Bollinger Band sendiri yaitu Moving Average (dengan periode standarnya
yaitu 20), maka Support dan Resistance dari Bollinger Band dilihat dari
persentuhan harga dengan Middle Band.
Envelope pun dapat dijadikan sebagai Support dan Resistance sebab
terdiri dari Moving Average yang di‐ Shifted Upward dan di‐ Shifted Downward
(Saya tidak dapat menemukan padanan kata yang tepat ke dalam bahasa
Indonesia untuk kata “Shifted”). Envelope tidak dijelaskan lebih lanjut dalam
bagian ini dan dalam buku ini sebab bukan merupakan indikator yang sering
dipakai dalam trading.
“Pivot Point analysis is a famous technique that is used as price forecasting
method by day traders and floor traders alike. I Know it is very popular
among professionals i am one of them who uses it in my studies and market
analysis”
A Complete Guide to Tehcnical Trading Tactics John L Person
Sesuai dengan pernyataan dari Person bahwa Pivot Point yaitu salah satu
alat untuk meramalkan pergerakan harga. Apapun artinya dan siapapun yang
menyebutkannya, pada intinya tetap Pivot Point yaitu Support dan
Resistance yang dibuat berdasar perhitungan matematis (seperti yang saya
sebutkan di bagian Support dan Resistance).
Perhitungan Pivot Point
Pivot Point umumnya terdiri dari 5 Garis, yaitu :
1. Nilai Pivot Point
2. Support #1
3. Support #2
4. Resistance #1
5. Resistance #2
Saya katakan ‘umumnya’ sebab ada yang membuat Support & Resistance
sampai tingkat 3 (Support #3 & Resistance #3), namun sebab perhitungannya
tidaklah standar, maka Support dan Resistance #3 tidak saya cantumkan dalam
buku ini.
Rumus – rumus Pivot Point yaitu sebagai berikut :
• Pivot Point tipe 1 (Standar) = (H0 + L0 + C0) / 3
• Pivot Point tipe 2 = (H0 + L0 + C0 + O1) / 4
• Pivot Point tipe 3 = (H0 + L0 + O1) / 3
• Resistance #1 = (2 x P) – L0
• Resistance #2 = P + (H0 – L0)
• Support #1 = (2 x P) – H0
• Support #2 = P – (H0 – L0)
Dimana :
• P = Pivot Value
• H0 = Session high (Harga Tertinggi pada hari / periode / candle / bar
sebelumnya)
• L0 = Session Low (Harga Terendah pada hari / periode / candle / bar
sebelumnya)
• C0 = Session Settlement (Harga Closing pada hari / periode / candle /
bar sebelumnya)
• O1 = Next Open (Harga Open pada hari / periode / candle / bar
sekarang)
Untuk pergerakan harga yang sering terjadi gap yang cukup besar antara
periode satu dengan yang lainnya, Person menyarankan perhitungan Pivot
Point tipe 2 dan tipe 3.
Perlu diingat bahwa Pivot Point dihitung dari harga yang terjadi saat ini /
saat lalu untuk mendapat Support dan Resistance saat nanti / saat sekarang.
Sebagai contoh, jika anda ingin melihat pergerakan hari ini, maka anda
membutuhkan data harga (Open – High – Low – Close) di hari kemarin. Jika
anda ingin melihat pergerakan harga satu jam ke depan, anda membutuhkan
data harga per satu jam saat ini.
Saat ini, ada beberapa software teknikal analisa yang secara otomatis dapat
menghitung Pivot Point sehingga anda tidak perlu repot untuk menghitungnya
secara manual. Namun biasanya software itu terbatas pada perhitungan
Pivot Point secara harian dan mingguan. Ada juga software kalkulator khusus
untuk menghitunga Pivot Point, sehingga anda hanya cukup memasukkan data
harga Open – High – Low – Close, lalu software itu langsung
menunjukkan nilai Pivot Point‐nya beserta Support dan Resistance tingkat satu
dan tingkat dua‐nya.
Analisa Pivot Point
Pivot Point memiliki tingkatan Support dan Resistance sampai tingkat dua
(tingkatan yang tercakup dalam buku ini) sehingga anda dapat mengambil
kesimpulan jika harga turun menembus (Breakout) Support tingkat satu, maka
target harga selanjutnya yaitu Support tingkat dua. Begitupun jika harga naik
menembus Resistance tingkat satu, target selanjutnya yaitu Resistance
tingkat dua.
Analisa Pivot Point secara lengkap yaitu sebagai berikut :
1. Jika harga dibuka (Open) di atas Pivot Point, maka harga cenderung untuk
menguat dan bergerak mendekati Resistance.
2. Jika harga dibuka (Open) di bawah Pivot Point, maka harga cenderung
untuk melemah dan bergerak mendekati Support
3. Penembusan (Breakout) Support dan Resistance tingkat satu biasanya
yaitu Short‐Term Trend sedankan Breakout Support dan Resistance
tingkat dua yaitu Long‐Term Trend. Namun analisa seperti ini harus
melihat dari kekuatan Trend yang sedang berlangsung.
4. Person menyebutkan Pivot Point sebagai Leading Indicators dan bukan
Lagging Indicators (Leading dan Lagging Indicators akan dijelaskan di
bagian Indikator), sehingga kita dapat bertindak (act dan bukan Re‐act)
terhadap pergerakan harga kedepan jika harga mendekati garis – garis Pivot
Point (termasuk Support dan Resistance‐nya)
a) Silahkan cari sinyal Buy atau Sell jika harga mendekati Support dan
Resistance dari Pivot Point. Saya sebutkan ‘cari’ sebab kita perlu
melihat hal – hal lain untuk keputusan Buy atau Sell. Walau secara
sederhana yaitu Buy at Support dan Sell at Resistance, namun
kenyataannya tidak semudah itu.
b) Jika Pivot Point Daily (Short‐Term) berdekatan atau berhimpitan
(memiliki nilai yang hampir sama) dengan Pivot Point Weekly (Long‐
Term), maka titik itu kuat sebagai Support atau Resistance
i. Perhatikan garis – garis yang berdekatan atau berhimpitan.
Contohnya yaitu jika garis Support tingkat satu dari Pivot Point Daily
berhimpitan dengan Pivot Point Weekly, maka Support tingkat satu
itu akan kuat untuk menahan penurunan harga. Atau jika
Resistance tingkat dua dari Pivot Point Daily berhimpitan dengan
Support tingkat satu dari Pivot Point Weekly, maka Resistance tingkat
dua itu akan cukup kuat untuk membuat harga. Begitu juga
dengan garis – garis lainnya dalam Pivot Point.
c) Sehubungan dengan maksud Person bahwa Pivot Point sebagai Leading
Indicators dan anda disarankan untuk act bukan re‐act dapat diartikan
sebagai berikut :
i. Jika harga mendekati Support (dari Pivot Point Short Term) yang kuat
(berhimpitan dengan Pivot Point Long Term atau dengan alasan
lainnya seperti rebound harga yang cukup sering saat menyentuh
Support itu ), pasang posisi Buy, sebab diharapkan harga akan
memantul naik (rebound) saat Support tersentuh
ii. Jika harga mendekati Resistance (dari Pivot Point Short Term) yang
kuat (berhimpitan dengan Pivot Point Long Term atau dengan alasan
lainnya seperti reversal harga yang cukup sering saat menyentuh
Resistance itu ), pasang posisi Sell, sebab diharapkan harga
akan memantul turun (reversal) saat Resistance tersentuh
d) Pivot Point menghasilkan sinyal yang cukup baik jika digabung dengan
indikator lainnya, dimana Person menyarankan dengan Candlestick,
Chart Pattern dan indikator Stochastic Oscillator. (Candlestick dan Chart
Pattern dibahas di bagian yang berbeda dalam buku ini)
Line Analysis disini yaitu tidak lain dari cara membentuk garis Support dan
Resistance dengan tools standard yang biasa terdapat dalam software analisa
teknikal seperti Metastock maupun Metatrader. Anda pun dengan mudah
menerapkan Support dan Resistance dengan memakai tools Line Analysis.
