Rabu, 09 Juli 2025

Published Juli 09, 2025 by

manajemen dinamis 2




 unaan sumber-sumber dan waktu yang 

tersedia.


2. Menghindari kemacetan-kemacetan dan kesimpangsiuran dalam proses pencapaian tujuan.

3. Menjamin adanya pembagian kerja, waktu dan koordinasi yang tepat.

Jadi hubungan antara manajemen dan tata kerja dapat dilukiskan seperti di bawah ini:

1. Manajemen: Menjelaskan perlunya ada proses kegiatan dan pendayagunaan sumber-sumber serta 

waktu sebagai faktor-faktor yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan demi tercapainya tujuan.

2. Tata Kerja: Menjelaskan bagaimana proses kegiatan itu harus dilaksanakan sesuai dengan sumber-

sumber dan waktu yang tersedia.

Eratnya hubungan timbal balik antara ketiga (Manajemen, Organisasi, dan Tata kerja) ini  

yaitu :

1. Manajemen: Proses kegiatan pencapaian tujuan melalui kerjasama antar manusia.

2. Organisasi: Alat bagi pencapaian tujuan ini  dan alat bagi pengelompokkan kerjasama.

3. Tata kerja: Pola cara-cara bagaimana kegiatan dan kerjasama ini  harus dilaksanakan sehingga 

tujuan tercapai secara efisien.

Dari konsep ini , jelaslah bahwa baik manajemen, organisasi maupun tata kerja ketiganya 

diarahkan kepada tercapainya tujuan.

TEORI UMUM SISTEM ORGANISASI 

Teori umum sistem awalnya dipelopori oleh ahli biologi Ludwig Von Bertalanffy yang menulis bahwa 

a system is characterized by interactions of its components and the nonlinearity of those interactions. 

Von Bertalanffy memperluas teori sistem termasuk sistem biologi (biological systems). Von Bertalanffy 

dkk membentuk suatu perkumpulan untuk pengembangan teori sistem kemudian mempublikasikan 

General System Theory: Foundation, Development, and Applications yang menulis bahwa Systems 

theory is a transdisciplinary approach that abstracts and considers a system as a set of independent and 

interactions part.

Teori sistem memiliki dua konsep dasar yaitu: konsep subsistem yang melihat hubungan antar 

bagian sebagai hubungan sebab-akibat. Konsep kedua memandang sebab jamak (multiple causation) 

sebagai hubungan yang saling berkaitan yakni tiap bagian merupakan kompleks (kumpulan) yang tiap 

faktornya saling berkaitan. (Owens; 1987). Sistem yaitu  suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks 

atau terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu 

kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau utuh. (Miles, cs, 1992)

Organisasi yaitu  sekelompok individu yang berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu dalam 

suatu sistem kerja yang mempunyai kejelasan dalam pembagian kerja atau peran. Organisasi memilki 

subsistem yang saling berhubungan dan membutuhkan untuk menguatkan organisasi dalam mencapai 

tujuan organisasi ini . Organisasi merupakan sekumpulan orang yang bekerja bersama dalam 

suatu divisi untuk mencapai tujuan bersama (Schermerhorn, dkk., 1997:9). Tujuan ini tidak saja untuk 

organisasi itu sendiri melainkan juga untuk kepentingan masyarakat.

Klasifikasi Sistem

Sebagai bagian yang sangat penting dalam mendukung suatu organisasi, maka sistem dapat dilihat 

dalam beberapa jenis, menurut Kambey (2010:39-41) antara lain:

1. Sistem alamiah (natural system) dan sistem buatan manusia.

Sistem alamiah (natural system) yaitu  sistem yang terjadi sebab  proses alamiah, dan tidak 


terpengaruh campur tangan manusia; seperti sistem tata surya. Sistem buatan manusia (natural 

system) yaitu  sistem yang dirancang dan diciptakan manusia, misalnya sistem tata organisasi.

2. Sistem terbuka (open system) dan sitem tertutup (closed system)

Sistem terbuka (open system) yaitu  sistem yang selalu berhubungan dengan lingkungan luarnya 

(interrelation) dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Sehingga terjadi memberi dan menerima 

informasi, energi, dan materi-materi dari lingkungannya. Sistem tertutup (closed system) 

yaitu  sistem yang tidak berinteraksi dan tidak dipengaruhi oleh lingkungannya, dan bekerja 

mengikuti pola yang tetap secara sebab akibat (suatu saat sistem inipun akan dipengaruhi oleh 

lingkungannya).

3. Sistem sederhana (simple system) dan sistem kompleks (sophisticated system)

Pembagian sistem ini didasarkan pada tingkat kerumitannya.

4. Sistem deterministic (deterministic system) dan sistem probabilistik (probabilistic system). 

Sistem deterministic (deterministic system) yaitu  suatu sistem yang operasinya dapat diramalkan 

secara tepat dan pasti. Sistem probabilistik (probabilistic system) yaitu  sistem yang tak dapat 

diramal dengan tepat dan pasti sebab  mengandung unsur kemungkinan.

Pendekatan Sistem

Sistem dapat diartikan sebagai gabungan sub-sub sistem yang saling berkaitan. Organisasi sebagai suatu 

sistem akan dipandang secara keseluruhan, terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan (sub-sistem), dan 

sistem/organisasi ini  akan berinteraksi dengan lingkungan.

