Rabu, 12 Februari 2025

Published Februari 12, 2025 by

gas LPG



 Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengkaji apakah ada  

kecurangan dalam penyajian laporan keuangan perusahaan dengan 

memakai  tujuh financial shenanigans. Ruang lingkup dari penelitian ini adalah 

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. yang merupakan perseroan milik negara 

yang terdaftar pada indeks LQ45. Penelitian ini memakai  metode kualitatif dan 

memakai  teknik analisis data dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan 

periode 2016 sampai tahun 2020. Hasil penelitian ini adalah dari kelima periode 

laporan keuangan yang dianalisis memakai  tujuh financial shenanigans, tidak 

ditemukan adanya kecurangan yang memakai  financial shenanigans dalam 

penyajian laporan keuangan sehingga dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan PT 

Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. telah disajikan dengan wajar dan sesuai 

dengan standar pelaporan akuntansi di Indonesia.

Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk komunikasi antara perusahaan 

dengan pemangku kepentingan ,Hal ini memicu  laporan 

keuangan harus disajikan secara benar agar dapat dipakai  oleh pihak yang 

berkepentingan dalam mengambil keputusan. Akan tetapi, ditemukan beberapa faktor yang 

memicu seseorang untuk melakukan fraud yaitu fraud triangle. Fraud yang dilakukan 

memicu  laporan keuangan perusahaan tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang 

sesungguhnya sehingga memicu  laporan keuangan ini  menjadi tidak wajar.

Kasus fraud merupakan sebuah fenomena yang besar dan terus meningkat setiap 

tahunnya. PricewaterhouseCoopers (PwC) dalam Global Economic Crime Survey tahun 2020 

melaporkan bahwa 51% dari fraud yang teridentifikasi melebihi US$100,000 dan kerugian 

yang ditimbulkan selama 24 bulan terakhir melebihi US$42 billion ,

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), 

kasus fraud di kawasan Asia Pasifik tergolong cukup besar. Pada tahun 2018, penipuan 

laporan keuangan memicu  kerugian sebesar US$700,000 dan meningkat pada tahun 

2020 dengan kerugian sebesar US$3,000,000 . 

ada  banyak jenis fraud yang dilakukan oleh perusahaan. Salah satu fraud yang 

dilakukan adalah fraudulent statement yang merupakan upaya perusahaan untuk melaporkan 

laporan keuangan secara tidak benar. Jenis fraud ini  memiliki dampak yang paling 

signifikan diantara jenis fraud lainnya , Fraudulent statement 

memiliki tujuan yaitu pada umumnya adalah untuk melakukan manajemen laba dan teknik 

umum yang dipakai  oleh perusahaan dalam melakukan fraud ini  adalah melalui 

financial shenanigans. Financial shenanigans adalah segala bentuk tindakan yang bertujuan 

untuk memberikan gambaran mengenai laporan keuangan yang salah. Financial shenanigans

berkaitan erat dengan kecurangan laporan keuangan. Kecurangan laporan keuangan adalah 

kesalahan penyajian yang disengajakan dengan tujuan untuk menipu pengguna laporan 

keuangan, terutama investor. Financial shenanigans dapat diartikan juga sebagai perilaku 

atau tindakan-tindakan curang yang dipakai  oleh suatu perusahaan dalam melakukan 

kecurangan laporan keuangan ,

Metode yang sering dipakai  oleh seorang akuntan dalam tindakan kecurangannya 

yaitu dengan membuat jurnal entri yang palsu untuk menyembunyikan penyalahgunaan aset. 

Ketika fraudster berhasil dalam menggabungkan jurnal entri palsu di antara jurnal entri yang 

sebenarnya, auditor akan kesulitan dalam menemukan kecurangan. Hal ini mendorong 

kebutuhan dari auditor dan investigator mengenai suatu pedoman yang dapat dipakai  

untuk mendeteksi tindakan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan ,

Kasus fraud kerap ditemukan di Indonesia dan terkadang membawa kerugian yang 

signifikan bagi negara. Salah satu perusahaan yang terlibat dalam kasus fraud yaitu 

PT.Garuda Indonesia Tbk. Tepatnya pada bulan April 2019, PT Garuda Indonesia (Persero) 

Tbk. dituduh memanipulasi laporan keuangan tahun buku 2018 melalui pengungkapan pada 

laporan keuangan yaitu pendapatan sebesar USD809 juta, angka ini  melonjak jauh 

apabila dibanding laporan keuangan tahun buku 2017 yang mencatat kerugian USD216,58 

juta. Akibat adanya pelanggaran PT.Garuda Indonesia Tbk terhadap Standar Laporan 

Keuangan maka Kementerian Keuangan bertindak bersama-sama dengan Otoritas Jasa 

Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan sanksi kepada Garuda 

Indonesia dan konsultan akuntan publiknya (Lastanti, 2020). Selain itu, beberapa waktu lalu, 

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. terseret media dalam kasus sengketa pajak 

dengan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang terdiri dari 4 pokok sengketa. Sengketa ini  

membuat publik berasumsi bahwa PGAS telah melakukan fraud pada laporan keuangannya. 

Oleh karena itu, agar dapat meminimalisirkan kemungkinan terjadinya fraud dalam 

perusahaan, maka penelitian ini dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk 

mengetahui apakah perusahaan telah melakukan fraud dengan memakai  teknik financial 

shenanigans.