Anda hanya perlu mencari titik awal penerapan Line Analysis.
Dari sekian banyak cara standar untuk Line Analysis, saya memasukkan tiga
tools yang standar dan banyak dipakai para Trader. Saya juga tidak
membahas mengenai cara pembentukan tools – tools itu namun saya
memakainya dengan contoh untuk memudahkan anda dalam
memakainya .
Fibbonacci Retracement
Fibbonacci Retracement terdiri dari garis – garis bernilai 0 ‐ 23,6 – 38,2 – 50
– 61,8 – 100. Anda juga dapat menambahkan ‐168,1 atau 168,1 sebagai
tambahan dari nilai Fibbonacci Retracement. Angka – angka itu menjadi
daerah Support Resistance‐nya.
Yang perlu diperhatikan dalam membuat Fibbonacci Retracement yaitu
anda menentukan titik untuk memulai menarik garis Fibbonacci (titik 0 atau
disebut Swing High / Swing Low) lalu mengakhirinya di titik 100 (atau disebut
Swing Low / Swing High). Saya sebut Swing High – Swing Low sebagai
pasangan. sebab Fibbonacci Retracement dapat dipakai untuk Uptrend
(yang berarti Swing Low ke Swing High) dan Downtrend (yang berarti Swing
High ke Swing Low).
Berikut ini yaitu contoh pemakaian Fibbonacci Retracement :
Gann Fan
Gann Fan dibuat oleh W.D Gann (1878 – 1955) yang fokus dalam
mempelajari Line Analysis yang pada tahunnya Indikator belum popular untuk
dipakai . Gann sendiri memakai Sudut Geometri yang dihubungkan
dengan Waktu dan Harga. Beliau percaya bahwa pola geometri tertentu dan
sudut – sudut yang berkarakteristik unik dapat dipakai memprediksi pasar.
Saya tidak akan membahas cara perhitungannya, namun saya akan
memberi gambaran bagaimana pembentukan Gann Fan. Seperti halnya
Fibonacci, anda dapat memulai Gann Fan dengan software teknikal anda
dengan menentukan titik awal atau sumbu utama. Selanjutnya, garis – garis
Gann Fan yang terbentuk akan menjadi Support dan Resistance‐nya.
Berikut ini yaitu contoh penerapan Gann Fan pada saham United Tractors
(UNTR)
Speed Resistance Line
Speed Resistance Line (SRL) terdiri dari tiga garis yang membentuk Support
dan Resistance. Pasangan garis – garis itu membentuk sudut yang
berbeda. Sudut terkecil dan yang paling atas disebut juga sudut 2/3 (sebab
garis tengah SRL disebut Garis 2/3). Sedangkan sudut terbesar disebut juga
sudut 1/3 (sebab garis paling bawah SRL disebut Garis 1/3).
Garis tengah SRL atau garis 2/3 akan menjadi Support dan jika harga
menembus garis 2/3, Support selanjutnya yaitu garis paling bawah atau garis
1/3. Dan tentu saja garis 2/3 akan menjadi Resistance. Jika harga tetap
menembus Garis 1/3, maka harga akan mencari Support lainnya di luar garis
SRL.
Berikut ini yaitu contoh penerapan SRL pada saham Kalbe Farma (KLBF)
Trend yaitu arah pergerakan harga secara keseluruhan dalam jangka yang
relatif lebih panjang. sebab harga sendiri terkadang naik / turun secara acak
namun jika dilhat secara garis beras, harga itu relatif menaik. Itulah yang
disebut dengan Trend.
Uptrend (Bullish)
yaitu Trend yang secara keseluruhan dan dalam jangka yang relatif
panjang, harga instrument bergerak naik / meningkat.
Uptrend dideteksi dengan memperhatikan hal sebagai berikut : “Higher
High – Higher Low” atau “HH – HL”
Berikut yaitu contoh Uptrend pada saham INCO
Sekedar informasi, Uptrend disebut juga dengan Bullish atau Banteng (Bull),
sebab saat Banteng menyerang, dia menyeduruk dengan tanduknya dari
Bawah ke Atas.
Downtrend (Bearish)
yaitu Trend yang secara keseluruhan dan dalam jangka yang relatif
panjang, harga instrumen bergerak turun.
Downtrend dideteksi dengan adanya “Lower High – Lower Low” seperti
gambar dibawah ini:
Downtrend disebut juga dengan Bearish atau Beruang (Bear) sebab
Beruang menyerang dengan cakarnya dari arah atas ke bawah.
Sideways
Bentuk Trend ketiga yaitu Sideways dapat diartikan sebagai pergerakan
harga yang cenderung mendatar. Pergerakan naik dan turun tetap ada, namun
tidak ada New High atau New Low. Sehingga harga cenderung berada dalam
suatu Batas Atas dan Batas Bawah yang sama dan membentuk suatu Channel
(dijelaskan dibagian selanjutnya). Bentuk Sideways juga dapat diistilahkan
dengan “Konsolidasi” dan biasanya harga memasuki tahap Sideways /
Konsolidasi sebagai persiapan untuk bergerak dan membentuk Trend, baik Up
Trend maupun Down Trend.
Pada akhirnya, tidak ada identifikasi Trend Sideways yang baku. Namun
anda dapat memakai indikator pembantu untuk mendeteksi adanya Trend
yang Sideways, misalnya dengan memakai Bollinger Band atau MACD
(akan dijelaskan di bagian selanjutnya) atau dengan membuat garis Channel,
yaitu perpaduan garis Support & Resistance yang sejajar.
Berikut ini yaitu contoh Sideways dari Saham BMRI
Primary, Intermediate & Minor Trend
Trend dibagi lagi berdasar Rentang Waktu dan umumnya kekuatan
trend berbeda tiap rentang waktu. Trend paling kuat terdapat pada rentang
waktu yang paling panjang, yang kekuatannya ada menengah ada di waktu
yang tengah dan kekuatan terkecil di rentang waktu paling pendek.
Trend yang terjadi untuk rentang waktu terpanjang disebut Primary Trend
atau Trend yang utama. Trend selanjutnya pada rentang waktu mengenah
disebut Intermediate Trend dan pada rentang waktu terkecil disebut Minor
Trend. Minor Trend biasa disebut juga dengan Momentum.
Berikut ini yaitu identifikasi Trend dari IHSG
Siklus Trend
Siklus ini penting dalam Pasar Saham. sebab siklus ini menandakan kapan
para investor mengumpulkan Saham dan kapan para investor melepas Saham
itu . Siklus ini terdiri dari Akumulasi, Mark‐Up dan Distribusi. Akumulasi
ada periode saat sedikit investor mengumpulkan saham dan biasanya
mereka mengumpulkannya sedikit demi sedikit sehingga tidak terlihat adanya
peningkatan volume transaksi yang signifikan (yang nantinya akan
meningkatkan harga saham sebelum mereka belum merasa cukup mengkoleksi
saham itu ).