Model sistem sebagaimana digambarkan oleh Bertalanffy yang terkenal dengan General System 

Theory (GST). Karakteristik GTS yaitu  (1) input organisasi; biasanya diperoleh dari lingkungan, seperti 

bahan mentah, manusia, modal, dan informasi (2) proses transformasi; kegiatan dalam organisasi, 

seperti sistem produksi, pengendalian, administrasi (3) output; keluaran yang dihasilkan ke lingkungan, 

seperti produk, keuntungan, informasi (4) feedback; umpan balik. Sehingga setiap organisasi memiliki 

pendekatan-pendekatan dalam sistemnya yang meliputi penerapan konsep-konsep dan strategi 

yang cocok dari teori-teori sistem guna mempermudah pemahaman tentang organisasi dan praktik 

manajerialnya. Sehingga pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam sistem suatu organisasi dapat 

dijabarkan sebagai berikut:

1. Sistem terbuka. Sistem yang terbuka berarti sistem ini  berinteraksi dengan lingkungan. 

Sebaliknya sistem yang tertutup yaitu  sistem yang tidak berinteraksi dengan lingkungan. Semua 

organisasi merupakan sistem terbuka, meskipun dengan tingkat yang berbeda-beda.

2. Sub-sistem. Sub-sistem merupakan bagian dari sistem. Dalam sistem, sub-sub sistem saling 

mempengaruhi. Sehingga agar dapat mengendalikan sistem dengan seksama dan sinergis, maka 

sistem harus dilihat secara komprehensif, artinya sistem dapat terbangun bila sub-sub sistem 

berfungsi secara sempurna.

3. Sinergi. Jika sub-sub sistem bekerjasama, maka hasil yang diperoleh akan lebih efektif dibandingkan 

bekerja secara sendiri-sendiri. Sinergi sering dikaitkan dengan merger dimana dua organisasi 

yang bersatu akan lebih efisien dibandingkan dengan jika dua organisasi berjalan sendiri-sendiri, 

terutama pada organisasi-organisasi yang mengelola produk.

4. Batasan sistem. Batasan sistem membatasi sistem dengan lingkungannya. Dalam sistem yang 

terbuka, biasanya batas ini  fleksibel, berbeda dengan sistem tertutup, batas ini  kaku.

5. Aliran. Input akan mengalir ke sistem, kemudian diproses oleh sistem, dan keluar sebagai output.

6. Feedback. Feedback atau umpan balik merupakan elemen penting dalam pengendalian. Umpan 


balik informasi diberikan ke orang-orang yang tepat dalam organisasi, kemudian diproses lebih 

lanjut. Sehingga jika sesuatu melenceng dari rencana yang telah ditetapkan, maka perbaikan bisa 

segera dilakukan.

7. Entropi. Entropi merupakan proses dimana sistem menuju ke kehancuran. Jika satu organisasi 

tidak mampu memproses feedback dengan baik dan tidak bisa menyesuaikan perubahan selera 

konsumen/stakeholders, maka akan mengalami kebangkrutan dan mati. Aliran sistem percaya 

bahwa aliran sistem akan menyerap aliran lainnya, atau berkembang menjadi aliran yang dominan 

dengan definisi aliran yang jelas.

Secara sederhana suatu sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, 

komponen, atau variabel yang terorganisir, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain, dan 

terpadu. Setiap unsur pembentuk suatu organisasi yaitu  penting dan harus mendapat perhatian yang 

utuh susaha  pengambil keputusan dapat bertindak lebih efektif. Teori sistem melahirkan konsep-

konsep:

1. Konsep futuristik, antara lain yang terkenal yaitu  konsep sibernetika (cybernetics). Konsep ini 

terutama berkaitan dengan usaha  menerapkan berbagai disiplin ilmu, yaitu ilmu perilaku, fisika, 

biologi dan teknik. Konsep sibernetik dalam sektor perikanan dan kelautan dapat dilihat pada 

pembuatan peta tata ruang wilayah pesisir, di mana dalam proses pembuatannya melibatkan 

banyak disiplin ilmu seperti ahli tata ruang, ahli perikanan, ahli lingkungan, ahli oseanografi dan 

sebagainya.

2. Konsep sinergi, prinsipnya bahwa di dalam melakukan sesuatu output secara sistem akan lebih 

besar dibanding output secara sendiri-sendiri. Kegiatan bersama dari bagian yang terpisah, namun  

saling berhubungan secara bersama-sama akan menghasilkan efek total yang lebih besar dari pada 

jumlah bagian secara individu dan terpisah.

Kontribusi Bertalanffy terhadap teori sistem yang paling dikenal sebab  teori Open System. Para 

teori sistem tradisional berpendapat bahwa model sistem tertutup berdasar  pada ilmu pengetahuan 

klasik dan hukum kedua termodinamika yang tidak dapat dipertahankan. Bertalanffy menyatakan 

bahwa perumusan konvensional fisika pada prinsipnya, tidak bisa diterapkan pada organisme makhluk 

hidup. Sistem terbuka memiliki steady state. Sehingga diduga banyak karakteristik dari sistem kehidupan 

yang paradoks dalam pandangan hukum fisika merupakan konsekuensi dari fakta ini.

Sistem Terbuka (Open System)

Bertalanffy (1968) mengandaikan paradigma sistem pada aspek ilmu kimia, biologi, dan matematika 

dimana suatu sistem akhirnya akan berada pada titik equilibrium seperti hal nya sebuah proses physiologi. 

