Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengkaji apakah ada
kecurangan dalam penyajian laporan keuangan perusahaan dengan
memakai tujuh financial shenanigans. Ruang lingkup dari penelitian ini adalah
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. yang merupakan perseroan milik negara
yang terdaftar pada indeks LQ45. Penelitian ini memakai metode kualitatif dan
memakai teknik analisis data dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan
periode 2016 sampai tahun 2020. Hasil penelitian ini adalah dari kelima periode
laporan keuangan yang dianalisis memakai tujuh financial shenanigans, tidak
ditemukan adanya kecurangan yang memakai financial shenanigans dalam
penyajian laporan keuangan sehingga dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan PT
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. telah disajikan dengan wajar dan sesuai
dengan standar pelaporan akuntansi di Indonesia.
Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk komunikasi antara perusahaan
dengan pemangku kepentingan ,Hal ini memicu laporan
keuangan harus disajikan secara benar agar dapat dipakai oleh pihak yang
berkepentingan dalam mengambil keputusan. Akan tetapi, ditemukan beberapa faktor yang
memicu seseorang untuk melakukan fraud yaitu fraud triangle. Fraud yang dilakukan
memicu laporan keuangan perusahaan tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang
sesungguhnya sehingga memicu laporan keuangan ini menjadi tidak wajar.
Kasus fraud merupakan sebuah fenomena yang besar dan terus meningkat setiap
tahunnya. PricewaterhouseCoopers (PwC) dalam Global Economic Crime Survey tahun 2020
melaporkan bahwa 51% dari fraud yang teridentifikasi melebihi US$100,000 dan kerugian
yang ditimbulkan selama 24 bulan terakhir melebihi US$42 billion ,
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Association of Certified Fraud Examiners (ACFE),
kasus fraud di kawasan Asia Pasifik tergolong cukup besar. Pada tahun 2018, penipuan
laporan keuangan memicu kerugian sebesar US$700,000 dan meningkat pada tahun
2020 dengan kerugian sebesar US$3,000,000 .
ada banyak jenis fraud yang dilakukan oleh perusahaan. Salah satu fraud yang
dilakukan adalah fraudulent statement yang merupakan upaya perusahaan untuk melaporkan
laporan keuangan secara tidak benar. Jenis fraud ini memiliki dampak yang paling
signifikan diantara jenis fraud lainnya , Fraudulent statement
memiliki tujuan yaitu pada umumnya adalah untuk melakukan manajemen laba dan teknik
umum yang dipakai oleh perusahaan dalam melakukan fraud ini adalah melalui
financial shenanigans. Financial shenanigans adalah segala bentuk tindakan yang bertujuan
untuk memberikan gambaran mengenai laporan keuangan yang salah. Financial shenanigans
berkaitan erat dengan kecurangan laporan keuangan. Kecurangan laporan keuangan adalah
kesalahan penyajian yang disengajakan dengan tujuan untuk menipu pengguna laporan
keuangan, terutama investor. Financial shenanigans dapat diartikan juga sebagai perilaku
atau tindakan-tindakan curang yang dipakai oleh suatu perusahaan dalam melakukan
kecurangan laporan keuangan ,
Metode yang sering dipakai oleh seorang akuntan dalam tindakan kecurangannya
yaitu dengan membuat jurnal entri yang palsu untuk menyembunyikan penyalahgunaan aset.
Ketika fraudster berhasil dalam menggabungkan jurnal entri palsu di antara jurnal entri yang
sebenarnya, auditor akan kesulitan dalam menemukan kecurangan. Hal ini mendorong
kebutuhan dari auditor dan investigator mengenai suatu pedoman yang dapat dipakai
untuk mendeteksi tindakan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan ,
Kasus fraud kerap ditemukan di Indonesia dan terkadang membawa kerugian yang
signifikan bagi negara. Salah satu perusahaan yang terlibat dalam kasus fraud yaitu
PT.Garuda Indonesia Tbk. Tepatnya pada bulan April 2019, PT Garuda Indonesia (Persero)
Tbk. dituduh memanipulasi laporan keuangan tahun buku 2018 melalui pengungkapan pada
laporan keuangan yaitu pendapatan sebesar USD809 juta, angka ini melonjak jauh
apabila dibanding laporan keuangan tahun buku 2017 yang mencatat kerugian USD216,58
juta. Akibat adanya pelanggaran PT.Garuda Indonesia Tbk terhadap Standar Laporan
Keuangan maka Kementerian Keuangan bertindak bersama-sama dengan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan sanksi kepada Garuda
Indonesia dan konsultan akuntan publiknya (Lastanti, 2020). Selain itu, beberapa waktu lalu,
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. terseret media dalam kasus sengketa pajak
dengan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang terdiri dari 4 pokok sengketa. Sengketa ini
membuat publik berasumsi bahwa PGAS telah melakukan fraud pada laporan keuangannya.
Oleh karena itu, agar dapat meminimalisirkan kemungkinan terjadinya fraud dalam
perusahaan, maka penelitian ini dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah perusahaan telah melakukan fraud dengan memakai teknik financial
shenanigans.
Kasus PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. sendiri sudah sejak lama mengalami
persoalan pajak dengan Direktorat Jenderal Pajak (Hafiyyan, 2021). Yang terbaru pada bulan
Januari tahun 2021, PGAS mengalami sengketa pajak lagi dengan Direktorat Jenderal Pajak
(DJP). Berdasarkan berita yang dilancir CNBC Indonesia (Wareza, 2021), sengketa ini terjadi
karena DJP menganggap penyerahan gas bumi yang dilakukan PGAS untuk periode tahun
2014-2017 merupakan objek pajak, sedangkan perusahaan menanggap transaksi yang
terjadi bukan merupakan objek pajak. Kasus pajak ini sendiri bernilai Rp 6,88 triliun. Kasus ini
sendiri melatarbelakangi Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. dipakai sebagai objek
dari penelitian ini.
