningkatkan perusahaan dalam meningkatkan level

pendapatanya (reveneu generation) secara langsung maupun tidak langsung.

Implementasi e-Business yang dilakukan oleh perusahaan memberikan dampak

perusahaan dapat melihat berbagai peluang dan celah bisnis baru yang selama ini

belum pernah ditawarkan kepada masyarakat.

1.9. Spektrum Value e-Business

Charles R. Rieger dan Mary P. Donato ada 5 keuntungan e-Business (e-Business

value spectrum) menurut yaitu:

1. Efesiensi (Efficiency)

Menfaat yang didapatkan perusahaan adalah perbaikan tingkat efesiensi. Berdasarkan 

sebuah riset menyatakan kurang dari 40% dari total biaya operasional diperuntukkan 

bagi aktifitas penciptaan dan penyebaran informasi ke berbagai bagian terkait. Dengan 

memanfaatkan teknologi informasi di dalam rangkaian bisnis sehari-hari terlihat 

bagaimana perusahaan dapat mengurangi total biaya operasional yang biasa 

dikeluarkannya.

2. Efektifitas (Effectiveness)

Efektifitas dirasakan ketika terjadi perubahan-perubahan yang cukup signifikan dalam 

cara perusahaan melakukan aktifitas operasional sehari-hari. Contoh penerapan konsep 

e-supply chain membuat managemen dapat meningkatkan service level kepada 

pelangganya. Contoh lainnya dengan mengimplementasikan aplikasi ERP pada 

perusahaan memberikan dampak meningkatnya kualitas pengambilan keputusan dari 

manajemen.

3. Jangkauan (Reach)

Kemampuan penggunaan teknologi informasi di dalam memperluas jangkauan dan 

ruang gerak perusahaan. Selain itu memungkinkan perusahaan untuk memperluas 

jangkauan domain kerja sama dengan mitranya secara signifikan

4. Struktur (Structure)

Terciptanya berbagai jenis produk dan jasa baru akibat konvergensi berbagai sektor 

industri yang selama ini secara struktur terlihat berdisi sendiri-sendiri. Contohnya 

bagaimana sebuah kendaraan dapat jual dengan cara lelang, sebuah bank virtual yang 

berfungsi sebagai penasehat keuangan dan lainnya.

5. Peluang (Opportunity)

Terbukanya kesempatan yang lebar bagi pelaku bisnis untuk berinovasi menciptakan 

produk maupun jasa baru akibat berkembangkanya teknologi informasi baru dari waktu 

ke waktu. Contohnya dalam bidang pendidikan, saat ini semakin marak situs 

penyelengara pendidikan secara online/virtual.

Berikut adalah contoh atau gambaran e-Business berdasarkan spektrum value 

e-Business di atas:

1. e-Auctioning, yaitu lelang yang memanfaatkan teknologi elektronik sebagai tempat

terjadinya proses lelang.

2. e-Banking, kegiatan yang melakukan transaksi, pembayaran, dan transaksi lainnya

melalui internet dengan website milik bank yang dilengkapi sistem keamanan.

3. e-Commerce, transaksi jual beli secara elektronik melalui media internet.

4. e-Directories, Sebuah layanan pengiriman situs web di mana situs web ditambahkan

ke kategori yang tepat dalam direktori online dicari yang meningkatkan visibilitas situs 

web dan menciptakan inbound link yang relevan dengan situs web tersebut.

5. e-Engineering, terciptanya pengembangan produk dinamis terpadu dan proses realisasi 

yang memiliki kelincahan dan kemahiran yang diperlukan untuk merespon tuntutan 

dunia e-Commerce.

6. e-Franchising, bentuk kerja sama bisnis atau usaha dengan memakai prinsip kemitraan, 

sebuah perusahaan yang sudah mapan baik itu dari segi sistem manajemennya, 

keuangannya maupun dari marketingnya serta adanya merek dari produk perusahaan 

yang sudah dikenal oleh masyarakat luas, dengan perusahaan ataupun individu yang 

memakai merek dari produk maupun sistem tersebut dengan memanfaatkan teknologi 

informasi.

7. e-Learning, sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi

dalam proses belajar mengajar.

8. e-Mailing, suatu sarana untuk mengirim dan menerima surat atau pesan dengan format 

digital melalui jalur jaringan komputer dan internet.

9. e-Marketing, segala upaya yang dilakukan untuk melakukan pemasaran suatu produk

atau jasa melalui atau menggunakan media elektronik atau Internet.

10. e-Research, kegiatan riset yang menggunakan serangkaian fasilitas teknologi informasi 

dan komunikasi, sedemikian rupa sehingga melahirkan cara kerja dan metode riset 

baru.

11. e-Supply, proses Supply Chain yang di manage secara elektronik, biasanya

menggunakan teknologi jaringan komputer.

12. e-Trading, suatu sistem perdagangan secara Online yaitu lewat perangkat teknologi

internet, dimana dengan sistem ini investor tidak perlu lagi datang atau repot

menelepon kantor pialang (broker).

13. e-Travel, semua kegiatan industry travel yang dikaitkan pada e-Commerce atau dengan 

kata lain travel yang di-online-kan.

14. e-Operational Resources Management.

1.10. Tren ke Arah e-Business

Seiring berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi yang mana tentunya 

menjadi penunjang utama bagi perkembangan e-Business, sehingga menjadi tren bagi 

beberapa aspek yang memanfaatkan e-Business, yang mana dapat dilihat pada tabel 

berikut.

1.11. Jenis e-Business

e-Businss sendiri terdapat beberapa jenis dan karakteristiknya masing-masing 

sesuai dengan siapa pelakuknya dan kepada siapa bisnis ini ditujukan. 

TAHAPAN PEMBANGUNAN SISTEM E-BUSINESS

2.1. Visi dan Prospek Membangun e-Business

Membangun sistem e-Business bukan hanya mengkomputerisasi sistem informasi 

bisnis yang kemudian dihubungkan ke internet. Jika pemahaman itu yang menjadi landasan 

dalam membangun sistem e-Business, maka niscaya sistem itu sulit untuk bertahan.

Karena itu, harus dipahami bahwa membangun sistem e-Business lebih dari sekedar itu. 

Adapun visi yang harus dimiliki oleh organisasi yang akan membangun sistem e-Business 

adalah sebagai berikut:

1. Adanya keinginan yang kuat dan konsisten untuk membangun hubungan langsung 

dengan konsumen.

2. Pembangunan jaringan komunitas.

3. Perluasan pasar.

4. Masuk era persaingan global.

2.2. Tahap-Tahap Pembangunan Sistem e-Business

Dalam membangun sebuah sistem, tentu dibutuhkan tahapan-tahapan yang 

menjadi landasan dibangunnya sistem tersebut. Adapun tahapan-tahapan pembentukan 

sistem e-Business adalah sebagai berikut:

1. Mendayagunakan komputer personal, jaringan komputer dan Internet seoptimal

mungkin.

2. Membangun halaman web untuk jalinan komunikasi antara perusahaan dengan

konsumen secara efektif dan fleksibel.

3. Membangun Sistem Informasi e-Business yang efektif.

4. Mengembangkan Sistem Informasi yang bersifat inter platform.

Bisnis berbasis elektronik yang dalam hal ini sering kita sebut dengan e-Business 

adalah sebuah kegiatan bisnis yang menggunakan fasilitas jaringan internet. Dalam 

pelaksanaannya, perusahaan yang akan mengaplikasikan e-Business dalam usahanya 

tentunya membutuhkan rencana agar penerapannya bisa efektif. Mendaya gunakan 

komputer personal, jaringan komputer dan internet seoptimal mungkin merupakan hal 

paling dasar yang harus disiapkan sebelum memanfaatkan e-Bussiness. Membangun 

halaman web untuk membangun jalinan komunikasi antara perusahaan dengan

konsumen secara efektif dan fleksibel. Setelah semua terpenuhi di atas barulah kita

melangkah dalam tahap pembangunan sistem E-Business, meliputi:

1. Pembangunan Arsitektur E-Business

Arsitektur e-Business merupakan framework konseptual dari infrasktruktur dan Sistem 

Informasi e-Business yang diwujudkan dalam sebuah perencanaan struktur dan 

integrasi dari berbagai sumber-sumber yang ada dalam sebuah organisasi. Dalam 

proses pengembangannya terdiri dari enam langkah, yaitu:

a. Pendefinisian visi dan tujuan dari organisasi, merupakan langkah awal untuk 

mendapatkan gambaran umum dari organisasi tersebut.

b. Pendefinisian arsitektur informasi yang dibutuhkan, merupakan langkah 

selanjutnya untuk mengetahui situasi dan kondisi dalam rancangan pengembangan 

e-Business.

c. Pendefinisian arsitektur data, aktifitas pada bagian ini seperti pengklasifikasian data

yang dibutuhkan, cara pengolahannya dan sasaran yang ingin diambil untuk

pengembangan.

d. Pendefinisian arsitektur aplikasi, hal ini dimaksudkan untuk menentukan

jenis aplikasi dan batasan-batasan yang diinginkan dalam bidang keamanan.

e. Pendefinisian arsitektur teknikal, dimaksudkan untuk menentukan jenis-jenis 

hardware dan software secara keseluruhan.

f. Pendefinisian arsitektur organisasi, dalam bagian ini ditentukan berbagai hal yang

berhubungan dengan sumber daya, baik berupa manusia, keuangan, dan waktu 

yang dipergunakan.

2. Instalasi

Langkah selanjutnya adalah pengimplementasian aplikasi yang telah dibangun

atau instalasi. Aktifitas instalasi ini dapat dilaksanakan langsung oleh para tenaga ahli

yang ada di perusahaan tersebut atau menggunakan tenaga outsourcing, pilihan ini 

sangat berhubungan erat dengan pemilihan opsi pengembangan yang dilakukan 

sebelumnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aktifitas instalasi ini yaitu, 

bagaimana aplikasi tersebut berhubungan dengan aplikasi yang telah ada.

3. Pemilihan Opsi Pengembangan

Pengembangan aplikasi dari e-Business pada dasarnya mengikuti beberapa pendekatan. 

Masing-masing pendekatan tersebut memiliki keuntungan dan kekurangan yang pada 

intinya, pemilihan salah satu dari opsi tersebut akan memberikan efisiensi yang lebih 

besar dibandingkan opsi-opsi lainnya. Beberapa pendekatan tersebut adalah:

a. Membeli aplikasi yang telah diimplementasikan oleh sebuah Application Service 

Provider (ASP), hal ini dimaksudkan agar dapat menghemat biaya dan waktu 

dibanding dengan membangun sendiri. Tetapi ada beberapa hal yang perlu 

diperhatikan seperti kadang kala aplikasi tersebut tidak sepenuhnya diperlukan, 

sangat susah untuk dimodifikasikan sesuai dengan kebutuhan, susah untuk 

diintegrasikan dengan aplikasi yang telah lebih dulu digunakan, pelayanan purna 

jual dari ASP yang buruk dan keterikatan kontrak dengan pihak ASP untuk 

meningkatkan fungsi dari aplikasi tersebut di kemudian hari.

b. Menyewa (lease) aplikasi, hampir mirip dengan membeli aplikasi yang

diinginkan. Biasanya menyewa aplikasi dilakukan jika aplikasi tersebut sangat 

mahal. Kadang kala menyewa merupakan langkah awal sebelum membeli aplikasi 

tersebut dan alasan lain karena keterbatasan tenaga ahli yang akan mengelola 

pemanfaatan dan pemeliharaan aplikasi tersebut.

c. Membangun sendiri (in-house development) membangun sendiri aplikasi yang

dibutuhkan, merupakan salah satu pilihan dari pengembangan e-Business. 