Sistem di dalam sebuah organisme dikatakan sebagai sebuah sistem terbuka sebab  dipengaruhi oleh 

banyak faktor yang berada di luar organisme itu sendiri. Suatu sistem dikatakan terbuka menurut Ludwig 

Von Bertalanffy bila aktivitas didalam sistem ini  dipengaruhi oleh lingkungannya, sedangkan 

suatu sistem dikatakan tertutup bila aktivitas-aktivitas didalam sistem ini  tidak dipengaruhi oleh 

perubahan yang terjadi dilingkungannya.

Dalam model Bertalanffy ini, teori yang ditetapkan prinsip-prinsip umum sistem terbuka dan 

keterbatasan model konvensional. Teori ini dianggap berasal dari aplikasi untuk biologi, teori informasi 

dan sibernetika, akan namun  secara potensial dapat diaplikasikan pada ilmu-ilmu yang lain. Sistem 

terbuka memiliki interaksi yang dinamis dengan lingkungannya baik transmisi dan menerima energi. 

Model dasar sistem terbuka yaitu  interaksi dinamis komponennya.


Sistem sederhana biasanya memiliki interaksi lingkungan terbatas dan fungsi fisik. Entitas biologis, 

di sisi lain, yang dibangun dari bagian-bagian yang berbeda dan terpisah. Bertalanffy menyatakan, 

“Alasan untuk dominasi segregasi dalam hidup alam tampaknya segregasi itu ke dalam sistem parsial 

menunjukkan peningkatan kompleksitas dalam sistem”. Segregasi progresif dapat memicu  

mekanisasi progresif, yang menciptakan kurang dinamis umpan balik sistem dan kesulitan regulasi. 

Namun, peningkatan mekanisasi menyiratkan pengaturan tetap dan kondisi kendala yang dapat 

membuat sistem lebih efisien menyelesaikan tugas tertentu. Akibatnya, produk akhir dari segregasi 

progresif dan mekanisasi progresif yaitu  peningkatan sistem kompleksitas sistem terbuka.

Sebuah sistem tertutup, sering fokus fisika konvensional dan pendekatan penelitian analitis, 

terisolasi dari lingkungannya. Dalam keadaan kesetimbangan, sistem tertutup tidak perlu energi untuk 

pelestariannya, juga dapat energi diperoleh dari itu. 

Karakteristik Sistem Terbuka 

Teori tentang open system relatif masih baru dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum bias 

terpecahkan dengan teori ini. Pengembangan teori open system didasarkan pada dua sumber, pertama 

biofisik kehidupan suatu organism dan kedua perkembangan pada industri kimia, dimana disamping 

adanya reaksi di dalam proses secara tertutup namun  juga mempertimbangkan unsur efisiensi dan 

keuntungan lainnya. Thermodynamic theory disebut irreversible thermodynamic yang merupakan satu 

generalisasi teori dari physical theory.

Meskipun open system menunjukkan karakteristik yang luar biasa, namun  pada beberapa kondisi 

tertentu berada pada posisi steady state. Kondisi ini berada pada jarak antara equilibrium dan kondisi 

yang sebenarnya. Open system memiliki interaksi yang dinamis dengan lingkungannya baik transmisi 

dan menerima energi. Steady state menunjukkan karakteristik yang luar biasa dengan adanya kejelasan 

pada equifinality. Equifinality merupakan satu kondisi yang dapat tercapai dengan berbagai potensi 

yang dimiliki. Istilah ini berbeda dengan tujuan, saat   menggambarkan satu sistem yang kompleks. 

Istilah ini juga berarti bahwa satu aquifinality dapat dicapai melalui banyak jalur yang berbeda, bahkan 

dengan kondisi awal yang berbeda. Dalam organisasi equifinality menyiratkan bagaimana organisasi 

dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang sama berdasar  kompetensi yang berbeda secara 

substansial.

berdasar  prinsip dari thermodynamic, open system dapat memelihara sistem ini  dari 

kemungkinan yang tidak terduga dan organisasi. Open system yang lebih komplek sebenarnya ada  

pada kajian biologi yang dianalisa oleh Burton, Rashevsky, Hearon, Raeiner, Denbight dan penulis 

lainnya. Agar dapat melakukan pekerjaan satu sistem tidak harus berada pada kondisi equilibrium 

namun cenderung untuk terus-menerus mencapainya, agar dapat mencapai titik ini maka sistem harus 

dipertahankan dalam kondisi stabil. Oleh sebab  itu, karakter open system yaitu  kondisi yang sangat 

diperlukan untuk kapasitas kerja yang terus-menerus dari organisme.


karakter open system yaitu  kondisi yang sangat diperlukan untuk kapasitas kerja yang terus 

menerus dari organisme. 