Financial Statement Fraud
Financial statement fraud adalah sebuah kecurangan yang dilakukan dengan
menyajikan laporan keuangan yang tidak menyajikan keadaan perusahaan yang
sesungguhnya sehingga dapat memberikan gambaran yang salah kepada pembaca laporan
terhadap kinerja perusahaan. Kecurangan pada laporan keuangan dapat dilakukan dengan
menaikkan nilai aset, pendapatan dan keuntungan secara berlebihan serta menurunkan nilai
liabilitas, biaya dan kerugian secara berlebihan. Kecurangan pada laporan keuangan pada
umumnya dilakukan dengan tujuan untuk menarik perhatian para investor untuk
menginvestasi pada perusahaan, mengeliminasikan persepsi buruk perusahaan pada pasar,
memperoleh harga jual akuisisi yang lebih tinggi, mencapai tujuan dari perusahaan dan untuk
memperoleh insentif yang berhubungan dengan kinerja perusahaan (Noble, 2019). Beberapa
penelitian terdahulu menganalisis ada atau tidaknya tindakan fraud memakai teori fraud
triangle maupun fraud pentagon . Pada penelitian ini, analisis yang dipakai adalah dengan memakai
tujuh teknik financial shenanigans yang dikembangkan oleh Howard Mark Schilit dalam
bukunya berjudul “How to Detect Accounting Gimmicks & Fraud in Financial Reports”.
Financial shenanigans
Financial shenanigans adalah segala bentuk tindakan yang bertujuan untuk
memberikan gambaran mengenai laporan keuangan yang salah. Financial shenanigans
berkaitan erat dengan kecurangan laporan keuangan. Financial shenanigans dapat diartikan
juga sebagai perilaku atau tindakan-tindakan curang yang dipakai oleh suatu perusahaan
dalam melakukan kecurangan laporan keuangan
Financial shenanigans yang dipakai oleh perusahaan dalam melakukan fraud
dibagi menjadi tujuh kelompok besar yaitu: pencatatan pendapatan yang terlalu cepat atau
dengan nominal yang diragukan; pencatatan pendapatan yang fiktif; peningkatan laba dengan
memakai keuntungan yang diperoleh dari transaksi one-time; pemindahan biaya periode
sekarang pada periode sebelum atau sesudahnya; tidak atau kurangnya pencatatan liabilitas
perusahaan; pemindahan pendapatan periode sekarang pada periode yang akan datang;
pemindahan biaya periode yang akan datang pada periode sekarang dengan memakai
special charge. Tujuh kelompok besar financial shenanigans ini terbagi menjadi
beberapa teknik khusus yang menjelaskan bagaimana perusahaan dapat melakukan
kecurangan dalam penyajian laporan keuangan.
Financial shenanigans no.1 yaitu mengenai pencatatan dan pengakuan perusahaan.
(Perler & Engelhart, 1993). Shenanigans ini dapat dilakukan dengan 6 teknik yang dapat
dibagikan menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama adalah mencatat pendapatan terlalu cepat,
yaitu seperti mencatat pendapatan dari masa yang akan datang ketika produk/jasa belum
disediakan, mencatat pendapatan sebelum pengiriman atau diterima pelanggan, dan
pencatatan pendapatan yang dimana pelanggan tidak berkewajiban untuk membayar.
Kelompok kedua adalah pencatatan pendapatan yang mencurigakan seperti penjualan
kepada pihak berrelasi, memberikan sesuatu kepada pelanggan yang bernilai sama (quid pro
quo), dan menaikkan pendapatan secara sengaja .
Financial shenanigans no.2 yaitu mengenai pencatatan pendapatan yang fiktif.
Shenanigans ini dapat dilakukan dengan 5 teknik yaitu mencatatkan pendapatan yang tidak
memiliki substansi ekonomi, pencatatan kas yang diperoleh dari pinjaman bank sebagai
pendapatan, pencatatan atas keuntungan yang berasal dari investasi atau penjualan aset
tetap, pencatatan diskon atau retur pembelian sebagai pendapatan perusahaan, dan
menahan pendapatan perusahaan target untuk meningkatkan pendapatan perusahaan
setelah merger (Schilit, 2010).