Kasus PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. sendiri sudah sejak lama mengalami 

persoalan pajak dengan Direktorat Jenderal Pajak (Hafiyyan, 2021). Yang terbaru pada bulan 

Januari tahun 2021, PGAS mengalami sengketa pajak lagi dengan Direktorat Jenderal Pajak 

(DJP). Berdasarkan berita yang dilancir CNBC Indonesia (Wareza, 2021), sengketa ini terjadi 

karena DJP menganggap penyerahan gas bumi yang dilakukan PGAS untuk periode tahun

2014-2017 merupakan objek pajak, sedangkan perusahaan menanggap transaksi yang 

terjadi bukan merupakan objek pajak. Kasus pajak ini sendiri bernilai Rp 6,88 triliun. Kasus ini 

sendiri melatarbelakangi Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. dipakai  sebagai objek 

dari penelitian ini.

Financial Statement Fraud

Financial statement fraud adalah sebuah kecurangan yang dilakukan dengan 

menyajikan laporan keuangan yang tidak menyajikan keadaan perusahaan yang 

sesungguhnya sehingga dapat memberikan gambaran yang salah kepada pembaca laporan 

terhadap kinerja perusahaan. Kecurangan pada laporan keuangan dapat dilakukan dengan 

menaikkan nilai aset, pendapatan dan keuntungan secara berlebihan serta menurunkan nilai 

liabilitas, biaya dan kerugian secara berlebihan. Kecurangan pada laporan keuangan pada 

umumnya dilakukan dengan tujuan untuk menarik perhatian para investor untuk 

menginvestasi pada perusahaan, mengeliminasikan persepsi buruk perusahaan pada pasar, 

memperoleh harga jual akuisisi yang lebih tinggi, mencapai tujuan dari perusahaan dan untuk 

memperoleh insentif yang berhubungan dengan kinerja perusahaan (Noble, 2019). Beberapa 

penelitian terdahulu menganalisis ada atau tidaknya tindakan fraud memakai  teori fraud 

triangle maupun fraud pentagon . Pada penelitian ini, analisis yang dipakai  adalah dengan memakai  

tujuh teknik financial shenanigans yang dikembangkan oleh Howard Mark Schilit dalam 

bukunya berjudul “How to Detect Accounting Gimmicks & Fraud in Financial Reports”.

Financial shenanigans

Financial shenanigans adalah segala bentuk tindakan yang bertujuan untuk 

memberikan gambaran mengenai laporan keuangan yang salah. Financial shenanigans

berkaitan erat dengan kecurangan laporan keuangan. Financial shenanigans dapat diartikan 

juga sebagai perilaku atau tindakan-tindakan curang yang dipakai  oleh suatu perusahaan 

dalam melakukan kecurangan laporan keuangan 

Financial shenanigans yang dipakai  oleh perusahaan dalam melakukan fraud

dibagi menjadi tujuh kelompok besar yaitu: pencatatan pendapatan yang terlalu cepat atau 

dengan nominal yang diragukan; pencatatan pendapatan yang fiktif; peningkatan laba dengan 

memakai  keuntungan yang diperoleh dari transaksi one-time; pemindahan biaya periode 

sekarang pada periode sebelum atau sesudahnya; tidak atau kurangnya pencatatan liabilitas 

perusahaan; pemindahan pendapatan periode sekarang pada periode yang akan datang; 

pemindahan biaya periode yang akan datang pada periode sekarang dengan memakai  

special charge. Tujuh kelompok besar financial shenanigans ini  terbagi menjadi 

beberapa teknik khusus yang menjelaskan bagaimana perusahaan dapat melakukan 

kecurangan dalam penyajian laporan keuangan.

Financial shenanigans no.1 yaitu mengenai pencatatan dan pengakuan perusahaan. 

(Perler & Engelhart, 1993). Shenanigans ini dapat dilakukan dengan 6 teknik yang dapat 

dibagikan menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama adalah mencatat pendapatan terlalu cepat, 

yaitu seperti mencatat pendapatan dari masa yang akan datang ketika produk/jasa belum 

disediakan, mencatat pendapatan sebelum pengiriman atau diterima pelanggan, dan 

pencatatan pendapatan yang dimana pelanggan tidak berkewajiban untuk membayar. 

Kelompok kedua adalah pencatatan pendapatan yang mencurigakan seperti penjualan 

kepada pihak berrelasi, memberikan sesuatu kepada pelanggan yang bernilai sama (quid pro 

quo), dan menaikkan pendapatan secara sengaja .

Financial shenanigans no.2 yaitu mengenai pencatatan pendapatan yang fiktif. 

Shenanigans ini dapat dilakukan dengan 5 teknik yaitu mencatatkan pendapatan yang tidak 

memiliki substansi ekonomi, pencatatan kas yang diperoleh dari pinjaman bank sebagai 

pendapatan, pencatatan atas keuntungan yang berasal dari investasi atau penjualan aset 

tetap, pencatatan diskon atau retur pembelian sebagai pendapatan perusahaan, dan 

menahan pendapatan perusahaan target untuk meningkatkan pendapatan perusahaan 

setelah merger (Schilit, 2010).

Financial shenanigans no.3 yaitu mengenai peningkatan laba dengan memakai  

transaksi one-time. Shenanigans ini dapat dilakukan dengan 4 teknik yaitu meningkatkan 

keuntungan perusahaan dengan menjual aset yang dihargai dengan harga di atas nilai 

bukunya untuk memperoleh keuntungan yang besar ketika menjualnya, mengakui laba dari 

keuntungan investasi sebagai pendapatan operasional, mencatat keuntungan investasi 

sebagai pengurangan biaya operasional, mereklasifikasi akun laporan posisi keuangan 