 


1. Saling terkait & saling tergantung (Interrelated & interdependent) 

2. Keutuhan (Wholeness) 

3. Penyeimbang & Kesetaraan (Balancing & equifinality) 

4. Hirarkhi(Hierarchy) 

Steady state ini banyak ada  pada open system, sangat tergantung pada kondisi yang ada 

dan ditentukan oleh parameter sistem. Konsekuensi yang menarik pada kondisi ini yaitu , 

pertama, komposisi sistem dalam kondisi steady state tetap konstan, meskipun rasio komponen 

tidak didasarkan pada keseimbangan kimia reaksi reversibel, namun  reaksi yang terjadi dan,  

sebagian, irreversible.   Kedua, rasio steady state komponen bergantung hanya pada konstanta 

sistem, bukan pada kondisi lingkungan. Sedangkan kondisi yang tetap ini tergantung pada 

katalisator saat ini dan reaksi konstan. Pada open system akan terjadi 

Gambar 2.1 Equifinality of Growth

https://www.google.co.id/search?q=Gambar+1+Equifinality+of+Growth

Catatan pada Gambar 2.1:

1. Saling terkait & saling tergantung (Interrelated & interdependent)

2. Keutuhan (Wholeness)

3. Penyeimbang & Kesetaraan (Balancing & equifinality)

4. Hierarki (Hierarchy)

Steady state ini banyak ada  pada open system, sangat tergantung pada kondisi yang ada 

dan ditentukan oleh parameter sistem. Konsekuensi yang menarik pada kondisi ini yaitu , pertama, 

komposisi sistem dalam kondisi steady state tetap konstan, meskipun rasio komponen tidak didasarkan 

pada keseimbangan kimia reaksi reversibel, namun  reaksi yang terjadi dan, sebagian, irreversible. Kedua, 

rasio steady state komponen bergantung hanya pada konstanta sistem, bukan pada kondisi lingkungan. 

Sedangkan kondisi yang tetap ini tergantung pada katalisator saat ini dan reaksi konstan. Pada open 

system akan terjadi fenomena overshoot dan false start saat   pada awalnya sistem berada pada titik 

yang berseberangan dengan steady state.

Sebagai contoh Implementasi Sistem Terbuka dan Tertutup: 

1. Sistem Terbuka: Kebalikan dari Sistem Tertutup, sistem ini menerapkan suatu umpan balik. 

Sistem ini jauh lebih baik dibandingkan dengan Sistem Terbuka, sebab  jika sewaktu-waktu ada 

suatu ketidakseimbangan didalam perusahaan maka akan ada usaha  untuk menyeimbangkannya 

sebab  adanya suatu mekanisme pengendalian didalam suatu perusahaan. 

 Contoh: Microsoft coorperation, yang selalu mengikuti kebutuhan para konsumen yang sudah 

disurvei oleh pihak perusahaan, sehingga perusahaan dapat berinovasi dan menciptakan suatu 

produk yang dibutuhkan dalam masyarakat.

2. Sistem Tertutup: Suatu sistem yang tidak menerapkan lingkaran umpan balik atau mekanisme 

pengendalian yang menunjukan sistem terbuka. Hanya sedikit perusahaan bisnis yang 

memakai   konsep ini . Perusahaan-perusahaan ini  memakai   sistem terbuka 

akan namun  umpan balik dan mekanisme pengendaliannya tidak bekerja semestinya. Perusahaan 

itu memulai menjalankan sistem ini  dan tidak pernah berganti arah. Sehingga jika sewaktu-

waktu terjadi kehilangan kendali, tidak ada yang dapat menyeimbangkan. Sehingga hasilnya 

yaitu  kehancuran sistem (Bangkrut).


 Contoh: perusahaan Apple yang didirikan oleh Steve Jobs, perusahaan ini selalu berinovasi tanpa 

adanya campur tangan dari luar ataupun survei kepada para konsumen, mereka hanya melakukan 

inovasi dan menyerahkan penilaian produk mereka kepada konsumen 

Sistem Terbuka Sibernatik (Open System Cybernatics)

Dasar dari model open system yaitu  adanya interaksi yang dinamis antar komponen. Dasar model 

cybernetic yaitu  adanya umpan balik, dimana dengan adanya informasi umpan balik maka nilai-

nilai yang diinginkan dapat dijaga sehingga dapat mencapai tujuan. Teori cybernetic didasarkan pada 

feedback dan informasi. Kedua model ini dapat saling melengkapi meskipun masing-masing juga 

memiliki perbedaan dan keterbatasan. Model open system pada formulasi kinetik dan thermodynamic. 

tidak berbicara mengenai informasi. Sebaliknya sistem umpan balik yaitu  termodinamika dan 

kinetikal yang tertutup tanpa adanya metabolism. 

Cybernatic dapat diaplikasikan saat   sistem yang akan dianalisa terlibat dalam sebuah sinyal loop 

tertutup; yaitu, saat   aksi dari sistem memicu  beberapa perubahan pada lingkungannya dan 

perubahan itu memberi  umpan kepada sistem melalui informasi (umpan balik) yang memicu  

sistem menyesuaikan diri dengan kondisi baru ini: perubahan sistem mempengaruhi perilakunya. 

Hubungan “lingkaran sebab-akibat” ini diperlukan dan cukup untuk perspektif cybernatic.

Contemporary cybernatic mulai sebagai studi interdisiplin yang menghubungkan bidang-bidang 

sistem kendali, teori sirkuit, teknik mesin, logika pemodelan, biologi evolusi, neurosains, antropologi, 

dan psikologi pada tahun 1940an.