Financial shenanigans no.3 yaitu mengenai peningkatan laba dengan memakai
transaksi one-time. Shenanigans ini dapat dilakukan dengan 4 teknik yaitu meningkatkan
keuntungan perusahaan dengan menjual aset yang dihargai dengan harga di atas nilai
bukunya untuk memperoleh keuntungan yang besar ketika menjualnya, mengakui laba dari
keuntungan investasi sebagai pendapatan operasional, mencatat keuntungan investasi
sebagai pengurangan biaya operasional, mereklasifikasi akun laporan posisi keuangan
Financial shenanigans no.4 yaitu mengenai pemindahan biaya periode sekarang pada
periode sebelum atau sesudahnya. Shenanigans ini dapat dilakukan dengan 5 teknik yaitu
mengkapitalisasi biaya operasi, mengalihkan beban saat ini ke periode sebelumnya dengan
mengubah kebijakan akuntansi, meningkatkan umur aset untuk mengurangi beban depresiasi
atau amortisasi pada tahun berjalan, tidak mencatat pencadangan penurunan nilai aset, dan
mengurangi pencadangan penurunan nilai aset ,
Financial shenanigans no.5 yaitu mengenai tidak atau kurangnya pencatatan liabilitas
perusahaan. Shenanigans ini dapat dilakukan dengan 5 teknik yaitu tidak mencatat biaya atau
liabilitas ketika ada obligasi yang masih harus dipenuhi sehingga dapat meningkatkan
laba periode tahun yang berjalan, teknik yang berhubungan dengan fleksibilitas yang dimiliki
manajemen dalam hal memilih kebijakan dan estimasi akuntansi yaitu untuk pencatatan
imbalan pensiun atau sewa, melepaskan cadangan biaya khusus untuk meningkatkan
pendapatan di periode berikutnya, membuat potongan harga fiktif, mencatat pendapatan pada
saat kas diterima meskipun masih ada kewajiban di masa depan. Penerimaan
pendapatan yang masih memiliki obligasi yang harus dipenuhi dicatat oleh perusahaan
sebagai pendapatan di terima dimuka yang merupakan kewajiban perusahaan ,
Financial shenanigans no.6 yaitu mengenai pemindahan pendapatan periode
sekarang pada periode yang akan datang yang umumnya dipakai untuk memanajemen
laba. Shenanigans ini dapat dilakukan dengan 2 teknik yaitu membentuk cadangan pada
periode perusahaan yang memiliki operasional yang baik untuk membantu dalam
menetapkan nominal laba dan kemudian melepaskan cadangan ini pada periode
perusahaan memiliki operasional yang kurang baik dengan tujuan untuk memberikan
gambaran bahwa perusahaan memperoleh laba. Perusahaan dapat mengunakan teknik yaitu
pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan target akan ditahan sebelum proses akuisisi siap
dilakukan, sehingga hal ini memicu pendapatan yang dilaporkan perusahaan setelah
akuisisi akan meningkat sebab perusahaan yang mengakuisisi akan mencatat pendapatan
yang ditahan ini pada periode tahun akuisisi perusahaan target ini (Schilit, 2010).
Financial shenanigans no.7 yaitu mengenai pemindahan biaya periode yang akan
datang pada periode sekarang dengan memakai special charge. Shenanigans ini
umumnya dilakukan oleh perusahaan yang mengalami masalah going-concern. Shenanigans
ini dapat dilakukan dengan 3 teknik yaitu meningkatkan one-time charge, meningkatkan
beban untuk penelitian dan pengembangan, dan mengakui beban yang akan memberikan
manfaat ekonomis bagi perusahaan. Pengakuan biaya yang dipercepat ini bertujuan untuk
mempercantik laporan pada periode selanjutnya, sehingga perusahaan seakan-akan memiliki
laba yang tinggi walaupun sebenarnya perusahaan mengalami kerugian apabila
mengikutsertakan biaya-biaya yang timbul di periode ini .
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. data kualitatif merupakan data yang tidak berupa angka atau
bilangan melainkan berbentuk kata, kalimat, atau gambar.
Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan yang
dipublikasikan oleh PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. atau disingkat PGAS dengan
periode penelitian tahun 2016 hingga 2020. Perbandingan dilakukan untuk menunjang
analisis agar dapat menarik sebuah kesimpulan.
Data yang dipakai dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data yang
tidak didapatkan langsung dari sumbernya. Data sekunder ini diperoleh melalui laporan
keuangan yang dipublikasikan oleh PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. pada situs
resmi perusahaan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan library research method yaitu
melalui berbagai sumber kepustakaan seperti jurnal, buku, dan laporan keuangan
perusahaan.
Penelitian ini memanfaatkan metode penulisan yang bersifat deskriptif kualitatif
sehingga dalam melakukan sebuah analisis kualitatif, peneliti memakai teknik berupa
analisis konten (content analysis). Analisis konten dapat diartikan sebagai penelitian yang
bersifat deskripsi dengan cara menjelaskan sebuah isi informasi secara mendalam yang
dimana informasi ini dapat diperoleh dari berbagai sumber konten media yang nantinya
bertujuan sebagai referensi ataupun pendukung dalam pelaksanaan penelitian ini .
Berdasarkan laporan keuangan PGAS untuk tahun 2016-2020, perusahaan mengakui
pendapatan dan penjualan berdasarkan tiga kondisi. Ketiga kondisi yang perlu dipenuhi
ini antara lain jumlah pendapatan dapat dihitung dengan andal, ada keuntungan
ekonomi yang memungkinkan untuk diteruskan pada perusahaan, dan biaya yang akan dan
telah dikeluarkan bersamaan dengan proses penjualan harus dihitung secara akurat. Namun
sejak 1 Januari 2020, perusahaan menerapkan PSAK No. 72 dalam pengakuan
pendapatannya. Berdasarkan PSAK itu pula, perusahaan mengakui pendapatannya ketika
barang atau jasa yang dijanjikan ke pelanggan telah dipenuhi yaitu memakai metode fob
shipping point.
Perusahaan ini memiliki transaksi penjualan yang dilakukan kepada entitas berelasi
yaitu PLN dengan nilai mencapai 27,13% dari jumlah pendapatan neto pada tahun 2020.