Financial shenanigans no.4 yaitu mengenai pemindahan biaya periode sekarang pada 

periode sebelum atau sesudahnya. Shenanigans ini dapat dilakukan dengan 5 teknik yaitu 

mengkapitalisasi biaya operasi, mengalihkan beban saat ini ke periode sebelumnya dengan 

mengubah kebijakan akuntansi, meningkatkan umur aset untuk mengurangi beban depresiasi 

atau amortisasi pada tahun berjalan, tidak mencatat pencadangan penurunan nilai aset, dan 

mengurangi pencadangan penurunan nilai aset ,

Financial shenanigans no.5 yaitu mengenai tidak atau kurangnya pencatatan liabilitas 

perusahaan. Shenanigans ini dapat dilakukan dengan 5 teknik yaitu tidak mencatat biaya atau 

liabilitas ketika ada  obligasi yang masih harus dipenuhi sehingga dapat meningkatkan 

laba periode tahun yang berjalan, teknik yang berhubungan dengan fleksibilitas yang dimiliki 

manajemen dalam hal memilih kebijakan dan estimasi akuntansi yaitu untuk pencatatan 

imbalan pensiun atau sewa, melepaskan cadangan biaya khusus untuk meningkatkan 

pendapatan di periode berikutnya, membuat potongan harga fiktif, mencatat pendapatan pada 

saat kas diterima meskipun masih ada  kewajiban di masa depan. Penerimaan 

pendapatan yang masih memiliki obligasi yang harus dipenuhi dicatat oleh perusahaan 

sebagai pendapatan di terima dimuka yang merupakan kewajiban perusahaan ,

Financial shenanigans no.6 yaitu mengenai pemindahan pendapatan periode 

sekarang pada periode yang akan datang yang umumnya dipakai  untuk memanajemen 

laba. Shenanigans ini dapat dilakukan dengan 2 teknik yaitu membentuk cadangan pada 

periode perusahaan yang memiliki operasional yang baik untuk membantu dalam 

menetapkan nominal laba dan kemudian melepaskan cadangan ini  pada periode 

perusahaan memiliki operasional yang kurang baik dengan tujuan untuk memberikan 

gambaran bahwa perusahaan memperoleh laba. Perusahaan dapat mengunakan teknik yaitu 

pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan target akan ditahan sebelum proses akuisisi siap 

dilakukan, sehingga hal ini memicu  pendapatan yang dilaporkan perusahaan setelah 

akuisisi akan meningkat sebab perusahaan yang mengakuisisi akan mencatat pendapatan 

yang ditahan ini  pada periode tahun akuisisi perusahaan target ini  (Schilit, 2010).

Financial shenanigans no.7 yaitu mengenai pemindahan biaya periode yang akan 

datang pada periode sekarang dengan memakai  special charge. Shenanigans ini 

umumnya dilakukan oleh perusahaan yang mengalami masalah going-concern. Shenanigans 

ini dapat dilakukan dengan 3 teknik yaitu meningkatkan one-time charge, meningkatkan 

beban untuk penelitian dan pengembangan, dan mengakui beban yang akan memberikan 

manfaat ekonomis bagi perusahaan. Pengakuan biaya yang dipercepat ini bertujuan untuk 

mempercantik laporan pada periode selanjutnya, sehingga perusahaan seakan-akan memiliki 

laba yang tinggi walaupun sebenarnya perusahaan mengalami kerugian apabila 

mengikutsertakan biaya-biaya yang timbul di periode ini  .

Pendekatan yang dipakai  dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. data kualitatif merupakan data yang tidak berupa angka atau 

bilangan melainkan berbentuk kata, kalimat, atau gambar. 

Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan yang 

dipublikasikan oleh PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. atau disingkat PGAS dengan 

periode penelitian tahun 2016 hingga 2020. Perbandingan dilakukan untuk menunjang 

analisis agar dapat menarik sebuah kesimpulan.

Data yang dipakai  dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data yang 

tidak didapatkan langsung dari sumbernya. Data sekunder ini  diperoleh melalui laporan 

keuangan yang dipublikasikan oleh PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. pada situs 

resmi perusahaan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan library research method yaitu 

melalui berbagai sumber kepustakaan seperti jurnal, buku, dan laporan keuangan 

perusahaan.

Penelitian ini memanfaatkan metode penulisan yang bersifat deskriptif kualitatif 

sehingga dalam melakukan sebuah analisis kualitatif, peneliti memakai  teknik berupa 

analisis konten (content analysis). Analisis konten dapat diartikan sebagai penelitian yang 

bersifat deskripsi dengan cara menjelaskan sebuah isi informasi secara mendalam yang 

dimana informasi ini  dapat diperoleh dari berbagai sumber konten media yang nantinya 

bertujuan sebagai referensi ataupun pendukung dalam pelaksanaan penelitian ini .

Berdasarkan laporan keuangan PGAS untuk tahun 2016-2020, perusahaan mengakui 

pendapatan dan penjualan berdasarkan tiga kondisi. Ketiga kondisi yang perlu dipenuhi 

ini  antara lain jumlah pendapatan dapat dihitung dengan andal, ada  keuntungan 

ekonomi yang memungkinkan untuk diteruskan pada perusahaan, dan biaya yang akan dan

telah dikeluarkan bersamaan dengan proses penjualan harus dihitung secara akurat. Namun 

sejak 1 Januari 2020, perusahaan menerapkan PSAK No. 72 dalam pengakuan 

pendapatannya. Berdasarkan PSAK itu pula, perusahaan mengakui pendapatannya ketika 

barang atau jasa yang dijanjikan ke pelanggan telah dipenuhi yaitu memakai  metode fob 

shipping point.

Perusahaan ini memiliki transaksi penjualan yang dilakukan kepada entitas berelasi 

yaitu PLN dengan nilai mencapai 27,13% dari jumlah pendapatan neto pada tahun 2020. 

Angka ini dinilai meningkat dari 21,19% pada tahun 2016. Pada tahun 2020 sendiri nilai 

piutang usaha perusahaan sebesar 46,45% merupakan piutang terhadap pihak berelasi. Nilai 

ini terbilang cukup besar namun wajar karena sebagian besar pihak berelasi ini  adalah 

PLN dan Pertamina yang memang dalam proses produksi masing-masing perusahaan 

ini  membutuhkan pasokan gas yang besar.