ORGANISASI SEBAGAI SISTEM TERBUKA

saat   mempelajari perilaku organisasi seringkali kita menemukan istilah organisasi sebagai  open 

system. Organisasi disini dipahami sebagai sekumpulan orang yang bekerjasama untuk mencapai 

tujuan tertentu. Organisasi bukankah entitas yang berdiri sendiri namun  pasti ada lingkungan 

yang menjadi wahana organisasi ini  hidup tumbuh dan berkembang. sebab  organisasi 

membutuhkan lingkungan maka bisa dikatakan organisasi ini  merupakan sistem yang terbuka. 

Untuk menghasilkan barang dan jasa organisasi mengambil sumber daya dari lingkungan eksternal 

dan mengkonversi atau mengubahnya menjadi barang dan jasa yang siap untuk diolah kembali atau 

dinikmati oleh end user yang dikirim kembali ke lingkungan ini , di mana mereka dibeli oleh 

pelanggan. Siklus ini  terus-menerus berlangsung sampai organisasi ini  bubar.

Organisasi sebagai open system ini bisa diibaratkan seperti organisme yang hidup dalam 

media tertentu. Agar dapat bertahan hidup organisme ini perlu terus-menerus berinteraksi dengan 

lingkungannya, mengambil makanan dari lingkungan, kemudian pengkonversikannya menjadi 

energi dan kemudian energi serta limbahnya dilepaskan kembali ke lingkungan. Bagan berikut ini 

menggambarkan bagaimana organisasi bekerja sebagai open system.

Bagan di atas menjelaskan bahwa organisasi dilingkupi oleh lingkungan dimana organisasi 

mengambil sumber daya yang berupa bahan mentah, uang dan kapital, serta SDM. Proses mengambil 

sumber daya ini seringkali disebut sebaha tahapan mendapatkan input. Selanjutnya sumber daya 

tesebut diubah memakai   mesin, komputer, dan dikendalikan oleh keterampilan manusia untuk 

menambahkan nilai dari sumber daya ini . sesudah   tahapan konversi, maka kemudian masuk dalam 

tahapan output dimana sumber daya tadi kemudian berubah bentuk menjadi barang dan jasa yang 


siap dilepaskan di lingkungan kembali melalui proses penjualan. Proses penjualan pada hakikatnya 

merupakan proses untuk mendapatkan input kembali untuk diproses menjadi barang dan jasa. Semua 

itu bertujuan untuk menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan organisasi.

Konsep input-output sering disebut sebagai model linear, yaitu teori yang menjelaskan bagaimana 

sistem dapat dijelaskan dalam konteks dunia nyata. Suatu teori yang beranjak dari konsep umum 

ke khusus yang tampak logis, rasional dan teratur berusaha  untuk mencari jawaban terhadap usaha  

menghubungkan nilai input dan nilai output sehingga menghasilkan efisiensi biaya.

Organisasi sebagai sistem yang menciptakan dan menjaga lingkungan didalamnya memuat 

interaksi manusia yang kompleks (baik antar individu maupun dalam kelompok). Organisasi dengan 

open system dapat digambarkan seperti fenomena nyala api lilin, sinar yang dipancarkannya akan 

memengaruhi kondisi lingkungan di sekelilingnya. Dalam sistem yang terbuka, organisasi dengan 

sistem yang lebih luas orang akan berinteraksi aktif dengan sistem eksternal yang ada  pada 

lingkungannya. Misalnya organisasi sekolah, harus dipandang sebagai hubungan antara perilaku 

manusia dan konteksnya. Perilaku organisasi difokuskan pada sekolah sebagai suatu sistem.

Organisasi (sistem) berada dalam lingkungan (suprasistem) yang didalamnya memuat pula sub 

sistem (perangkat administrasi dalam organisasi). Batasan antar sub sistem dibuat dengan garis putus-

putus yang berarti antar bagian dapat saling menembus (permeable). Antara subsistem yang terlibat 

dapat saling mempengaruhi lewat hubungan yang interaktif dan adaptif antar komponen. Masalah 

yang terjadi pada satu bagian dapat menjadi ancaman terhadap fungsi keseluruhan. (Owens; 1987).

Organisasi sebagai open system yaitu  organisasi yang berinteraksi dengan lingkungan dengan 

kata lain organisasi yang menerima sesuatu dari suatu sistem dan melepaskannya kepada sistem yang 

lain. Organisasi merupakan suatu open system sebab  selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Open 

system yaitu  “sistem yang berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya”. Sistem ini 

menerima masukan dan menghasilkan keluaran untuk lingkungan luar atau subsistem yang lainnya, 

sehingga harus memiliki sistem pengendalian yang baik. Lingkungan dapat dilakukan dengan dua arah 

yaitu organisasi dipenuhi perubahan dan sebaliknya lingkungan dipengaruhi oleh organisasi. Adapun 

lingkungan organisasi terdiri atas lingkungan mikro dan makro.

Open system akan mencapai suatu tingkat dinamika tertentu atau keseimbangan dinamis. Di 

sisi lain sistem ini masih mempunyai kemampuan yang berkelanjutan untuk melangsungkan kerja 

dan melakukan transformasi ke pihak lain. Sistem ini mempunyai proses putaran yang kontinu yang 

memicu  daya hidupnya berkelangsungan. Organisasi dipandang sebagai hal yang dinamis yang 

senantiasa berubah. Masukan yang berasal dari lingkungan, diterima oleh sesuatu organisasi. Kemudian 

organisasi ini  memproses sebagai salah satu kegiatannya untuk mencapai tujuan organisasi. Hasil 

pemrosesan ini dikirim dan diterima oleh lingkungan baik berupa barang-barang atau jasa pelayanan. 