Angka ini dinilai meningkat dari 21,19% pada tahun 2016. Pada tahun 2020 sendiri nilai
piutang usaha perusahaan sebesar 46,45% merupakan piutang terhadap pihak berelasi. Nilai
ini terbilang cukup besar namun wajar karena sebagian besar pihak berelasi ini adalah
PLN dan Pertamina yang memang dalam proses produksi masing-masing perusahaan
ini membutuhkan pasokan gas yang besar.
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. belum pernah tercatat melakukan
transaksi berupa pemberian sesuatu yang bernilai sama sebagai pengganti kepada
pelanggannya. Selama periode tahun 2016-2020, pendapatan perusahaan cenderung tidak
begitu stabil. Pada tahun 2017 dimana terjadi kenaikan sebesar 21,66%. Namun kenaikan ini
disebabkan oleh akuisisi yang dilakukan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. terhadap
Pertagas (Pertamina) dan SESL. Di tahun 2020 sendiri terjadi penurunan sekitar 25,03% dan
angka ini dinilai wajar karena adanya pandemi COVID-19 pada tahun ini yang
memicu ekonomi menurun. Penutupan perusahaan-perusahaan yang ada berdampak
secara langsung maupun tidak langsung terhadap PGAS. Banyaknya perusahaan yang tutup
atau bangkrut, atau pemberlakuan work from home memicu pemakaian listrik industri
menurun sehingga berdampak juga pada pemasokan gas kepada tenaga-tenaga pembangkit
listrik di Indonesia.
Hasil analisis financial shenanigans no.1 pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk. menyatakan bahwa tidak ada praktik kecurangan yang berhubungan dengan
financial shenanigan no. 1. Hal ini menyatakan bahwa PT Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk dalam melakukan pencatatan dan pengakuan terhadap pendapatan perusahaan telah
dilakukan sesuai dengan standar dan wajar.
Teknik pertama yaitu mencatatkan pendapatan dari transaksi yang tidak memiliki
substansi ekonomi. Pada laporan tahunan dan catatan keuangan laporan perusahaan
disebutkan bahwa pada umumnya PGAS akan membentuk kontrak perjanjian dengan
pelanggan dan pemasok. Berdasarkan dengan pengungkapan yang dilakukan perusahaan
maka dapat dinyatakan tidak ada kontrak sampingan selain kontrak perjanjian yang telah
disetujui dan sah. Peningkatan pendapatan yang juga disebabkan ada nya regulasi baru
yang mengatur industri, peningkatan permintaan volume gas dan distribusi yang dilakukan
perusahaan atau kegiatan akuisisi Pertagas yang dilakukan oleh perusahaan pada akhir
tahun 2018. Proporsi antara piutang usaha dengan pendapatan umumnya berbanding lurus,
namun untuk tahun 2020 memicu proporsi piutang dan pendapatan untuk meningkat
drastis yang dapat disebabkan oleh Covid-19 yang memicu dampak pada
perekonomian Indonesia dan beberapa industri. Namun dalam hal ini masih dapat dikatakan
wajar sebab kenaikan proporsi dari piutang untuk setiap peningkatan dan penurunannya
masih hanya mengalami perbedaan 1-3% per tahunnya. Kenaikan 4% pada perbandingan
piutang/pendapatan tahun 2017 terjadi akibat dari penyajian kembali laporan keuangan
perusahaan sebagai akibat dari akuisisi Pertagas
Teknik kedua yaitu pencatatan kas dari kegiatan pendanaan yaitu pinjaman bank
dalam pendapatan. Perusahaan dalam hal ini mengakui pinjaman bank yang dilakukan
sebagai liabilitas perusahaan dan diklasifikasikan pinjaman bank ini sesuai jangka
waktunya, serta transaksi perusahaan yang berkaitan dengan pinjaman bank ini telah
benar dicatat baik ketika penerimaan pinjaman atau pada saat pelunasan pinjaman. Hal ini
menyatakan bahwa pengklasifikasian liabilitas dan pendapatan telah benar dilakukan.
Teknik ketiga yaitu pencatatan keuntungan dari penjualan aset atau investasi dalam
pendapatan. PGAS mengakui penjualan aset tetap ini pada laporan laba rugi
perusahaan dan perusahaan tidak melakukan penjualan aset untuk tahun 2016-2020
sehingga tidak memunculkan keuntungan atau kerugian dari transaksi ini . Keuntungan
yang diperoleh dari kegiatan aset kerja sama operasi diakui sebagai pendapatan diterima
dimuka yang kemudian akan diakui sesuai dengan periode kerjasama operasi. Entitas ventura
bersama perusahaan dicatat dengan memakai metode ekuitas sehingga keuntungan
dan kerugian dari ventura ini dicatat pada laporan laba rugi perusahaan sesuai dengan
persentase kepemilikan perusahaan pada entitas ini pada akun yang terpisah yaitu
bagian laba atau rugi dari ventura bersama. Sehingga dalam hal ini menyatakan bahwa
pencatatan keuntungan dari investasi yang dilakukan perusahaan telah benar dilakukan dan
tidak memicu salah pencatatan pada pendapatan.
Teknik keempat yaitu pencatatan diskon atau retur pembelian menjadi pendapatan
perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan tidak memiliki diskon atau retur pembelian yang dapat
dipakai oleh perusahaan dalam melakukan fraud ini . Peningkatan permintaan produk
perusahaan memicu perusahaan untuk harus menyuplai produk ini sehingga
pembelian yang dilakukan perusahaan akan semakin meningkat. Jika dilihat dari
perbandingan rasio beban pokok pendapatan dan pendapatan, maka dapat dinyatakan
bahwa masih wajar, yang disebabkan rasio untuk kelima tahunnya berada di kisaran 66-70%
serta untuk setiap tahunnya tidak ada perubahan yang signifikan pada rasio ini .