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. belum pernah tercatat melakukan 

transaksi berupa pemberian sesuatu yang bernilai sama sebagai pengganti kepada 

pelanggannya. Selama periode tahun 2016-2020, pendapatan perusahaan cenderung tidak 

begitu stabil. Pada tahun 2017 dimana terjadi kenaikan sebesar 21,66%. Namun kenaikan ini 

disebabkan oleh akuisisi yang dilakukan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. terhadap 

Pertagas (Pertamina) dan SESL. Di tahun 2020 sendiri terjadi penurunan sekitar 25,03% dan 

angka ini dinilai wajar karena adanya pandemi COVID-19 pada tahun ini  yang 

memicu  ekonomi menurun. Penutupan perusahaan-perusahaan yang ada berdampak 

secara langsung maupun tidak langsung terhadap PGAS. Banyaknya perusahaan yang tutup

atau bangkrut, atau pemberlakuan work from home memicu  pemakaian listrik industri 

menurun sehingga berdampak juga pada pemasokan gas kepada tenaga-tenaga pembangkit 

listrik di Indonesia.

Hasil analisis financial shenanigans no.1 pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) 

Tbk. menyatakan bahwa tidak ada  praktik kecurangan yang berhubungan dengan 

financial shenanigan no. 1. Hal ini menyatakan bahwa PT Perusahaan Gas Negara (Persero) 

Tbk dalam melakukan pencatatan dan pengakuan terhadap pendapatan perusahaan telah 

dilakukan sesuai dengan standar dan wajar.

Teknik pertama yaitu mencatatkan pendapatan dari transaksi yang tidak memiliki 

substansi ekonomi. Pada laporan tahunan dan catatan keuangan laporan perusahaan 

disebutkan bahwa pada umumnya PGAS akan membentuk kontrak perjanjian dengan 

pelanggan dan pemasok. Berdasarkan dengan pengungkapan yang dilakukan perusahaan 

maka dapat dinyatakan tidak ada  kontrak sampingan selain kontrak perjanjian yang telah 

disetujui dan sah. Peningkatan pendapatan yang juga disebabkan ada nya regulasi baru 

yang mengatur industri, peningkatan permintaan volume gas dan distribusi yang dilakukan 

perusahaan atau kegiatan akuisisi Pertagas yang dilakukan oleh perusahaan pada akhir 

tahun 2018. Proporsi antara piutang usaha dengan pendapatan umumnya berbanding lurus, 

namun untuk tahun 2020 memicu  proporsi piutang dan pendapatan untuk meningkat 

drastis yang dapat disebabkan oleh Covid-19 yang memicu  dampak pada 

perekonomian Indonesia dan beberapa industri. Namun dalam hal ini masih dapat dikatakan 

wajar sebab kenaikan proporsi dari piutang untuk setiap peningkatan dan penurunannya 

masih hanya mengalami perbedaan 1-3% per tahunnya. Kenaikan 4% pada perbandingan 

piutang/pendapatan tahun 2017 terjadi akibat dari penyajian kembali laporan keuangan 

perusahaan sebagai akibat dari akuisisi Pertagas

Teknik kedua yaitu pencatatan kas dari kegiatan pendanaan yaitu pinjaman bank 

dalam pendapatan. Perusahaan dalam hal ini mengakui pinjaman bank yang dilakukan 

sebagai liabilitas perusahaan dan diklasifikasikan pinjaman bank ini  sesuai jangka

waktunya, serta transaksi perusahaan yang berkaitan dengan pinjaman bank ini  telah 

benar dicatat baik ketika penerimaan pinjaman atau pada saat pelunasan pinjaman. Hal ini 

menyatakan bahwa pengklasifikasian liabilitas dan pendapatan telah benar dilakukan.

Teknik ketiga yaitu pencatatan keuntungan dari penjualan aset atau investasi dalam 

pendapatan. PGAS mengakui penjualan aset tetap ini  pada laporan laba rugi 

perusahaan dan perusahaan tidak melakukan penjualan aset untuk tahun 2016-2020 

sehingga tidak memunculkan keuntungan atau kerugian dari transaksi ini . Keuntungan 

yang diperoleh dari kegiatan aset kerja sama operasi diakui sebagai pendapatan diterima 

dimuka yang kemudian akan diakui sesuai dengan periode kerjasama operasi. Entitas ventura 

bersama perusahaan dicatat dengan memakai  metode ekuitas sehingga keuntungan 

dan kerugian dari ventura ini  dicatat pada laporan laba rugi perusahaan sesuai dengan 

persentase kepemilikan perusahaan pada entitas ini  pada akun yang terpisah yaitu 

bagian laba atau rugi dari ventura bersama. Sehingga dalam hal ini menyatakan bahwa 

pencatatan keuntungan dari investasi yang dilakukan perusahaan telah benar dilakukan dan 

tidak memicu  salah pencatatan pada pendapatan.

Teknik keempat yaitu pencatatan diskon atau retur pembelian menjadi pendapatan 

perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan tidak memiliki diskon atau retur pembelian yang dapat 

dipakai  oleh perusahaan dalam melakukan fraud ini . Peningkatan permintaan produk 

perusahaan memicu  perusahaan untuk harus menyuplai produk ini  sehingga 

pembelian yang dilakukan perusahaan akan semakin meningkat. Jika dilihat dari 

perbandingan rasio beban pokok pendapatan dan pendapatan, maka dapat dinyatakan 

bahwa masih wajar, yang disebabkan rasio untuk kelima tahunnya berada di kisaran 66-70% 

serta untuk setiap tahunnya tidak ada  perubahan yang signifikan pada rasio ini . 

