Tampilkan postingan dengan label periklanan 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label periklanan 2. Tampilkan semua postingan

Jumat, 29 Desember 2023

periklanan 2








Banyaknya produk deterjen yang beredar di pasaran membuat persaingan 
dalam bisnis ini semakin ketat. Setia p produsen deterjen mengiklankan produknya 
di media cetak maupun media elektronik dengan menampilkan kelebihan dari 
masing-masing produk yang dimilikinya. Inil ah yang ironis dimana kepentingan 
bisnis kadang melupakan masalah etika. Pa dahal iklan seharusnya berisi informasi 
tentang suatu produk sehingga konsumen dapat mengenal dan mengetahui seperti 
apa produk yang akan ia pakai. 
studi  ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana etika 
mempengaruhi kinerja periklanan dan sejauh mana iklan yang dinilai tidak 
mengedepankan etika dapat mempengaruhi  persepsi konsumen. Dalam ini 
studi dilakukan pada iklan produk-produk deterjen di televisi. 
Analisis jalur dipakai  sebagai anal isis kuantitatif. Analisis jalur 
memakai  dua tahap regresi linear. Metode yang di gunakan dalam studi  
ini adalah metode survey melalui penyebaran kuisioner. studi  ini dilakukan 
pada konsumen produk-produk deterjen di  wilayah Bulusan, Semarang. Jumlah 
sampel yang dipakai  dalam studi  ini sebanyak 100 orang.  
Hasil perhitungan determinasi tota l menunjukan bahwa informasi yang 
terkandung dalam data sebesar 49,8% dapat dijelaskan oleh model. Sedangkan 
sisanya dijelaskan oleh variabel lain dan error. Hasil pengujian hipotesis dari jalur 
menunjukan adanya nya pengaruh yang positif dan signifikan yaitu dari Etika 
Iklan dan Visualisasi Iklan terhadap  Persepsi Konsumen. Sedangkan untuk 
hubungan Etika Iklan terhadap Visualis asi Iklan memang dapat berpengaruh 
secara positif namun tidak signifikan yang dapat terjadi karena iklan yang diteliti 
dalam studi  ini adalah sebuah produk yang termasuk dalam klasifikasi 
produk shopping good , sedangkan studi  terdahulu meneliti iklan produk yang 
termasuk dalam klasifikasi produk speciality good. 
 

Hampir setiap hari di berbagai media baik elektronik maupun media cetak 
kita melihat iklan. Persaingan yang semakin ketat pada saat ini menuntut setiap 
produsen untuk semakin kreatif dalam memasarkan produknya. Persaingan dalam 
bisnis dapat dilihat dari makin banyaknya berbagai produk maupun jasa disertai 
dengan barbagai macam inovasi baru. Akibatnya seakan akan pemenuhan 
kebutuhan hidup sehari-hari dikondisikan oleh iklan. Disinilah memang peran dari 
iklan, yakni sebagai pengenal kepada konsuman perihal produk-produk barang 
ataupun jasa yang ditawarkan untuk dijadikan sebagai alat pemenuh kebutuhan 
hidup konsumen. 
Menyadari hal itu jelas bahwa pemasaran memegang peranan penting 
dalam kelangsungan hidup suatu produk, untuk bisa mendatangkan laba  bagi 
produsen dan memperkuat daya saing perusahaan. Iklan ternyata sungguh-
sungguh ditampilkan sebagai kekuatan dalam ekonomi dan sosial yang 
mempengaruhi sebagian besar hidup kita, terutama dalam hal mendapat  
pemuas kebutuhan kita baik produk maupun jasa. Keputusan konsumen untuk 
membeli akan dipengaruhi oleh keterlibatan konsumen dan kepercayaan mereka 
terhadap suatu produk. Semakin tinggi keinginan konsumen untuk informasi suatu 
produk, semakin besar keinginan konsumen untuk melakukan pembelian. Tetapi 
di sisi lain mudahnya konsumen mendapat  informasi tetang suatu produk serta 
pengetahuan tetang keberadaan produk dengan cepat akan membuat konsumen 
semakin selektif dalam memilih produk mana yang kira-kira cocok untuknya. 
Produsen dalam memasarkan produknya dituntut untuk cepat tanggap 
tentang apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen dan juga dapat 
menginformasikan produk yang dibuat oleh produsen dengan cepat kepada target 
konsumennya. Kesan yang baik terhadap suatu produk yang akan dipasarkan 
harus diraih, agar konsumen memberikan kesan positif terhadap produk yang di 
tawarkan. Maka itu tersampainya informasi yang baik oleh iklan akan sangat 
mempengaruhi daya saing produk dipasaran.  
Menurut Kotler (2002) periklanan didefinisikan sebgai bentuk penyajian 
dan promosi ide barang atau jasa secara nonpersonal oleh suatu sponsor tertentu 
yang memerlukan pembayaran. Menurut Kasali (1992), secara sederhana kita 
definisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang di tujukan oleh 
suatu masyarakat lewat suatu media. Namun demikian untuk membedakan dengan 
pengumuman biasa iklan lebih diarahkan untuk membujuk orang supaya membeli. 
Menurut PPPI dalam situsnya, ada  definisi bahwa periklanan sebagai segala 
bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan melalui suatu media, 
dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan untuk kepada sebagian 
atau seluruh masyarakat. Secara umum iklan merupakan suatu bentuk komunikasi 
nonpersinal yang menyampaikan informasi berbayar sesuai keinginan institusi 
ataua sponsor tertentu melalui media massa bertujuan mempengaruhi atau 
mempersuasi khalayak agar membeli suatu produk atau jasa. 
 bahwa iklan memiliki peran yang 
sangat penting karena memiliki fungsi komunikasi yang kritis, diantaranya: 
1. Menginformasikan 
Iklan membuat konsumen sadar akan adanya produk baru, memberikan informasi 
mengenai merk tertentu, dan menginformasikan karakteristik serta keunggulan 
suatu produk. Pada tahap awal dari kategori produk, iklan sangat diperlukan untuk 
membangun permintan primer (kotler,2002). Iklan merupakan bentuk komunikasi 
yang efisien karena mampu meraih khalayak luas dengan biaya yang relativ 
rendah. 
2. Membujuk 
Tujuan ini sangat penting pada tahap persaingan, dimana perusahaan ingin 
membangun permintaan selektif untuk produk tertentu (Kotler, 2002). Bebrapa 
iklan memakai  comparative advertising yang memberikan perbandingan 
atribut dari dua atau lebih merk/produk secara eksplisit. Iklan yang efektif akan 
membujuk konsumen utnuk mencoba memakai  atau mengkonsumsi suatu 
produk. Kadang-kadang iklan dapat mempengaruhi permintaan primer yang 
membentuk permintaan untuk seluruh kategori produk. Seringkali iklan ditujukan 
untuk membangun permintaan sekunder yaitu permintaan untuk merk perusahaan 
tertentu. 
Iklan dapat membuat konsumen tetap ingat pada merk/produk perusahaan. Ketika 
timbul kebutuhan yang berkaitan dengan produk tertentu, konsumen akan 
mengingat iklan tentang produk tertentu. Maka konsumen ini  akan menjadi 
kandidat pembeli. Iklan dengan tujuan mengingatkan ini sangat penting unruk 
produk matang (Kotler, 2002) 
4. Memberikan Nilai Tambah 
Iklan memberikan nilai tambah terhadap produk dan merk tertentu dengan cara 
mempengaruhi persepsi konsumen. Iklan yang efektif akan memberikan nilai 
tambah produk sehingga produk dipersepsikan lebih mewah, lebih bergaya, lebih 
bergengsi, bahkan melebihi apa yang ditawarkan oleh produk lain, dan secara 
keseluruhan memberikan kualitas yang lebih baik dari produk lainnya. 
5. Mendukung Usaha Promosi Lainnya 
Dapat dipakai  sebagai alat pendukung usaha promosi lainnya seperti sebagai 
alat untuk menyalurkan sales promotion, pendukung sales representative, 
meningkatkan hasil dari komunikasi pemasaran lainnya. 
Dari proses periklanan, masalah yang muncul kemudian adalah bagaimana 
produsen dapat membuat iklan yang tidak sembarangan menginformasikan 
produknya tetapi juga memperhatikan nilai moral dan etika. Produsen jangan 
sampai kehilangan nilai-nilai informatife dari iklan yang dibuat dan bersifat hanya 
untuk propaganda yang didasari hanya untuk mencari profit. Dalam membuat 
ikaln sebuah produk terkadang produsen lupa atau kurang memperhatikan 
masalah etika, apa lagi ditengah persaingan dunia bisnis yang ketat seperti 
sekarang ini produsen seperti di mindset untuk melakukan apa saja untuk 
memenangkan persaingan itu. Dan itu membuat seakan akan masalah etika di 
kesampingkan hanya demi masalah urusan bisnis. 
Dalam membuat ikalan produsen seringkali melebih-lebihkan tentang 
informasi produknya, sehingga bukannya menginformasikan produknya yang 
dibutuhi konsumen, tetapi mempengaruhi bahakan menciptakan kebutuhan baru. 
Iklan seharusnya menekankan pada realitas tentang produk yang sebebarnya higga 
konsumen tidak merasa dibohongi apalagi dirugikan. Maka itu produsen harus 
menghindari manipulasi informasi tentang suatu produk dengan motif apapun 
sebagai konsekuensinya. 
Perusahaan harus memiliki cara kreatif dalam mengiklankan produknya 
tanpa harus melebih-lebihkan apalagi membohongi konsumen tentang produknya. 
Sedangkan pada realitanya masih banyak sekali produsen yang mengesampingkan 
masalah ini bahkan sampai menyerang dan menjelek-jelekan  produk dari pesaing. 
Sepertinya memang sekarang masalah moral kurang begitu dipedulikan oleh 
produsen, hanya profit saja yang di kejar. Bahkan sampai ada dua produk yang 
membawa persaingan dalam iklan ke meja hijau yang semakin menambah 
keyakinan kita bahwa memang masalah etika dan tatakrama dalam periklanan itu 
penting. 
Etika dan tata krama harus dipenuhi dalam segala aktifitas periklanan 
maupun kegiatan komunikasi pemasaran lainnya, ini penting untuk mendapat 
respon positif berupa penerimaan atau dukungan terhadap produk, merek, dan 
perusahaan, khusunya dari konsumen. Usaha usaha pemasaran yang tidak 
memenuhi etika tatakrama akan mendapat reaksi penolakan dari khalayak yang 
selanjutnya sangat mungkin bisa memicu  persepsi negatif dari konsumen. ( 
Royanto,2011). Etika dipandang sebagai pandangan manusia dalam berprilaku 
menurut ukuran dan nilai yang baik. (Simorangkir,2008). Etika adalah teori 
tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, 
sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.(Gajalba,2008).  