Walaupun biasanya pendekatan ini membutuhkan biaya yang besar dan 

menghabiskan waktu yang banyak, tetapi pilihan ini diharapkan sangat mendekati 

sistem yang diinginkan.

d. Bekerja sama dengan pihak ketiga, dewasa ini sedang berkembang trend kerja sama

antara perusahaan pengembang Sistem Informasi e-Business dengan perusahaan￾perusahaan penggunanya. Berbagai jenis kerja sama yang dilakukan seperti 

kerja sama dengan pengembang e-Marketplace, telah mengembangkan berbagai 

Sistem Informasi e-Business bagi para perusahaan yang ingin membangun bisnis 

B2C (Business to Customer) di internet, sedangkan untuk B2B (Business to 

Business), perusahaan dapat bergabung dalam berbagai pengembang khusus

lainnya di bidangnya, bekerja sama dengan third party auction, perusahaan dapat 

bekerja sama dengan pihak pelelangan untuk memasarkan produknya sebagai pihak 

ketiga.

4. Penyebaran/Integrasi

Pada tahapan ini aplikasi yang telah dipilih dan diimplementasikan diharapkan dapat 

terintegrasi dengan baik dengan segala aplikasi yang telah ada sebelumnya. Berbagai 

langkah dijalankan dalam tahapan ini seperti pemberian training dan informasi 

terhadap para pengguna, baik yang berhubungan secara langsung atau tidak dengan 

aplikasi tersebut, pembuatan kebijakan atau peraturanperaturan yang mendukung 

hingga pengintegrasian sistem dengan para supplier dan pihak-pihak terkait lainnya.

5. Operasi/Pemeliharaan

Operasi dan pemeliharaan dari aplikasi yang telah diimplementasikan merupakan 

langkah selanjutnya yang harus diperhatikan dengan baik. Perencanaan yang baik 

sangat diperlukan agar seluruh pengimplementasian yang telah dilakukan dapat 

berjalan dengan sempurna. Selanjutnya, aktifitas pemeliharaan dapat dilanjutkan ke 

tahap pengembangan selanjutnya untuk penyempurnaan aplikasi yang telah 

diimplementasikan sesuai dengan maksud dan tujuan aplikasi tersebut dibangun.

2.3. Manajemen Teknologi E-Business

Pada dasarnya dalam proses pembangunan dan pengembangan e-Business 

diperlukan suatu manajamen sistem informasi yang baik, efektif dan efisisen. Dalam 

proses pembangunan dan pengembangan e-Business, manajemen teknologi menjadi hal 

yang tidak kalah penting di antara manajemen komponen system informasi yang lain. 

Teknologi informasi memiliki kontribusi penting dalam menjalankan proses Sistem 

Informasi e-Business. Teknologi informasi ini dapat disebut sebagai supply on demand of 

system information dalam e-Business. Manajemen teknologi dalam proses e-Business ini 

pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua perspektif, yaitu:

1. Perspektif Teknis

Dilihat dari sisi teknis, manajemen teknologi informasi dalam e-Business dibagi 

menjadi dua fungsi, yaitu fungsi penciptaan dan fungsi penyebaran.

a. Fungsi Penciptaan

Dalam fungsi penciptaan, manajemen teknologi itu dapat berpacu pada aspek-aspek

berikut:

1) Teknologi informasi harus mampu menjadi medium atau sarana untuk 

mengubah fakta-fakta atau kejadian-kejadian sehari-hari yang dijumpai dalam 

bisnis perusahaan ke dalam format data kuantitatif. Ada dua cara umum yang 

biasa dipergunakan, yaitu secara manual dan otomatis. Yang dimaksud dengan 

manual adalah dilibatkannya seorang user untuk melakukan data entry terhadap 

fakta-fakta relevan di dalam aktifitas sehari-hari yang dipandang perlu untuk 

direkam. Sementara yang dimaksud dengan cara otomatis di sini adalah jika 

berbagai teknologi dipergunakan sebagai alat untuk merekam fakta dan 

mengubahnya menjadi data tanpa harus melibatkan unsur manusia sebagai data 

entry.

2) Teknologi harus mampu merubah data mentah yang telah dikumpulkan tersebut

menjadi informasi yang relevan bagi setiap penggunanya (stakeholders), yaitu

manajemen, staf, konsumen, mitra bisnis, pemilik perusahaan dan pihak-pihak 

lain yang berkepentingan.

3) Teknologi mengolah informasi yang diperoleh dengan berbagai konteks 

organisasi yang ada, menjadi sebuah knowledge yang dapat diakses oleh semua 

pihak di dalam perusahaan.

4) Merubah knowledge menjadi wisdom merupakan tugas teknologi informasi 

yang terakhir dalam proses penciptaan.

b. Fungsi Penyebaran

Dilihat dari fungsi manajemen tekonologi E-Business dapat meliputi kegiatan

manajemen yang berhubungan dengan aspek penyebaran sebagai berikut:

1) Gathering. Teknologi informasi dikelola untuk mampu mengumpulkan

entiti-entiti tersebut dan meletakkannya di dalam suatu media penyimpan 

digital. Media penyimpan tersebut harus mampu untuk menangkap berbagai 

karakteristik unik dari entiti-entiti terkait, yang biasa direpresentasikan dalam 

berbagai bentuk format media (multi-media), seperti: teks, suara (audio), citra 

(image), gambar bergerak (video), dan lain-lain.

2) Organising. Untuk memudahkan pencarian terhadap entiti-entiti di kemudian 

hari, teknologi informasi dimanage memilik mekanisme baku dalam 

mengorganisasikan penyimpanan entiti- entiti tersebut di dalam media 

penyimpan. konsep-konsep struktur data, database dan sistem berkas 

merupakan dasar-dasar ilmu yang kerap dipergunakan sehubungan dengan 

kebutuhan ini.

3) Selecting. Di saat berbagai pihak di dalam perusahaan membutuhkan entiti￾entiti tersebut, teknologi informasi diciptakan untuk menyediakan fasilitas 

untuk memudahkan pencarian dan pemilihan.

4) Synthesizing. Teknologi informasi diciptaakan mampu memenuhi kebutuhan

manajer ini dalam menggabungkan beberapa entiti menjadi satu paket kesatuan

yang terintegrasi.

5) Distributing. Teknologi informasi dibuat dan dikelola dengan memiliki

infrastruktur yang dapat menyalurkan berbagai entiti dari tempat disimpannya

entitientiti tersebut ke pihak-pihak yang membutuhkannya.

2. Perspektif Manajerial

Dilihat dari sisi bisnis dan manajerial, terutama dalam kaitannya dengan 

Manajemen Supply Chain, ada 4 (empat) peranan yang diharapkan perusahaan dari 

implementasi efektif sebuah teknologi informasi.

a. Minimize Risks. Setiap bisnis memiliki resiko, terutama yang berkaitan dengan

faktor-faktor keuangan. Pada umumnya resiko berasal dari adanya ketidakpastian

dalam berbagai hal dan aspek-aspek eksternal lain yang berada di luar kontrol

perusahaan.

b. Reduce Costs. Teknologi informasi diharapkan dapat berkotribusi dalam perbaikan

efisiensi dan optimalisasi proses-proses bisnis di perusahaan. Peranan teknologi

informasi sebagai katalisator dalam berbagai usaha mengurangi biaya-biaya

operasional perusahaan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap profitabilitas

perusahaan.

c. Create New Realities. Dengan pesatnya perkembangan teknologi internet, 

telah mampu menciptakan suatu arena bersaing baru bagi perusahaan, yaitu 

di dunia maya. Berbagai konsep e-Business semacam e-Commerce, e-Procurement, 

e-Customers, e-Loyalty, dan lain-lain pada dasarnya meruapakan suatu cara 

memandang baru di dalam menanggapi mekanisme bisnis di era globalisasi 

informasi.

2.4. Pemodelan Sistem

Membangun sebuah sistem yang besar dan kompleks Sistem Informasi e-Business, 

tim pembuat sistem perlu merancang model sistemnya terlebih. Pemodelan tersebut 

menggambarkan aliran data dan aliran distribusi yang akan diproses menjadi informasi. 

Dengan demikian, arus data informasi dapat terlihat secara jelas. Penggambaran 

pemodelan dapat menggunakan flowchart sistem atau diagram alir data diagram. Pada 

sebuah sistem yang komplek secara sistematis dan terintegrasi, maka dibutuhkan metode￾metode pembangunan sistem seperti daur hidup, prototype dan spiral. Dari ketiga macam 

metode tersebut, metode daur hidup cocok untuk pembangunan sistem e-Business, karena 

memiliki beberapa karakteristik yaitu proses dilakukan selangkah demi selangkah yang 

disertai dengan proses dokumentasi yang rapi. Metode daur hidup terdiri dari beberapa

tahapan proses, yaitu tahap perencanaan, analisis, perancangan, analisis, penerapan, 

evaluasi, penggunaan dan pemeliharaan. Pada setiap tahapan dilakukan proses 

pendokumentasian atas segala yang telah dilakukan disepakati.

2.5. Metode Daur Hidup untuk Membangun Sistem Informasi e-Business

Metode daur hidup cocok untuk pembangunan sistem e-Business, karena memiliki 

beberapa beberapa karakteristik yaitu proses dilakukan selangkah demi selangkah yang 

disertai dengan proses dokumentasi yang rapi. Metode daur hidup terdiri dari beberapa 

tahapan proses, yaitu:

1. Tahap perencanaan

2. Analisis

3. Perancangan

4. Penerapan

5. Evaluasi

6. Penggunaan

7. Pemeliharaan.

Pada setiap tahapan dilakukan proses pendokumentasian atas segala yang telah 

dilakukan atau disepakati.

1. Tahap Perencanaan

Gambar 2.1. Proses Perencanaan Sistem e-Business

Tahap ini sangat penting karena pada tahap ini permasalahan yang sebenarnya 

didefinisikan secara rinci. Tahap perencanaan mempersiapkan sistem e-bisnis meliputi: 

a. Memahami permasalahan yang muncul dan mendefinisikan secara rinci.

b. Merumuskan kasus-kasus bisnis yang ingin diselesaikan.

c. Mengestimasikan total investasi yang akan disediakan.

d. Rencana aksi yang kongkrit.

2. Tahap Analisis

Tahap ini harus dilakukan seobyektif mungkin agar hasilnya tidak bias. 

Untuk menganalisa, dapat mengggunakan 6 dimensi kelayakan (Mc Leod) yaitu

kelayakan teknis, pengembalian ekonomis, pengembalian non ekonomis, hukum dan

etika, operasional, jadwal. Faktor lain dalam menganalisa yaitu kelayakan organisasi, 

memilih kelompok bisnis, kemungkinan permodalan, tingkat kopetisi produk, 

lingkungan operasional sistem dan sistem harga. Apabila diketemukan indikasi ketidak

layakan maka cari penyebabnya selanjutnya susun langkah konkrit.

3. Tahap Perancangan

Tahap perancangan merupakan fase pemahaman kriteria kebutuhan sistem. 