Selain itu dapat dilihat bahwa kenaikan atau penurunan rasio ini  juga memiliki hubungan 

yang berbanding terbalik dengan persediaan akhir perusahaan. Hal ini dapat dikatakan wajar 

sebab jika pembelian yang dilakukan sesuai dengan kontrak dengan volume yang tetap maka 

jika beban pokok penjualan turun akan memicu  persediaan akhir untuk meningkat dan 

begitu juga sebaliknya.

Teknik kelima yaitu menahan pendapatan dari perusahaan target untuk meningkatkan 

pendapatan perusahaan setelah merger telah selesai dilakukan. Dalam hal ini, perusahaan 

tidak melakukan merger dengan perusahaan apapun sehingga memicu  perusahaan 

untuk tidak dapat melakukan fraud melalui teknik ini.

Hasil analisis financial shenanigans no.2 pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) 

Tbk. menyatakan bahwa tidak ada  praktik kecurangan yang berhubungan dengan 

financial shenanigan no. 2. Hal ini menyatakan bahwa PT Perusahaan Gas Negara (Persero) 

Tbk tidak melakukan pencatatan pendapatan yang fiktif sehingga laporan keuangan telah 

disajikan sesuai dengan standar dan wajar

Teknik pertama yaitu meningkatkan keuntungan perusahaan dengan menjual aset 

yang dihargai dengan harga di atas nilai bukunya untuk memperoleh keuntungan yang besar 

ketika menjualnya. Dalam laporan keuangan tahun 2016-2020 yang dipublikasikan oleh PT. 

Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., terlihat bahwa untuk nilai persediaan yang dicatat 

dalam neraca meskipun nilai nya fluktuatif namun dari segi persentase tingkat peningkatan 

maupun penurunan nya tidak mengalami perubahan yang signifikan pula. Dari catatan atas 

laporan keuangan yang dipublikasikan, disana tertulis bahwa biaya perolehan ditentukan 

dengan metode rata-rata bergerak serta pencatatan persediaan telah sesuai dengan standar 

akuntansi umum yang berlaku. Selain itu, dalam catatan laporan keuangan dinyatakan juga 

bahwa PGAS menerapkan metode akuisisi untuk mencatat kombinasi bisnis. Imbalan yang 

dialihkan untuk akuisisi suatu entitas anak adalah sebesar nilai wajar aset yang dialihkan, 

liabilitas yang diakui terhadap pemilik pihak yang diakusisi sebelumnya dan kepentingan 

ekuitas yang diterbitkan oleh perusahaan

Teknik kedua yaitu mengakui laba dari keuntungan investasi sebagai pendapatan 

operasional. Ditinjau dari catatan atas laporan keuangan, perincian dalam atas pendapatan 

perusahaan terdiri dari kegiatan distribusi gas bumi, jasa transmisi minyak dan gas bumi, 

penjualan minyak mentah, gas bumi, LPG, LNG, dan jasa lainnya yang dimana telah sesuai 

dengan segmen usaha yang dimiliki dan tidak ada pendapatan non operasional yang 

digabungkan kedalam pendapatan ini .

Teknik ketiga yaitu mencatat keuntungan investasi sebagai pengurangan biaya 

operasional. Berdasarkan tabel perhitungan diatas, terlihat ada  perubahan persentase 

yang cukup signifikan dari tahun 2016 menuju ke tahun 2017 yaitu sebesar 50,57%. Hal ini 

disebabkan dikarenakan adanya akuisisi pada perusahaan Pertagas, namun bila merujuk 

catatan atas laporan keuangan, secara terperinci dalam akun biaya operasional telah diakui 

biaya-biaya yang sesuai dengan standar akuntasi yang dimana merupakan biaya yang 

dikeluarkan secara operasional untuk mendapatkan pendapatan utama perusahaan. 

Dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan gas negara, dinyatakan bahwa 

aset eksplorasi dan evaluasi yang ditangguhkan terdiri dari biaya-biaya yang terjadi setelah 

izin ekplorasi diperoleh dan sebelum dimulainya pengembangan lapangan minyak dan gas 

bumi antara lain mencakup akumulasi biaya yang terkait dengan penyelidikan umum, 

administrasi dan perizinan, geologi, dan geofisika. Aset eksplorasi dan evaluasi dinilai untuk 

penurunannya pada saat bukti dan keadaan yang menunjukkan bahwa nilai tercatat aset 

ini  mungkin melebihi jumlah yang dapat dipulihkan. Aset eksplorasi dan evaluasi 

direklasifikasi ke properti minyak dan gas pada saat kelayakan teknis dan komersialitas dari 

minyak dan gas yang diekstraksi ini  dapat dibuktikan.

Hasil analisis financial shenanigans no.3 pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) 

Tbk. menyatakan bahwa tidak ada  praktik kecurangan yang berhubungan dengan 

financial shenanigan no. 3. Hal ini menyatakan bahwa PT Perusahaan Gas Negara (Persero) 

Tbk tidak melakukan peningkatan laba dengan memakai  transaksi one-time sehingga 

laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan standar dan wajar.

Financial shenanigans no.4

Teknik pertama adalah mengkapitalisasi biaya operasi yang memberikan manfaat 

jangka pendek dan mengalihkan biaya ini  ke periode mendatang. Biaya yang paling 

sering dikapitalisasi yaitu biaya pemasaran, biaya bunga, biaya pengembangan perangkat 

lunak, dan biaya perbaikan dan pemeliharaan. Biaya-biaya ini  biasanya langsung 

dibebankan pada periode berjalan. Akan tetapi, sering ditemukan perusahaan yang 

mengkapitalisasi biaya ini  sebagai aset sehingga angka yang disajikan pada laporan 

keuangan menjadi tidak wajar

Pada laporan keuangan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atau PGAS 

periode 2016 hingga 2020, tidak ditemukan pengkapitalisasian biaya perbaikan dan 

pemeliharaan. Hal ini dapat dilihat dari penurunan biaya setiap tahunnya, terkecuali di tahun 

2017. Akan tetapi, kenaikan biaya di tahun 2017 tidak menimbulkan kecurigaan karena 

apabila biaya ini  dikapitalisasi, aset tetap pada tahun 2017 akan meningkat. Dari data 

di atas, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan pada jumlah aset tetap di tahun 2017.