Dalam etika periklanan dikenal prinsip Swakramawi (self-regulation ) atau 
peraturan diri sendiri, adalah suatu prinsip atau paham yang dianut oleh 
masyarakat periklanan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Bahkan tidak hanya 
pada kode etik periklanan prinsip ini diterapkan, namun juga di banyak kode etik 
bisnis lainnya. Pada awal dikenalnya Swakramawi, sepenuhnya adalah dimaksud 
untuk melindungi pelaku perniagaan dari persaingan yang tidak adil atau tidak 
sehat. Tujuan ini kemudian berkembang seiring dengan ketatnya persaingan dan 
kian kuatnya kegiatan konsumerisme sehingga kini Swakramawi lebih banyak di 
tunjukan untuk melindungi konsumen. Secara sederhana, tujuan penerapan prinsip 
Swakramawi  adalah unutk dapat dengan sebaik-baiknya mempertahankan 
kewibawaan komunikasi pemasar, termasuk periklanan demi kepentingan semua 
pihak.,studi  mengenai pelanggaran etika 
periklanan pada iklan provider Fren edisi “Sobat”. Hasil yang diperoleh dari 
studi  ini adalah peneliti menemukan bahwa maksud tagline tidak jelas 
maknanya, kemudia peneliti mengemukakan bahwa iklan seperti ini bisa dibilang 
kurang mendidik dan dapat dipastikan siapapun yang melihat iklan ini, bukan isi 
pesannya yang diperhatikan tetapi gambar wanita dan pria yang bertelanjang bahu 
ini . Jika diperhatikan, iklan ini terlalu vulgar dan memberikan imej yang 
kurang sopan, terlebih lagi tampilan seorang wanita yang dikesankan telanjang 
dada harus dikerubuti tiga orang pria lain. 
Euis Nurul Bahriyah (2012) yang meneliti tentang visual dari iklan jasa 
pendidikan terhadap persepsi dan perilaku konsumen. dapat diketahui bahawa 
keunggulan pencitraan visual iklan media cetak berkaitan dengan nilai pelanggan 
(customer value) sehingga nilai yang diharapkan dari visualisasi iklan ini  
yaitu memicu  persepsi konsumen terhadap tinggkat kepercayaan konsumen 
terhadap perguruan tinggi memlalui bentuk visual. 
Sedangkan dalam studi  yang dikalkuan oleh Fenni Kahirifa (2010) 
yang meneliti mengenai etika dalam iklan kartu As dapat mempengaruhi persepsi 
konsumen. studi  ini mangunakan  etika periklana kartu As sebagai variable 
independen dan persepsi konsumen sebagai variable dependen. Hasil yang 
diperoleh alam studi  ini adalah etika periklanan kartu As berpengaruh positif 
dan signifikan terhadap persepsi konsumen. 
Hasil studi  mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi etika 
dalam dunia periklanan telah banyak dilakukan. Melalui riset ini akan dianalisis  
bagaimana etika mempengaruhi kinerja periklanan dan sejauh mana iklan yang 
dinilai tidak mengedepankan etika dapat mempengaruhi  persepsi konsumen. 
Dalam ini studi dilakukan pada iklan produk-produk detergen. 
Deterjen adalah salah satu produk yang paling sering dipakai  oleh 
konsumen dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi mengingat banyaknya produk 
deterjen yang beredar di pasaran membuat persaingan dalam bisnis ini semakin 
ketat. Setiap produsen deterjen mengiklankan produknya di media cetak maupun 
media elektronik dengan menampilkan kelebihan dari masing-masing produk 
yang dimilikinya.  
Sebagai salah satu langkah untuk menghadapi ketatnya persaingan 
diantara produsen deterjen, banyak yang memakai  responden pengguna 
deterjen yang biasanya Ibu-Ibu untuk membuktikan kebenaran dari kelebihan 
produk deterjen yang dimiliki oleh produsen. Memang ini menjadi daya tarik 
sendiri bagi konsumen karena dapat melihat langsung bagaimana produk yang di 
iklankan bekerja. Hal seperti ini dapat memicu  persepsi bahwa produk 
deterjen yang diiklankan cocok untuk dipakai . 
Dengan membuat iklan-iklan yang menampilkan kelebihan-kelebihan dari 
produk yang dimilikinya, produsen deterjen tentu akan mendapat  dampak 
yang positif. Tetapi jika produk yang diiklankan tidak sesuai dengan 
kenyataannya  bisa saja produk itu mendapat persepsi negatif di mata masyarakat. 
Apa lagi sudah membohongi konsumen, bisa saja perusahaan itu akan di tuntut 
bahkan di cekal produknya. 
Misalnya saja produsen deterjen di televisi yang mebuat tampilan iklan “ 
sekali kucek kotorannya hilang” atau “kekuatan sepuluh tangan”. Ini sangat rawan 
terjadi penyimpangan dalam hal etika periklanan karena bisa saja konsumen 
menjadi merasa tertipu karena pada realitanya belum tentu seperti yang di 
tekankan oleh produsen terhadap produknya. 
Inilah yang ironis dimana kepentingan bisnis kadang melupakan masalah 
etika. Hingga terkadang konsumen sering merasa tertipu oleh iklan yang sudah 
diluar dari batas logika. Padahal iklan seharusnya berisi informasi tentang suatu 
produk hingga produsen dapat mengenal dan mengetahui seperti apa produk yang 
akan ia pakai. Karena iklan seperti perkenalan jati diri produk, maka ketika 
produk ini  tidak jujur dalam proses perkenalannya bisa saja cap negatif akan 
diberikan untuk produk ini . 

Dalam dunia bisnis iklan menjadi salah satu hal yang penting dalam 
mempengaruhi naik turunnya permintaan aka suatu produk, ini membuat 
perusahaan seringkali melanggar etika dalam mengiklankan produknya demi 
alasan atau kepentingan bisnis. Dalam studi  ini penulis akan mengambil 
contoh tentang pelanggaran etika dalam periklanan yang akan diteltiti adalah iklan 
produk-produk deterjen yang ditayangkan di televisi yang melanggar etika. 
Dimana banyak produk yang membuat visualisasi yang tidak sesuai denga realita 
produknya. 
Merujuk pada uraian di atas maka rumusan masalah dalam studi ini adalah 
perlu kajian lebih lanjut tentang persepsi konsumen dalam iklan produk-produk 
deterjen di televisi yang dipengaruhi oleh etik iklan dan visualisasi iklan. 
berdasar rumusan masalah ini  maka diajukan pertanyaan studi  
 yaitu :  
1. Apa pengaruh etika iklan terhadap visualisasi iklan ?   
2. Apa pengaruh etika iklan terhadap persepsi konsumen ? 
3. Apa pengaruh visualisasi iklan terhadap persepsi konsumen? 

Pengertian iklan menurut (Klepper, 1986), iklan berasal dari bahasa latin, 
ad-vere yang berarti mengoperasikan piliran dan gagasan kepada pihak lain. 
Pengertian iklan menurut Klepper tiak berbeda jauh dengan 
pengertiankomunikasi, pengertian ini  masih bermakna umum dan tidak beda 
jauh dengan apa yang ditulis oleh (Wright,1978). Wright sebagaimana dikutip 
oleh Alo Liliweri, menuliskan bahwa iklan juga merupakan sebentuk 
penyampaian pesan sebagaimana kegiatan komunikasi lainnya. Secara lengkap, 
iklan merupakan suatu proses komunikasi yang mempunyai kekuatan yang sangat 
penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan 
layanan, serta gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk 
informasi yang pursuasif .
Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk 
memotivasi seseorang pembeli potensial dan mempromosikan penjual suatu 
produk atau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan 
publik untuk berpikir atau bertindak sesuai dengan keinginan si pemasang iklan. 
Selain itu, semua iklan dibuat dengan tujuan yang sama yaitu untuk memberi 
informasi dan membujuk para konsumen untuk mencoba atau mengikuti apa yang  
ada di iklan ini , dapat berupa aktivitas mengkonsumsi produk dan jasa yang 
ditawarkan.  
Iklan adalah pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada 
masyarakat lewat suatu media. Dimana iklan adalah sebuah seni dari persuasi dan 
dapat didefinisikan sebagai desain komunikasi yang dibiayai untuk 
menginformasikan dan atau membujuk. Dari beberapa pengertian diatas, pada 
dasarnya iklan merupakan sarana komunikasi yang dipakai  komunikator dalam 
ini perusahaan atau produsen untuk menyampaikan informasi tentang barang 
atau jasa kepada publik, khususnya pelanggannya melalui suatu media massa.  
periklanan merupakan pemakaian  media 
bayaran oleh seorang penjual untuk mengkomunikasikan informasi persuasif 
tentang produk (ide, barang, jasa) ataupun organisasi sebagai alat promosi yang 
kuat. Iklan mempunyai berbagai macam bentuk (industri, konsumen, merek, 
produk, lokal dan sebagainya) yang dirancang untuk mencapai berbagai macam 
tujuan (penjualan seketika, pengenalan merek, preferensi dan sebagainya).  
Periklanan adalah segala bentuk penyajin bukan pribadi dan promosi 
tentang gagasan, barang, atau jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu. Iklan yang 
ditayangkan oleh media TV diharapka mendapat tempat di hati atau disukai oleh 
pemirsa. Sikap pemirsa terhadap iklan dapat diteliti melalui perasaan suka atau 
tidak suka terhadap stimulti- stimulti yang ditampilkan pada iklan. Sikap terhadap 
iklan bekerja melalui sebuah proses tanggapan atau reaksi terhadap elemen-
elemen(stimulsi-stimulsi) dari periklanan. Tanggapan dan reaksi ini dapat 
diartikan pada saat pemirsa sedang melihat, mendengar, atau berpikir tentang 
suatu iklan. 
Keputusan dalam mengembangkan periklanan yaitu : 
1. Menetapkan tujuan, tujuan periklanan adalah menginformasikan, 
membujuk, dan mengingatkan konsumen tentang produk yang di iklankan 
ini  baik diliat dari segi merek maupun kualitasnya. 