Diharapkan lebih menuju sistem yang stabil dan flexibel. Pada tahap perancangan 

selain memperhatikan rekomendasi kelayakan, perlu memperhatikan beberapa hal 

berikut:

a. Kebutuhan perusahaan

b. Kebutuhan operator

c. Kebutuhan pemakai

d. Kebutuhan teknis

4. Tahap Penerapan

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengimplementasikan rancangan yang 

telah disusun sebelumnya agar dapat diwujud nyatakan. Implementasi untuk prosedur 

di dalam teknologi komputer akan menggunakan bahasa komputer. Untuk proses yang 

terdapat di luar sistem komputer, disusunlah sebuah konvensi atau perjanjian atau tata 

tertib, agar setiap orang yang terlibat dapat mengikuti alur yang telah ditetapkan.

Untuk merealisasikan sistem pada tahap penerapan ini, ditempuh beberapa metode,

antara lain, penggunaan paket aplikasi, pengembangan oleh staf sendiri (insourcing), 

dan pengembangnan yang dilakukan dengan kerja sama dari pihak luar seperti 

konsultan atau software house (outsourcing).

5. Tahap Evaluasi

Pada tahap ini, dilakukan uji coba sistem yang telah selesai disusun. Proses uji 

coba diperlukan untuk memastikan bahwa sistem tersebut sudah benar. Karakteristik 

yang ditetapkan, dan tidak ada kesalahan-kesalahan yang terkandung di dalamnya. 

Evaluasi merupakan uji coba sistem yang berguna untuk:

a. Memastikan sistem sudah berjalan dengan benar.

b. Memastikan sesuai karakteristik yang ditetapkan.

c. Memastikan tidak terjadi kesalahan sampai ke penelusuran dan keterlibatan data.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengevaluasi perangkat keras 

adalah: 

a. Kemampuan perangkat keras yang meliputi kecepatn proses dan distribusinya.

b. Seberapa besar biaya yang harus disediakan untuk pengoperasian dan perawatan 

sistem.

c. Kompatibilitas perangkat keras terhadap sistem-sistem yang terkait.

d. Seberapa lama teknologi yang digunakan akan dapat bertahan.

e. Sejauh mana pilihan-pilihan terhadap komputer yang digunakan memperhatikan

faktor-faktor ergonomik.

f. Tingkat kehandalan dan sekalabilitas jaringan komputer yang dibangun sebagai

infrastruktur sistem tersebut.

6. Tahap Penggunaan dan Pemeliharaan

Pada tahap ini, sistem yang telah diuji coba dan dinyatakan lolos dapat mulai

digunakan untuk mengenal proses e-Business yang sesungguhnya. Pemeliharaan sistem 

secara rutin dapat meliputi penataan ulang database, mem-backup dan scaning virus. 

Sementara itu, pemeliharaa juga termasuk melakukan penyesuaian-penyesuaian untuk 

menjaga kemuktahiran sistem, atau pembetulan atas kesalahan-kesalahan yang

mungkin terjadi dan belum diketahui sebelumnya.

2.6. Kegagalan Sistem Informasi e-Business

Tidak semua hal yang telah direncanakan dan dilaksanakan berjalan dengan baik. 

Terkadang bisa saja mengalami kendala dan kegagalan, begitupula dengan Sistem 

Informasi e-Business. Hal ini tentu saja ada dari faktor-faktor penyebabnya. Faktor-faktor 

penyebab kegagalan tersebut antara lain:

1. Sering orang memandang Sistem Informasi e-Business adalah paling utama dan 

penting, sementara melupakan komitmen dan konsistensi terhadap materi informasi, 

produk dan respon layanan kepada konsumen.

2. Antarmuka Sistem Informasi e-Business sering kurang interaktif, kurang komunikatif 

dan kurang mudah digunakan oleh konsumen, karena antar muka sering dibangun 

berdasarkan selera pembuatnya.

3. Perubahan cara pandang, pola berbisnis dan sistem dari tradisonal dan lokal menjadi

moderen dan global, sedangkan perusahaan dan pebisnis membutuhkan waktu untuk

beradaptasi dengan perubahan tersebut.

2.7. Kebutuhan Sistem e-Business

Agar dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan oleh 

organisasi, maka dari itu Sistem Informasi e-Business haruslah memenuhi semua 

kebutuhan yang diperlukan oleh organisasi dalam menjalankan konsep e-Business-nya. 

Agar dapat memenuhi ekspektasi dari organisasi, maka sistem informasi e-Business harus 

memenuhi kriteria kebutuhan-kebutuhan tersebut yaitu:

1. Efesien dan efektif.

2. Trend masa depan.

3. Integrated dengan sistem yang lain.

4. Keamanan data.

5. Interaktif.

2.8. Faktor Keberhasilan Implementasi e-Business

Terdapat beberapa strategi dalam mengimplementasikan e-Business seperti 

yang dikutip dalam buku Chapter E-Business strategy (Chaffey, 2011) di antaranya ada 

11 faktor penentu keberhasilan, yang juga dapat berguna diterapkan untuk organisasi yang 

lebih besar:

1. Content, penyampaian isi yang efektif dari produk atau jasa.

2. Convenience, kegunaan dari situs web.

3. Control, sejauh mana organisasi telah didefinisikan proses yang mereka dapat

mengelola.

4. Interaksi, sarana membangun hubungan dengan pelanggan individu.

5. Komunitas, sarana membangun hubungan dengan kelompok-kelompok individu atau

organisasi yang berpikiran.

6. Sensitifitas harga, sensitifitas dari produk atau jasa untuk persaingan harga di Internet.

7. Logo, kemampuan untuk membangun sebuah nama merek yang kredibel untuk 

e-Commerce.

8. Komitmen, sebuah motivasi yang kuat untuk menggunakan internet dan kemauan

untuk berinovasi.

9. Kemitraan, sejauh mana e-commerce venture menggunakan kemitraan (hubungan

rantai nilai) untuk meningkatkan kehadiran Internet dan memperluas bisnisnya.

10. Proses perbaikan, sejauh mana perusahaan dapat mengubah dan mengotomatisasi

proses bisnis.

11. Integrasi, Penyediaan hubungan antara sistem TI yang mendasari dalam mendukung

kemitraan dan perbaikan proses.

Sedangkan menurut Wade (2005), mengungkapkan beberapa faktor kesuksesan 

inplementasi e-Business, antara lain:

1. Ekspektasi dari perusahaan ditunjang dengan ketersediaan dana.

2. Jadwal dan waktu implementasi yang memadai.

3. Pengetahuan akan proses bisnis, kompetensi dan pengalaman dalam pembangunan

sistem informasi e-Business.

4. Komunikasi baik secara fungsional dan cross-fuction.

Sistem dalam E-Business sangat bergantung dan dipengaruhi dengan kebutuhan 

dan Model Bisnis yang akan dilakukan. Artinya kebutuhan sistem akan berbeda antara 

satu model bisnis dengan model bisnis lainnya. Adapun penggunaan teknologi dalam 

e-Bussiness bertujuan untuk:

1. Redefine business, memaksimalkan nilai pelanggan dan memungkinkan 

mengembangkan bisnis dengan cara yang baru.

2. Mengubah sudut pandang kompetitif dan saluran distribusi.

3. Memperluas jangkauan pasar.

4. Meningkatkan kecepatan bisnis, menyederhanakan interaksi, meningkatkan harapan 

pelanggan.

3.1. Persyaratan Baru pada E-Business

Persyaratan baru pada e-Bussiness untuk lingkup bisnis bertitik pada fleksibel,

responsif, cepat, berfokus pada pelanggan, iventif, inovatif, kolaboratif self-service dan 

bersifat global. Persyaratan baru pada e-Bussiness juga bertitik pada sistem yang mudah 

digunakan, terintegrasi, handal, kokoh, responsif, fleksibel, mudah maintainable, akurat, 

terukur, global dan aman.

3.2. Perencanaan Keberhasilan E-Bussiness

Perencanaan keberhasilan e-Bussiness dapat menggunakan metodologi overview. 

Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Begin

a. Mulailah dengan mendapatkan dukungan manajemen eksekutif dan sponsor bisnis.

b. Mengidentifikasi tujuan bisnis untuk menyelesaikan e-rencana bisnis dan inisiatif.

c. Identifikasi tim dari individu-individu yang akan terlibat.

d. Garis besar proses perencanaan yang akan digunakan.

e. Mengembangkan rencana komunikasi menguraikan bagaimana anggota organisasi 

tim dan akan tetap mengikuti kegiatan.

f. Akhirnya mengumumkan proyek kepada organisasi.

2. Diagnose

a. Mendiagnosis tren dan bagaimana mereka dapat mempengaruhi organisasi.

b. Dokumen lingkungan saat ini dan mendiagnosis kekuatan dan bidang perbaikan.

c. Mengidentifikasi para pemangku kepentingan dan mendiagnosis proses mereka.

d. Mendiagnosa industri dan dampak eksternal serta nilai rantai.

e. Bisnis mendiagnosis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.

3. Develop

a. Mengembangkan proposisi nilai serta nilai pengiriman proposisi.

b. Mengembangkan strategi e-Business dan metrik untuk mengukur keberhasilan dan

kemajuan dari strategi.

4. Define

a. Tentukan peluang tertentu serta kompetitif situasi.

b. Tentukan prioritas

5. Determine

a. Menentukan dampak ke arsitektur aplikasi bisnis, infrastruktur teknis, proses bisnis,

sistem informasi proses, dan orang / organisasi.

b. Menentukan biaya analisis manfaat serta peta jalan untuk mendapatkan strategi.

c. Mendapatkan persetujuan pada rencana bisnis untuk melanjutkan pengiriman dari

rencana.

6. Design

a. Desain tampilan dan nuansa yang diperlukan untuk melaksanakan strategi dan nilai 

proposisi, identifikasi navigasi dan layar desain.

b. Desain perubahan yang dibutuhkan untuk aplikasi dan keamanan.

7. Deliver

a. Menyampaikan strategi dan desain dengan mengembangkan, pengujian, pelatihan 

dan pelaksanaan.

b. Mempromosikan dan memasarkan e-Business situs dan fungsionalitas.

8. Discuss

a. Diskusikan hasil usaha e-Business dengan mendapatkan umpan balik dan 

menganalisis.

b. Menentukan tindakan yang diperlukan.

3.3. Infrastruktur Dasar e-Business

Infrastruktur e-Business adalah arsitektur hardware, software, konten dan data 

yang digunakan untuk memberikan layanan e-Business untuk aryawan, pelanggan dan 

mitra. Keseluruhan komponen tersebut haruslah dapat bersinergi dengan benar agar dapat 

memberikan layanan terbaik bagi pelanggan dan mitra, sehingga tujuan dibangunnya 

sistem informasi e-Business dapat tercapai.

3.4. Proses e-Business

Proses bisnis adalah arus kerja dari seperangkat aktifitas dan bahan baku informasi 

dan pengetahuan. Proses juga mengacu pada cara unik dimana manajemen memilih untuk 

mengkoordinasikan pekerjaan. Setiap bisnis dapat dilihat sebagai sekumpulan proses 

bisnis.

Sistem Informasi Manajemen berfungsi untuk mengotomatiskan banyak tahap pada 

proses bisnis yang sebelumnya mungkin dilakukan secara manual. Seperti pengecekan 

kredit klien, memperoleh tagihan atau mengatur pesanan pengiriman barang. Sistem 

Informasi manajemen dalam E-Bisnis dan teknologi informasi akan dapat melakukan lebih 

banyak lagi dalam proses bisnis, teknologi ini akan dapat benar-benar mengubah arus 

informasi, kemudian menggantikan langkah berurutan dengan tugas yang dapat dilakukan 

secara bersamaan secara paralel dan menghilangkan penundaan pada pembuatan keputusan 

dengan teknologi online pastinya.