Kecurangan yang dilakukan pada teknik pertama memungkinkan perusahaan untuk 

mengalihkan biaya ke periode mendatang. Teknik kedua dipakai  manajemen perusahaan 

untuk menghilangkan biaya ini  dari laporan keuangan. Dengan mengubah kebijakan 

akuntansi, biaya yang timbul di periode berjalan dibebankan pada periode sebelumnya, 

sehingga laba perusahaan pada periode berjalan meningkat. Penyajian laporan keuangan 

PGAS telah disusun sesuai Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Perubahan pada 

PSAK telah diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan dan telah dibuat penyesuaian 

berdasarkan ketentuan PSAK.

Pada teknik ketiga, perusahaan dapat meningkatkan pendapatan dengan 

memperpanjang umur suatu aset, sehingga biaya depresiasi atau amortisasi yang diakui 

semakin sedikit. Semakin lama umur suatu aset, semakin lama pula aset ini  akan 

disajikan pada laporan posisi keuangan yang memicu  aset perusahaan 

menggelembung. Selain itu, biaya depresiasi atau amortisasi yang rendah dapat menaikkan 

laba perusahaan.

Dari tahun 2016 hingga 2018, PGAS memakai  metode garis lurus untuk 

penyusutan bangunan dan prasarana dan metode saldo menurun ganda untuk seluruh aset 

tetap lainnya. Pada tahun 2019, tepatnya sejak 1 Januari 2019, PGAS mengubah seluruh 

metode penyusutan menjadi garis lurus. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan bisnis 

dan reviu manajemen atas pola konsumsi manfaat ekonomi aset tetap di industri infrastruktur 

gas bumi. Perubahan ini berlaku secara prospektif, yang berarti hanya akan berakibat pada 

laba rugi periode berjalan dan periode mendatang. Berikut merupakan estimasi umur manfaat 

aset tetap:

Perubahan pada metode penyusutan berdampak pada penurunan biaya depresiasi 

dari USD227.067.395 pada tahun 2018 menjadi USD191.910.720 pada tahun 2019 atau

penurunan sebesar USD14.138.537. Penurunan ini  tidak mengindikasikan adanya 

praktik kecurangan karena laba operasi perusahaan pada tahun 2019 mengalami penurunan 

sebesar 18.64%.

Teknik keempat yaitu tidak mengakui biaya penurunan nilai pada aset. Suatu aset 

dikatakan overvalued ketika nilai buku lebih besar dari nilai wajarnya. Aset tertentu seperti 

persediaan dan piutang usaha sering mengalami overvalued ketika perusahaan tidak 

mencadangkan nilai penurunannya. Hal ini  memicu  laba perusahaan meningkat.

Penerapan teknik kelima tidak berbeda jauh dengan teknik keempat, yaitu dipakai  

untuk mengurangi nilai pencadangan aset. Pencadangan nilai penurunan biasanya ditemukan 

pada akun persediaan, piutang usaha, aset tetap, dan goodwill. Pengurangan pencadangan 

dilakukan agar biaya semakin kecil dan laba perusahaan semakin besar.

Pada setiap akhir periode pelaporan, PGAS akan menilai apakah terjadi penurunan 

nilai pada aset keuangannya, salah satunya adalah piutang usaha. Apabila ada  bukti 

objektif bahwa PGAS tidak dapat menagih utang ini , maka jumlah nilai terutang akan 

disisihkan atau dihapus langsung dan dibebankan pada laba rugi. Sama halnya dengan 

piutang, penyisihan atas persediaan yang telah usang akan dilakukan berdasarkan bukti 

objektif atas dasar hasil pemeriksaan secara berkala terhadap kondisi persediaan. Berikut 

merupakan rincian biaya cadangan kerugian penurunan nilai:

Pada tahun 2020, biaya cadangan kerugian penurunan nilai menurun sebesar 

93.55%. Penurunan drastis ini  dikarenakan adanya pemulihan nilai cadangan.

Hasil analisis financial shenanigans no.4 pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) 

Tbk. menyatakan bahwa tidak ada  praktik kecurangan yang berhubungan dengan 

financial shenanigan no. 4. Hal ini menyatakan bahwa PT Perusahaan Gas Negara (Persero) 

Tbk tidak melakukan pemindahan biaya periode sekarang pada periode sebelum atau 

sesudahnya sehingga laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan standar dan wajar.

Financial shenanigans no.5

Dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan gas negara, telah mengakui biaya 

dan kewajiban terkait sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku yang dimana PT. PGAS 

memakai  standar PSAK 57 sebagai pedoman dalam mengklarifikasi akuntansi liabilitas 

untuk membayar pungutan.

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. dalam catatan atas laporan keuangan 

disebutkan bahwa perusahaan dalam melakukan estimasi dan pertimbangan selalu dievaluasi 

berdasarkan pengalaman historis dan faktor-faktor lain, termasuk ekspektasi peristiwa masa 

depan yang diyakini wajar berdasarkan kondisi yang ada. Kemudian, perusahaan gas negara 

juga selalu membuat estimasi dan asumsi mengenai masa depan. Estimasi akuntansi yang 

dihasilkan, menurut definisi, akan jarang sekali sama dengan hasil aktualnya. Oleh karena itu, 

estimasi dan asumsi yang secara signifikan berisiko memicu  penyesuaian material 

akan selalu dilaporkan melalui catatan atas laporan keuangan ini.