2. Menetapkan anggaran iklan, anggaran iklan yang ditetapkan harus sesuai 
dengan biaya yang dikeluarkan agar mencapai sasaran penjualan 
3. Kepuusan pesan, terbagi 2 (dua) yaitu strategi iklan dan pelaksanaan iklan 
harus diramu secara seimbang untuk menciptakan usaha periklanan 
keseluruhan yang efetif. 
4. Keputusan media. Memilih jangkauan, frekuensi yang dibutuhkan untuk 
mencapai tujuan periklanan. 
5. Evaluasi periklanan, program periklanan harus di evaluasi secara kegular 
pengaruh komunikasi dan pengaruh penjualan. Mengukur pengaruh 
komunikasi dari suatu iklan pengujian isi iklan memberi tahu apakah 
komunikasi iklan cukup baik. Pengujian isi iklan dapat dilakukan sebelum 
atau sesydah iklan dicetak atau disiarkan. Seangkan cara mengukur 
pengaruh penjualan adalan membandingkan penjualan di masa alu dengan 
pengeluaran biaya iklan masa lalu. 
Bermacam-macamnya tujian dari sebuah iklan yang dibuat oleh sebuah 
perusahaan maka berdampak pada berbedanya jenis-jenis dari sebuah iklan. Iklan 
yang sering muncul di berbagai media dan umumnya dibuat oleh perusahaan 
periklanan adalah sebagai berikut (Mauli, 2007) : 
a. Comercial Advertaising, 
Iklan jenis ini bertujuan untuk mendukung kampanye pemasaran suatu 
produk atau jasa, menurut (Lwin dan Aitchinson, 2005) iklan ini juga 
terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu : 
1. Iklan strategis, dipakai  untuk membangun merek ini dilakukan 
dengan mengkonsumsi nilai merek dan manfaat produk. Perhatian 
utama dalam jangka panjang adalah memposisikan merek serta 
konsumen untuk menikmati hubungan dengan merek serta meyakinkan 
bahwa merek ini ada bagi para pengguna. 
2. Iklan Taktis, memiliki tujuan untuk mendesak. Iklan ini dirancang 
untuk mendorong konsumen agar segera melakukan kontak dengan 
merek tertentu. Pada umumnya iklan ini memberikan penawaran 
khusus jangka pendek untuk memacu konsumen memberikan respon 
pada hari yang sama. 
b. Corporate Advertaising 
Iklan yang bertujuan membangun citra suatu perusahaan yang pada 
akhirnya diharapkan juga membangun citra positif produk-produk atau 
jasa yang diproduksi oleh perusahaan ini . Iklan corporate akan efektif 
bila didukung oleh fakta yang kuat dan relevan dengan masyarakat, 
mempunyai nilai berita yang iasanya selalu dikaitkan dengan kegiatan 
yang berorientasi pada kepentingan masyarakat (Madjadikara, 2004) 
c. Public Services Advertaising 
Iklan layanan masyarakat merupakan bagian dari kampanye sosial 
marketing yang bertujuan menjual gagasan atau ide untuk kepentingan aau 
pelayanan masyarakat. Biasanya pesan Iklan Layanan Masyarakat berupa 
ajakan, pernyataan, atau himbauan kepada masyarakat untuk melakukan 
atau tidak melakukan suatu tibdakan demi kepentingan umum atau 
merubah perilaku yang “tidak baik” supaya menjadi lebih baik, misalnya 
masalah kebersihan lingkungan, mendorong penghargaan terhadap 
perbedaan pendapat, anti narkoba dan sebagainya (Madjadikara, 2004). 
berdasar pendanaannya iklan dibagi menjadi 2(dua) macam yakni:  
a. Iklan Gratis 
iklan gratis adalah iklan yang dalam pemasangannya tidak memerlukan 
biaya. 
b. Iklan berbayar 
Iklan berbayar adalah iklan yang pemasangannya memerlukan biaya. 
Contoh iklan berbayar sangat banyak. Iklan di TV, di Radio di koran, 
poster, reklame dan billboard memerlukan biaya dalam pemasangannya. 
 tujuan periklana televisi dapat digolongkan 
menurut sasarannya adalah sebagai berikut : 
a. Iklan informatif bertujuan untuk membentuk permintaan pertama. Caranya 
dengan memberitahu pasar tentang produk baru, menyusulkan kegunaan 
baru suatu produk, memberitahu pasar tentang perubahan harga, 
menjelaskan cara kerja suatu produk, menjelaskan pelayanan yang 
tersedia, mengoreksi kesan yang salah, mengurangi kecemasan pembeli, 
dan membangun citra perusahaan (biasanya dilakukan besar-besaran pada 
tahap awal peluncuran suatu jens produk). 
b. Iklan pursuatif bertujuan unuk membentuk permintaan selektif suatu 
merek tertentu, yang dilakukan pada tahap kompetitif dengan membentuk 
preferensi merek, mendorong alih merek, mengubah persepsi 
pembelitentang atribut produk, membujuk pembeli untuk membeli 
sekarang, dan membujuk pembeli menerika dan mencoba pemakaian  
produk. 
c. Iklan pengingat bertujuan mengingatkan pembeian pada produk yang 
sudah mapan bahwa produk ini  mungkin akan dibutuhkan kemudian, 
mengingatkan pembeli dimana mereka dapat membelinya, membuat 
pembeli tetap mengingat produk ini  meskipun sedng tidak musim, 
dan mempertahankan kesadaran puncak. 
d. Iklan perubahan nilai bertujuan untuk merubah nilai merek pada persepsi 
konsumen dengan melakukan inovasi, perbaikan kualitas, penguatan 
persepsi konsumen. Iklan yang efektid akan memicu merek 
dipandang lebih elegan, lebih bergaya, dan mungkin super dalam 
persaingan. 
e. Iklan bantuan aktivitas lain ertujuan membantu memfasilitasi aktivitas lain 
perusahaan dalam proses komunikasi pemasaran. Misal iklan membantu 
dalam pelepasan promosi penjualan promosi penjualan produk ( kupon), 
membantu wiraniaga (pengenalan produk), menyempurnakan hasil 
komunikasi pamasaran yang lain ( komunikasi dapat mengidentisifikasi 
paket produk di toko dan mengenal nilai produk lebih mudah setelah 
melihat iklan).  
 Sasaran Periklanan 
Dalam memasang iklan tidaknya hanya semata-mata mempertimbangkan yang 
akan menjadi sasarannya, tetapi juga perlu mempertimbangkan pihak-pihak yang 
mungkin berhubungan dengan iklan sasarannya. Menurut (Sigit, 1982) iklan 
sebaiknya disusun dengan memperhatikan beberapa hal : 
1. Para pembeli dan pemakai di waktu sekarang 
2. Mereka yang memiliki potensi sebagai pembeli 
3. Mereka yang memiliki kekuasaan memutuskan membeli 
4. Mereka yang menjadi pembeli atau pemakai di waktu yang akan datang 
5. Mereka yang dapat dipengaruhi orang lain untuk membeli atau memakai 
6. Pasar pedagang 
7. Pasara pesaing 
 Fungsi Periklanan 
Investasi besar-besaran ini menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki 
keyakinan akan aktivitas periklanan. Secara umum, periklanan dihargai karena 
dikenal sebagai pelaksana beragam fungsi komunikasi, menurut Terence A. 
Shimp dalam buku Periklanan dan Promosi fungsinya antara lain :  
a. Informing ( memberi informasi) 
Membuat konsumen sadar(aware ) akan produk baru, mendidik mereka 
tentang berbagai fitur dan manfaat produk, serta memfasilitasi pencipta 
citra produk yang positif 
b. Persuading (mempursuasi) 
Membujuk konsumen untuk mencoba produk yang diiklankan dengan 
mempersuasikan berbentuk mempengaruhi konsumen. 
c. Reminding (mengingatkan) 
Menjada agar produk perusahaan tetap segar dalam ingatan para 
konsumen. 
d. Adding value (memberi nilai tambah) 
Memberi nilai tambah pada produk dengan mempengaruhi persepsi 
konsumen. 
e. Assisting (mendamping) 
Memberikan peranan sebagai pendamping yang memfasilitasi upaya upaya 
lain dari perusahaan dalam proses komunikasi pemasaran. 
 
 Iklan Sebagai Pembentuk Pendapat Umum 
iklan sebagi pendapat umum 
adalah untuk menarik massa konsumen untuk membeli produk itu dengan cara 
menampilkan model iklan yang manipulatif, persuatif, dan tendensius dengan 
maksud mengiring konsumen untuk membeli produk ini . 
Dua macam persuasi: 
1. Persuasi rasional Persuasi didasarkan pada fakta bisa 
dipertanggungjawabkan. 
2. Persuasi non-rasional. 
Persuasi yang tidak rasional dengan menipu Persuasi non-rasional dianggap tidak 
etis, karena: 
1. Tidak mengatkan yang sebenarnya 
2. Merongrong kebebasan memilih pada konsumen. 
2.1.1.6 Iklan dan Realita 
Iklan merupakan realita keseharian yang kita jumpai dalam kehidupan. 
Bahkan ia telah menjadi bagian dari kehidupan itu sendiri. Di satu sisi, realitas 
iklan dipercaya representasi realitas sosial, artinya iklan mengacu atau memiliki 
refernsi pada realitas yang dialami oleh masyarakat. Di sisi lain iklan justru 
memiliki peran vital dalam mengkonstruksi apa yang dianggap sebagai realitas 
oleh masyarakat melalui permainan citra.dan makna yang tidak memiliki rujukan 
pada realitas sosial apapun yang disebut simulasi. Di antara kedua pendapat 
ini  ada juga yang memiliki anggapan bahwa iklan memiliki ruang realitasnya 
sendiri. Bahwa pada saat yang sama iklan mencerminkan realitas sosial sekaligus 
menyajikan permainan citra, makna rekaan pada masyarakat. Selanjutnya, 
pembahasan akan mencoba menjelaskan hubungan antara iklan, realitas, 
representasi dan simulasi. 
Secara fungsional dan intensional, pada hakikatnya iklan merupakan salah 
satu bentuk komunikasi. Sebagaimana didefinisikan oleh Arens (1999) sebagai 
struktur informasi dan susunan komunikasi nonpersonal yang bersifat persuasif 
tentang produk (barang, jasa dan gagasan) oleh sponsor yang teridentifikasi 
melalui berbagai macam media. pada mulanya, iklan lebih berorientasi pada 
penyajian produk mulai dari segi fungsi, harga maupun kualitasnya. Pada 
perkembangan selanjutnya iklan mengalami perubahan dalam gaya dan isinya. 