3.5. Kebijakan Publik

Kebijakan publik dalam e-Business menyangkut regulasi yang mengatur jalannya 

e-Business agar dapat sesuai dengan hukum dan aturan-aturan yang berlaku pada suatu 

negara. Hal yang mungkin dihadapi berkaitan dengan kebijakan publik adalah:

1. Bagaimana mengadaptasi mekanisme transaksi formal yang secara hukum dilindungi, 

yaitu tanda tangan dan saksi-saksi.

2. Bagaimana merepresentasikan dokumen-dokumen legaldi dalam internet yang pada 

dasarnya merupakan file-file komputer yang mudah digandakan dan disebar luaskan 

tanpa seijin yang memiliki.

3. Bagaimana memastikan bahwa yang bersangkutan adalah benar-benar orang yang 

diatas namakan dalam dokumen-dokumen legal terkait (otentifikasi).

4. Tanggal dan waktu yang mungkin berbeda antar negara dan lain sebagainya.

Selain beberapa hal di atas, aspek legalitas juga haruslah diperhatikan agar tidak 

terjadi pelanggaran hukum dalam proses e-Business yang dijalankan, di antaranya:

1. Perangkat hukum yang jelas, yaitu legalitas dan dokumen perusahaan, HKI dan Pajak.

2. Transparansi dalam pelayanan, peraturan dan persyaratan yaitu perlindungan 

konsumen.

3. Pertukaran dan pemrosesan data bisnis secara elektronik, yaitu keamanan pertukaran 

data (tanda tangan digital) dan kekuatan pembuktian data elektronik serta penyelesaian 

sengketa.

Kemudian harus diperhatikan pula beberapa hal yang pengaruhi kebijakan publik, 

di antaranya:

1. Aspek hukum bisnis konvensional belum sepenuhnya dapat mengatasi permasalahan 

hukum dalam e-Business perlu aturan baru.

2. Perlunya aturan khusus yang mengatur pengguna internet yang tanpa batas terkait 

jurisdiksi.

3. Tingkat kejahatan internet semakin meningkat dan bervariasi yang biasa disebut 

dengan istilah cybercrime.

4. Negara perlu menerapkan hukum khusus yang biasa disebut dengan istilah cyberlaw.

Hal inilah melahirkan UU No. 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi

elektronik dengan harapan dapat dijalankan dengan maksimal dan tepat guna

3.6. Produk Hukum e-Business di Indonesia

Regulasi dan kebijakan yang telah diatur pemerintah Indonesia terkait 

dengan E-Business, dapat dilihat pada laman berikut; 

http://www.aptika.kominfo.go.id/utama/produk/7. Untuk merancang sistem e-Business hal 

yang dilakukan adalah perecanaan, hal ini terkait dengan strategi tools yang dipakai, yaitu:

1. Membeli Software e-Business Siap Pakai

Kelebihan:

a. Lebih simple, karena bisa langsung dipakai.

b. Mudah dipelajari dan mudah diimplementasikan.

c. Support service.

Kelemahan:

a. Susah dimodifikasi.

b. Tingkat integritas dengan software lain rendah.

2. Membuat Sendiri dengan divisi IT

Kelebihan:

a. Fleksibilitas tinggi.

b. Mudah dimodifikasi.

c. Dapat dibangun sesuai kebutuhan perusahaan.

d. Memperkecil pesaing untuk memiliki software serupa.

Kekurangan:

a. Biaya besar.

b. Harus memiliki SDM dan divisi yang mumpuni.

c. Menyita waktu.

d. Bila ada perubahan bisnis, software harus dirombak.

e. Biasanya divisi IT hanya sebagai support.

3. Pembelian Komponen/Modul dan Mengintegrasikan Modul-Modul yang ada dan 

Dikustomisasi sesuai Kebutuhan Perusahaan

Kelebihan:

a. Murah, diperjualbelikan eceran/retail.

b. Bisa dilakukan perubahan secaracepat.

c. Tingkat skalabilitas dapat disesuaikan.

d. Durasi implementasi yang singkat.

e. Komponen siap pakai dan mudah dipahami.

Kelemahan:

a. Kemungkinan penurunan kinerja software.

b. Perusahaan harus memiliki blue print.

c. Perlu SDM yang bisa ngoprek untuk customize.

4. Tools Alternatif

Tools alternatif gratis dan powerfull yang dapat digunakan antara lain Prestashop,

Joomla+Virtuemart, Wordpress+ (WP-Commerce dan Woocommerce), Opencart,

ZenCart, OSCommerce, Magento, QuickCart dan lain sebagainya.

Kelebihan:

a. Murah dan gratis.

b. Gampang dikustumisasi.

c. Tidak terlalu membutuhkan basic programming (kondisional).

d. Dukungan penuh dari pengembang dan komunitas.

Kekurangan:

a. Kemungkinan kemiripan sistem antar pengguna sangat besar.

b. Banyak sponsor.

Jika organisasi memutuskan untuk membuat sendiri sistem informasi e-Business 

dengan divisi IT-nya, maka hal perlu dilakukan terlihat pada gambar di bawah ini.

1. Tentukan Ide dan Produk Anda

a. Buat Daftar hal apa saja yang Anda sukai.

b. Sortir daftar tersebut, pilih yang paling disukai.

c. Tentukan bahasa yang akan digunakan dalam bisnis Online Anda.

d. Lakukan riset produk yang akan dijual sesuai dengan topik bisnis yang telah 

ditentukan.

e. Lebih Spesifik, lebih baik.

2. Research (Riset Pasar)

a. Kapan memulai?

b. Modal dan kemungkinan hasil yang didapat?

c. Siapa calon PelangganAnda?

d. Siapa calon Pesaing Anda?

e. Masalah yang mungkin akan dihadapi?

f. Cara menyelesaikan masalah?

3. Kumpulkan Content

a. Buatlah konten yang asli (original) dan menarik.

b. Buatlah konten bermanfaat dan kaya akan informasi.

c. Jadilah diri sendiri dan kreatif.

d. Jangan bertele-tele.

e. Libatkan pengguna.

f. Gunakan bahasa manusia (tata bahasa yang baik).

g. Update website secara berkala.

4. Membeli Nama Domain

a. Pilih Nama yang sesuai.

b. Fitur-fitur yang sesuai.

c. Simple dan mudah diingat.

d. Hindari pengunaan angka dan tanda hubung.

e. Jangan menggunakan nama domain yang berbau SARA.

5. Beli atau Tentukan Server Hosting

Beberapa pertimbangan sebelum membeli Hosting:

a. Space.

b. SO (Linux, Unix or Windows).

c. Web Server (Apache or IIS).

d. Engine Script (PHP, ASP, JSP, ColdFusion).

e. Database Engine (MySQL, PostgreSQL, SQL Server, Oracle).

f. Hosting Manager (cPanel, sPanelorPlesk).

g. Bandwith.

h. Lokasi Server (lokal atau luar negeri).

i. Jumlah domain atau sub domain.

6. Web Design dan Programming

a. Buat Logical User Flow.

b. Informasi penting bisnis Anda.

c. Informasi kontak dan navigasi yang mudah.

d. Keamanan Integrasi dengan social media.

e. Mendukung Mobile Application.

f. FAQ.

g. Hosting yang baik.

h. Jangan terlalu banyak fitur yang tidak perlu.

7. Promosikan Website (Sistem) Anda

a. Melalui Web Forum.

b. Menggunakan Media Video (misalnya: youtube).

c. Tukar Link.

d. Membuat Newsletter Feed, RssFeed.

e. Melalui Kartu Nama.

f. SEO di Google atau Search Engine lainnya (Yahoo, Bing dll).

g. Memanfaatkan Situs Jejaring Sosial.

h. Membuat Backlink

4.1. Strategi Bisnis dan Manajemen Strategi

Strategi bisnis adalah penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang sebuah 

perusahaan, dan arah tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai 

sasaran dan tujuan tersebut. Strategi bisnis merupakan cara-cara yang digunakan 

perusahaan untuk mendapatkan keunggulan persaingan di dalam bisnisnya. Strategi bisnis 

dapat mencakup ekspansi geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, 

penetrasi pasar, pengurangan bisnis, likuidasi dan joint venture. Tingkatan strategi dibagi 

menjadi :

1. Tingkat Korporasi

Strategi perusahaan yang memiliki saham (ownership) beberapa perusahaan lain.

2. Tingkat Multi Divisi

Merupakan strategi yang terjadi pada tingkat divisi atau unit bisnis dan merupakan

strategi yang menekankan pada perbaikan posisi bersaing produk atau jasa pada

spesifik industri atau segmen pasar tertentu.

3. Tingkat Fungsional

Optimalisasi produktivitas sumber daya dalam memberikan nilai (value) terbaik untuk

kebutuhan pelanggan (customers).

4. Tingkat Operasional

Merupakan strategi yang menjalankan implementasi dari operasional-operasional

perusahaan.

Manajemen strategi merupakan proses atau rangkaian kegiatan pengambilan

keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara 

melaksanakannya, yang dibuat oleh pimpinan dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuan. Manajemen strategi memiliki beberapa 

karakter, di antaranya:

1. Berorientasi masa depan.

2. Berhubungan dengan unit bisnis yang kompleks.

3. Kebutuhan dan kejelasan tugas sangat tinggi seiring perubahan yang terjadi, kadang 

batasbatas tugas mejadi tidak jelas.

4. Proses yang dijalankan tidak terpisah dari aktivitas manajerial lainnya.

5. Ada target waktu yang jelas.

6. Memerlukan perhatian khusus pada manajemen puncak.

Adapun manfaat dari manajemen strategi dalam e-Business antara lain sebagai 

berikut:

1. Pemahaman yang lebih jelas atas visi strategis perusahaan.

2. Fokus yang lebih tajam terhadap apa yang secara strategis memang penting.

3. Pemahaman yang lebih baik terhadap perubahan lingkungan perusahaan yang lebih 

cepat.

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan oleh manajemen puncak dalam 

merumuskan strategi, yaitu:

1. Menentukan visi dan misi.

2. Mengembangkan profile perusahaan.

3. Pengenalan produk.

4. Analisis kekuatan.

5. Mengidentifikasi beberapa pilihan.

6. Memilih pilihan yang tepat.

7. Sasaran jangka panjang.

8. Memperhatikan pentingnya operasionalisasi.

9. Sumber daya manusia.

10. Teknologi.

11. Bentuk, tipe dan struktur organisasi.

12. Menciptakan suatu sistem pengawasan.

13. Penilaian terhadap sistem.

14. Menciptakan umpan balik.

Strategi perusahaan sangat dipengaruhi oleh strategi bisnis itu sendiri. Namun 

dalam e-Business, strategi-strategi bisnis tersebut sangat dipengaruhi serta dapat 

dikembangkan dengan adanya penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi.

4.2. Isu-Isu Penting dalam e-Business

Teknologi hanya memegang peranan ± 1

/3 bagian saja. Perusahaan e-Business harus 

memperhatikan 2

/3 bagian lainnya, organisasi, sumber daya manusia, relasi, sistem 

manajerial dan strategi yang akan diterapkan. Persoalan e-Business bukan sekedar 

penerapan teknologi infomasi dalam sistem bisnis tradisional tapi juga perubahan yang 

berjalan bersamaan.