Mark‐Up yaitu periode dimana pasar mulai menunjukkan permintaan
terhadap saham itu yang biasanya diikuti dengan kenaikan harga saham
(semakin tinggi permintaan, harga akan semakin tinggi juga).
saat para investor yang mulai mengumpulkan saham itu dalam
periode awal (periode Akumulasi) mulai merasa cukup mendapat keuntungan
(Capital Gain) maka mereka sedikit demi sedikit melepas saham mereka.
Sedikit demi sedikit agar tidak terjadi volume transaksi yang mencolok yang
dapat menyebabkan harga turun drastis.
Berikut yaitu gambaran mengenai Siklus Trend dalam saham ANTM
Timeframe/jangka waktu yaitu penggambaran rentang waktu yang
dipakai dalam suatu periode analisa. Timeframe biasa ditunjukkan dengan
satuan waktu yang terdiri dari 1 Menit, 5 Menit, 15 Menit, 30 Menit, 1 Jam, 4
Jam, 1 Hari, 1 Minggu dan 1 Tahun.
Chart – chart seperti Candlestick dan Bar Chart yang kita pelajari
sebelumnya biasanya menunjukkan Timeframe itu . Jika kita men‐setting
Timeframe 1 Hari (D1 / Day) pada software Teknikal analisa kita, maka Satu
Candlestick / Bar itu menunjukkan satu hari. Begitupula dengan Harga
OpenHighLowClose‐nya. Berarti Open itu yaitu harga pembukaan,
penutupan, tertinggi dan terendah pada satu hari itu.
Perlu diperhatikan bahwa setting timeframe 1 Hari yang terdiri dari 1
Candlestick / Bar, itu berarti terdiri dari 6 Candlestick / Bar dengan timeframe 4
Jam, 24 Candlestick / Bar dengan timeframe 1 Jam dan seterusnya.
Berikut ini yaitu Timeframe untuk EURUSD untuk D1 (satu hari) tanggal
9 Mei 2008
Berikut ini yaitu Timeframe untuk EURUSD untuk H4 (empat jam) tanggal
9 Mei 2008
Berikut ini yaitu Timeframe untuk EURUSD untuk H1 (satu jam) tanggal
9 Mei 2008
“An Indicator is a mathematical calculation that can be applied to a security’s
price and / or volume fields. The results is a value that is used to anticipate
future changes in prices”
Technical Analysis from A to Z Steven B. Achelis
Modern Indicators yaitu salah satu cabang dari Teknikal Analisa yang
menurut saya lebih mudah diterapkan untuk Trader pemula sebab cara
pemakaian standar sudah cukup baik dalam penerapannya. Indikator ini
memakai perhitungan statistika yang sangatlah scientific namun masih
memiliki sisi art‐nya sebab mengharuskan pemakainya mengterjemahkan
hasil perhitungan statistika itu .
Hal yang penting dalam memakai Modern Indicator yaitu pada
umumnya, teknikal analisa (terutama indikator) memberikan dua hal, sebuah
sinyal dan konfirmasi. saat ada suatu sinyal beli atau jual, anda sebaiknya
tidak membuat keputusan apa, namun paling tidak bersiap – siap untuk
mengambil keputusan itu . sesudah ada suatu tanda konfirmasi yang
sesuai dengan sinyal (dan analisa anda), barulah anda membuat keputusan
untuk masuk atau keluar pasar.
Hal penting lainnya dalam memakai indikator yaitu periode yang
dipergunakan untuk menghitung suatu indikator. Indikator sebenarnya tidak
lain yaitu perhitungan dengan rumus – rumus statistika dimana terdapat
angka penting yang menentukan suatu keputusan. Angka itu yaitu
perhitungan dan penggunaan periode (jumlah bar chart / candlestick yang
dipergunakan). Namun sebagai awal, anda tidak perlu memperhatikannya
sebab para pencipta indikator – indikator itu telah menyarankan periode
standar yang saya anggap sudah cukup baik.
Anda dapat mencari periode terbaik yang dapat dipergunakan untuk tiap
indikator pada tiap instrumen, yang biasanya berbeda, dengan trial error
memasukkan periode – periode tertentu dan menentukan mana periode
terbaik dalam memberikan sinyal dan konfirmasi.
Ada banyak indikator yang dapat anda pergunakan, namun sebagai awal,
hanya beberapa indikator yang dibahas dalam modul ini. Dalam penggunaan
sehari – hari untuk Trading pun anda sebaiknya tidak memakai terlalu banyak
indikator. Pilihlah yang anda pahami dan anda percaya, lalu terapkan dan
pergunakan dengan benar sebagai salah satu tools pembuat keputusan Trading
anda.
Oscillator / Momentum Indicators
Momentum disini dapat diartikan sebagai Minor Trend yang akan terjadi
dan Momentum Indicators bertugas untuk mendeteksi adanya momentum
yang akan terjadi. Oleh sebab Momentum Indicators banyak yang berupa
Oscillator Indicators, maka saya membahasnya secara bersamaan. Oscillator
Indicators yaitu indikator yang bergerak terbatas pada nilai minimum hingga
maksimumnya, biasanya bernilai 0 – 100. Oscillator indikator juga merupakan
indikator yang mencari momentum pergerakan harga.
Oscillator dan Momentum Indicators juga baik dipakai sebagai Action
Indicators. Disebut demikian sebab keputusan anda dibuat sesudah mereka,
baik itu Oscillator maupun Momentum, telah memberikan Konfirmasi.
Stochastic Oscillator
Stochastic Oscillator yaitu salah satu indikator yang paling sering
dipakai bagi para Trader, baik pemula ataupun yang sudah berpengalaman.
Selain sebab kemudahannya, Stochastic juga cukup baik sebagai action
indicator. Stochastic terdiri dari beberapa jenis, namun yang paling terkenal
yaitu Fast & Slow Stochastic Oscillator.
Fast Stochastic memberikan sinyal lebih cepat daripada Slow Stochastic.
Dan sesuai dengan hukum yang berlaku di Teknikal Analisa, semakin cepat
suatu indikator memberikan sinyal, semakin banyak False Signal yang terjadi.
Stochastic terdiri dari dua garis. Garis Stochastic dan garis bantu (Trigger
Line). Garis bantu biasanya merupakan Moving Average dari Stochastic itu
sendiri. Cara memakai Stochastic yaitu dengan melihat adanya
persilangan antara garis Stochastic dengan Trigger Line‐nya. Persilangan
demikian (dan pada indikator lainnya) disebut Crossover.
Stochastic juga terdiri dari area yang disebut Overbought dan Oversold.
Daerah Overbought yaitu daerah yang bernilai (biasanya) 70 – 100. Daerah
Oversold yaitu daerah yang bernilai (biasanya) 0 – 30.