Selain itu dapat dilihat bahwa kenaikan atau penurunan rasio ini juga memiliki hubungan
yang berbanding terbalik dengan persediaan akhir perusahaan. Hal ini dapat dikatakan wajar
sebab jika pembelian yang dilakukan sesuai dengan kontrak dengan volume yang tetap maka
jika beban pokok penjualan turun akan memicu persediaan akhir untuk meningkat dan
begitu juga sebaliknya.
Teknik kelima yaitu menahan pendapatan dari perusahaan target untuk meningkatkan
pendapatan perusahaan setelah merger telah selesai dilakukan. Dalam hal ini, perusahaan
tidak melakukan merger dengan perusahaan apapun sehingga memicu perusahaan
untuk tidak dapat melakukan fraud melalui teknik ini.
Hasil analisis financial shenanigans no.2 pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk. menyatakan bahwa tidak ada praktik kecurangan yang berhubungan dengan
financial shenanigan no. 2. Hal ini menyatakan bahwa PT Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk tidak melakukan pencatatan pendapatan yang fiktif sehingga laporan keuangan telah
disajikan sesuai dengan standar dan wajar
Teknik pertama yaitu meningkatkan keuntungan perusahaan dengan menjual aset
yang dihargai dengan harga di atas nilai bukunya untuk memperoleh keuntungan yang besar
ketika menjualnya. Dalam laporan keuangan tahun 2016-2020 yang dipublikasikan oleh PT.
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., terlihat bahwa untuk nilai persediaan yang dicatat
dalam neraca meskipun nilai nya fluktuatif namun dari segi persentase tingkat peningkatan
maupun penurunan nya tidak mengalami perubahan yang signifikan pula. Dari catatan atas
laporan keuangan yang dipublikasikan, disana tertulis bahwa biaya perolehan ditentukan
dengan metode rata-rata bergerak serta pencatatan persediaan telah sesuai dengan standar
akuntansi umum yang berlaku. Selain itu, dalam catatan laporan keuangan dinyatakan juga
bahwa PGAS menerapkan metode akuisisi untuk mencatat kombinasi bisnis. Imbalan yang
dialihkan untuk akuisisi suatu entitas anak adalah sebesar nilai wajar aset yang dialihkan,
liabilitas yang diakui terhadap pemilik pihak yang diakusisi sebelumnya dan kepentingan
ekuitas yang diterbitkan oleh perusahaan
Teknik kedua yaitu mengakui laba dari keuntungan investasi sebagai pendapatan
operasional. Ditinjau dari catatan atas laporan keuangan, perincian dalam atas pendapatan
perusahaan terdiri dari kegiatan distribusi gas bumi, jasa transmisi minyak dan gas bumi,
penjualan minyak mentah, gas bumi, LPG, LNG, dan jasa lainnya yang dimana telah sesuai
dengan segmen usaha yang dimiliki dan tidak ada pendapatan non operasional yang
digabungkan kedalam pendapatan ini .
Teknik ketiga yaitu mencatat keuntungan investasi sebagai pengurangan biaya
operasional. Berdasarkan tabel perhitungan diatas, terlihat ada perubahan persentase
yang cukup signifikan dari tahun 2016 menuju ke tahun 2017 yaitu sebesar 50,57%. Hal ini
disebabkan dikarenakan adanya akuisisi pada perusahaan Pertagas, namun bila merujuk
catatan atas laporan keuangan, secara terperinci dalam akun biaya operasional telah diakui
biaya-biaya yang sesuai dengan standar akuntasi yang dimana merupakan biaya yang
dikeluarkan secara operasional untuk mendapatkan pendapatan utama perusahaan.
Dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan gas negara, dinyatakan bahwa
aset eksplorasi dan evaluasi yang ditangguhkan terdiri dari biaya-biaya yang terjadi setelah
izin ekplorasi diperoleh dan sebelum dimulainya pengembangan lapangan minyak dan gas
bumi antara lain mencakup akumulasi biaya yang terkait dengan penyelidikan umum,
administrasi dan perizinan, geologi, dan geofisika. Aset eksplorasi dan evaluasi dinilai untuk
penurunannya pada saat bukti dan keadaan yang menunjukkan bahwa nilai tercatat aset
ini mungkin melebihi jumlah yang dapat dipulihkan. Aset eksplorasi dan evaluasi
direklasifikasi ke properti minyak dan gas pada saat kelayakan teknis dan komersialitas dari
minyak dan gas yang diekstraksi ini dapat dibuktikan.
Hasil analisis financial shenanigans no.3 pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk. menyatakan bahwa tidak ada praktik kecurangan yang berhubungan dengan
financial shenanigan no. 3. Hal ini menyatakan bahwa PT Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk tidak melakukan peningkatan laba dengan memakai transaksi one-time sehingga
laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan standar dan wajar.
Financial shenanigans no.4
Teknik pertama adalah mengkapitalisasi biaya operasi yang memberikan manfaat
jangka pendek dan mengalihkan biaya ini ke periode mendatang. Biaya yang paling
sering dikapitalisasi yaitu biaya pemasaran, biaya bunga, biaya pengembangan perangkat
lunak, dan biaya perbaikan dan pemeliharaan. Biaya-biaya ini biasanya langsung
dibebankan pada periode berjalan. Akan tetapi, sering ditemukan perusahaan yang
mengkapitalisasi biaya ini sebagai aset sehingga angka yang disajikan pada laporan
keuangan menjadi tidak wajar
Pada laporan keuangan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atau PGAS
periode 2016 hingga 2020, tidak ditemukan pengkapitalisasian biaya perbaikan dan
pemeliharaan. Hal ini dapat dilihat dari penurunan biaya setiap tahunnya, terkecuali di tahun
2017. Akan tetapi, kenaikan biaya di tahun 2017 tidak menimbulkan kecurigaan karena
apabila biaya ini dikapitalisasi, aset tetap pada tahun 2017 akan meningkat. Dari data
di atas, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan pada jumlah aset tetap di tahun 2017.