4.3. Perilaku Konsumen

Ada beberapa perilaku konsumen yang harus menjadi pertimbangan manajemen 

strategi untuk menentukan strategi apa saja yang akan direncanakan nantinya, di antaranya:

1. Keingintahuan terhadap perkembangan atau trend baru.

2. Keinginan untuk melakukan perbandingan.

3. Keinginan untuk meneliti.

4. Keinginan untuk menggunakan teknologi dalam memperoleh informasi produk dan

melakukan transaksi secara efektif.

Menurut Budi Sutedjo (2001) ada 7 perubahan pola perilaku konsumen tradisional 

ke e-Business, yaitu:

1. Pola Belanja, dari pergi ke pasar tradisional menuju komputer.

2. Pola Pemilihan Barang, dari memegang barang menjadi melihat katalog elektronik.

3. Pola Transaksi, dari pola ada uang ada barang menjadi ada uang barang dikirim.

4. Pola Konsumsi, barang dibeli tidak dapat langsung dikonsumsi.

5. Pola Pemakaian Barang, khusus barang berwujud, harus melalui perantara.

6. Pola Pembayaran, dari tunai kini adaketerlibatan pihak ketiga seperti penggunakan 

kartu kredit, uang digital atau cek elektronik.

7. Pola Komunikasi, seolah kesempatan untuk membina pertemanan hilang.

Selain perubahan pola perilaku konsumen tersebut di atas, manajemen strategi juga 

perlu memperhatikan sikap-sikap yang dimiliki oleh konsumen e-busines, yaitu:

1. Kritis terhadap penwaran-penawaran produk.

2. Sensitif terhadap harga.

3. Sensitif terhadap kualitas.

4. Menuntut jaminan atau garansi atas produk.

5. Menuntut teknik penyajian halaman web yang secara kognitif.

4.4. Strategi e-Business

1. Tahapan Strategi

Ada tiga tahapan strategi yang umumnya menjadi langkah-langkah yang akan 

ditempuh oleh manajemen strategi, yaitu :

a. Perumusan Strategi

Pengembangan rencana jangka panjang untuk manejemen efektif dari kesempatan

dan ancaman lingkungan, dilihat dari kelemahan perusahaan.

b. Implementasi Strategi

Proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan

memalui pengembangan program, anggaran dan prosedur.

c. Evaluasi dan Pengendalian

Proses melalui aktivitas-aktivitas perusahaan dan hasil kinerja serta dimonitor

kemudian kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan kinerja yang diinginkan.

2. Tahapan Analisis

Tahapan analisis ini dibagi menjadi dua, yaitu analisis eksternal dan analisis 

internal. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Analisis Eksternal, terdiri dari:

1) Lingkungan eksternal, yaitu variabel-variabel (kesempatan dan ancaman) yang 

berada di luar organisasi dan tidak secara khusus ada dalam pengendalian 

jangka pendek dari manajemen puncak.

2) Lingkungan kerja, yaitu elemen-elemen atau atau kelompok yang secara 

langsung berpengaruh atau dipengaruhi oleh operasi-operasi utama organisasi.

3) Lingkungan sosial, yaitu kekuatan umum kekuatan yang tidak berhubungan 

langsung dengan aktivitas-aktivitas jangka pendek organisasi tetapi dapat dan 

sering mempengaruhi keputusan-keputusan jangka panjang.

b. Analisis Internal, terdiri dari:

1) Struktur, yaitu sebuah cara bagaimana perusahaan diorganisasikan yang 

berkenaan dengan komunikasi, wewenang serta arus kerja.

2) Budaya, yaitu pola keyakinan, pengharapan dan nilai-nilai yang dibagikan oleh 

anggota organisasi atau perusahaan.

3) Sumber Daya, yaitu asset yang merupakan bahan baku bagi produksi barang 

dan jasa organisasi.

Tahap analisa dapat menggunakan metode SWOT, yaitu metode perencanaan 

strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan 

(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau 

suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT 

(strengths, weaknesses, opportunities, dan threats).

Contoh pengunaan analisa SWOT pada toko elektronik Berkah Jaya yang telah 

menggunakan teknologi informasi dalam jual beli produk yang ada di tokonya.

a. Strength (kelebihan/kekuatan)

1) Toko Berkah Jaya sangat mudah diakses dalam hal mendaftar, menjual 

(memasang iklan)ataupun membeli.

2) Gampang ditemukan di search engine (memiliki page rank yang tinggi).

3) Tampilan dan toolbar yang mudah dipahami mulai dari kategori sampai 

keterangan detil lainnya.

4) Tampilan, seperti pewarnaan, font dan tata letak sudah bagus dan tepat.

5) Kini sudah memiliki aplikasi berbasis mobile.

b. Weaknesses (kelemahan)

1) Toko Berkah Jaya saat ini masih hanya menggunakan Bahasa Indonesia 

sehingga website ini belum mampu untuk go internasional.

2) Sangat rawan akan penipuan, karena semua informasi dapat dipublikasi dengan 

sangat mudah dan gratis.

c. Opportunities (peluang)

1) Jumlah penduduk Indonesia.

2) Semakin mudahnya untuk akses informasi, karna kanal-kanal koneksi sudah ada 

dimanamana dan semakin murah seperti, modem, wifi (hotspot) dll.

3) Sifat penduduk Indonesia yang umumnya masih konsumerisme.

d. Threat (ancaman)

1) Ancaman dari penyedian iklan gratis.

2) Ancaman dari para hacker.

4.5. Pembuatan Keputusan Konsumen e-Business Secara Perorangan

Terdapat beberapa faktor dalam proses pembuat keputusan perorangan, di 

antaranya adalah:

1. Karakteristik Personal, yaitu hal-hal yang mencakup karakteristik personal di antaranya 

Usia, Gender, Etnik Pendidikan, Pola Hidup, Psikologi, Pengetahuan, Nilai dan 

Kepribadian.

2. Karakteristik Lingkungan, yang mencakup karateristik lingkungan di antaranya Sosial, 

Komunitas dan Keluarga.

3. Sistem Kontrol Pemasok, yaitu sistem kontrol pemasok melingkupi Pendukung 

Logistik yaitu Pembayaran, Pengiriman, Pendukung Teknik yaitu Web Design, 

Intelligent Agent, Layanan Konsumen yaitu FAQs, Email, Call Center One to One.

4. Keputusan Membeli, Beli atau Tidak, Apa yang dibeli, Dimana, Kapan, Berapa 

Banyaknya dan Pembelian Ulang.

5. Stimulasi, yang mencakup pemasaran yaitu Harga, Promosi, Produk, Kualitas dan

faktor lainnya yaitu Ekonomi Teknologi, Politik, Budaya.


Sedangkan faktor-faktor proses pembuat keputusan organisasi/perusahaan 

terdiri dari:

1. Karakteristik Personal, hal-hal yang mencakup karakteristik personal di antaranya 

Usia, Gender, Etnik Pendidikan, Pola Hidup, Psikologi, Pengetahuan, Nilai dan 

Kepribadian.

2. Pengaruh Interpersonal, yang mencakup otoritas, status dan presuasi.

3. Pengaruh organisasi, yang mencakup kebijakan dan prosedur, struktur organisasi dan 

sentralisasi/desentralisasi.

4. Sistem Kontrol Pemasok, sistem kontrol pemasok melingkupi pendukung logistik yaitu 

Pembayaran, Pengiriman, Pendukung Teknik yaitu Web Design, Intelligent Agent, 

Layanan Konsumen yaitu FAQs, Email, Call Center One to One.

5. Keputusan Membeli, Beli atau Tidak, Apa yang dibeli, Dimana, Kapan, Berapa 

Banyaknya dan Pembelian Ulang.

6. Stimulasi, yang mencakup pemasaran yaitu Harga, Promosi, Produk, Kualitas dan 

faktor lainnya yaitu Ekonomi Teknologi, Politik dan Budaya.

4.6. Strategi untuk Menghadapi Kompetisi

Dalam proses bisnis, tentu tidak akan pernah terlepas dari yang namanya 

persaingan/kompetisi. Karena itu, organisasi harus memiliki strategi untuk menghadapi 

kompetisi tersebut agar dapat terus bertahan dan berkembang, terlebih lagi strategi dalam 

pemanfaatan teknologi informasi. Adapun strategi yang harus dimiliki antara lain:

1. Cost Leadership Strategy

2. Differentiation Strategy

3. Focus Strategy

4. Growth Strategy

5. Alliance Strategy

6. Inovation strategy

7. Internal efficiency Strategy

8. Costumer Oriented Strategy

Untuk membangun relasi dengan baik dibutuhkan beberapa model pembangunan 

relasi yaitu:

1. Konsumen menerima ekspos pemasaran.

2. Konsumen menentukan media pemasaran untuk menanggapi.

3. Konsumen membuat keputusan membeli.

4. Detil Transaksi.

5. Up date Database.

6. Pembentukan segmentasi.

7. 4P (Produk harga, Tempat Promosi) diperbaharui keunikannya untuk konsumen.

8. Media baru dipilih untuk layanan terbaik.


4.7. Setrategi Memperkenalkan Situs

Agar dapat selalu bersaing dan berkembang, organisasi harus tetap 

mempertahankan dan meningkatkan daya saingnya, agar semakin dikenal dan tentunya 

akan meningkatkan pangsa pasar. Untuk mengoptimalisasi hal tersebut, maka diperlukan 

beberapa strategi, yaitu :

 1. Promosi On-Line

a. E-mail optimizing, manfaatkan dan mengoptimalkan e-Mail secara efektif.

b. Putting on search engine, meletakkan Uniform Resource Location (URL) dari situs

tersebut di berbagai Search Engine.

c. Build an impressive website, membuat sesuatu yang berkesan pada situs tersebut

d. Link-cooperation, melakukan dan mengadakan kerja sama.

2. Promosi Off-Line

a. Tabloid – magazine

b. Journal

c. Newspaper

d. Billboard

4.8. Sensifitas Harga

Salah satu strategi yang paling sering dilirik oleh konsumen tentu saja adalah harga. 

Konsmen sangat sensitif terhadap harga. Karena itu, organisasi harus memperhatikan 

sensitifitas harga ini dengan menerapkan beberapa strategi, yaitu:

1. Nilai yang unik.

2. Subsitusi.

3. Konsumen akan sangat peka terhadap pengeluaran total.

4. Penyajian biaya.

5. Harga.

6. Persediaan produk sangat mempengaruhi elastisitas harga

Evolusi E-Business

Menurut Loudon (2010:35), ada tiga fase perkembangan dalam dunia E-Business, 

yaitu fase inovasi, fase konsolidasi dan fase re-invensi. Adapun pembahasannya sebagai 

berikut:

1. Fase Inovasi (1995-200)

Fase Inovasi memiliki beberapa ciri, yaitu E-Business dijalankan berdasarkan 

pada perkembangan teknologi (technology driven), seperti perkembangan internet, 

komunikasi dan pertukaran data dan lain sebagainya. Umumnya produk-produk yang 

dipasarkan pada masa ini adalah produk-produk eceran, seperti yang dilakukan oleh 

Amazon dan e-Bay, seperti menjual buku sampai musik mp3.