Leiss, Kline dan Shut Jally (Noviani 1999) berhasil mengidentifikasi tahapan yang 
terjadi dalam periklanan Amerika sepanjang abad 20 yaitu : 
1. Pendekatan berorientasi produk (1890-1925) 
2. Pendekatan simbol-simbol produk (1925-1945) 
3. Personalisasi (1945-1965) 
4. Segmentasi Pasar (1965-1985) 
Dalam perkembangan tiap fase ini , iklan mulai bisa dipilah dalam 
berbagai kategori baik dari bentuk, sasaran, pesan, penampilan dan pemilihan 
media.Pada fase keempat ditandai dengan munculnya iklan-iklan yang 
berorientasi pada pembentukan gaya hidup dan segmentasi pasar. Iklan pada saat 
itu berusaha mempengaruhi identifikasi gaya hidup konsumen. Dewasa ini 
perkembangan iklan cenderung mengarah pada sales entertainment yaitu iklan 
yang tidak hanya berorientasi pada peningkatan penjualan tetapi juga 
memperhatikan unsur hiburan atau sesuatu yang mampu menggelitik perhatian 
konsumen. Iklan semacam ini merupakan bentuk iklan simbolik. Yaitu iklan yang 
memakai  bahasa dan symbol-simbol tertentu dan memakai  makna-
makna tertentu yang hanya bisa dipahami oleh kalangan-kalangan tertentu 
Sebagai bagian dari masyarakat industri, iklan menjadi sesuatu yang 
sangat ampuh. ia menyediakan gambaran tentang kenyataan, bahkan menjadi 
determinan dari kenyataan. Bukan saja sebagai pilihan-pilihan tetapi menjadi 
tujuan yang ingin dicapai. sedangkan kenyataan itu sendiri menurut pendapat 
Alfred Schutz (Wasburn, 1992) sama dengan stock of knowledge  yang dimiliki 
secara berbeda masing-masing orang. Schutz meyakini bahwa semua manusia di 
dalam pikirannya membawa apa yang dinamakan stock of knowledge , baik 
tentang-barang fisik, tentang sesama manusia, artefak, koleksi budaya maupun 
obyek budaya. pengetahuan yang diperoleh melalui proses sosialisasi ini 
menyediakan frame of reference  yang mereka gunakan untuk menginterpretasi 
obyek atau peristiwa yang mereka jumpai tiap hari. 
Dalam kaitannya dengan iklan, ada yang menyebut iklan bukanlah cermin 
yang jujur dalam memantulkan realitas sosial. Akan tetapi iklan itu lebih bersifat 
melebih-lebihkan. sebuah cermin yang mendistorsi realitas. Benar bahwa iklan 
merangkum aspek-aspek realitas sosial, tetapi ia tidak merepresentasikan aspek 
ini  secara jujur. Bisa dikata iklan itu tidak bohong tetapi juga sepenuhnya 
benar. 
Sebagai kegiatan komunikasi, iklan selalu mencari taktik agar pesannya 
bisa diterima dan dimengerti oleh khalayak. Untuk itu, seorang komunikator harus 
memiliki kredibilitas di depan komunikan sebagai penyampai ‘kebenaran’. Dalam 
arti komunikator paling tidak harus memiliki stock of knowledge  yang sama 
dengan komunikan, maka pesan yangia sampaikan lebih mudah diterima oleh 
komunikan Lain halnya jika komunikan tidak mau tahu tentang stock of 
knowledge yang dimiliki komunikan. Oleh karena itu sebagian pembuat iklan 
selalu mengatakan bahwa dalam merancang pesan pesan iklan, mereka selalu 
mendasarkan diri pada pengalaman dan khalayak 
Pendapat yang radikal mengenai hubungan representasi media dengan 
realitas sosial datang dari Jean Baudrillard menurutnya, apa yang 
di ditampilkan oleh iklan bukanlah sebuah simulasi yaitu penciptaan model-model 
realitas yang tidak memiliki asal usul dan referensi. simulasi ini menggambarkan 
tentang dunia yang ditransformasikan melalui imajinasi-imajinasi. dunia yang 
ditampilkan adalah dunia yang sangat menakjubkan, lebih ajaib, membahagiakan 
dan lebih segalanya dari yang real bahkan lebih real daripada yang real (hyper 
real). iklan selalu menyajikan dunia yang serba instant dan penuh magic. melalui 
simulasi ini manusia dijebak ke dalam ruang yang disadarinya sebagai nyata 
meskipun sesungguhnya semu atau khayalan. tetapi khayalan atau citraan itu 
justru menjadi determinan dari realitas sosial.simulasi sendiri merupakan akibat 
dari kemajuan di bidang teknologi informasi dalam proses reproduksi obyek. 
perkembangan besar-besaran media kita dikelilingi oleh tanda-tanda (sign) 
dan mode of sign). simulasi menurut Baudrillard telah menggantikan representasi, 
maka simulasi muncul sebelum referensi. 

Menurut Dewan Periklanan Indonesia (DPI), etika adalah sekumpulan 
norma atau azas atau sistem perilaku yang dibuat oleh sekelompok tertentu yang 
harus ditaatioleh individu atau kelompok individu yang menjadi anggotanya atas 
dasar moralitas baik-buruk atau benar-salah untuk hal atau aktivitas atau budaya 
tertentu.Etika adalah lini arahan atau aturan moral dari sebuah situasi dimana 
seseorang bertindak dan mempengaruhi tindakan orang atau kelompok lain. 
Definisi etika ini juga berlaku untuk kelompok media sebagai subjek etis yang 
ada. Pilihan-pilihan etis juga harus berdasar kaidah norma atau nilai yang 
menjadi prinsip utama tindakan etis. 
Menurut Dewan Periklanan Indonesia (DPI), etika memiliki beberapa sifat dasar 
yang berlaku universal, yaitu: 
a. Punya nilai moral (baik,buruk,benar,salah) 
b. Punya nilai relatif (melinda kepentingan orang yang lebih banyak) 
c. Bersifat relatif (sesuatu yang dianggap baik atau benar pada kelompok 
atau era tertentu belum tentu baik atau benar pada kelompok  atau era 
lainnya) 
d. Buatan manusia (dibuat oleh suatu kebutuhan untuk mengatur perilaku 
sesama demi kepentingan masyarakat banyak) 
e. Melestarikan tujuan bersama. 

Sedangan etika periklanan adalah ukuran kewajaran nilai kejujuran 
didalam sebuah iklan. Menurut Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I), 
etika periklanan adalah seperangkat norma dan pandangan yang mesti diikuti oleh 
para politis periklanan dalam mengemas dan menyebar luaskan pesan iklan 
kepada khalayak ramai baik melalui media massa maupun media ruang. Menurut 
EPI (Etika Pariwara Indonesia), etika periklanan adalah ketentuan-ketentuan 
normatif yang menyangkut profesi dan usaha periklanan yang telah disepakati 
untuk dohormati, dita’ati, dan ditegakan oleh semua asosiasi dan lembaga 
pengembangnya. 
Regulasi periklana di Indonesia di atur dalam di atur dalam bentuk kode 
etik yag disebut sebagai Etika Periklanan Indonesia dan aturan pelaksanaan 
disebut sebagai Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia. Kedua jenis 
regulais ini bukan berupa undang-undang dan dibuat oleh sejumlah institusi di 
bidang periklanan Indonesia, seperti Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia 
(PPPI), persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI), asosiasi 
media luar ruang Indonesia (AMLI), Serikat Penerbit Surat Kabar Indonesia 
(SPSI), Serikat Grafika Pers (SGP), dan sebagainya. 
Tata krama adalah kebiasaan sopan santun yang disepakati oleh 
lingkungan setempak (Haryanto, 2010). Tata krama periklanan sendiri terbagi 
dalam 3 azas-azas umum yaitu : 
1. Iklan harus jujur, bertanggung jawab, dan tidak bertentangan 
dengan hukum. 
2. Iklan tidak boleh menyinggung perasaan atau merendahkan 
martabat agama, tata asusila, adat, budaya, suku, atau golongan. 
3. Iklan harus diwarnai oleh azas persaingan sehat. 
Sedangkan Tatat cara periklanan iklan yang ditayangkan di televise haruslah 
memerhatikan kode-kode etik periklanan. Advertaising Agency serta kliennya 
haruslah memperhatikan kode etik ini . Tujuan kode etik periklanan bagi 
konsumen menurut (Natalie, 2009) adalah : 
1. Untuk melindungi konsumen 
2. Membantu konsumen memilih yang tepat 
3. Iklan dapat dipakai  untuk mengedukasi konsumen 
4. Iklan bisa sebagai sumber informasi 
Disesuaikan dengan objek studi  dan keadaaan lapangan, maka dalam 
studi  ini variabel indikator yang dipakai  menurut kitab Etika Periwara 
Indonesia (EPI) adalah tidak memakai  kata superlatif, tidak mengunakan kata 
“satu-satunya”, pencantuman harga, hiperbolisasi, kesaksian konsumen atas nama 
perorangan bukan mewakili lembaga kelompok atau golongan, tidak merendahkan 
produk pesaing, tidak dengan sengaja meniru iklan produk pesaing. 
 Acuan dari Etika Peri klanan di Indonesia 
• Keputusan Menteri Kesehatan RI N O. ( RANCANGAN) tentang petunjuk 
pelaksanaan PP RI Nomor 69 Tahun 1999 tentang label dan iklan pangan. 
• PP RI No. 81 Tahun 1999 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan 
• PP RI No. 38 Tahun 2000 tentang perubahan atas PP RI No. 81 Tahun 
1999 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan 
• Keputusan Menteri Kesehatan RI No.368/Men.Kes/SK/IV/1994 tentang 
pedoman periklanan obat bebas, obat tradisional, obat rumah tangga, 
makanan, dan minuman 
• Tata krama dan tata cara periklanan Indonesia yang disempurnakan 
 Asas Utama Periklanan : Jujur dan Benar 
Dalam buku Etika Pariwara Indonesia, disebut 3 asas utama periklanan yang 
mengatur bentuk iklan dan pelaku periklanan, yaitu: 
1. Jujur, benar, dan bertanggung jawab. 
2. Bersaing secara sehat. 
3. Melindungi dan menghargai khalayak, tidak merendahkan agama, budaya, 
negara, dan golongan, serta tidak bertentangan. 