Dalam catatan laporan keuangan PGAS, menyebutkan bahwa setiap estimasi 

cadangan dan faktor penilaian cadangan telah dilaporkan secara keseluruhan dalam catatan 

atas laporan keuangan. Contohnya, nilai tercatat untuk deplesi, penyusutan dan untuk 

amortisasi beserta pemulihan nilai tercatat properti minyak dan gas, yang dipakai  untuk 

memproduksi minyak dan gas tergantung pada estimasi cadangan minyak dan gas. Faktor 

utama yang mempengaruhi estimasi ini  adalah penilaian teknis atas kuantitas produksi 

cadangan minyak dan gas yang ada dan kendala ekonomis seperti ketersediaan pasar

komersial atas produksi minyak dan gas bumi maupun asumsi yang terkait dengan antisipasi 

harga komoditas dan biaya pengembangan dan produksi cadangan ini . Selain itu, 

PGAS juga menerapkan cadangan kerugian ekspektasian seumur hidup untuk seluruh 

piutang usaha. Untuk mengukur kerugian kredit ekspektasian, piutang usaha telah 

dikelompokkan berdasarkan karakteristik risiko kredit dan waktu jatuh tempo yang serupa.

Teknik keempat yaitu membuat potongan harga fiktif. Dalam tabel diatas, terlihat 

bahwa bahwa ada  peningkatan beban pokok pendapatan pada tahun 2017 yang dimana 

disebabkan hasil konsolidasi dengan Pertagas. Sedangkan, di tahun 2020 mengalami 

penurunan beban pokok pendapatan sebesar -22,51% dari tahun 2019. Hal ini disebabkan 

karena adanya pandemi COVID-19 sehingga memicu  penjualan yang turun serta beban 

pokok pendapatan juga ikut menurun. Secara keseluruhan, perubahan persentase ini  

meskipun fluktuatif tapi masih dapat dikatakan wajar karena ada sebab dibalik peningkatan 

maupun penurunan itu. Merujuk dalam catatan atas laporan keuangan, tidak adanya 

disebutkan adanya potongan pembelian. Oleh karena itu, hanya bisa menilai dari beban pokok 

pendapatan.

Teknik kelima yaitu mencatat pendapatan pada saat kas diterima meskipun masih 

ada  kewajiban di masa depan. Dari tabel diatas, terlihat bahwa PGAS juga telah 

mengakui pendapatan diterima dimuka sesuai standar akuntansi yang berlaku. Dalam catatan 

atas laporan keuangan, diungkapkan bahwa PGAS memiliki aset kerjasama operasi yang 

dimana merupakan tanah Perusahaan yang dipakai  untuk menyelenggarakan kegiatan 

kerjasama operasi. Bangunan kantor yang diperoleh sebagai kompensasi dalam kerjasama 

operasi dan pendapatan diterima di muka terkait diakui pada saat aset ini  selesai 

dikerjakan dan siap dipakai  sesuai dengan tujuannya. Pendapatan diterima di muka diakui 

selama periode kerjasama operasi. 

Berdasarkan analisis financial shenanigan no. 5 ini juga tidak ditemukan adanya 

tindakan yang dilakukan perusahaan untuk berusaha menyembunyikan pengeluaran pajak 

atas transaksi gas bumi. Berdasarkan laporan keuangan PT Perusahaan Gas Negara 

(Persero) Tbk., perusahaan telah membayar kewajiban pajak mereka yang semestinya. 

Namun kasus ini  terjadi tidak lain karena DJP yang menyatakan penyerahan gas bumi 

yang dilakukan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. merupakan objek pajak ketika 

perusahaan optimis transaksi ini  sudah diakui sebagai objek tidak kena pajak oleh 

Kemenkeu.

Hasil analisis financial shenanigans no.5 pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) 

Tbk. menyatakan bahwa tidak ada  praktik kecurangan yang berhubungan dengan 

financial shenanigan no. 5. Hal ini menyatakan bahwa PT Perusahaan Gas Negara (Persero) 

dalam melakukan pencatatan liabilitas perusahaan telah sesuai dengan standar dan wajar.

Teknik pertama yaitu membentuk cadangan dari laba yang diperoleh dari pendapatan 

untuk dapat dipakai  oleh perusahaan untuk meningkatkan performa perusahaan disaat 

keadaan yang tidak baik. Cadangan yang dibentuk oleh PGAS pada umumnya adalah untuk 

mencatat estimasi cadangan atas deplesi, penyusutan dan amortisasi serta pemulihan atau 

penurunan nilai aset minyak dan gas dalam memproduksi produk ini . Perusahaan akan 

melakukan impairment test setiap tahun, dan hal ini memicu  peningkatan atau 

penurunan pada provisi penurunan nilai ini . Pada tahun 2018, perusahaan melakukan 

restrukturisasi dengan tujuan untuk meningkatkan kegiatan operasional perusahaan agar 

lebih efektif dan efisien sehingga dibentuk unit bisnis produk perusahaan serta dilakukan 

untuk menyesuaikan regulasi baru yang telah dibentuk. Hal ini memicu  perusahaan 

untuk lebih efisien sebab ada  peningkatan pada pendapatan yang disebabkan oleh 

meningkatnya permintaan produk. Pendapatan dimuka yang diterima oleh perusahaan juga 

relatif stabil sehingga dapat menyatakan bahwa perusahaan tidak memakai  pendapatan 

dimuka yang merupakan liabilitas dalam membantu meningkatkan laba, sebab setiap tahun 

ada  nominal pendapatan dimuka yang relatif stabil sehingga dapat dinyatakan bahwa 

perusahaan tidak melakukan teknik ini.