Berikut yaitu cara membuat keputusan berdasar Stochastic :
‐ Jika Stochastic Crossover Trigger Line dari Bawah ke Atas : tanda BUY
‐ Jika Stochastic Crossover Trigger Line dari Atas ke Bawah : tanda SELL
‐ Jika Stochastic keluar dari area Overbought (70 – 80) : tanda SELL
‐ Jika Stochastic keluar dari area Oversold (20 – 30) : tanda BUY
Contoh penerapan Stochastic Oscillator pada EURUSD
(lihat pada gambar)
Relative Strength Index
Relative Strength Index juga termasuk ke dalam Oscillator sebab
pergerakannya yang terbatas dari 0 – 100. RSI hanya terdiri dari satu garis,
sehingga tidak ada penggunaan untuk Crossover. Namun RSI juga memiliki
wilayah Oversold dan Overbought. Sehingga tanda yang diberikan RSI yaitu :
‐ RSI berada di atau menembus daerah 50 – 100: Overbought ; tanda SELL
‐ RSI berada di atau menembus daerah 0 – 50 : Oversold ; tanda BUY
Salah satu keunikan RSI yaitu anda dapat menerapkan pola chart pattern
pada RSI langsung. Walau anda sebaiknya tidak mentargetkan pergerakan RSI,
namun paling tidak anda dapat memperkirakan pergerakan RSI itu yang
pada akhirnya menunjukkan pergerakan harga.
Berikut yaitu contoh hasil analisa RSI pada komoditi Raw Sugar
Parabolic SAR
Parabolic SAR termasuk ke dalam Momentum Indicator sebab P SAR
mencari pergerakan singkat. Sebenarnya Parabolic SAR yaitu untuk melihat
titik dimana harga akan berhenti dan berbalik arah, oleh sebab itu indikator
ini memiliki nama SAR, yaitu singkatan dari Stop And Reverse.
Parabolic SAR terdiri dari garis titik – titik yang berada di bawah harga atau
di atas harga. Itulah sinyal yang diberikan Parabolic SAR.
‐ Jika Parabolic SAR di atas harga : tanda SELL
‐ Jika Parabolic SAR di bawah harga : tanda BUY
Anda juga dapat memperkirakan besar atau kecilnya pergerakan harga
dengan melihat jarak harga dengan Parabolic SAR. Semakin jauh harga
dengan Parabolic SAR, maka akan semakin besar pergerakannya.
Contoh pemakaian Parabolic SAR pada USDJPY yaitu sebagai berikut
Trend Following Indicators
Trend Following Indicators yaitu indikator yang bertugas untuk
mendeteksi adanya trend secara jangka menengah sampai jangka panjang.
Oleh sebab itu, jika indikator ini memberikan suatu sinyal, kemungkinan harga
akan bergerak dalam jangka yang lama (sesuai dengan trend jangka menengah
dan jangka panjang) dan dalam nilai perubahan / pergerakan yang besar (lebih
besar dari sekedar pergerakan sebab momentum).
Trend Following Indicators juga merupakan indikator yang telat
memberikan sinyal. Indikator ini disebut juga Lagging Indicators. Namun tiap
kali indikator ini memberikan sinyal, biasanya lebih tepat. Oleh sebab itu, agak
kurang tepat jika indikator ini dipakai sebagai Action Indicator. sebab lebih
tepat sebagai penambah keyakinan keputusan yang telah anda buat
sebelumnya.
Moving Average
Moving Average yaitu indikator “Sejuta Umat” di dalam Teknikal Analisa.
Indikator ini banyak dipakai luas dalam Teknikal Analisa. Seperti disebutkan
diatas, Stochastic Oscillator juga memakai MA sebagai Trigger Line.
Moving Average tidak lain yaitu rata – rata pergerakan dari harga – harga.
Perhitungan sederhananya sama seperti menghitung rata – rata suatu nilai.
Simple MA memakai perhitungan sederhana yang demikian. Namun nanti
anda akan banyak menemukan variasi perhitungan dan dengan variasi nama
Moving Average tentunya. Ada Weighted Moving Average dan Exponential
Moving Average. Saran saya, gunakanlah selalu Exponential Moving Average
sebab pergerakannya yang responsif namun mengeliminasi kesalahan MA
jenis lain.
Moving Average juga bisa menjadi Support atau Resistance harga (lihat
bagian Support Resistance). Dan anda sebaiknya memakai beberapa MA
yang berbeda periode. Tidak ada periode baku dalam pemakaian MA, begitu
juga dengan jumlah MA yang dipakai. Namun paling tidak, anda sudah
menentukan MA yang berperiode pendek dan MA yang berperiode panjang.
Berikut yaitu cara penerapan MA :
‐ Crossover MA Pendek dengan MA Panjang dari Bawah ke Atas: Sinyal
BUY
‐ Crossover MA Pendek dengan MA Panjang dari Atas ke Bawah: Sinyal
SELL
Anda juga dapat membaca jika MA pendek ada di atas MA Panjang, maka
menandakan Bullish dan jika MA pendek ada di bawah MA panjang, maka
menandakan Bearish. Kombinasi MA paling sedikit dua dan saya sarankan
paling tidak tiga MA. Periodenya antara lain :
− 10, 20, 50
− 4, 13, 50
− 20, 50, 100, 200
MA yang menjadi Support atau Resistance biasanya dipergunakan MA 50,
100 dan 200. Namun untuk jangka pendek, gunakan MA dengan periode 50
sebagai Support atau Resistancenya dan gunakan MA 200 sebagai Support
atau Resistance kuat untuk jangka panjang.
Berikut ini yaitu penggunaan MA 10 & 50 pada Saham Unilever (UNVR)
MACD
MACD atau Moving Average Convergence Divergence yaitu salah satu
indikator yang dibuat murni dari perhitungan MA – sesuai dengan namanya.
MACD dihitung dari pengurangan MA pendek dengan MA panjang. Sesuai
dengan rumus MA, jika MA pendek diatas MA panjang maka menandakan
Bullish dan jika MA pendek dibawah MA panjang maka menandakan Bearish.
Oleh sebab itu, jika MACD berada diarea positif (MA pendek lebih besar
MA panjang) maka menandakan Bullish dan jika MACD berada di area negatif
(MA pendek lebih kecil MA panjang) maka menandakan Bearish.
sebab MACD terdiri dari dua garis, garis MACD dan Trigger Line, maka
sinyal MACD juga dapat dibaca melaui Crossover antara MACD dengan Trigger
Line. Dan MACD memiliki garis tengah (atau garis yang bernilai nol) disebut
Centerline yang dimana jika MACD melewati garis tengah itu , maka akan
semakin valid Crossover yang terjadi dan biasanya disebut Crossover
Centerline.
Kesimpulan cara membaca sinyal MACD yaitu sebagai berikut :
‐ MACD Crossover Trigger Line dari Bawah ke Atas: Sinyal BUY
‐ MACD Crossover Trigger Line dari Atas ke Bawah: Sinyal SELL
‐ MACD Crossover Center Line dari Bawah ke Atas: Sinyal BUY
‐ MACD Crossover Center Line dari Atas ke Bawah: Sinyal SELL
‐ MACD ada di Atas Center Line (Positif Area): Bullish
‐ MACD ada di Bawah Center Line (Negatif Area): Bearish
Penerapan MACD pada saham Telkom (TLKM) dapat dilihat di bbawah ini
Bollinger Band
Bollinger Band yaitu sebuah indikator yang terdiri dari tiga garis. Tiga garis
itu membentuk seperti sebuah terowongan yang dilalui oleh harga. Garis
itu yaitu Lower Band, Middle Band dan Upper Band. Sekali lagi, MA pun
dipakai dalam membentuk indikator ini, bahkan Middle Band tidak lain
yaitu sebuah Simple MA. Upper Band dan Lower Band dibentuk melalui
perhitungan Standar Deviasi yang tidak akan saya bahas disini.