Iklan yang beretika akan menyatakan kebenaran dan kejujuran. Tapi iklan 
tidaklah efektif bila ia tidak mempunyai persiasif. Akibatnya tidak ada iklan yang 
menceritakan the whole of truth  (seluruh kebenaran) dalam pesan iklannya. Iklan 
pasti akan mengabaikan informasi yang bila mana informasi ini dsampaikan 
kpada pemirsanya malah justru akan membuat pemirsanya malah akanmembuat 
tidak tertarik untuk menjadi konsumen produk atau jasanya. 
Iklan bukanlah suatu alat yang bertujuan menjadi alat pendidikan. Iklan adalah 
suatu alat ekonomi yang bertujuan khusus yaitu menjual produk atau jasa. Iklan 
selalu bertujuan mendapat  keuntungan dengan harapan produk atau jasa yang 
diiklankan menarik makin banyak konsumen. 
 Penilaian Etis terhadap Iklan 
memuat penilaian etis terhadap iklan sebagai berikut : 
1. Makna etis menipu dalam iklan 
Fungsi iklan pada akhirnya membentuk citra sebuah produk dan perusahaan di 
mata masyarakat. Citra ini terbentuk oleh kesesuaian antara kenyataan sebuah 
produk yang diiklankan. Prinsip etika bisnis yang paling relefan dalam ini 
adalah kejujuran. Dengan demikian, iklan yang membat pernyataan salah atau 
tidak benar dengan maksud memperdaya konsumen adalah sebuah tipuan. 
2.Unsur-unsur dalam penilaian etika periklanan 
ada  4(empat) unsur yang harus diperhatikan dalam penilaian etis tidak 
etisnya suatu iklan, yaitu: maksud si pengiklan, isi iklan. Keadaan publik yang 
dituju, dan lebiasaan periklanan.  
a. Maksud si pengiklan 
Jika maksud si pengiklan tidak baik, dengan sendirinya nilai moralitas 
ikaln itu menjadi tidak baik juga. Jika si pengiklan tau bahwa produk yang 
diiklankan merugikan konsumen/dengan sengaja ia menjelakan produk 
dari pesaing, iklan menjadi tidak etis. 
b. Isi Iklan 
Menurut isinya iklan harus baik dan tidak mengandung unsur yang 
menyesatkan. Iklan tidak menjai etis pula, bila mendiamkan sesuatu yang 
sebenarnya penting. Namun, kita juga tidak boleh melupakan bahwa iklan 
diadakan dalam rangka promosi. Karena itu isinya tidak perlu selengkap 
dan seobjektif seperti laporan instani netral. 
c. Keadaan Publik yang Tertuju 
Keganasan periklanan juga harus diimbangi dengan sikap kritis publik. 
Dalam mensyaratkan dimana taraf pendidikan rendah dan ada  banyak 
orang bersahaja yang mudah tertipu, tentu harus dipakai standar lebih ketat 
dari pada masyarakat dimana mutu pendidikan rata-rata tinggi atau standar 
ekonomi lebih maju. 
d. Kebiasaan di Bidang Periklanan 
Periklanan selalu dipraktekan dalam rangka suatu tradisi. Dalam tradisi itu 
orang sudah biasa dengan cara tertentu disajikan iklan. Dimana tradisi 
periklanan yang sudah lama dan terbentuk kuat. Tentu masuk akal saja , 
bisa beberapa iklan lebih mudah diterima daripada dimana praktek 
periklanan baru dimulai pada skala besar. Dalam refleksi etika tentang 
periklana  rupanya tidak mungkin dihindarkan suatu nada relativistis. 
    Beberapa Persoalan Etis Dalam Iklan 
ada  beberapa persoalan Etis dalam priklanan, yaitu : 
1.  Merongrong otonomi dan kebebasan manusia 
2.  Menciptakan kebutuhan manusia dengan akibat manusia modern 
menjadi konsumtif. 
3.  Membentuk dan menentukan identitas dan citra dari manusia 
modern 
4.  Merongrong rasa keadilan sosial masyarakat. 
       Dari persoalan di atas, beberapa prinsip yang kiranya perlu diperhatikan 
dalam iklan adalah: 
1. Iklan tidak boleh menyampaikan informasi yang palsu dengan 
maksud memberdaya konsumen 
2. Iklan wajib menyampaikan semua informasi tentang produk 
tertentu, khususnya menyangkut keamanan dan keselamatan 
manusia 
3. Iklan tidak boleh mengarah pada pemaksaan khususnya secara 
kasar dan terang-terangan 
4. Iklan tidak boleh bertentangan dengan moralitas 
    Etika Periklanan Versus  Kretivitas 
 Suatu iklan agar mempunyai efek persuasif tinggi haruslah mampu 
“berbicara dalam bahasa konsumen”, dengan kata lain, sebuah iklan harus 
komunikatif. Dalam usaha membuat suatu iklan menjadi komunikatif, iasanya 
orang periklanan mencari hal-hal apa saja apa saja yang menarik perhatian 
mereka. Hala-ini menadi trend dan disukai (atau tidak disukai) oleh 
konsumennya. Pihak yang terlibat dalam suatu proses periklanan yaitu 
pemrakarsa/produsen, biro iklan, dan media massa 
 Kreativitas erat kaitannya dengan unsur budaya yang ada pada suatu 
kelompok masyarakat. Budaya itu mungkin sudah mengakar lama, mungkin 
pulsa sedang dalam proses perubahan. Dalam industri periklanan dikenal 
istilah customer insights (wawasan pelanggan) yang diyakini oleh praktisi 
periklanan sebagai suatu yang dapat membuat pesan iklan menarik dan mudah 
dipahami oleh kelompok konsumennya. Selain customer insights ada pula 
negative costumer insights, ini yang sering dilupakan dan diabaikan oleh para 
praktisi periklanan. Budaya konsumen juga memberikan batasan-batasan 
engan hal-hal yang tidak mereka sukai. Mereka mungkin mudah 
memahaminya, tapi dalam konotasi yang negatif. Dengan demikian 
pemahaman atas consumer insights tidaklah menjamin suatu pesan akan 
menjadi komunikatif bila tidak memperhatikan negative consumer 
insights.Dalam iklan tetunya ada stakeholders. Iklan merupakan suatu seni 
komersial (commercial art) . Keterlibatan berbagai stakeholders ini lah 
yang mewajibkan kita untuk memperhatikan adanya unsur budaya (etika) yang 
dapat menyatukan seluruh komponen industri periklanan ini dalam suatu 
proses ekonomi beretika.
 Visualisasi Iklan Televisi  
Periklanan merupakan kegiatan komunikasi. Dari segi komunikasi, 
rekayasa unsur pesan yang terkandung dalam visualisasi sangat tergantung kepada 
target pasar yang dituju dan melalui media apa sebaiknya iklan ini  
disampaikan  Artinya, cara penyampaian pesan dan media yang 
dipakai  untuk beriklan tergantung kepada target pasarnya. Peran visual dalam 
iklan sangat penting. Unsur visual merupakan media penyampaian pesan dalam 
sebuah iklan terutama iklan televisi. Pesan visual dapat tersampaikan dengan baik 
apabila iklan ini  dapat menarik  perhatian konsumen atau taget sasaran 
terlebih dahulu. Agar sebuah iklan dapat menarik perhatian atau minat konsumen 
atau memengaruhi perasaan mereka terhadap produk maka ada yang dinamakan 
daya tarik iklan. Daya tarik iklan dapat dibagi menjadi dua kategori 
yaitu :  
1. Daya tarik informasional/rasional (penjualan agresif). Daya tarik ini  
menekankan kepada ciri-ciri, manfaat, atau alasan memakai  produk 
tertentu.  
2. Daya tarik emosional (penjualan persuasif). Daya tarik ini memakai   
pesan emosional yang diharapkan dapat menyentuh hati dan menciptakan  
tanggapan berdasar perasaan dan sikap. Daya tarik emosional terdiri 
dari daya tarik humor, daya tarik seks, dan daya tarik rasa takut.  
3. Daya tarik kombinasi. Daya tarik ini menggabungkan  daya tarik 
informasional/rasional dan daya tarik emosional. Banyak cara yang dapat 
dipakai  untuk menampilkan sebuah pesan atau  daya tarik periklanan yaitu :  
a. Kesaksian. Iklan ini dapat disebut juga iklan pengakuan lisan. 
Penyampaian pesan ini memakai  tokoh-tokoh terkenal seperti artis, 
para ahli, atau orang biasa yang tidak terkenal untuk memberikan 
kesaksian mengenai produk yang diiklankan.  
b. Solusi masalah. Pendekatan ini menampilkan sebuah masalah kepada 
konsumen untuk dipecahkan dengan solusinya diberikan oleh produk yang 
diiklankan.  
c. Demonstrasi. Iklan ini dirancang untuk menggambarkan manfaat dan 
keuntungan sebuah produk dengan menunjukkan pemakaian  secara 
langsung atau dalam situasi yang sengaja diciptakan.  
d. Sepenggal kehidupan. Ini merupakan variasi dari pendekatan solusi 
masalah, teknik ini berupaya menggambarkan situasi  kehidupan nyata 
yang melibatkan masalah atau konflik yang mungkin dihadapi oleh target 
pasar atau konsumen dalam kehidupan sehari-hari. Iklan kemudian  
menekankan pada pemaparan bagaimana produk yang diiklankan dapat 
memecahkan masalah ini .  
e. Fantasi. Pendekatan ini memakai  efek-efek khusus untuk  
menciptakan tempat, peristiwa, atau karakter bayangan. Televisi 
merupakan media elektronika yang dapat menyajikan aspek visual dan 
audio secara bersamaan. Visual adalah apa yang  dapat dilihat pada 
televisi, sedangkan audio adalah apa yang dapat didengar. Pada umumnya 
aspek visual mendominasi sebuah iklan, sehingga ini dapat menarik 
perhatian konsumen dan menginformasikan pesan atau citra utama dari 
sebuah produk, dalam ini adalah produk makanan ringan. Iklan televisi 
terdiri dari pembuka yang mengandung penarik perhatian dan sisajikan 
secara singkat. Dilanjutkan kepada demonstrasi yang memikat dan dapat 
dipercaya. Hal selanjutnya adalah isi yang menghibur. Struktur umum dan 
materi dari iklan disajikan sederhana dan mudah diikuti karena durasi 
iklan televisi sangat singkat 
Disesuaikan dengan objek studi  dan keadaan lapangan dan unsur visual 
merupakan media penyampaian pesan dalam sebuah iklan terutama iklan televisi. 