Kecurangan yang dilakukan pada teknik pertama memungkinkan perusahaan untuk
mengalihkan biaya ke periode mendatang. Teknik kedua dipakai manajemen perusahaan
untuk menghilangkan biaya ini dari laporan keuangan. Dengan mengubah kebijakan
akuntansi, biaya yang timbul di periode berjalan dibebankan pada periode sebelumnya,
sehingga laba perusahaan pada periode berjalan meningkat. Penyajian laporan keuangan
PGAS telah disusun sesuai Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Perubahan pada
PSAK telah diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan dan telah dibuat penyesuaian
berdasarkan ketentuan PSAK.
Pada teknik ketiga, perusahaan dapat meningkatkan pendapatan dengan
memperpanjang umur suatu aset, sehingga biaya depresiasi atau amortisasi yang diakui
semakin sedikit. Semakin lama umur suatu aset, semakin lama pula aset ini akan
disajikan pada laporan posisi keuangan yang memicu aset perusahaan
menggelembung. Selain itu, biaya depresiasi atau amortisasi yang rendah dapat menaikkan
laba perusahaan.
Dari tahun 2016 hingga 2018, PGAS memakai metode garis lurus untuk
penyusutan bangunan dan prasarana dan metode saldo menurun ganda untuk seluruh aset
tetap lainnya. Pada tahun 2019, tepatnya sejak 1 Januari 2019, PGAS mengubah seluruh
metode penyusutan menjadi garis lurus. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan bisnis
dan reviu manajemen atas pola konsumsi manfaat ekonomi aset tetap di industri infrastruktur
gas bumi. Perubahan ini berlaku secara prospektif, yang berarti hanya akan berakibat pada
laba rugi periode berjalan dan periode mendatang. Berikut merupakan estimasi umur manfaat
aset tetap:
Perubahan pada metode penyusutan berdampak pada penurunan biaya depresiasi
dari USD227.067.395 pada tahun 2018 menjadi USD191.910.720 pada tahun 2019 atau
penurunan sebesar USD14.138.537. Penurunan ini tidak mengindikasikan adanya
praktik kecurangan karena laba operasi perusahaan pada tahun 2019 mengalami penurunan
sebesar 18.64%.
Teknik keempat yaitu tidak mengakui biaya penurunan nilai pada aset. Suatu aset
dikatakan overvalued ketika nilai buku lebih besar dari nilai wajarnya. Aset tertentu seperti
persediaan dan piutang usaha sering mengalami overvalued ketika perusahaan tidak
mencadangkan nilai penurunannya. Hal ini memicu laba perusahaan meningkat.
Penerapan teknik kelima tidak berbeda jauh dengan teknik keempat, yaitu dipakai
untuk mengurangi nilai pencadangan aset. Pencadangan nilai penurunan biasanya ditemukan
pada akun persediaan, piutang usaha, aset tetap, dan goodwill. Pengurangan pencadangan
dilakukan agar biaya semakin kecil dan laba perusahaan semakin besar.
Pada setiap akhir periode pelaporan, PGAS akan menilai apakah terjadi penurunan
nilai pada aset keuangannya, salah satunya adalah piutang usaha. Apabila ada bukti
objektif bahwa PGAS tidak dapat menagih utang ini , maka jumlah nilai terutang akan
disisihkan atau dihapus langsung dan dibebankan pada laba rugi. Sama halnya dengan
piutang, penyisihan atas persediaan yang telah usang akan dilakukan berdasarkan bukti
objektif atas dasar hasil pemeriksaan secara berkala terhadap kondisi persediaan. Berikut
merupakan rincian biaya cadangan kerugian penurunan nilai:
Pada tahun 2020, biaya cadangan kerugian penurunan nilai menurun sebesar
93.55%. Penurunan drastis ini dikarenakan adanya pemulihan nilai cadangan.
Hasil analisis financial shenanigans no.4 pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk. menyatakan bahwa tidak ada praktik kecurangan yang berhubungan dengan
financial shenanigan no. 4. Hal ini menyatakan bahwa PT Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk tidak melakukan pemindahan biaya periode sekarang pada periode sebelum atau
sesudahnya sehingga laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan standar dan wajar.
Financial shenanigans no.5
Dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan gas negara, telah mengakui biaya
dan kewajiban terkait sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku yang dimana PT. PGAS
memakai standar PSAK 57 sebagai pedoman dalam mengklarifikasi akuntansi liabilitas
untuk membayar pungutan.
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. dalam catatan atas laporan keuangan
disebutkan bahwa perusahaan dalam melakukan estimasi dan pertimbangan selalu dievaluasi
berdasarkan pengalaman historis dan faktor-faktor lain, termasuk ekspektasi peristiwa masa
depan yang diyakini wajar berdasarkan kondisi yang ada. Kemudian, perusahaan gas negara
juga selalu membuat estimasi dan asumsi mengenai masa depan. Estimasi akuntansi yang
dihasilkan, menurut definisi, akan jarang sekali sama dengan hasil aktualnya. Oleh karena itu,
estimasi dan asumsi yang secara signifikan berisiko memicu penyesuaian material
akan selalu dilaporkan melalui catatan atas laporan keuangan ini.