2. Fase Konsolidasi (2001-2006)

Pada fase ini E-Business dijalankan berdasarkan pada aspek bisnis (bussines

driven). Pada Fase ini E-Business tidak hanya lagi hanya sebatas inovasi teknologi 

yang mendukungnya, tetapi dijalankan pada perencanaan bisnis, sehingga strategi yang 

dilakukan ialah perpaduan antara strategi bisnis konvensional dan teknologi online

yang pada umumnya disebut dengan bricks and clicks. Jadi fase ini sangat berfokus 

terhadap laba. Umumnya produk yang dijual meliputi produk dengan eceran tinggi dan 

kompleks, seperti komputer, handphone dan barang elektonik lainnya

3. Fase Re-Invensi (2006-Sekarang)

Pada fase ini E-Business dijalankan dengan didasarkan pada pelanggan, audiens 

dan komunitas organisasi bisnis (customer, audience and community driven). Dengan 

demikian para organisasi bisnis mulai memberikan perhatian kepada siapa sebenarnya 

pelanggan mereka. Jadi Fase ini tidak hanya semata-mata mengejar target penjualan 

atau laba tetapi juga memperhatikan faktor-faktor yang berkaitan dengan pelanggan 

dan target pasar mereka (pertumbuhan jaringan sosial). Pada umumnya bisnis lebih 

berfokus pada jasa dibanding produk fisik.

5.2. Alasan Evolusi

Seiring perkembangan teknologi, bisnis juga ikut berkembang dari bisnis 

tradisional menjadi e-Business. Bahkan e-Business sendiri juga mengalami evolusi seiring 

meningkatnya pangsa pasar dan perubahan prilaku konsumen. Alasan-alasan terjadinya 

evolusi e-business adalah sebagai berikut:

1. Sangat berhati-hati.

2. Resiko lebih kecil.

3. Benar-benar memberikan value kepada konsumen.

Menurut Martin, ada empat tahapan evolusi yang dipergunakan seperti gambar 

di bawah ini: 

1. Channel Enhancement

Perusahaan konvensional yang ingin memanfaatkan internet dapat memulai 

dengan mempergunakan teknologi informasi sebagai kanal tambahan dan alternatif 

dalam menghubungkan perusahaan dengan para pelangganya. Contohnya:

a. Sebelumnya dalam perbankan, nasabah harus datang menemui teller untuk 

melakukan transaksi perbankan, namun sekarang nasabah dapat memilih transaksi 

perbankan dengan fasilitas e-banking melalui internet.

b. Sebelumnya dalam penjualan, pembeli harus datang langsung ke tempat untuk

melakukan pembelian barang, namum saat ini pembeli dapat melakukan melalui

internet.

2. Value-Chain Integration

Menurut Michael Porter, value chain (rantai nilai) merupakan rangkaian proses 

atau aktivitas perubahan bahan mentah menjadi produk jadi. Karena bahan mentah 

yang dibutuhkan oleh perusahaan pada dasarnya merupakan output atau produk dari 

rangkaian rantai nilai perusahaan lain sebagai pemasoknya, maka pengintegrasian 

kedua rantai nilai ini akan semakin meningkatnya efesiensi dan efektivitas proses 

penciptaan produk secara keseluruhan.

Perusahaan dapat meningkatkan profitnya secara signifikan karena dengan 

kemampuan menyatukan rantai nilai dari seluruh perusahaan yang terlibat dalam 

sistem penciptaan produk, perusahaan dapat fokus pada kompetensi utamanya 

(core competencies) dan membuang proses-proses pendukung lainnya ke pihak lain

(outsourching management)

3. Industry Transformation

Transformasi industri terjadi sebagai hasil dari perusahaan yang telah 

menyadari benar kekuatanya dan dapat memanfaatkan peluang e-Business yang akan 

ditawarkan oleh internet dan dunia maya. Tidak sedikit perusahaan yang pada akhirnya 

harus mengganti core bisnisnya setelah melihat kekuatan utama yang dimilikinya 

(core competencies) dan tingginya kompetisi di industri terkait. Beberapa contoh dari 

transformasi industri yang terjadi saat ini:

a. Perusahaan penerbitan buku-buku bermutu yang biasa memulai rangkaian 

prosesnya dari pemilihan naskah, pengeditan, penyusunan layout, pencetakan dan 

distribusi dapat hanya berkosentrasi pada proses pemilihan naskah saja karena 

proses-proses lainnya dapat dioutsourcekan ke perusahaan diindustri terkait

b. Perusahaan penjual lagu-lagu musik melalui kaset ataupun CD yang memiliki 

anyak sekali toko di setiap kota dapat dengan mudah mentransformasikan dirinya 

menjadi portal yang dapat mencari dan meramu lagu-lagu yang diinginkan masing￾masing pelanggan unikny, karena proses prodksi sampai dengan distribusi kaset 

atau CD dapat dilakukan oleh perusahaan lain, karena bersangkutan cukup 

mengetahui informasi lagu apa saja yang tersedia dipasaran dan dimana 

mendapatkannya.

c. Perusahaan pemberi jasi kesehatan seperti medical center dimana para dokter 

berkumpul untuk memberikan diagnosa kepada pasien yang datang dapat berubah 

menjadi perusahaan penyedia jasa akses pelayanan kesehatan melalui televisi, 

dalam artian kata setiap calon pasien cukup menggunakan televisi khususnya untuk 

dapat berkomunikasi dengan dokter yang diinginkan dimana saja dan kapan saja 

melalui aplikasi telemedicine.

4. Convergence

Konvergensi antara lebih dari satu industri terjadi karena dengan adanya 

internet perusahaan dapat secara mudah berkolaborasi dan berkooperasi untuk 

menciptakan produk-produk baru yang tidak mungkindapat diciptakan tanpa adanya 

kerja sama tersebut. Lihatlah bagaimana maraknya produk-produk inovasi baru 

ditawarkan di pasaran karena adanya konvergensi sebagai berikut:

a. Konvergensi antara industri dengan perbankan, kesehatan dan teknologi informasi 

melahirkan sebuah smart card yang selain berfungsi sebagai kartu kredit dan kartu 

debet, dapat dipergunakan untuk menyimpan data riwayat kesehatan pasien yang 

akan secara langsung dihubungkan dengan program asuransi kesehatan yang 

ditawarkan.

b. Konvergensi antara industri telekomunikasi dan internet menghasilkan sebuah 

handphone yang tidak saja dapat dipergunakan sebagai internet browser.

c. Konvergensi antara industri multimedia dengan manufaktur mobil menawarkan 

suatu jasa kepada para pelanggan untuk melakukan pemesanan produksi mobil 

dengan desain, warna, karakteristik dan karakteristik lain sesuai selera masing￾masing pelanggan yang unik melalui situs internet yang diperlengkapi dengan 

aplikasi CAD/CAM.

d. Konvergensi antara industri robotika dan pertahanan dapat menghasilkan suatu 

robot yang dapat menjinakkan bom dan berfungsi sebagai mata-mata institusi 

tertentu di negara lain

5.3. Diagram Relasi e-Bussiness

Di dalam dunia e-Bussiness begitu banyak yang ditawarkan oleh para vendor. 

Berbeda dengan perkembangan aplikasi di dunia nyata yang bermula dari pake-paket 

aplikasi yang bersifat funsional, didunia maya beragam aplikasi e-bussiness dibangun 

berdasarka paradigma proses (bussiness process). Jika memperhatikan rangkaian bussiness 

process yang kerap ditemukan di perusahaan, dari arah hulu menuju ke hilir. Menurut 

Supot Chokwareepom (IBM) aplikasi e-Bussiness dapat dikatagorikan menjadi empat,

seperti bagan di bawah ini.

Cara yang paling mudah dalam memahami keempat katagori aplikasi e-Bussiness 

ini adalah dengan mencoba bergerak dari rangkain proses dari hilir menuju hulu. Alasan

pendekatan tersebut dipakai adalaha karena di era bisnis modern saat ini, perusahaan 

berdiri karena adanya pelanggan yang membutuhkan sebuah produk atau pelayanan 

tertentu.

Berdasarkan dari pendekatan tersebut, maka pada bagian hilir aka dijumpai 

rangkaian proses yang menghubungkan sebuah perusahaan dnegan para pelangganya. 

Konsep yang biasa dipergunakan dalam membangun aplikasi katagori ini adalah customer 

relationship management (CRM). Konsep ini mengajarkan kiat dan strategi untuk 

membangun dan menjalin hubungan yang efektif antara perusahaan dengan pelanggannya 

agar tercapailah apa yang kerap diistilahkan sebagai customer satisfaction, customer 

loyalty dan customer retention. Adapun proses-proses yang termasuk dalam proses CRM 

adalah:

1. Proses penanganan keluhan pelanggan.

2. Proses penanganan pesananpelanggan.

3. Proses penanganan permintaan informasi dari pelanggan.

4. Proses pengelolaan data dan informasi seputar pelanggan.

5. Proses pengelolaan kebutuhan pelanggan.

6. Proses analisa karakterisik dan perilaku pelanggan dan lain sebagainya.

5.4. Jenis-Jenis e-Business

Pada dasarnya, dilihat dari jenisnya e-Business dibagi menjadi dua kategori umum, 

yaitu B2B dan B2C. Prinsip pembagian ini dilandasi pada jenis institusi atau komunitas 

yang melakukan interaksi perdagangan dua arah. Perkembangan dari kedua katagori umum 

tersebut menjadi:

1. Business to Business (B2B)

Merupakan sistem komunikasi bisnis antar pelaku bisnis atau transaksi secara

elektronik antar perusahaan yang dilakukan secara rutin dan dalam kapasitas produk

yang besar.

2. Business to Customer (B2C)

Jenis perdagangan elektronik di mana ada sebuah perusahaan (business)

yang melakukan penjualan langsung barang-barangnya kepada pembeli (consumer).

Karektiristik:

a. Merek terkenal.

b. Barang-barang terdigitisasi, seperti e-book.

c. Harga terjangkau.

d. Barang-barang yang cukup sering dicari dalam keseharian.

e. Barang yang tidak dapat ditemukan dengan mudah di toko-toko tradisional.

3. Customer to Business (C2B)

4. Customer to Customer (C2C)

C2C merupakan salah satu model e-Commerce, dalam hal ini konsumen 

menjual secara langsung pada konsumen yang lain, atau dapat dapat juga dikatakatan 

sebagai transaksi jualbeli antar konsumen. Karakteristik:

a. Internet dijadikan sebagai sarana tukar menukar informasi tentang produk, harga, 

kualitas dan pelayanannya.

b. Konsumen juga membentuk komunitas pengguna atau penggemar suatu produk. 

Sehingga jika ada ketidak puasan suatu produk, maka akan segera tersebar luas 

melalui komunitas tersebut. Contoh Kaskus, Facebook, Twitter, Broadcast from HP 

dan lain-lain.

5. Business to Government (B2G)

6. Government to Customer (G2C)

7. Government to Government (G2G)

Kemudian, aplikasi-aplikasi e-Business dibagi lagi menjadi tiga katagori di 

antaranya adalah:

1. Internal Business System

a. CRM

b. ERP

c. DMS

d. HRM

2. Enterprise Communication and Collaboration

a. VoIP

b. CMS

c. E-mail

d. Voice mail

3. Electronic commerce

a. Internet shop

b. Online marketing

5.5. Manfaat e-Business

Sebelum organisasi memutuskan untuk beralih dari binsis tradisional ke e-Business, 

tentu mereka mempertimbangkan apa saja manfaat yang akan mereka dapatkan ketika 

melakukan hal tersebut. Banyak sekali manfaat yang diberikan oleh e-business, yaitu:

1. Bagi Perusahaan atau Pebisnis Perorangan

a. Memperpendek jarak.

b. Perluasan pasar.

c. Perluasan jaringan mitra kerja.

d. Biaya terkendali.

e. Efisien.

f. Cash flow terjamin.

g. Manfaat lainya.