Pesan visual dapat tersampaikan dengan baik apabila iklan ini  dapat menarik  
perhatian konsumen atau taget sasaran terlebih dahulu maka studi  ini 
mengambil variabel indikator yang dipakai  adalah yang berasal dari daya tarik 
iklan kombinasi menurut , yaitu kesaksian (Iklan ini dapat 
disebut juga iklan pengakuan lisan), solusi masalah (Pendekatan ini menampilkan 
sebuah masalah kepada konsumen untuk dipecahkan dengan solusinya diberikan 
oleh produk yang diiklankan demonstrasi), sepenggal kehidupan (Ini merupakan 
variasi dari pendekatan solusi masalah, teknik ini berupaya menggambarkan 
situasi  kehidupan nyata yang melibatkan masalah atau konflik yang mungkin 
dihadapi oleh target pasar atau konsumen dalam kehidupan sehari-hari), fantasi 
(Pendekatan ini memakai  efek-efek khusus untuk  menciptakan tempat, 
peristiwa, atau karakter bayangan). Sedangkan variabel daya tarik 
informasional/rasional), dan daya tarik emosional  tidak dimasukan ke dalam 
variabel indikator. 
 Hubungan Etika Iklan da n Visualisas i Iklan   
Etika dibangun untuk mengatur hubungan antar manusia, dan lingkungan 
sekitarnya. bahwa pelaksanaan Etila Periklana dalam 
Etika Pariwara Indonesia merupakan kewajiban moral yang bersifat mutlak. Para 
pembuat iklan di televisi terikat dalam pasal 49 ayat (1) tentang Standar Program 
Siaran (SPS) KPI tahun 2009, yang dikatakan bahwa iklan wajib berpedoman 
kepada Etika Periwara Indonesia (EPI). 
Fajar Junaedi (2009) juga melakukan studi  terhadap iklan-iklan di 
televisi yang tidak sesuai dengan Etika seperti iklan Head and Shoulders dimana 
ada  adegan ketika Darius menanyakan tentang sampo nomor dua dan nomor 
satu di dunia. Tokoh dalam iklan ini  tidak mengetahui sampo nomor dua di 
dunia, ia hanya mengetahui sampo nomor satu di dunia. Dalam iklan ini jelas 
tampil tulisan “No.1” yang melanggar Etika Periklanan. Dan juga iklan E-Juss 
Anggur (versi Sule). Sule berperan sebagai supir angkot yang ditengah perjalanan 
mengalami keletihan (dalam iklan ini memakai kata gembos). Para penumpang 
yang beratribut seperti tokoh di iklan jenis suplemen minuman lain, menegur Sule. 
Kemudia Sule minum Suplemen (E-Juss), dan setelah meminumnya ia kembali 
bertenaga dan menarik angkotnya memakai  tangan. Iklan ini melanggar Etika 
Periklana karena secara tidak langsung merendahkan merek lain.  
Agung Yuniarto (2011)  melakukan studi  yang memuat pelanggaran 
etika dalam iklan sebuah produk provider merek XL dengan judul Pelanggaran 
Etika Bisnis Iklan XL “Kwin Dengan Monyet” Yang Terlupakan. Di dalam iklan 
ini menceritaka tentang seorang pria yang menikah dengan monyet dan kambing. 
Iklan XL ini  dinilai memperolok dan merendahkan martabat manusia, 
bahkan beberapa pihak seperti BRTI (Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia) 
menyatakan bahwa iklan ini  kebablasan. Iklan ini  dinilai tidak 
memberikan informasi yang lengkap sehingga terjadi misinterpretasi di kalangan 
konsumen, melampaui batas etika dan tidak memberikan pendidikan bagi 
masyarakat. Iklan operator telekomunikasi ini  juga melanggar UU 
No.8/1999 pasal 17f pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang 
melanggar etika dan atau ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai 
periklanan. 
Dan studi  yang dilakukan oleh Wahyu Setyorini (2012)  mengenai 
pelanggaran etika periklanan pada iklan provider Fren edisi “Sobat”. Variabel 
dependen yang dipakai  dalam studi  ini adalah Tagline dan Tampilan 
Iklan. Veriabel independen studi  ini adalah Etika Iklan. studi  ini 
memakai  metode analisis triangulasi pengamatan. Hasil dari studi  ini 
adalah peneliti menemukan bahwa maksud tagline dari iklan ini tidak jelas 
maknanya, kemudian peneliti mengemukakan bahwa iklan seperti ini bisa 
dibilang kurang mendidik dan dapat dipastikan siapapun yang melihat iklan ini, 
bukan isi pesannya yang diperhatikan tetapi  gambar wanita dan pria yang 
bertelanjang bahu ini . Jika diperhatikan, iklan ini terlalu vulgar dan 
memberikan imej yang kurang sopan, terlebih lagi tampilan seorang wanita yang 
dikesankan telanjang dada harus dikerubuti 3 orang pria lain. 
Nurhuda Zakaria (2011) memuat temuan iklan yang tidak etis yang 
dilakukan oleh Persatuan Perusahaan Iklan Indonesia (PPPI) yang menilai iklan 
lifebuoy versi “Mother Holding Child” melanggar ketentuan dalam Etika Periwara 
Indonesia (EPI). Dalam iklan ini , ada  karakter yang digambarkan 
seolah-olah sebagai praktisi kesehatan. Seperti yang diketahui, didalam EPI diatur 
bahwa iklan dilarang memakai  karakter yang seolah-olah ditampilkan 
sebagai dokter, perawat, farmasi,laboratories, dan pihak-pihak lain yang melakili 
profesi kesehatan. Selain itu Keputusan Mentri Kesehatan juga melarang peragaan 
tenaga kesehatan atau karakter lainnya seolah-olah mempresentasikan profesi 
tenaga kesehatan. 
Untuk itu, berdasar uraian di atas dapat dihipotesiskan sebagai berikut : 
H1 : Etika iklan berpeng a r u h positi f terhad a p Visu ali s a si Iklan. 
 Persepsi Konsumen 
Persepsi didefinisikan sebagai proses individu dalam memilih, mengorganisasi 
dan menginterpretasikan stimuli atau perangsang menjadi sebuah gambaran yang 
utuh dan menyeluruh (Schiffman dan Kanuk, 2000, yang diacu dalam Sumarwan 
2003). ini dapat digambarkan sebagai cara konsumen melihat realitas di luar 
dirinya atau dunia sekelilingnya (Engel, 1994). 
 Membahas topik persepsi akan terkait dengan pemrosesan informasi, 
yaitu suatu proses yang dengannya suatu stimulus diterima, ditafsirkan, disimpan 
dalam ingatan dan akan dipanggil lagi (recall) kemudian. Pemrosesan informasi 
didasarkan pada model yang dikembangkan oleh McGuire dalam Engel  et al 
(1994). Tahap-tahap dari model ini  dapat didefinisikan sebagai berikut :  
1. Pemaparan (exposure), yaitu pencapaian kedekatan terhadap suatu 
stimulus       sedemikian rupa sehingga muncul peluang diaktifkannya satu 
atau lebih dari kelima indera manusia.  
2. Perhatian (attention), yaitu alokasi kapasitas pemrosesan untuk stimulus 
yang baru masuk.  
3. Pemahaman (comprehension), yaitu interpretasi terhadap makna stimulus.  
4. Penerimaan (acceptance), yaitu dampak persuasif stimulus kepada 
konsumen.  
5. Retensi (retention), yaitu pemindahan tafsiran stimulus ke dalam ingatan 
jangka panjang (lon- term memory).   
Pemaparan (exposure) terjadi pada saat keseluruhan stimulus dirasakan oleh 
seseorang. Seseorang mengerti adanya stimulus berdasar sensory threshold, 
apakah stimulus ini  memenuhi  absolute threshold, yaitu batas minimum 
jumlah stimulus yang dapat dideteksi oleh penerima sensor.  
Perhatian (attention) adalah proses selanjuttnya dari stimulus yang telah di 
terima. Kapasitas otak manusia tidak mampu memperoses seluruh informasi, 
sehingga konsumen hanya akan memberi perhatian terhadap sesuatu yang 
memiliki daya tarik.  
Pemahaman (interpretation) mengacu kepada stimulus yang telah memberikan 
arti tersendiri. Pemahaman tentang persepsi konsumen bagi pemasar akan sangat 
penting dibandingkan pengetahuan mereka tentang realitas suatu objek. 
Kemampuan untuk memahami keseluruhan dari persepsi kkonsumen akan 
membantu pemasar untuk mmencari faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen  
untuk membeli produk (Schiffman dan Kanuk, 1994, dalam Sumarwan 2003).  
Persepsi juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana seseorang 
memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi menjadi suatu 
Gambaran yang berarti mengenai suatu objek, sedangkan Mowen dalam 
Sumarwan (2003) menyebut tahap pemaparan, perhatian dan pemahaman sebagai 
persepsi. Selanjutnya ia mnedefinisikan  persepsi sebagai sebuah proses dimana 
individu memperoleh informasi, memberi  perhatian ayas informasi ini  dan 
pada akhirnyaakan memaham informasi ini .  
Persepsi seseorang tergantung pada seberapa jauh suatu objek memberi 
arti  atau manfaat terhadap seseorang. Persepsi juga melibatkan derajat pengertian 
kesadaran, suatu arti atau penghargaan terhadap objek ini . Konsumen 
bertindak dan beraksi pada umumnya berdasar persepsi mereka, bukan pada  
kenyataan objektif, karena kenyataan objektif adalah persepsi konsumen juga.  
Karakteristik penting dari faktor-faktor pribadi dan sosial yang dapat  
mempengaruhi persepsi menurut Sadli dalam Lestariningsih (1999), adalah :  
1. Faktor ciri khas dari objek stimuli yang terdiri dari nilai, arti, familiaritas 
dan   intensitas.  
2. Faktor pribadi, termasuk didalamnya ciri khas individu seperti taraf 
kecerdasan, latar belakang kultural, minat dan emosionalitas.  
3. Faktor pengaruh keluarga, respon orang lain dapat memberi arah ke suatu 
tingkah laku yang sesuai.  
Pemasar tentunya harus lebih mementingkan persepsi dibandingkan 
kenyataan objektif karena apa yang ada dalam persepsi konsumen akan 
mempengaruhi aksi, kebiasaan dalam pembelian dan sebagainya. Setiap individu 
membuat keputusan serta menentukan aksi berdasar persepsi mereka, maka 
setiap pemasar harus memahami persepsi konsumen secara keseluruhan untuk 
mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan pembelian 
produk. 