Teknik kedua adalah pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan target akan ditahan 

sebelum proses akuisisi siap dilakukan dan pencatatan pendapatan ini  dilakukan 

sesudah merger selesai dilakukan. Perusahaan melakukan akuisisi Pertagas pada tahun 

2018 dan memiliki kepemilikan saham 51%, sehingga memicu  perusahaan untuk 

melakukan konsolidasi. Hal ini memicu  perusahaan untuk menyajikan kembali laporan 

keuangan tahun 2017. Perusahaan yang menjadi target yaitu Pertagas tidak memiliki 

perubahan yang signifikan pada pendapatan yang disajikan pada tahun akuisisi dengan tahun 

sebelumnya sehingga dapat menyatakan bahwa perusahaan yang mengakuisisi tidak 

menginstruksikan perusahaan target untuk menahan pendapatan atau laba. Akusisi yang 

dilakukan PGAS adalah untuk mencapai efisiensi dalam hal biaya serta membantu 

perusahaan untuk menjadi perusahaan penyedia energi yang terintegrasi melalui produk dan 

servis yang berhubungan dengan gas. Akuisisi ini  dilakukan setelah melihat prospek 

dari Pertagas yang baik dan dilakukan dengan tujuan untuk membantu PGAS dalam 

mencapai integrasi nasional dalam mengekspansi infrastruktur gas dan bisnisnya.

Hasil analisis financial shenanigans no.6 pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) 

Tbk. menyatakan bahwa tidak ada  praktik kecurangan yang berhubungan dengan 

financial shenanigan no. 6. Hal ini menyatakan bahwa PT Perusahaan Gas Negara (Persero) 

Tbk tidak melakukan pemindahan pendapatan periode sekarang pada periode yang akan

datang yang umumnya dipakai  untuk memanajemen laba sehingga laporan keuangan 

telah disajikan sesuai dengan standar dan wajar.

Financial shenanigans no.7

Teknik pertama yaitu menggelembungkan one-time charge. One-time charge disebut 

juga sebagai nonrecurring charge atau biaya yang hanya muncul sekali yang kemungkinan 

besar biaya ini  tidak akan muncul lagi di kemudian hari, contohnya biaya konsolidasi, 

biaya kombinasi bisnis, biaya reorganisasi dan restrukturisasi, biaya perancangan bisnis, dan 

lainnya. 

Dari data laporan keuangan PGAS periode 2016 hingga 2020, tidak ditemukan adanya 

transaksi one-time charge. Biasanya teknik ini dipakai  oleh manajer baru dalam suatu 

perusahaan. Manajer memakai  kesempatan ini untuk menggelembungkan biaya dan 

mengakui biaya masa depan pada periode berjalan sehingga biaya pada periode selanjutnya 

berkurang. Walaupun jumlah biaya yang dicatat lumayan besar, akan tetapi investor jarang 

mempertanyakan hal ini, karena dianggap sebagai special charge.

Teknik kedua dilakukan dengan cara menghapus biaya R&D (research and 

development) dari proses akuisisi. Perusahaan melakukan akuisisi dan menghapus sebagian 

besar biaya akuisisinya yang dianggap sebagai “acquired in-process R&D”. Penghapusan 

biaya ini  berpengaruh terhadap berkurangnya biaya operasional di periode berjalan dan 

periode yang akan datang yang akan memicu  peningkatan pada laba perusahaan.

Kombinasi bisnis PGAS memakai  metode akuisisi. Biaya yang timbul dalam 

proses akuisisi dibebankan pada saat terjadinya. Apabila kombinasi bisnis dilakukan melalui 

tahapan tertentu, maka nilai wajar pada tanggal akuisisi akan dinilai kembali. Pada periode 

2016 hingga 2019, PGAS melakukan akuisisi terhadap SESL (dahulu British Petroleum East 

Kalimantan Pte. Ltd), SIPBV (dahulu Kufpec Indonesia Pangkah B.V), SIPL (dahulu Hess 

(Indonesia Pangkah) Limited, SPLLC (dahulu Hess Pangkah LLC), SEML (dahulu SROL) dan 

Pertagas. Dari pengakuisisian ini , tidak ditemukan adanya kecurangan dalam 

penghapusan biaya dari proses akuisisi.

Teknik ketiga yaitu mempercepat pengakuan biaya diskresioner. Apabila target 

perusahaan pada periode berjalan sudah tercapai, terkadang perusahaan mencoba untuk 

mengalihkan biaya periode selanjutnya pada periode yang sedang berjalan. Hal yang harus 

diperhatikan adalah meningkatnya biaya dibayar dimuka, berkurangnya periode depresiasi 

atau amortisasi akibat perubahan kebijakan akuntansi.

Komponen beban dibayar di muka terdiri dari joint interest billing dari aktivitas minyak 

dan gas, arrangement fee, dan sewa. Kenaikan biaya pada 2017 disebabkan karena adanya 

penambahan sebesar USD15.788.135 pada beban sewa dibayar di muka. Pengakuan biaya 

diskresioner yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi telah dijelaskan pada 

Shenanigan 4 dan tidak ditemukan adanya kecurangan.

Hasil analisis financial shenanigans no.7 pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) 

Tbk. menyatakan bahwa tidak ada  praktik kecurangan yang berhubungan dengan 

financial shenanigan no. 7. Hal ini menyatakan bahwa PT Perusahaan Gas Negara (Persero) 

Tbk tidak melakukan pemindahan biaya periode yang akan datang pada periode sekarang 

dengan memakai  special charge sehingga laporan keuangan telah disajikan sesuai 

dengan standar dan wajar.