Bollinger Band hanyalah sebagai indikator pembantu indikator lain
sehingga membantu anda membuat keputusan yang tepat. Bollinger
membantu anda untuk mengantisipasi pergerakan harga yang tiba – tiba,
membantu mendeteksi pergerakan harga yang besar, membantu mendeteksi
arah trend dan menguatkan dugaan suatu harga yang sudah Overbought
maupun Oversold dan juga sebagai Support dan Resistance.
Cara penggunaan Bollinger Band yaitu sebagai berikut :
‐ Arah Middle Band menjadi petunjuk arah Trend
‐ Jika Bollinger Band menyempit sehingga pergerakan harga mengecil,
indikasi akan adanya pergerakan yang tiba – tiba (namun Bollinger Band
tidak memberi tahu arahnya akan kemana)
‐ Jarak antara Upper Band dan Lower Band menunjukkan volatilitas harga,
semakin panjang jaraknya, harga semakin volatile
‐ Upper Band dapat bertindak sebagai Resistance dan menjadi daerah
Overbought
‐ Lower Band dapat bertindak sebagai Support dan menjadi daearah
Oversold
‐ Middle Band sebab seperti MA, maka dapat serupa dengan MA yang
menjadi Support dan Resistance
Berikut ini yaitu contoh penggunaan Bollinger Band pada AUDUSD
Volume Based Indicators
Volume Based Indicators mungkin tidak populer di perdagangan
Berjangka, namun pada perdagangan saham, Volume Based Indicators ini
benar – benar diperlukan untuk mendeteksi suatu Trend yang valid atau
tidak dan bahkan mendeteksi saham – saham yang telah, sedang dan akan
di ‘goreng’ bandar.
On Balance Volume
On Balance Volume (OBV) sebenarnya yaitu sebuah Momentum
Indicators, namun sebab dia memakai perhitungan volume juga, maka
saya memasukkannya sebagai Volume Based Indicators.
OBV menghitung dana keluar dan dana masuk ke dalam suatu
pasar dan instrumen (biasanya Saham) dengan melihat volumenya.
sebab berdasar analisa volume, jika pergerakan harga tidak diikut
oleh peningkatan volume, maka pergerakan itu tidak valid dan
bahkan ada sinyal untuk berbalik arah (reversal)
Oleh sebab itu, dalam memakai OBV, jika harga naik dan
OBV tidak membentuk titik yang lebih tinggi dari sebelumnya, maka
dikatakan kenaikan itu tidaklah valid dan ada kecenderungan
untuk berbalik arah menjadi turun. Jika harga turun dan OBV tetap
membentuk titik yang lebih tinggi dari sebelumnya, maka kemungkinan
besar harga masih akan melanjutkan penurunannya.
OBV sebenarnya terdiri dari satu garis OBV. Saya sebut titik agar
anda lebih mengerti kapan OBV lebih tinggi dari periode sebelumnya
(yaitu jika garis OBV tetap mengarah ke atas) dan kapan OBV lebih
rendah dari periode sebelumnya (yaitu jika garis OBV mengarah ke
bawah sesudah sebelumnya naik)
Berikut yaitu penerapan OBV pada saham Gudang Garam (GGRM)
Volume Analysis lebih banyak dipergunakan dalam perdagangan saham.
Volume sangat penting diperhatikan untuk melihat apakah trend yang
terbentuk itu valid atau tidak. sebab volume menunjukkan minat pasar secara
umum terhadap suatu saham.
Semakin banyak pemain yang masuk atau keluar pasar, yang ditandai
dengan peningkatan volume, berarti harga yang terjadi, baik itu turun atau
naik, kemungkinan besar akan terus berlanjut. Perlanjutan dari pergerakan
harga itu yang akan menjadi trend.
Jika pemain yang masuk atau keluar sedikit, yang ditandai dengan
penurunan volume maka kemungkinan pergerakan itu akan terhenti dan
pergerakan yang berlawanan akan segera terjadi.
Berikut yaitu tabel hubungan antara volume dengan pergerakan harga
Harga Naik Turun Volume
Naik BULLISH (UP TREND VALID) BEARISH (DOWN TREND
VALID)
Turun BEARISH BULLISH
Pasar Berjangka seperti Komoditi, Forex dan Index disebut juga pasar
dengan potensi keuntungan dua arah. Hal ini berarti jika harga sedang naik,
anda dapat tetap mencari keuntungan dan saat harga sedang turun, anda
juga tetap dapat mencari keuntungan. Berbeda halnya dengan pasar Saham
dimana anda hanya akan mendapat keuntungan jika harga sedang naik.
saat harga sedang naik, anda memasang posisi BUY di harga rendah
lalu kemudian SELL diharga tinggi. Hal demikian disebut LONG Position. saat
harga turun, anda memasang posisi SELL diharga tinggi lalu kemudia BUY
diharga rendah. Hal demikian disebut SHORT Position.
Untuk pasar Saham, Short position sebenarnya dapat dilakukan namun
sebab peraturan – peraturan untuk Short sangatlah rumit sehingga
kebanyakan Trader menghindari Short. Namun untuk pasar Berjangka seperti
Forex, Komoditi dan Index, Short yaitu salah satu strategi untuk mendapat
keuntungan.
Jika kita salah memprediksi hargadan kita mengalami Floating Loss, cara
terbaik dalam perdagangan saham yaitu segera melepas kerugian itu
dengan Cut Loss. Namun dalam pasar Berjangka, ada beberapa alternatif
strategi untuk menghindari Cut Loss. Saya menyebutnya dengan “Futures’
Unique Strategy” agar lebih mudah diingat.
Locking / Straddle
Strategi yang pertama dan sebenarnya yang paling jelek (menurut saya)
yaitu Locking atau Stradle. Locking disini yaitu berarti anda mengunci posisi
rugi anda. Berapapun dan kemanapun harga bergerak sesudah anda melakukan
strategi Locking, loss anda akan terkunci seterusnya sampai anda membuka
“kuncian” anda.
Locking dilakukan dengan masuk pasar berlawanan dengan posisi anda
sebelumnya dan dalam jumlah lot yang sama dengan sebelumnya juga.
Contohnya anda memiliki posisi Buy 1 lot Jagung di harga 35000. Lalu ternyata
harga turun menjadi 34000. Maka Floating Loss anda yaitu sekitar Rp
3.500.000. Jika anda ingin melakukan Locking, maka anda kemudian
memasang melakukan Sell 1 lot Jagung di harga 34000 itu .\
Jika kemudian harga Jagung naik, posisi Buy anda akan berubah menjadi
Floating Profit namun posisi Sell anda akan berubah menjadi Floating Loss
dimana total (net) keduanya sama yaitu anda mengalami Floating Loss sebesar
Rp 3.500.000.
Apabila harga Jagung terus turun, posisi Buy anda akan bertambah Floating
Loss‐nya namun posisi Sell anda mengalami Floating Profit dimana total (net)
keduanya tetap menghasilkan Floating Loss yang sama sebesar Rp 3.500.000,‐
Yang perlu diperhatikan saat anda melakukan Locking yaitu saat kapan
anda menutup salah satu posisi anda. Dan ini memerlukan pengalaman serta
analisa yang tepat. sebab jika anda salah saat membuka salah posisi anda,
maka Floating Loss anda akan bertambah.
Cut And Switch
Cut And Switch sebenarnya yaitu kombinasi dari Cut Loss dan memasang
posisi yang benar sesuai dengan arah pasar. Jika pada awalnya anda memasang
posisi Buy pada EURUSD lalu ternyata harga turun, anda Cut Loss posisi Buy
anda lalu ada langsung memasang posisi Sell EURUSD.