 Elemen Persepsi  
Persepsi terdiri dari sensasi, ambang mutlak, ambang diferensial dan 
persepsi subliminal. Sensasi adalah jawaban atau tanggapan langsung dari organ 
sensorik seperti mata, telinga, mulut dan kulit terhadap stimuli yang sederhana. 
Sedangkan stimuli adalah unit input produk terhadap indera manusia seperti 
produk, kemasan, merek dan iklan. Sensasi sangat tergantung pada faktor 
seberapa efektif stimuli terjadi.  
Ambang mutlak adalah batas minimum yang memicu konsumen 
dapat merasakan sensasi. ini dapat digambarkan sebagai keadaan dimana 
konsumen dapat merasakan perbedaan antara ada dan tiadanya suatu stimuli. 
Ambang diferensial adalah perbedaan minimum yang dapat dideteksi antara dua 
stimuli yang serupa. Ambang diferensial memberikan Gambaran bahwa semakin 
besar stimuli awal mengharuskan stimuli berikutnya lebih besar untuk menarik 
sensasi konsumen. Persepsi  sublimal adalah kondisi di mana stimuli berada 
dibawah ambang, sehingga memicu tidak timbulnya sensasi secara optimal 
bagi konsumen. 
 Dinamika Persepsi  
Persepsi yang dihasilkan setiap individu tidak akan pernah dapat serupa 
untuk realitas yang sama.setiap perubahan lingkungan yang terjadi akan diterima 
oleh sensor manusia dengan sensasi yang berbeda-beda. Persepsi setiap individu 
memiliki keunikan yang memicu berbeda satu sama lain karena perbedaan  
individu dalam memiliki harapan, kebutuhan, keinginan dan pengalaman 
sebelumnya dalam mengkonsumsi suatu produk. 
 Dalam dinamikanya, perbedaan persepsi setiap individu berawal dari 
perbedaan dalam  perceptual selection, perceptual organization, perceptual 
interpretation. Perceptual selection merupakan kemampuan individu untuk 
menerima stimuliberdasar kemampuan otak. Stimuli yang diseleksi untuk 
diterima oleh otak manusia tergantung pada dua faktor, yaitu faktor stimuli dan 
faktor personal. Faktor stimuli merupakan stimulus yang dapat menarik perhatian 
konsumen, seperti sifat alami produk dan keunukannya, merek produk, warna 
kemasan dan posisinya. Faktor personal adalah faktor yang berasal dari individu 
itu sendiri untuk menentukan apakah stimuli diseleksi atau tidak. Faktor personal 
meliputi harapan, pengalaman sebelumnya, motif pembelian dan pengenalan 
kebutuhan. Faktor personal inilah yang memicu perceptual selection setiap 
individu berbeda.  
Individu tidak langsung menyerap stimuli yang berasal dari lingkungan. 
Setiap stimuli yang ada di lingkungan sekitar akan dilakukan 
pengorganisasiansecara utuh dan menyatu, bukan secara terpisah-pisah. 
Pengorganisasian terhadap stimuli disebut  perceptual organization.   perceptual 
organization dilakukan berdasar  tiga prinsip, yaitu figur dan latar belakang 
(figure and ground), pengelompokkan (grouping) dan penyelesaian (closure). 
Setiap stimuli memiliki figur dan latar belakang. Stimuli yang mudah diingat 
adalah stimuli yang memberikan sensasi berbeda kepada individu.  
Perceptual interpretation adalah proses memberikan arti kepada stimuli 
sensoris. Interpretasi juga memiliki keunikan tersendiri dari setiap individu karena 
dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kejelasan informasi dan motif individu. 
Stimuli terkadang begitu ambigu bagi konsumen. Namun, pengalaman 
sebelumnya serta cara berinteraksi individu terhadap lingkungannya dapat 
membantu untuk mendefinisikan stimuli. Ketika stimuli berda pada taraf 
ambiguitas maksimum, maka individu menginterpretasikan stimuli secara 
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan, harapan dan motif mereka 
masingmasing.Jauh dekatnya interpretasi individu dengan realitas tergantung pada  
kejelasan stimuli, pengalaman masa lalu serta motivasi dan minat individu 
ini  saat pembentukan persepsi.  
Persepsi melekat pada benak konsumen dalam jangka waktu yang lama. 
Konsumen akan memandang suatu produk atau merek berbeda berdasar 
persepsinya. ini menunjukkan bahwa konsumen memandang berdasar 
citra (image) produk. Produk yang tidak memiliki citra berarti konsumen belum 
berhasil mengendapakan persepsi yang konsisten untuk waktu yang lama. Karena 
persepsi menyangkut citra produk, maka riset bidang persepsi sama dengan riset 
citra produk atau merek (brand image). 
 Faktor-faktor yang mempenga r u h i Persepsi  
Menurut (Setiadi ,2003) Faktor yang mempengaruhi persepsi adalah 
penglihatan dan sasaran yang diterima dan dimana situasi persepsi terjadi 
penglihatan. Tanggapan yang timbul atas rangsangan akan dipengaruhi sifat-sifat 
individu yang melihatnya, sifat yang dapat mempengaruhi persepsi yaitu : 
1.  Sikap 
Sikap yang dapat mempengaruhi positif atau negatifnya tanggapan yang akan 
diberikan seseorang. 
2.       Motivasi 
Motif merupakan hal yang mendorong seseorang mendasari sikap tindakan yang 
dilakukannya. 
3.       Minat 
Merupakan faktor lain yang membedakan penilaian seseorang terhadap suatu hal 
atau objek tertentu, yang mendasari kesukaan ataupun ketidaksukaan terhadap 
objek ini . 
4.       Pengalaman masa lalu 
Dapat mempengaruhi persepsi seseorang karena kita biasanya akan menarik 
kesimpulan yang sama dengan apa yang pernah dilihat dan didengar. 
5.       Harapan 
Mempengaruhi persepsi seseorang dalam membuat keputusan, kita akan 
cenderung menolak gagasan, ajakan, atau tawaran yang tidak sesuai dengan apa 
yang kita harapkan. 
6.       Sasaran 
Sasaran dapat mempengaruhi penglihatan yang akhirnhya akan mempengaruhi 
persepsi. 
7.       Situasi 
Situasi atau keadaan disekita kita atau disekitar sasaran yang kita lihat akan turut 
mempengaruhi persepsi. Sasaran atau benda yang sama yang kita lihat dalam 
situasi yang berbeda akan menghasilkan persepsi yang berbeda pula. 
Disesuaikan dengan objek studi  dan keadaan lapangan dan unsur 
studi  mengambil variabel indikator yang dipakai  dalam studi  ini 
hanya akan mengambil faktor yang mempengaruhi persepsi menurut (Setiadi 
,2003) yaitu faktor Sikap , Motivasi, Minat, dan Harapan. Sedangkan faktor 
pengalaman masa lalu, sasaran, dan situasi tidak dimasukan kedalam variabel 
indikator untuk studi  ini. 
 Hubungan Etika Iklan dan Persepsi Konsumen  
Dalam memberikan suatu persepsi, seseorang dapat dipengaruhi beberapa 
faktor. Melalui pemikiran yang logis, dapat ditemukan beberapa faktor yang 
mempengaruhi persepsi seorang individu terutama pendidikan, kematangan 
akademik, dan jenis kelamin (Milner, 1999). Nicolas Mauro (1987) 
mendefinisikan etika sebagai sebuah analisis kritis dari perilaku manusia untuk 
menentukan kebenaran atau kesalahan dalam terminologi dua kriteria utama, yaitu 
kebenaran (truth) dan keadilan ( justice). 
studi  yang dilakukan oleh Khusnatul Aini (2011) tentang persepsi 
kahalayak sasaran atas pelanggaran etika pada iklan kartu seluler di televisi. 
Dalam studi  itu  dapat disimpulkan bahwa dimensi persepsi memiliki 
penilaian rendah. Dimensi penilaian etika juga mendapat penilaian rendah dalam 
tabel analisis silang menunjukan persepsi yang kurang baik. Secara keseluruhan, 
hasil analisis persepsi khalayak sasaran atas pelanggaran etika pada iklan kartu 
seluler di televisi masuk dalam katagori rendah. 
Didukung dengan tulisan Niken Restaty (2009) seorang dosen Universitas 
Mercu Buana dalam modul Etika Periklanan memuat beberapa temuan tentang 
pelanggaran etika dalam iklan di televisi yang dapat mempengaruhi persepsi 
konsumen terhadap produknya seperti iklan cetak “Susu Anlene” yang 
mengkalian “Halalkan susu berkalsium tinggi anda ?” produk ini memang ingin 
menyampaikan bahwa produknya sudah dapat sertifikat halal (pada saat iklan 
ini  ditayangkan). Persepsi konsumen bisa terbentuk bahwa produk ini “selalu 
halal” meskipun mungkin di saat yang lain, produk ini tidak mendapat sertifikat 
halal dari MUI. Pencantuman ini  berpotensi secara langsung menjatuhkan 
produk pesaing yang tidak mendapat  sertifikat halal. Juga ada dua contoh iklan 
REG ring-tones unruk telepon seluler yang dimana mengkalim kata “gratis” pada 
iklan-iklannya bisa dipersepsikan oleh konsumen sebagai benar-benar tanpa biaya, 
padahal sebenarnya konsumen harus membayar biaya sms yang mereka terima 
(bukan mereka kirim) dan belum lagi biaya untuk mengunduk ring-tone ini  
melalui jasa GPRS. 