Hasil ini dirasakan oleh masyarakat sebagai unsur lingkungan dari organisasi ini . Lingkungan 

akan memberi  umpan balik kepada organisasi yang dipakai  sebagai bahan masukan baru 

untuk diolah dan diproses didalam organisasi. Dengan cara demikian organisasi mencapai tingkat 

keseimbangan yang dinamis dengan lingkungannya. sebab  ia dirangsang untuk mendapatkan potensi 

baru guna melanjutkan kelangsungan hidupnya.

Open system menekankan hubungan dan ketergantungan antara unsur-unsur organisasi yang 

bersifat sosial dan teknologi. Organisasi dipertimbangkan sebagai serangkaian variabel yang saling 

berhubungan, dimana perubahan satu variabel akan memicu  berubahnya variabel lainnya. 

Sistem organisasi terbuka tidak hanya terbuka bagi lingkungannya saja, akan namun  terbuka pula bagi 

dirinya sendiri. Open system menyesuaikan pada lingkungannya dengan cara melakukan perubahan-

perubahan susunan dan proses dari komponen-komponen di dalam organisasi itu sendiri.


Karakteristik dari open system ini menurut Burns dan Stalker (1994) merupakan kebalikan dari 12 

butir karakteristik dari sistem tertutup.

1. Tugas-tugas yang tidak rutin berlangsung dalam kondisi-kondisi yang tidak stabil.

2. Pengetahuan spesialisasi menyebar pada tugas-tugas pada umumnya. Berbeda dengan sistem 

tertutup bahwa pemahaman dari spesialisasi tugas itu pengetahuan spesialisasinya dimiliki oleh 

masing-masing orang yang barang kali hanya bisa dipergunakan jika menguntungkan orang 

ini  untuk mengatasi berbagai tugas organisasi.

3. Hasil (atau apa yang bisa dikerjakan) diutamakan

4. Konflik di dalam organisasi diselesaikan dengan interaksi diantara teman sejawat.

5. Pencairan pertanggungjawaban ditekankan. Dalam hal ini tugas-tugas yang bersifat formal 

dikesampingkan untuk melibatkan semua anggota didalam memecahkan persoalan-persoalan 

organisasi.

6. Rasa pertanggungjawaban yang loyalitas seseorang yaitu  pada organisasi secara keseluruhan, 

tidak hanya pada subunit organisasi yang telah dibebankan kepada seseorang pejabat.

7. Organisasi dipandang sebagai struktur network yang merembes (fluiding network structure) 

(dalam hal ini organisasi dilihat sebagai amoeba).

8. Pengetahuan atau informasi dapat berada dimana saja di dalam organisasi (misalnya, setiap orang 

mengetahui sesuatu yang bergayutan dengan organisasinya. Tidak semua orang termasuk kepala 

atau pimpinan dapat mengetahui semua hal).

9. Interaksi di antara orang-orang di dalam organisasi cenderung bergerak secara horizontal, selancar 

geraknya interaksi vertikal.

10 Gaya interaksi yang diarahkan untuk mencapai tujuan lebih berifat pemberian saran dibandingkan 

dengan pemberian instruksi, dan disifati dengan mitos setia kawan dengan mengesampingkan 

hubungan antara atasan-bawahan.

11. Hasil tugas dan pelaksanaan kerja yang baik diutamakan, bukannya menekankan pada loyalitas 

dan kepatuhan pada seseorang atasan.

12. Prestise ditentukan dari pihak luar (externalized) misalnya kedudukan atau status seseorang di 

dalam organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan profesional dan reputasi seseorang.

Kelemahan Organisasi Terbuka

Organisasi dengan open system merupakan satu sistem yang sudah sangat baik sebab  menerima 

masukan tertentu, seperti bahan baku, informasi, tenaga kerja, dan peralatan. Di sisi lain organisasi juga 

menghasilkan produk yang dilepas, disalurkan dan diterima oleh sistem lain. Proses ini berlangsung 

terus-menerus tanpa ada hentinya.

namun  kelemahan pada organisasi open system yang perlu diwaspadai yaitu  jika organisasi gagal 

memperoleh masukan yang diperlukan dari sistem lain dan keluarannya tidak diserap atau ditolak 

sistem lain maka, organisasi lama-kelamaan akan hilang eksistensinya. Hal ini yang kemudian membuat 

suatu organisasi atau industri bubar atau bangkrut.

Pemikiran Sistem (System thinking)

Pemikiran sistem (System thinking) telah begitu popular di kalangan masyarakat hal ini memicu  

berbagai pendapat dari para pemikir (cendekiawan) mengenai pemikiran sistem. Sifat-sifat system 

thinking berhubungan dengan tiga persoalan filsafat, yaitu apa dan berapa banyak yang ingin diketahui, 

serta seberapakah nilainya pengetahuan bagi umat manusia. Inti utama dari System thinking merupakan 

 

pewujudan dasar dari pemikiran sistem sebagai konsep teori sistem umum yaitu sebagai teori sistem 

terbuka. Konsep ini telah banyak dipakai  secara luas dan telah di aplikasikan ke bidang-bidang 

pokok persoalan yang beraneka ragam sebab  dapat dilihat persoalan dari sudut pandang pemikiran 

sistem dan persoalan subjek sebagai sistem terbuka. Berkaitan dengan system thinking ada beberapa hal 

yang perlu kita ketahui.