Hal yang perlu anda perhatikan untuk Cut And Switch yaitu anda harus
memastikan arah trend dengan benar saat anda akan mengganti posisi.
Jangan sampai saat anda Cut Loss sesudah posisi pertama anda salah, lalu
anda harus Cut Loss lagi sebab posisi kedua anda (dengan melakukan Switch)
ternyata salah prediksi lagi. Yakinkan bahwa trend harga masih akan berlanjut
sesudah anda Switch posisi dan target profit dari posisi yang baru itu
paling tidak dapat menutupi kerugian yang anda alami dari Cut Loss posisi
pertama.
Cut and Switch yaitu cara yang lebih baik. Walau sebenarnya saat anda
Cut Loss, anda harus mengevaluasi terlebih dahulu alasan kenapa anda Cut
Loss. Apakah anda yang salah prediksi atau sebab anda yang salah dalam
menerapkan teori – teori yang ada.
Double Cover
Double Cover hampir sama dengan Locking. Namun jumlah lot anda untuk
posisi yang baru paling tidak dua kali lipat dari jumlah lot anda dari posisi
sebelumnya. Ambil contoh diatas untuk Jagung. saat anda memasang Buy 1
lot di harga 35000 namun ternyata harga turun sampai 34000. Anda dapat
memasang Sell 2 lot di harga 34000. Jika ternyata harga masih melanjutkan
penurunan, katakanlah, hingga 30000. Maka Floating Loss anda dari posisi Buy
akan tertutupi dengan Floating Profit dari posisi Sell anda yang baru.
Sekali lagi, perhatikan pergerakan harganya. Jika ternyata harga Jagung
tidak lama lagi akan segera naik, anda akan mengalami kerugian paling tidak
dua kali lipat untuk posisi Sell anda (sebab anda memasang dua lot).
Pada akhirnya memang yang terbaik dan teraman yaitu Cut Loss. Jika
anda salah posisi dan Floating Loss anda mencapai titik toleransi rugi anda,
segeralah Cut Loss. Percaya atau tidak, Cut Loss yaitu Dewa Penyelamat para
Trader Professional.
Bagian terakhir dalam Ilmu Trading yang paling penting dan menentukan
keberhasilan anda dalam Trading. Sekalipun anda telah memahami dengan
baik Analisa, baik itu secara Fundamental dan Teknikal serta anda telah
menghitung perhitungan Money Management dengan baik, namun apalah
artinya jika anda tidak dapat menerapkannya ke dalam Trading anda.
Saya menulis “apalah artinya jika anda TIDAK DAPAT menerapkannya ke
dalam Trading anda” bukanlah sebab anda tidak mengetahuinya. Tapi sebab
saat anda berada di depan layar Trading anda, saat anda melihat grafik
harga, saat anda akan segera membuat keputusan Trading atau bahkan
saat anda sudah memiliki posisi, baik itu sedang Floating Profit atau
Floating Loss, semua hal akan sangat berbeda dari apa yang anda bayangkan.
Bukan tidak mungkin pada akhirnya anda lebih mengikuti feeling anda
dalam Trading ketimbang memakai ilmu – ilmu dan teori – teori Trading
yang telah anda pelajari. Hal ini disebab kan Psikologi anda sendiri saat anda
berada dan masuk ke dalam pasar.
Tidak anda yang bisa membantu anda kecuali pengalaman anda sendiri
dalam mengatasi urusan psikologi anda – tidak juga dengan Psikolog anda
tentunya. Namun paling tidak, bab terakhir di modul ini memberikan
gambaran pada anda untuk membentuk psikologi anda, apa yang harus anda
pikirkan saat berada dalam pasar dan bagaimana cara untuk menerapkan
ilmu – ilmu Trading yang telah anda pelajari saat anda berhadapan dengan
pasar.
Psychology of Trading
Ada banyak nasihat penting yang dapat membentuk psikologi anda
atau yang disebut Alexander Elder (penulis buku Trading For A Living) sebagai
“Mind”. Saya mengutip 10 point terpenting dari 25 Point Mantra Discipline for
Day Trading karangan Douglas E. Zalesky.
10 from 25 Point Mantra Discipline for Day Trading
25 point itu dibuat oleh Zalesky untuk pada Day Trading. Namun
paling tidak ada beberapa point yang cukup pas bagi para Trader, baik itu anda
seorang Day Trader, Scalper, Momentum / Swing Trader atau bahkan Trend
Follower.
Berikut ini yaitu 10 point itu yang saya coba terjemahkan dan saya
tambahkan sendiri :
1. The Market Pays You To Be Discipline
Semakin anda disiplin Cut Loss dan disiplin dengan cara dan strategi anda,
maka Pasar akan menghargai anda dengan memberik anda keuntungan ‐
keuntungan
2. Never Turn A Winner Into A Loser
Jika anda telah mengalami Floating Profit, jangan tunggu sampai Floating Loss
lalu anda harus Close dengan Cut Loss. Pasang Trailing Stop
3. Develop A Methodology And Stick With It. Don’t Change It From Day to
Day
Gunakan strategi yang anda percayai dan anda yakini dan akan anda
pergunakan. Jangan dirubah sampai anda benar – benar yakin bahwa kerugian
yang anda alami bukanlah sebab anda yang tidak disiplin dalam memakai
strategi anda. Rubah jika memang strategi anda jelek dan benar – benar tidak
bisa diterapkan pada pasar yang anda masuki
4. Be Yourself. Don’t Try To Be Someone Else
Gunakan cara Trading yang sesuai dengan anda dan kehidupan anda. Semakin
anda nyaman dengan gaya Trading anda, baik itu strategi, Timeframe dan
Money Management yang anda gunakan, hasil Trading anda semakin baik. Dan
anda pun akan semakin mencintai ‘pekerjaan baru’ anda
5. The First Loss is The Best Loss
Jangan tunggu sampai Loss anda semakin besar dengan membiarkan harga
bergerak melebih titik & point Cut Loss anda. Anda harus sudah
mempersiapkan untuk Loss sampai titik & point Cut Loss anda begitu anda
masuk pasar. Jangan menjilat ludah anda sendiri dan jangan rugi sampai
melebih titik & point Cut Loss anda
6. Don’t Hope And Pray, Don’t Speculate. If You, You’ll Lose
Dengan melakukan analisa, berarti anda telah mengurangi dan bahkan
menghilangkan sisi spekulasi (sisi judi) dalam Trading. Tidak ada yang
menjamin anda tidak akan mengalami kerugian dengan anda melakukan
analisa. Namun tidak ada yang menjamin anda akan untung dengan melakukan
spekulasi dan (hanya) duduk berdoa dan berharap
7. Hit Singles, Not Home Run
Keuntungan yang terbaik yaitu keuntungan yang didapat sedikit demi sedikit
yang sesuai target yang realistis. Memang kita semua mengharapkan
keuntungan besar dalam waktu singkat. Namun seiring dengan pengembangan
kalimat “High Risk High Return” yaitu “Fast High Return – Fast High Risk”.
Rome Wasn’t Built in A Day.