Dalam catatan laporan keuangan PGAS, menyebutkan bahwa setiap estimasi
cadangan dan faktor penilaian cadangan telah dilaporkan secara keseluruhan dalam catatan
atas laporan keuangan. Contohnya, nilai tercatat untuk deplesi, penyusutan dan untuk
amortisasi beserta pemulihan nilai tercatat properti minyak dan gas, yang dipakai untuk
memproduksi minyak dan gas tergantung pada estimasi cadangan minyak dan gas. Faktor
utama yang mempengaruhi estimasi ini adalah penilaian teknis atas kuantitas produksi
cadangan minyak dan gas yang ada dan kendala ekonomis seperti ketersediaan pasar
komersial atas produksi minyak dan gas bumi maupun asumsi yang terkait dengan antisipasi
harga komoditas dan biaya pengembangan dan produksi cadangan ini . Selain itu,
PGAS juga menerapkan cadangan kerugian ekspektasian seumur hidup untuk seluruh
piutang usaha. Untuk mengukur kerugian kredit ekspektasian, piutang usaha telah
dikelompokkan berdasarkan karakteristik risiko kredit dan waktu jatuh tempo yang serupa.
Teknik keempat yaitu membuat potongan harga fiktif. Dalam tabel diatas, terlihat
bahwa bahwa ada peningkatan beban pokok pendapatan pada tahun 2017 yang dimana
disebabkan hasil konsolidasi dengan Pertagas. Sedangkan, di tahun 2020 mengalami
penurunan beban pokok pendapatan sebesar -22,51% dari tahun 2019. Hal ini disebabkan
karena adanya pandemi COVID-19 sehingga memicu penjualan yang turun serta beban
pokok pendapatan juga ikut menurun. Secara keseluruhan, perubahan persentase ini
meskipun fluktuatif tapi masih dapat dikatakan wajar karena ada sebab dibalik peningkatan
maupun penurunan itu. Merujuk dalam catatan atas laporan keuangan, tidak adanya
disebutkan adanya potongan pembelian. Oleh karena itu, hanya bisa menilai dari beban pokok
pendapatan.
Teknik kelima yaitu mencatat pendapatan pada saat kas diterima meskipun masih
ada kewajiban di masa depan. Dari tabel diatas, terlihat bahwa PGAS juga telah
mengakui pendapatan diterima dimuka sesuai standar akuntansi yang berlaku. Dalam catatan
atas laporan keuangan, diungkapkan bahwa PGAS memiliki aset kerjasama operasi yang
dimana merupakan tanah Perusahaan yang dipakai untuk menyelenggarakan kegiatan
kerjasama operasi. Bangunan kantor yang diperoleh sebagai kompensasi dalam kerjasama
operasi dan pendapatan diterima di muka terkait diakui pada saat aset ini selesai
dikerjakan dan siap dipakai sesuai dengan tujuannya. Pendapatan diterima di muka diakui
selama periode kerjasama operasi.
Berdasarkan analisis financial shenanigan no. 5 ini juga tidak ditemukan adanya
tindakan yang dilakukan perusahaan untuk berusaha menyembunyikan pengeluaran pajak
atas transaksi gas bumi. Berdasarkan laporan keuangan PT Perusahaan Gas Negara
(Persero) Tbk., perusahaan telah membayar kewajiban pajak mereka yang semestinya.
Namun kasus ini terjadi tidak lain karena DJP yang menyatakan penyerahan gas bumi
yang dilakukan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. merupakan objek pajak ketika
perusahaan optimis transaksi ini sudah diakui sebagai objek tidak kena pajak oleh
Kemenkeu.
Hasil analisis financial shenanigans no.5 pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk. menyatakan bahwa tidak ada praktik kecurangan yang berhubungan dengan
financial shenanigan no. 5. Hal ini menyatakan bahwa PT Perusahaan Gas Negara (Persero)
dalam melakukan pencatatan liabilitas perusahaan telah sesuai dengan standar dan wajar.
Teknik pertama yaitu membentuk cadangan dari laba yang diperoleh dari pendapatan
untuk dapat dipakai oleh perusahaan untuk meningkatkan performa perusahaan disaat
keadaan yang tidak baik. Cadangan yang dibentuk oleh PGAS pada umumnya adalah untuk
mencatat estimasi cadangan atas deplesi, penyusutan dan amortisasi serta pemulihan atau
penurunan nilai aset minyak dan gas dalam memproduksi produk ini . Perusahaan akan
melakukan impairment test setiap tahun, dan hal ini memicu peningkatan atau
penurunan pada provisi penurunan nilai ini . Pada tahun 2018, perusahaan melakukan
restrukturisasi dengan tujuan untuk meningkatkan kegiatan operasional perusahaan agar
lebih efektif dan efisien sehingga dibentuk unit bisnis produk perusahaan serta dilakukan
untuk menyesuaikan regulasi baru yang telah dibentuk. Hal ini memicu perusahaan
untuk lebih efisien sebab ada peningkatan pada pendapatan yang disebabkan oleh
meningkatnya permintaan produk. Pendapatan dimuka yang diterima oleh perusahaan juga
relatif stabil sehingga dapat menyatakan bahwa perusahaan tidak memakai pendapatan
dimuka yang merupakan liabilitas dalam membantu meningkatkan laba, sebab setiap tahun
ada nominal pendapatan dimuka yang relatif stabil sehingga dapat dinyatakan bahwa
perusahaan tidak melakukan teknik ini.