Untuk itu berdasar uraian di atas dapat dihipotesiskan sebagai berikut 
H2 :Etika Iklan berpengaruh posi ti f terhad a p Persepsi Iklan  
 Hubungan Visualisasi Iklan dan Persepsi Konsumen 
Pesan visual dapat tersampaikan dengan baik apabila iklan ini  dapat 
menarik  perhatian konsumen atau taget sasaran terlebih dahulu ,Tujuan iklan di televisi menurut Suyanto (2005) dapat digolongkan 
menurut sasarannya yaitu untuk memberi informasi, persuasi, mengingatkan para 
pembeli, menambah nilai, dan membantu aktivitas lain yang dilakukan 
perusahaan. 
persepsi didefinisikan sebagai proses individu dalam memilih, mengorganisasi, 
dan menginterpretasikan stimulti atau perangsang sebagai sebuah gambaran yang 
utuh dan menyeluruh. Citra visual yang dihasilkan dan dikeluarkan oleh berbagai 
bentuk iklan produk baik berupa gambar gerak maupun cetak pada berbagai 
bentuk media memunculkan sebuah persepsi yang akan mempengaruhi dan 
membentuk identitas sebuah produk. Dalam konteks periklanan, persepsi terhadap 
citra dan pesan yang muncul melalui gambar cetak dipercaya mampu 
menghasilkan rangsangan untuk merespon visual iklan ini . 
ini didukung dengang studi  yang dilakukan oleh Abidi F. Zainal 
(2010) tentang persepsi kosumen tayangan iklan di televisi terhadap keputusan 
pembelian Shampo Sunsilk. Dimana dapat disimpulkan bahwa varabel tanyangan 
iklan masih efektif dipakai  sebgai sumber keberhasilan Unilever yang dapat 
mempengaruhi pembelian konsumen siswa-siswi Madrasah Aliyah Negeri 
Gondanglegi Kabupaten Malang. Tetapi masih perlu adanya peningkatan dan 
perhatian terhadap faktor-faktor dari Persepsi konsumen terhadap tayangan iklan 
di televisi ini , misalnya dengan shampoo Sunsilk yang ada sekarang 
perusahaan meningkatkan variable-variabel iklan seperti isi pesan, struktur pesan, 
format pesan, dan sumber pesan menjadi lebih menarik dari pada yang telah ada 
sekarang ini, sehingga dampak yang diharapkan dari iklan ini  dapat tercapai 
secara maksimal.  
Dan juga studi  yang dilakukan oleh Euis Nurul Bahriyah (2012) yang 
meneliti tentang visual dari iklan jasa pendidikan terhadap persepsi dan perilaku 
konsumen. Dimana dibahas masalah tentang persaingan promosi pada dunia 
pendidikan yang terjadi pada masa-masa penerimaan mahasiswa baru. Dapat 
diketahui bahwa keunggulan pencitraan visual iklan cetak berkaitan dengan nilai 
pelanggan (customer value) sehingga nilai yang diharapkan dari visualisasi iklan 
terbut bisa yaitu memicu  persepsi konsumen terhadap tingkat kepercayaan 
konsumen terhadap perguruan tinggi melalui bentuk visual. 
Untuk itu dapat dihipotesiskan sebagai berikut : 
H3 : Visualisasi Iklan berpenga r u h po siti f terhad a p Persepsi Iklan  
Pelaksanaan studi  terdahulu ini bertujuan untuk mengetahui 
informasi yang berkaitan dengan studi  ini. ada  studi  terdahulu 
mengenai etika periklanan ini, yaitu studi  oleh  
 1. Wahyu Setyorini (2012) 
studi  yang dilakukan adalah mengenai pelanggaran etika periklanan 
pada iklan provider Fren edisi “Sobat”. Variabel independen yang dipakai  
dalam studi  ini adalah Tagline dan Tampilan Iklan. Veriabel dependen 
studi  ini adalah Etika Iklan. studi  ini memakai  metode analisis 
triangulasi pengamatan. Hasil dari studi  ini adalah peneliti menemukan 
bahwa maksud tagline dari iklan ini tidak jelas maknanya, kemudian peneliti 
mengemukakan bahwa iklan seperti ini bisa dibilang kurang mendidik dan dapat 
dipastikan siapapun yang melihat iklan ini, bukan isi pesannya yang 
diperhatikan tetapi  gambar wanita dan pria yang bertelanjang bahu ini . 
Jika diperhatikan, iklan ini terlalu vulgar dan memberikan imej yang kurang 
sopan, terlebih lagi tampilan seorang wanita yang dikesankan telanjang dada 
harus dikerubuti 3 orang pria lain. 
2. Khusnatul Aini (2011) 
Kartu seluler bersaing untuk menambah jumlah customer base nya dengan 
menawarkan jasa terbarunya baik dalam tarif ataupun fitur melalui iklan di 
berbagai media massa. Usaha untuk menarik perhatian konsumen terhadap produk 
yang ditawarkan adalah melalui promosi. Promosi melalui iklan menjadi suatu 
pilihan yang menarik, disamping sebagai sumber informasi, iklan juga dipandang 
sebagai media hiburan dan media komunikasi pemasaran yang efektif untuk 
menjangkau target pasar terutama jika ditayangkan di televisi. Dalam iklan 
seringkali ditemukan dugaan pelanggaran etika yang dalam ini mengacu pada 
Etika Pariwara Indonesia (EPI) sebagai tolak ukur. Penayangan iklan kartu seluler 
yang semakin terlihat jelas persaingan antar satu operator dengan operator lain. 
Seperti yang terjadi pada iklan Kartu XL dan Kartu As versi Sule. studi  ini 
bertujuan untuk mengetahui persepsi khalayak sasaran atas pelanggaran etika pada 
iklan kartu seluler di televisi pada kalangan mahasiswa advertising angkatan 2008 
UIN Sunan Kalijaga. studi  memakai  metode survey deskriptif 
(kuantitatif) dengan menyebar kuisioner sebagai instrumen risetnya. Data yang 
dipakai  untuk menguji validitas dengan rumus product moment dan reliabilitas 
memakai  rumus cronbach alpha. Dengan taraf kepercayaan 95% atau tingkat 
signifikan 5%. Untuk menganalisa hubungan dua variable memakai  analisis 
tabel silang. berdasar hasil analisis data kuesioner diketahui bahwa dimensi 
persepsi memiliki penilaian rendah. Secara keseluruhan, hasil analisis persepsi 
khalayak sasaran atas pelanggaran etika pada iklan kartu seluler di televisi masuk 
dalam kategori rendah 
3. Euis Nurul Bahriyah (2012) 
studi  yang dilakukan adalah mengenai bagaimana persepsi konsumen 
yang terbentuk karena peran visual iklan. Dimana perang iklan muncul sebagai 
gejala promosi pada perguruan tinggi dimana fenomena pemakaian  promosi 
sebagai bagian dari strategi pemasaran di perguruan tinggi pada dekade terkhir ini 
makin meningkat seiring berkembangnya dunia bisnis pendidikan. ini 
Nampak pada berbagai promosi iklan spanduk, iklan di media cetak maupun iklan 
media elektronik. Dimana perang promosi dunia pendidikan terjadi pada masa-
masa penerimaan mahasiswa baru pada setiap tahunnya dengan tujuan untuk 
menarik perhatian calom mahasiswa dan sebagai gejala dari kegiatan promosi 
secara agresif lebih menekankan pada promosi tentang keunggulan-keunggulan 
perguruan tinggi ini  terhadap perguruan tinggi lainnya. Dengan melakukan 
promosi perguruan tinggi dapat mempengaruhi persepsi bagi konsumen  melalui 
bentuk visual iklannya. 
4.Triana Mustika Sari (2008) 
studi  ini dilaksanakan dengan menganalisis sikap konsumen terhadap 
iklan, kemudian mengukur perilaku konsumen dalam memperhatikan iklan media 
cetak, dengan demikian diperoleh persepsi konsumen terhadap pesan iklan 
beberapa produk. Data mengenai karakteristik segmen konsumen berdasar 
demografi dibutuhkan untuk mengetahui perbedaan persepsi yang diberikan oleh 
konsuemen.  Keseluruhan responden merupakan individu yang bertempat tinggal 
di kota Bogor, yang terdiri dari pelajar SMU, mahasiswa, karyawan, dan ibu 
rumah tangga. Hasil studi  mengenai karakteristik demografi responden 
diketahui bahwa responden mayoritas adalah responden dengan usia 16 - 25 
tahun, status belum menikah, berprofesi sebagai pelajar atau mahasiswa, tingkat 
pendidikan SLTA dan mahasiswa, dengan tingkat pengeluaran Rp. 500.000 - 
1.000.000. Hasil yang diperoleh melalui pengukuran sikap responden terhadap 
iklan, diketahui bahwa responden memberikan sikap yang positif dalam 
memandang dan menilai iklan, baik dari segi pemenuhan informasi maupun dari 
segi etika periklanan. Pengukuran terhadap sikap konsumen membaca media 
cetak diperoleh data bahwa tingkat baca konsumen cukup tinggi dan intensitas 
konsumen yang tinggi dalam memperhatikan iklan media cetak, dapat 
mencerminkan perilaku konsumen dalam memperhatikan segala unsur media 
cetak, khususnya iklan pada media cetak. Persepsi konsumen terhadap iklan 
Indosat, diketahui bahwa konsumen cenderung menyukai warna iklan, dan pesan 
iklan. Sedangkan terhadap iklan makanan bayi Milna, konsumen menilai tagline 
iklan dan bintang iklan cenderung menarik. ini disebabkan bintang iklan 
makanan bayi Milna adalah seorang bayi yang lucu dan sehat.  
Persepsi konsumen terhadap iklan Oral B diketahui secara keseluruhan 
iklan dinilai biasa saja, karena ilustrasi iklan dan warna yang sederhana.  
studi  ini dapat disimpulkan bahwa sikap konsumen dalam memandang iklan 
secara keseluruhan di nilai sudah cukup baik. ini terbukti dengan respon yang 
diberikan responden terhadap beberapa pernyataan, di mana pernyataan - 
pernyataan ini  meliputi tata cara beriklan yang berlaku di Indonesia. 
Responden memandang iklan sebagai sesuatu yang positif. Sikap ini  dapat 
mewakili karakteristik responden yang berpendidikan tinggi karena mereka 
memahami dan memberikan jawaban secara objektif.  

 
Dalam studi  ini lebih menekankan pada faktor yang mempengaruhi 
Persepsi Iklan terdiri dari variabel Etika Iklan dan Visualisasi Iklan. Serta 
pengaruh Etika Periklanan terhadap Visualisasi Iklan. 
  Kerangka Pemikiran Teoritis 
Atas dasar tinjauan landasan teori dan studi  terlebih dahulu, maka 
dapat disusun kerangka pemikiran teoritis dalam studi  ini, 
  Hipotesis 
Istilah hipotesis berasal dari kata “hipo” yang artinya dibawah dan “thesa” 
yang artinya kebenaran. Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap 
permasalahan studi , sampai tabulasi melalui data yang terkumpul . Dari kerangka pemikiran teoritis di atas maka dapat ditarik hipotesis untuk 
studi  ini, yaitu : 
H1 : Etika Iklan berpengaruh positif terhadap Visualisasi Iklan 
H2 : Etika Iklan berpengaruh positif terhadap Persepsi Iklan  
H3 : Visualisasi Iklan berpengaruh positif terhadap Persepsi Iklan  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Share:
TRANSLATE
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Translate

viewer

SEARCH

widget translate
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Archive