8. Don’t Over Analyze and Don’t Hestitate. If You Do, You’ll Lose
Jangan terlalu dalam menganalisa suatu pasar. Ingat, anda bertujuan untuk
Trading dan melakukan Transaksi. Bukan untuk melakukan riset pasar atau
membuat skripsi. Tujuan anda yaitu menganalisa, masuk pasar (transaksi)
dan keluar pasar (untung atau rugi) sesuai dengan rencana anda
9. All Traders Are Created Equal in The Eyes of The Market
Trader yang hebat bukanlah Traders yang tidak pernah salah dan tidak pernah
loss. Trader hebat yaitu Trader yang dapat membuat strategi yang bagus dan
dapat mengikuti rencana dia dengan baik. Semua Traders hebat pasti pernah
rugi dan pernah salah. Bahkan mereka percaya bahwa mereka hebat sebab
mereka pernah rugi dan pernah kalah.
10. It’s The Market Itself That Wields The Ultimate Scale of Justice
Hanya ada dua peraturan yang perlu Trader patuhi. Pertama : Pasar Selalu
Benar. Kedua : Ingat Peraturan Pertama.
Trading Plan
Cara satu – satunya untuk berusaha sebaik mungkin menghadapi pasar
yaitu dengan memiliki suatu rencana dalam menghadapi pasar itu .
Rencana – rencana yang akan anda gunakan biasa disebut oleh para Trader
dengan nama Trading Plan.
Dalam Trading Plan, anda menuliskan (atau paling tidak menghapal)
cara – cara yang akan anda gunakan, strategi – strategi yang akan anda
terapkan dalam mengadapi pasar dengan berbagai kondisi.
Oleh sebab itu, ada beberapa syarat dari Trading Plan yang akan anda
buat, antara lain :
1. Trading Plan harus dibuat sesederhana tapi selengkap mungkin
2. Anda harus memahami dengan baik Trading Plan anda
3. Trading Plan harus sesuai dengan profil anda dan karakter Trading
anda
4. Anda harus percaya dan konsisten dengan Trading Plan dan
menerapkannya
Basic Trading Plan
Sebenarnya anda dapat membuat Trading Plan sendiri dengan
mengikut syarat – syarat itu . Namun saya mencoba mengutip sebuah
cara membuat Trading Plan yang lengkap. Tim Wilcox memberitahukan kita di
bukunya yang berjudul Trading Plan Template.
Saya mengutip dan menyesuaikan dengan apa yang ditulis Wilcox cara
membuat Trading Plan, yaitu sebagai berikut :
1. Know Yourself and Your Purpose
a. The Reasons You Want To Be A Trader
b. What Sort of Traders Are You
c. Your Strenghts & Weakness
d. You Standard Conditions to Trade
e. Your Target Income (Generally)
2. Trading Goals
a. Your Target Annual Income
b. Your Target Monthly Income
c. Your Target Weekly Income
d. Your Target Daily Income
3. Market, Instrument & Timeframes
a. Markets (And Regional Market) That You Will Trade
b. Instrument That You Will Trade
c. Timeframes You Use to Trade
4. Tools of Trade
a. Your Believed Broker
b. Your Trading Platform (Software) You Use To Trade And Analyze
c. Your Sources of News You Use To Analyze
5. Before The Market Open
a. Your Daily Pre‐Market Routine
b. Your Previous Position That Hasn’t Been Close Yet
c. General Market Conditions
d. What You Will Do Today – Hour by Hour
e. Instruments In Your Watch List
6. Risk Management
a. Your Risk Profile
b. Overall Market Risk That You Understand
c. Your Broker & Platform Risk That You Prepared
d. Your Risk to Reward Ratio each Trade
e. Your Risk (Stop Loss Percentage) per Trade
f. When You Will Stop Trading
7. Capital Mananagement
a. What You Will Do If You Profits
b. When You Will Withdraw Your Money
c. When You Will Lock Your Profits (Trailing Stops)
d. When You Will Take Profit Per Trade
e. When You Add Your Position (Position Size)
8. Trade Strategies & Entries
a. Strategies You Will Use
b. Signal That Makes You Prepare To Entry
c. Trigger (Confirmation) That Makes You Entry Market
9. Exit Strategies
a. When You Will Exit Early (Against Your Risk & Capital
Management)
b. When You Will Exit Your Half Positions
10. After The Market Close
a. What You Will Record Today
b. How You Evaluate Yourself & Your Trade Today
Cara membuat Trading Plan dari Wilcox sangatlah lengkap. Namun
pada akhirnya Trading Plan yang baik yaitu Trading Plan yang anda pahami
dengan baik dan anda mampu mengerjakannya. Oleh sebab itu, cara Wilcox
hanyalah sebagai gambaran lengkap saja. Anda sendirilah yang menentukan
akan memakainya atau tidak.
Make Your Own Trading Plan
Anda dapat bebas membuat Trading Plan anda sendiri. Paling tidak,
saya hanya memberikan beberapa bagian yang harus ada dalam Trading Plan
anda. Bagian itu yaitu :
1. Strategi – strategi yang anda gunakan
2. Sinyal anda untuk bersiap masuk pasar
3. Trigger (Konfirmasi) anda untuk masuk pasar
4. Sinyal anda untuk bersiap keluar pasar
5. Trigger (Konfirmasi) anda untu keluar pasar
6. Point & Titik Cut Loss
7. Point & Titik Taking Profit
Limit Order
Limit Order yaitu pemasangan order dimana harga harus
bergerak menyentuh titik Limit Order anda lalu bergerak ke arah yang sesuai
dengan Order anda. Dengan kata lain, Limit Order yaitu anda menunggu
harga bergerak melawan arah ekspektasi anda, sesudah sampai di titik Limit
Order, maka anda mendapat posisi. Limit Order terdiri dari Sell Limit dan Buy
Limit.
Anda memasang Buy Limit jika anda melihat trend pergerakan naik
namun anda memperkirakan harga akan turun terlebih dahulu sebelum
melanjutkan kenaikannya. Maka anda memasang Buy Limit dibawah harga
pasar. Sehingga saat harga turun dan menyentuh Buy Limit anda, anda
berharap harga akan segera berbalik dan melanjutkan trend naiknya.
Anda memasang Sell Limit jika anda melihat trend pergerakan turun
namun anda memperkirakan harga akan naik terlebih dahulu sebelum
melanjutkan penurunannnya. Maka anda memasang Sell Limit diatas harga
pasar. Sehingga saat harga naik dan menyentuh Sell Limit anda, anda
berharap harga akan segera berbalik dan melanjutkan trend turunnya.
Stop Order
Stop Order yaitu pemasangan order dimana anda berharap masuk
dan dapat mengikuti trend yang ada. Dengan kata lain, anda ingin masuk pasar
sambil mengikuti trend. Anda memastikan bahwa trend itu valid dan
akan terus berlanjut sehingga anda mengambil posisi sesuai trend namun
melebihi harga pasar.
Anda memasang Buy Stop jika anda yakin harga akan terus naik. Maka
anda memasang harga diatas harga pasar. Sehingga saat harga naik dan
menyentuh titik Buy Stop anda, harga masih melanjutkan kenaikannya hingga
titik tertentu.
Anda memasnag Sell Stop jika anda yakin harga akan terus turun. Maka
anda memasang harga dibawah harga pasar. Sehingga saat harga turun dan
menyentuh titik Sell Stop anda, harga masih melanjutkan penurunannya
hingga titik tertentu.
Trailing Stop
Anda telah mengalami Floating Profit atau keuntungan yang masih
belum anda realisasikan (belum anda Jual atau belum anda tutup) dan anda
masih yakin harga akan terus bergerak sesuai ekspektasi anda atau harga
belum menyentuh target (titik Taking Profit) anda, tidak ada yang melarang
anda untuk menahan terus posisi anda.