Teknik kedua adalah pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan target akan ditahan
sebelum proses akuisisi siap dilakukan dan pencatatan pendapatan ini dilakukan
sesudah merger selesai dilakukan. Perusahaan melakukan akuisisi Pertagas pada tahun
2018 dan memiliki kepemilikan saham 51%, sehingga memicu perusahaan untuk
melakukan konsolidasi. Hal ini memicu perusahaan untuk menyajikan kembali laporan
keuangan tahun 2017. Perusahaan yang menjadi target yaitu Pertagas tidak memiliki
perubahan yang signifikan pada pendapatan yang disajikan pada tahun akuisisi dengan tahun
sebelumnya sehingga dapat menyatakan bahwa perusahaan yang mengakuisisi tidak
menginstruksikan perusahaan target untuk menahan pendapatan atau laba. Akusisi yang
dilakukan PGAS adalah untuk mencapai efisiensi dalam hal biaya serta membantu
perusahaan untuk menjadi perusahaan penyedia energi yang terintegrasi melalui produk dan
servis yang berhubungan dengan gas. Akuisisi ini dilakukan setelah melihat prospek
dari Pertagas yang baik dan dilakukan dengan tujuan untuk membantu PGAS dalam
mencapai integrasi nasional dalam mengekspansi infrastruktur gas dan bisnisnya.
Hasil analisis financial shenanigans no.6 pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk. menyatakan bahwa tidak ada praktik kecurangan yang berhubungan dengan
financial shenanigan no. 6. Hal ini menyatakan bahwa PT Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk tidak melakukan pemindahan pendapatan periode sekarang pada periode yang akan
datang yang umumnya dipakai untuk memanajemen laba sehingga laporan keuangan
telah disajikan sesuai dengan standar dan wajar.
Financial shenanigans no.7
Teknik pertama yaitu menggelembungkan one-time charge. One-time charge disebut
juga sebagai nonrecurring charge atau biaya yang hanya muncul sekali yang kemungkinan
besar biaya ini tidak akan muncul lagi di kemudian hari, contohnya biaya konsolidasi,
biaya kombinasi bisnis, biaya reorganisasi dan restrukturisasi, biaya perancangan bisnis, dan
lainnya.
Dari data laporan keuangan PGAS periode 2016 hingga 2020, tidak ditemukan adanya
transaksi one-time charge. Biasanya teknik ini dipakai oleh manajer baru dalam suatu
perusahaan. Manajer memakai kesempatan ini untuk menggelembungkan biaya dan
mengakui biaya masa depan pada periode berjalan sehingga biaya pada periode selanjutnya
berkurang. Walaupun jumlah biaya yang dicatat lumayan besar, akan tetapi investor jarang
mempertanyakan hal ini, karena dianggap sebagai special charge.
Teknik kedua dilakukan dengan cara menghapus biaya R&D (research and
development) dari proses akuisisi. Perusahaan melakukan akuisisi dan menghapus sebagian
besar biaya akuisisinya yang dianggap sebagai “acquired in-process R&D”. Penghapusan
biaya ini berpengaruh terhadap berkurangnya biaya operasional di periode berjalan dan
periode yang akan datang yang akan memicu peningkatan pada laba perusahaan.
Kombinasi bisnis PGAS memakai metode akuisisi. Biaya yang timbul dalam
proses akuisisi dibebankan pada saat terjadinya. Apabila kombinasi bisnis dilakukan melalui
tahapan tertentu, maka nilai wajar pada tanggal akuisisi akan dinilai kembali. Pada periode
2016 hingga 2019, PGAS melakukan akuisisi terhadap SESL (dahulu British Petroleum East
Kalimantan Pte. Ltd), SIPBV (dahulu Kufpec Indonesia Pangkah B.V), SIPL (dahulu Hess
(Indonesia Pangkah) Limited, SPLLC (dahulu Hess Pangkah LLC), SEML (dahulu SROL) dan
Pertagas. Dari pengakuisisian ini , tidak ditemukan adanya kecurangan dalam
penghapusan biaya dari proses akuisisi.
Teknik ketiga yaitu mempercepat pengakuan biaya diskresioner. Apabila target
perusahaan pada periode berjalan sudah tercapai, terkadang perusahaan mencoba untuk
mengalihkan biaya periode selanjutnya pada periode yang sedang berjalan. Hal yang harus
diperhatikan adalah meningkatnya biaya dibayar dimuka, berkurangnya periode depresiasi
atau amortisasi akibat perubahan kebijakan akuntansi.
Komponen beban dibayar di muka terdiri dari joint interest billing dari aktivitas minyak
dan gas, arrangement fee, dan sewa. Kenaikan biaya pada 2017 disebabkan karena adanya
penambahan sebesar USD15.788.135 pada beban sewa dibayar di muka. Pengakuan biaya
diskresioner yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi telah dijelaskan pada
Shenanigan 4 dan tidak ditemukan adanya kecurangan.
Hasil analisis financial shenanigans no.7 pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk. menyatakan bahwa tidak ada praktik kecurangan yang berhubungan dengan
financial shenanigan no. 7. Hal ini menyatakan bahwa PT Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk tidak melakukan pemindahan biaya periode yang akan datang pada periode sekarang
dengan memakai special charge sehingga laporan keuangan telah disajikan sesuai
dengan standar dan wajar.