2. Bagi Konsumen

a. Efektif

b. Biaya terkendali

c. Aman secara fisik

d. Harga murah

e. Fleksibel

3. Bagi Masyarakat pada Umumnya

a. Peluang kerja baru

b. Wahana kompetisi

4. Bagi Dunia Akademis

a. Tantangan baru.

b. Para peneliti tertantang untuk melakukan analisis terhadap pergeseran pola bisnis.

c. Membuka kerangka baru dalam penjualan jasa pendidikan.

5.6. Latar Belakang Pembentukan Situs e-Business

Setelah mengetahui apa saja manfaat yang akan didapatkan, faktor yang tidak kalah 

penting yang harus diperhatikan oleh organsiasi sebelum beralih ke e-Business adalah 

latar belakang pembentukan situs e-Business. Adapun yang harus menjadi perhatian 

adalah:

1. Kebutuhan Konsumen.

2. Keprihatinan atau kesadaran konsumen.

3. Kondisi sosial, ekonomi dan demografi.

5.7. Ilusi Sekarang atau Realitas Masa Depan

Fenomena perkemangan e-Business emang sangat jelas terjadi. Namun hal ini tidak 

membuat para pelaku bisnis tradisional untuk segera beralih ke e-Business, karena merasa 

hal ini bersifat sementara saja, sehingga terlihat seperti ilusi belaka atau memang tidak 

mengerti bagaimana caranya berkompetisi di era digital saat ini. Namun, jika berlarut di 

comfort zone saat ini, maka harus bersiap-siap kalah dalam berkompetisi, karena inilah 

realitas di masa depan. Adapun yang menjadi hambatan e-Business di Indonesia yang 

menyebabkan organisasi pelaku bisnis tidak segera beralih ke e-Busines adalah:

1. Belum terbentuknya high trust society.

2. Pada umumnya harga produk tidak dapat ditawar lagi.

3. Sarana prasarana masih belum memadai.

4. Masih sangat sedikit SDM yang memahami dan menguasai konsep dan implementasi 

teknologi informasi.

5. Jasa pengiriman masih membutuhkan pembenahan dan peningkatan.

6. Adanya tindak kejahatan kartu kredit.

7. Perbedaan platform.

8. Masih menunggu.

9. e-Business masih dipandang sebelah mata.

10. Konsumen yang aktif.

11. Etika dan moralitas.

5.8. Langkah-Langkah Bisnis dengan Sistem e-Business

Ketika telah menerapkan sistem e-Business, tentu organisasi harus menjalankan 

langkah-langkah bisnis dengan sistem e-Business yang tentu saja berbeda dengan sistem 

bisnis tradisional. Adapun langkah-langkahnya dalah seabgai berkut:

1. Perusahaan mempublikasikan halaman web tentang produk-produknya kepada 

masyarakat.

2. Calon pembeli dapat memilih produk dan mengisi formulir transaksi elektronik dengan 

mencantumkan nomor kartu kreditnya.

3. Setelah proses pembayaran selesai, barang akan dikirim melalui jasa pengiriman 

barang.

Sedangkan proses transaksinya adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan produk.

2. Inisialisasi pembelian.

3. Permintaan otorisasi.

4. Otorisasi.

5. Pemintaan pelunasan.

6. Pengiriman barang.

Ditinjau dari alat pembayaran yang digunakan, maka transaksi dapat dikelompokan 

sebagai berikut:

1. Sistem uang digital (anonymous).

2. Cek elektronik.

3. Kartu Kredit Elektronik.

4. Elektronik funds transfer.


6.1. Definisi Business to Customer (B2C)

Business to Customer (B2C) adalah suatu proses bisnis dimana penjual (produsen)

berhadapan langsung dengan pembelinya (konsumen). Sifat dari bisnis tersebut adalah

terbuka dan bebas dimanfaatkan oleh khalayak umum. Cara mengaksesnya melalui sebuah

website yang disediakan oleh sang penjual. B2C tidak terlalu membutuhkan akuntabilitas

yang baik dan hubungan yang formal dengan pelanggan dalam transaksinya. Pada 

perusahaan B2C teknologi yang interaktif memungkinkan perusahaan untuk membuat 

akses kepada konsumen. Adapun proses transaksi dimulai dari ketika consumen 

melakukan pemesanan suatu produk melalui website perusahaan. Ketika produk mana 

yang akan dibeli sudah diputuskan, maka konsumen akan masuk ke halaman Shopping 

Chart. Konsumen tidak perlu melakukan pembayaran secara langsung, melainkan cukup 

dengan fasilitas transfer pada rekening bank. Setelah pembayaran selesai, maka perusahaan 

akan mendapatkan pemberitahuan tentang pemesanan tersebut. Kemudian perusahaan akan 

mengirim produk dari gudang ke konsumen dengan menggunakan jasa pengiriman.

Konsumen adalah hal yang mutlak dibutuhkan apabila sebuah bisnis ingin 

dipertahankan. Terlebih pada bisnis yang bertipe B2C yang notabene profitnya berasal dari 

konsumen. Selain harus mendapatkan konsumen, B2C juga harus mempertahankannya 

dalam jangka waktu yang panjang. 

Menurut Muni Fuady, B2C merupakan transaksi ritel dengan pembeli individual 

(Munir Fuady). Sedangkan menurut Onno W. Purbo, B2C juga dapat diartikan mekanisme 

toko online (electronic shoping mall) yaitu transaksi antara e-Merchant dengan e￾Customer.

B2C merupakan kependekan dari Business to Consumer yang artinya sebuah proses 

yang terjadi apabila organisasi atau perusahaan menjual produk atau jasa kepada 

konsumenya melalui jaringan internet. Business to Consumer (B2C) adalah adalah 

kegiatan E-businesses dalam pelayanan secara langsung kepada konsumen melalui barang 

atau jasa. Secara definisi sudah dapat dipastikan atau mungkin dapat kita perkirakan bahwa 

model ini cocok untuk para pengusaha kecil dan menengah, itu karena:

1. Menyingkirkan perantara.

2. Penghematan biaya dan memberi kemudahan.

3. Secara teoritis, keuntungan akan lebih mudah diraih melalui model B2C ini, karena 

biaya tidak tumbuh secara proporsional dengan pertumbuhan bisnis, dalam arti 

pertumbuhan bisnis niscaya akan lebih pesat daripada biaya yang harus dikeluarkan.

4. Kebutuhan akan modal kerja yang lebih rendah dibandingkan dengan kasus bisnis

konvensional sehingga harga pun dapat ditekan menjadi lebih murah.

6.2. Karakteristik Business to Consumer (B2C)

Business to Consumer (B2C) memiliki beberapa karakterikstik, di antaranya

sebagai berikut:

1. Terbuka untuk umum, dimana informasi disebarkan ke umum.

2. Servis yang diberikan bersifat umum (generic) dengan mekanisme yang dapat 

digunakan oleh khalayak ramai. Sebagai contoh karena sistem web sudah umum 

digunakan makan servis diberikan dengan menggunakan basis web.

3. Servis diberikan berdasarkan permintaan (on demand), consumer melakukan inisiatif 

dan produser harus siap memberikan respon sesuai dengan permohonan.

4. Pendekantan client/server sering digunakan dimana diambil asumsi client (consumer) 

menggunakan sistem yang minimal (berbasis web) dan processing (business 

procedure) diletakan di sisi server.

5. Transaksinya sederhana dan tidak terlalu sering terjadi.

6. Nilai transaksi yang terjadi relatif kecil.

6.3. Strategi Business to Consumer (B2C) pada E-Commerce

Ada beberapa sasaran yang harus dicapai setelah memahami bisnis Business to 

Consumer (B2C), di antaranya :

1. Kebanyakan produksi dan jasa menjadi tersedia untuk pengiriman digital.

2. Konsumen mangatasi keengganannya berbelanja menggunkaan web.

3. Kecepatan komunikasi yang tinggi telah membuat pengiriman produk digital mudah.

4. Ketakutan terhadap pencurian informasi (seperti info kartu kredit) telah digantikan

dengan kepercayaan yang besar bahwa informasi rahasia akan dijaga dengan aman.

6.4. Perkembangan Business to Consumer (B2C)

Pada awal pertumbuhannya, perusahaan-perusahaan retailer yang telah ada (seperti

departement store) belum memainkan peranan penting dalam pasar B2C. Website yang

dibangun pada umumnya hanya berfungsi sebagai media publikasi dan tidak interaktif.

Tujuan utamanya adalah untuk menarik perhatian pengunjung melalui website agar

mendatangi toko di dunia nyata (physical store). Hal ini juga disebabkan karena awalnya 

internet belum menyediakan layanan untuk bertransaksi bagi konsumen, sehingga 

walaupun banyak usaha yang dilakukan tetapi tidak berjalan baik dan tidak berhasil dan 

menyebabkan kegagalan. 

Pada tahun 1984 diciptakan sistem transaksi perbankan secara online oleh AT&T 

tetapi tidak berhasil dikarenakan infrastruktur belum memadai. Kemudian pada tahun 2000 

diperkenalkan situs belanja online yang bernama amazon.com setelah diluncurkan 

amazon.com inilah mulai saat itu banyak bermunculan situs-situs transaksi online yang 

mengusung prinsip B2C. Sepanjang tahun 2001, diperkirakan terdapat sekitar 75 juta 

pengguna internet yang berpartisipasi dalam transaksi-transaksi di toko online 

(emarketer.com, Juli 2001). Menurut laporan eMarketer (Mei 2001), pendapatan dunia dari 

B2C pada tahun 2000 berkisar antara 53 hingga 238 miliar dolar dan meningkat pesat pada 

tahun 2004 menjadi antara 428 hingga 2.134 miliar dolar. Saat ini pun, pasar B2C semakin 

berkembang. Perusahaan retailer banyak yang mengkombinasikan physical retail stores 

mereka dengan website (online presence).

Kesuksesan dari B2C pada dasarnya dikarenakan faktor penawaran barang kualitas 

tinggi dengan harga murah dan banyak pula dikarenakan pemberian layanan kepada 

konsumen yang cukup baik. Lantas, produk-produk dengan karakteristik seperti apakah 

yang diperkirakan menghasilkan volume penjualan yang besar di pasar B2C? Berikut ini 

adalah beberapa karakteristiknya.

1. Merek terkenal.

2. Barang-barang terdigitisasi, seperti e-book.

3. Harga terjangkau.

4. Barang-barang yang cukup sering dicari dalam keseharian (seperti sayur, obat).

5. Barang yang tidak dapat ditemukan dengan mudah di toko-toko tradisional.

6.5. Aktifitas Business to Consumer (B2C)

1. Promosi

Sampai pada tahun 2004 alokasi dana perusahaan rata-rata untuk iklan di 

internet sampai sebesar 8%. Keuntungan dari promosi yaitu:

a. Interaktif, user memegang kendali.

b. Lebih fokus.

c. Berbasis komunitas, user bisa langsung memberikan komentar.

Kerugian dari promosi yaitu:

a. Masih kalah efektif dengan banner besar dikoran.

b. User yang tidak bisa dikendalikan.