Namun bila ternyata harga berbalik arah dan sedikit demi sedikit
mengurangi Floating Profit anda, semua Trader Professional melarang anda
untuk membiarkan harga sampai membuat anda berbalik mengalami Floating
Loss.
“Never Turn A Winner Into A Loser” yaitu slogan yang tepat untuk
mengharuskan anda memasang Trailing Stop. Trailing Stop yaitu untuk
mengunci Profit anda. Sehingga saat anda sedang mengalami Floatin g Profit
dan ternyata harga berbalik arah, sebelum anda mengalami Floating Loss, anda
sudah harus menjual saham anda atau menutup posisi anda sehingga anda
tetap Profit walau tidak sebesar target anda.
Tidak ada (atau saya belum menemukannya) rumus baku dalam pasar
berjangka untuk Trailing Stop. Namun paling tidak untuk pasar Forex dan
Index, biasanya sistem online trading dari Broker anda mengharuskan minimal
15 – 30 point Trailing Stop. Artinya, Profit anda terkunci di tiap 15 – 30 point
Floating Profit. Jika anda mengalami Floating Profit sampai 50 point dan anda
memasang Trailing Stop sebesar 30 point, saat harga berbalik arah dan
Floating Profit anda berkurang sebesar 20 point, maka posisi anda otomatis
akan tertutup di Floating Profit 30 point. Jika anda mengalami Floating Profit
sampai 70 point (dengan Trailng Stop tetap 30 point), maka anda mengunci
Profit anda di 60 point.
Untuk Saham, jika anda memiliki beberapa lembar, anda dapat
menjual beberapa lembar saham agar dana pembelian anda tertutupi sehingga
lembar yang masih anda “Hold” yaitu lembar untuk menambah Profit anda.
Contohnya yaitu jika anda membeli saham Bumi (BUMI) sebanyak 5000
lembar di harga Rp 4.000, total dana pembelian anda yaitu sebanyak Rp
20.000.000, disebut juga Cost anda. Maka saat harga BUMI telah mencapai
Rp 8.000 per lembar (Floating Profit anda sebesar Rp 20.000.000), anda dapat
menjual setengah dari lembar yang anda miliki yaitu 2500 lembar. Sehingga
Cost anda tertutup, anda Break Even (impas) dan sisanya 2500 lembar lagi
menjadi penambah Profit anda. Cara ini disebut “Let Profit Run”
Cut Loss System
Ada beberapa cara dalam menerapkan Cut Loss System. Namun saya
memberikan contoh yang mudah dan cukup sering dipakai terutama dalam
Saham. Perhitungan ini yaitu khusus para Trader Saham sebab dalam
Saham, besar dana transaksi anda bergantung dengan lembaran saham yang
anda beli. Peraturan yang paling sering dipakai yaitu “2% Resiko per
transaksi dari total dana investasi anda”
Saya beri contoh sebagai berikut : Anda memiliki dana kelolaan sebesar
Rp 100.000.000. Kerugian yang siap anda alami yaitu 2% dari Rp 100.000.000
itu atau sekitar Rp 2.000.000. Dengan kata lain, jika anda membeli saham
Telkom (TLKM) sebanyak 1000 lembar diharga Rp 10.000, berarti dana yang
keluar untuk satu transaksi itu yaitu sebanyak Rp 10.000.000. Kerugian
maksimal yang dapat anda alami yaitu sebesar Rp 2.000.000. Sehingga jika
total dana anda berkurang (sebab harga saham TLKM turun) sebesar Rp
2.000.000, anda harus segera Cut Loss atau jual rugi. Berarti anda menjual (Cut
Loss) TLKM seharga Rp 8.000.000 / 1000 lembar = Rp 8.000 / lembar. Dengan
kata lain, jika harga TLKM turun dari Rp 10.000 / lembar menjadi Rp 8.000,
anda harus Cut Loss.
Dan jika total kerugian anda mencapai 6% dari total dana investasi
anda, Rp 6.000.000 dari Rp 100.000.000 diatas, anda harus berhenti Trading
dalam bulan dimana anda rugi sebesar itu, sekalipun saat itu masih di
seminggu pertama bulan itu .
Ada juga peraturan yang menyebutkan titik Cut Loss sebesar 8% dari
harga Beli. Seperti contoh, jika anda membeli diharga Rp 10.000, maka nilai
Cut Loss anda yaitu sebesar Rp 800, atau jika harga turun menjadi Rp 9.200,
maka anda harus Cut Loss. Namun untuk perhitungan demikian, perlu dilihat
dari posisi (jumlah lot yang anda beli) sedemikian sehingga kerugian 8% dari
harga beli, tetap tidak melebihi 2% dari total dana kelolaan anda. Maka yang
perlu diperhatikan dalam memakai rumus ini yaitu jumlah lot yang anda
beli atau biasa disebut Position Size anda. Perhatikan rumus berikut :
Risk (2%) from Capital x Capital
Position Size =
Entry Point – Exit Point (8% from Entry)
berdasar rumus itu , jika anda membeli di harga Rp 10.000
dan Cut Loss anda di harga Rp 9.200, maka total lembar yang boleh anda beli
(mengikuti rumus kerugian 2% dari total dana investasi) yaitu sebanyak 2500
lembar.
Untuk pasar Berjangka, baik itu Forex, Index atau Komoditi, sebab ada
yang disebut Transaction Margin atau biasa disebut Margin, maka rumus
Position Size diatas sulit untuk diikuti termasuk perhitungan 2% dari total dana
investasi ataupun 8% dana per transaksi.
Anda harus menentukan sendiri berapa kerugian yang dapat anda
hadapi per transaksi dan kerugian per transaksi terhadap total dana investasi
anda. Saya biasanya memakai nilai 30% untuk Cut Loss (untuk pasar
Berjangka, angka 30% Cut Loss per transaksi masih wajar) terhadap Margin.
Sebagai contoh saya ambil pasar Forex. Margin dalam Forex (yang
legal) yaitu sebesar Rp 6.000.000 untuk 1 lot. Dan biasanya, sistem Cut Loss
di broker umumnya yaitu 30 point. sebab 1 point (untuk perdagangan Forex
yang legal di Indonesia) yaitu Rp 60.000 ( 1 point = 1$ ; 1$ = Rp 6.000 dengan
Fixed Rate), maka anda Cut Loss sebesar 30 point x Rp 60.000 / per point = Rp
1.800.000 per transaksi (1 lot). Atau sebesar 30% dari Margin.
Anda dapat menerapkan sendiri berapa perhitungan Cut Loss jika anda
bertransaksi di pasar berjangka. Namun yang perlu diingat dalam menentukan
titik Cut Loss, di pasar manapun anda bertransaksi yaitu sebagai berikut :
1. Terapkan titik Cut Loss dimana dana anda (dan anda sendiri) tidak
bermasalah saat anda harus benar – benar Loss, maka pilihlah titik
Cut Loss yang anda SUKAI
2. Luangkan jarak Entry dengan titik Cut Loss agar harga dapat leluasa
bergerak berlawanan dengan ekspektasi anda tanpa harga perlu
menyentuh titik Cut Loss anda – sehingga anda tidak perlu terlalu
sering Cut Loss
3. Cut Loss yaitu pengaman anda, SELALU pasang Cut Loss tiap
transaksi
4. Cut Loss secepatnya saat harga menyentuh titik Cut Loss anda –
Disiplin !
5. Jangan melakukan transaksi untuk Cut Loss