1. Aspek Ontologi dari system thinking

Menurut Quine masalah ontology dapat diungkapkan menjadi tiga kata What is there? Untuk 

menjawab pertanyaan yang mendasar mengenai masalah ontology ini seorang ahli mengatakan 

jawaban dari pertanyaan Quine yaitu  sebuah sistem. Hal ini menunjukkan bahwa setiap eksistensi 

tidak dapat berdiri sendiri namun  berhubungan secara teratur. Selanjutnya ahli teori sistem 

mempunyai pandangan dan penilaian bahwa tiap eksistensi memiliki tatanan yang beraturan 

dan ketidakacakan. Sejumlah pertanyaan seputar aspek ontology pada akhirnya menjawab secara 

keseluruhan apa yang ingin diketahui yaitu  sifat wujud yang ada dengan cara teratur melalui 

pembentukan sistem.

2. Aspek Epistemologi system thinking: 

Platform epistemologis pemikiran sistem juga melandaskan pada premis tentang holisme. Pada 

tataran ini menyatakan bahwa metode penelitian harus didasarkan pada keberadaan seluruh 

objek yang diteliti dan bukan di dasarkan pada pendekatan analitik maupun atomistik.

3. Aspek Aksiologi system thinking: 

Para pakar teori sistem melihat dunia dalam bentuk pemikiran. Jadi para pakar teori sistem 

mengatakan bahwa harus dilakukan usaha untuk menempatkan dunia pada kondisi yang teratur. 

C.P. Snow menegaskan bahwa masyarakat barat telah menjadi sangat terpecah ini merupakan 

polarisasi kedalam ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Sedangkan menurut Boulding secara 

keseluruhan dunia empiris akan lebih menarik saat   dalam keteraturan. Dalam kasus ini pakar 

teori sistem sangat diperlukan dalam merencanakan usaha untuk menempatkan dunia dalam 

keteraturan. Secara sederhana hal ini menegaskan pakar teori sistem menaruh perhatian terhadap 

perencanaan masa depan dengan merancang kembali sistem yang ada kedalam suatu yang lebih 

kohern secara totalitas untuk kebutuhan manusia.

4. Logika Metafisika system thinking: 

Ciri dasar yang membedakan system thinking dari pemikiran kontemporer yaitu  logika metafisika. 

Hollisme, yang melengkapi dasar ontology dan epistemology menghasilkan sistem logika sebagai 

dasar metafisika. Dari pandangan ini system thinking dapat dipahami sebagai meta science titik 

kedudukan yang di benarkan oleh pendukung system thinking. Pada permulaan abad sembilan 

belas karya Auguste Comte sampai pada pemikir kontemporer seperti Karl Poper, Arthur Eddington 

dan James Jean mereka menyarankan  ide metafisika untuk mengikuti tempat pengesahan dalam 

penyelidikan ilmiah. Kenyataan menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan memainkan dua peran 

penting yang berbeda pada satu sisi sebagai metafisika dan di sisi lain sebagai pengertian umum 

terdidik. Dasar metafisika pemikiran sistem yaitu  sistem logis.

Sejarah System Thinking

System thinking memiliki sejarah panjang yang berhubungan dari Khaldun sampai Whitehead. Sejarah 

pemikiran sistem modern menganut pada Teori Sistem Umum dan Sistem Penelitian Umum. Konsep 

Teori Sistem Umum diperkenalkan oleh Ludwig von Bertalanffy tahun 1937. Selanjutnya konsep Teori 

Sistem Umum ini menjadi panduan gerakan pemikir sistem modern. Perkembangan selanjutnya pada 



tahun 1948 Nobert Wiener memperkenalkan teori sibenatika yang menjelaskan tentang perilaku yang 

memiliki tujuan dan adaptasi yang memberi  kontribusi signifikan terhadap perkembangan studi 

sistem. Dengan pendekatan sistem yang ada. Selanjutnya pada tahun 1954 Penelitian Sistem Umum 

(General System Research) dilembagakan.

Logika sistem telah diterapkan pada berbagai bidang mulai dari ekonomi, pemasaran, sosiologi, 

psikologi, pendidikan. Pergerakan sistem dikategorikan menjadi dua arah, yang pertama yaitu  

penelitian lanjutan tentang sifat sistem dalam istilah ilmiahnya disebut Penelitian Sistem Umum. 

Tujuan utama dari Penelitian Sistem Umum yaitu  sebagai berikut:

1. Menyelidiki konsepisomorf, hukum dan model dalam berbagai bidang dan membantu transfer 

yang bermanfaat dari satu bidang ke bidang lainnya.

2. Mendorong pengembangan model teoritis yang memadai dalam bidang-bidang yang kekurangan 

model teoritis ini .