2. Ordering

Situs dengan tipe commerce-oriented menyediakan layanan lengkap, mulai dari 

akses ke database produk, pemesanan sampai pengiriman. Prinsip dari ordering adalah 

3C, yaitu:

a. Content-oriented contohnya situs-situs universitas.

b. Commerce-oriented contohnya amazon.com.

c. Community-oriented contohnya kaskus.us.

3. Delivery

Pengiriman dibagi dua jenis yaitu:

a. Pengiriman dapat melalui intenet seperti menggunakan software, e-book dan 

multimedia.

b. Pengiriman secara fisik contohnya cd/dvd, buku, kaset/video-tape.

4. After-Sales Service

After-sales service dapat melalui email, internet, messenger, bulletin 

board/forum. Selain itu after-sales service menggunakan berbagai teknologi terbaru 

seperti CRM, Data Mining Tool, sistem terintegrasi yang berbasis pelanggan. 

Berdasarkan survey yang dilakukan 90% pelanggan lebih menyukai pelayanan berbasis 

telepon.

6.6. Bisnis Proses Business to Consumer (B2C)

Bisnis proses pada Business to Consumer (B2C) menjelaskan dasar-dasar dari 

kerangka kerja sebuah bisnis yang terkenal dengan istilah 2W1H, yaitu:

1. Who : segmentasi pasar.

2. What : layanan / produk yang ditawarkan.

3. How : bagaimana cara kerjanya.

Contoh bisnis proses ebay.com

Who : siapapun.

What : produk apapun.

How : pertukaran barang dengan cara lelang.

Nilai bisnis bernilai efesiensi

Kelebihan : harga yang murah dan pilihan yang beragam.

6.7. Tantangan Utama dalam Business to Consumer (B2C)

Dalam setiap proses bisnis, baik bisnis tradisional maupun e-Business, tentu tidak 

terlepas dari tantangannya masing-masing. Adapaun tantangan utama dalam Business to 

Consumer (B2C), adalah sebagai berikut:

1. Membutuhkan sistem operasi dan aplikasi khusus.

2. Membangun privasi dan kepercayaan konsumen.

3. Menciptakan ketergantungan dan loyalitas.

4. Kelengkapan, keragaman dan ketersediaan barang/jasa.

6.8. Pelayanan Business to Consumer (B2C)

Business to Consumer (B2C) dapat memberikan pelayanan kepada konsumen 

berupa:

1. Memuat contoh produk yang dijual beserta informasi-informasinya.

2. Melakukan transaksi penjualan barang.

3. Melakukan transaksi pembayaran barang.

4. Melakukan transaksi pengiriman barang.

5. Membuat berita-berita terbaru tentang produk.

6. Menginformasikna lokasi penjualan dan pelayanan.

7. Memberikan service secara lengkap.

6.9. Produk Business to Consumer (B2C)

Produk-produk Business to Consumer (B2C) dapat terdiri dari produk digital, 

seperti lagu, album, film program komputer dan update-nya serta jasa. Selain produk 

digital, tentu saja terdapat produk fisik. Penjual dapat membuat melalui internet namun 

pengiriman harus diatur. Perkembangan perusahaan pengiriman barang secara tidak

langsung membantu penjualan e-Commerce. 

6.10. Klasifikasi Business to Consumer (B2C)

Secara umum, tipe-tipe Business to Consumer (B2C) terbagi menjadi 4 klasifikasi 

yaitu:

1. Auction Store

Layanan ini sebagai tempat untuk memberikan pelayanan dalam bidang 

perdagangan. Misalnya untuk pengiklanan produk perusahaan dan cara pembayaran 

dan sebagainya. Sehingga dapat kita ketahui menggunakan layanan kita dapat 

memaksimalkan keuntungan yang ingin kita capai karena penawaran yang sangat 

banyak dari berbagai negara contohnya, www.ebay.com.

2. Online stores

Layanan ini tempat untuk menjual/membeli secara digital dengan memilih, 

memesan barang lewat intenet tanpa harus bertatap muka dengan penjul secara 

langsung maupun barang yang ingin dibeli, contohnya www.tokopedia.com.

3. Online Services

Layanan ini tempat untuk meminta informasi dan servis lain dari perusahaan 

dengan cepat dan mudah atau dapat melakukan proses jual beli, misalnya jasa tiket 

perjalanan, jasa servis dan lain-lain. Contohnya traveloka.com dan airasia.com

4. Other Services

Layanan ini yang menyediakan fasilitas untuk penjualan produk dan jasa di luar 

klasifikasi yang sudah diberikan sebelumnya, contohnya www.kaskus.us dan 

www.facebook.com.

6.11. Keuntungan dan Kerugian/Kelemahan Business to Consumer (B2C)

Keuntungan Business to Consumer (B2C) dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu 

berbagai berikut:

1. Keuntungan Business to Consumer (B2C) bagi Perusahaan

a. Dapat mempromosikan produk mereka secara luas.

b. Dapat melayani transaksi selama 24 jam penuh tanpa terganggu waktu libur.

c. Dapat langsung berinteraksi dengan customers tanpa perantara.

d. Dapat meminimalkan cost yang dikeluarkan.

2. Keuntungan Business to Consumer (B2C) bagi Customers

a. Dapat melakukan pembelanjaan dengan mudah.

b. Memiliki banyak pilihan dan waktu utnuk menentukkan yang disukai.

Selain memiliki keuntungan, Business to Consumer (B2C) juga memiliki 

kerugian/kelemahan. Adapun kerugian/kelemahan dari Business to Consumer (B2C) 

adalah sebagai berikut:

1. Produk yang dipesan tidak dapat kita lihat secara langsung dan kita teliti (periksa) lebih 

lanjut.

2. Produk yang kita lihat di website, terkadang tidak sesuai seperti aslinya. Maksudnya

ada perbedaan bentuk, warna, ukuran dan lain sebagainya.

 7.1. Definisi e-Governmnet

Suatu upaya untuk mengembangkan penyalenggaraan kepemerintahan yang 

berbasis elektronik. Suatu penataan system manajemen dan proses kerja di lingkungan 

pemerintah dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi 

dapat menggunakan e-Government.

Menurut Norris D. F. Flercher e-govermnet adalah layanan dan pengiriman 

informasi elektronok yang diberikan oleh pemerintag 24 jam sehari, 7 hari seminggu.

e-Government adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan

informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan

dengan pemerintahan. e-Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif atau

administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan 

publik atau proses kepemerintahan yang demokratis.

Model yang dapat digunakan untuk membuat e-Government dengan e-readiness. 

IBM mendefinisikan e-readiness adalah ukuran kualitas infrastruktur informasi dan 

teknologi komunikasi suatu negara dan kemampuan untuk dapat digunakan oleh para 

konsumen, bisnis dan pemerintah itu sendiri.

Menurut Choucri (2003), e-readiness didefinisikan sebagai kemampuan untuk 

mengejar peluang penciptaan nilai yang difasilitasi dengan menggunakan internet, yaitu:

1. Conectivity yaitu apakah jaringan sudah tersedia secara luas dan dengan harga 

terjangkau.

2. Information securty yaitu apakah jaringan dan tempat penyimpanan data sudah bisa 

dipastikan aman.

3. Human capital yaitu apakah sumberdaya manusianya sudah mampu mengaplikasikan 

e-Government.

7.2. Tahapan e-Government

Ada empat tahapan yang diperlukan pada e-Government, yaitu:

1. Implementasi yaotu memperkenalkan kemunculannya pada masyarakat.

2. Pengembagan yaitu situs pemerintahan bertambah, informasi menjadi semakin 

dinamis.

3. Interakatif yaitu user bisa membayar layanan secara online.

4. Full electronic yaitu e-Government sudah terintegrasi diseluruh sektor pemerintah.

7.3. Prinsip e-Government

Beberapa prinsip yang harus dimiliki dalam e-Government agar dapat dirasakan 

manfaatnya secara maksimal, yaitu:

1. Membantu layanan terhadap masyarakat.

2. Membuat pemerintah dan layanan-layananya lebih mudah untuk diakses oleh 

masyarakat.

3. Memberikan solusi terhadap isu-isu sosial.

4. Menyediakan informasi-informasi yang bermafaat bagi masyarakat.

5. Penggunaan sumber daya pemerintah secara efektif dan efesien.

7.4. Tujuan Implementasi e-Government

1. Meningkatkan mutu layanan publik melalui pemanfaatan teknologi IT dalam proses 

penyelenggaraan pemerintahan.

2. Terbentuknya pemerintah yang bersih, transparan dan mampu menjawab tuntutan 

perubahan secara efektif.

3. Perbaikan organisasi, sistem manajemen dan proses kerja kepemerintahan.

7.5. Sasaran Pembangunan e-Government

1. Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang berkualitas dan 

terjangkau.

2. Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk meningkatkan dan 

memperkuat kemampuan perekonomian menghadapi perubahan dan persaingan 

perdagangan internasional.

3. Pembentukan mekanisme komunikasi antar lembaga pemerintah serta penyediaan 

fasilitas bagi partisipasi masyarakat dalam proses kepemerintahan.

4. Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan dan efisien serta

memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga pemerintah.

7.6. Transformasi Menuju e-Government

Beberapa contoh fungsi kepemerintahan yang penyelenggaraanya dapat dibantu 

melalui sistem elektronik adalah :

1. Pelayanan masyarakat.

2. Kepegawaian.

3. Keuangan.

4. Pengelolaan aset dan sebagainya.

7.7. Kerangka Arsitektur e-Government

Salah satu kunci e-Government adalah pemanfaatan teknologi informasi dan 

komunikasi. Ini artinya bahwa ada unsur-unsur teknologi informasi dan komunikasi seperti 

sistem aplikasi, sistem infrastruktur, jarngan telematika dan lain-lain yang dipakai dalam 

proses penyelenggaraan pemerintahan. Beberapa hal mendasar tentang pemanfaatan

teknologi informasi dan komunikasi ini berkaitan dengan:

1. Penggunaan internet.

2. Penggunaan infrastruktur telematika.

3. Penggunaan sistem aplikasi.

4. Standarisasi metadata.

5. Transaksi dan pertukaran data elektronik.

6. Sistem dokumentasi elektronik

7.8. Jenis-Jenis e-Government

e-Government sendiri terdapat beberapa jenis. adapun Jenis-jenis e-Government di

antaranya sebagai berikut:

1. Government to Citizen (G2C) adalah suatu teknologi informasi yang mempunyai suatu 

tujuan untuk memperbaiki hubungan interaksi antara pemerintah dengan kelompok 

masyarakat dan dapat untuk mempermudah masyarakat dalam mencari berbagai 

informasi tentang pemerintahan. Misal contoh seperti : informasi menganai pajak 

online, layanan jaminan sosial, mencari lowongan pekerjaan, dan sebagainya.

2. Government to Business (G2B) adalah suatu tipe hubungan pemerintah dengan para 

bisnis menegah ataupun bawah. Karena akan sangat dibutuhkan relasi yang sangat 

baik, antara pemerintah dengan kalangan bisnis. Tujuannya utama nya adalah demi 

kemudahan berbisnis masyarakat kalangan pembisnis. Contohnya seperti : informasi 

menganai pajak perseroan, peraturan pemerintah (hukum bisnis), pendaftaran 

perusahaan, peluang


Share:
TRANSLATE
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Translate

viewer

SEARCH

widget translate
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Archive