3. Meminimalisir duplikasi usaha teoritis pada bidang-bidang yang berbeda.

4. Mempromosikan kesatuan ilmu pengetahuan melalui perbaikan komunikasi diantara spesialis.

System thinking di dalam Organisasi

Organisasi pada dasarnya terdiri atas unit yang harus bekerja sama untuk menghasilkan kinerja yang 

optimal. Kesuksesan suatu organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan organisasi untuk melakukan 

pekerjaan secara sinergis yang akan dimiliki jika semua anggota unit saling memahami pekerjaan unit 

lain dan memahami juga dampak dari kinerja unit tempat dia bekerja pada unit lainnya. Seringkali 

dalam organisasi orang hanya memahami apa yang dikerjakan dan tidak memahami dampak dari 

pekerjaannya dia pada unit lainnya. Selain itu seringkali timbul fanatisme seakan-akan hanya unitnya 

sendiri yang penting perannya dalam organisasi dan unit lainnya tidak berperan sama sekali. Fenomena 

ini disebut denga nego-sektoral. Kerugian akan sangat sering terjadi akibat ketidakmampuan untuk 

bersinergi satu dengan lainnya, pemborosan biaya, tenaga dan waktu.

Tidak adanya pemikiran sistemik ini akan membuat anggota tidak memahami konteks 

keseluruhan dari organisasi. Kini semakin banyak organisasi yang mengandalkan pada struktur tanpa 

batas (boundaryless organization). Sementara pada organisasi yang masih memakai   struktur 

organisasi berbasis fungsi, kini fungsi-fungsi yang terkait dengan proses yang sama dibuat saling 

melintas batas fungsi; organisasi yang demikian disebut organisasi lintas fungsi atau cross functional 

organization. Organisasi-organisasi yang demikian ini akan membuat proses pembelajaran lebih cepat 

sebab  masing-masing orang dari fungsi yang berbeda akan berbagi pengetahuan dan pengalamannya 

dan akan mempercepat proses pembelajaran individu (individual learning) di dalam organisasi terkait.

Pendidikan Sebagai Sistem (Education as a System)

Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen. Komponen ini  antara lain: 

raw input (sistem baru), output (tamatan), instrumental input (guru, kurikulum), environmental 

input (budaya, kependudukan, politik dan keamanan). Sistem pendidikan juga dapat dilihat dalam 

ruang lingkup makro. Sebagai subsistem, bidang ekonomi, pendidikan, dan politik masing-masing-

masing sebagai sistem. Pendidikan formal, nonformal, dan informal merupakan subsistem dari bidang 

pendidikan sebagai sistem dan seterusnya.


Penggunaan analisis sistem dalam pendidikan dimaksudkan untuk memaksimalkan pencapaian tujuan 

pendidikan dengan cara yang efesien dan efektif. Prinsip utama dari penggunaan analisis sistem ialah: 

bahwa kita dipersyaratkan untuk berpikir secara sistematik, artinya harus memperhitungkan segenap 

komponen yang terlibat dalam masalah pendidikan yang akan dipecahkan. Komponen-komponen 

yang baik menunjang terbentuknya suatu sistem yang baik. namun  komponen yang baik saja belum 

menjamin tercapainya tujuan sistem secara optimal, manakala komponen tidak berhubungan secara 

fungsional dengan komponen lain.

Pada ruang lingkup besar terlihat pula sistem yang satu saling berhubungan dengan sistem yang 

lain. Hal ini wajar, oleh sebab  pada dasarnya setiap sistem itu hanya merupakan satu aspek dari 

kehidupan. Sedangkan segenap segi kehidupan itu kita butuhkan, sehingga semuanya memerlukan 

pembinaan dan pengembangan.

Organisasi pendidikan merupakan sistem terbuka punya konsekuensi perilaku tambahan. Sekolah 

sebagai contoh yaitu  subjek dari dua kekuatan eksternal yang secara alami menentukan pengaturan 

internal sekolah. Standar profesional dan harapan yang ditujukan pada guru lewat training, asosiasi 

akrediting, permintaan dari kolega, kaitan antara pendidikan dan industri, aturan tahunan yaitu  

sedikit dari pengaruh profesional yang berasal dari luar dan pengaruh perilaku yang ada di sekolah.

Kekuatan pengaruh yang kedua berasal dari pengaruh sosiokultural yang lebih luas yang 

pengaruhi norma yang berlaku di sekolah. Hal ini bersumber dari perbedaan yang ada pada standar 

tradisi komunitas, hukum, peraturan yang berlaku dan juga budaya barat secara luas. Penerapan 

sistem tertutup ke dalam objek pendidikan berbentuk penyelenggaraan sistem kegiatan pendidikan 

menurut koridor pengajaran. Sedangkan sistem terbuka cenderung menurut koridor pembimbingan 

dan pengasuhan.

Sasaran sistem pengajaran, khusus dikembangkan di pendidikan sekolah, yaitu  sesuatu yang 

bersifat konkret positif, yaitu berupa ‘keterampilan’. Terampil membaca, menulis, dan berhitung. Materi 

pendidikan dalam jenis mata pelajaran dipolakan dalam bentuk ‘textbook’, yakni buku pelajaran yang 

disusun menurut pola tertentu (Satuan Acara Pengajaran). Sementara pembimbingan dan pengasuhan 

menunjuk pada ‘output’ atau hasil dari seluruh rangkaian penyelenggaraan pendidikan menurut 

objek forma, metode, dan sistem seperti ini  di atas. Hasilnya berupa ‘kecerdasan intelektual’, 

yaitu kemampuan berkreasi untuk mencipta segala perubahan yang berguna bagi kelangsungan dan 

perkembangan kehidupan sehari-hari.

Manajemen Perubahan Dalam Sebuah Organisasi (Change Management in an Organization)

Perubahan tidak dapat dielakkan dalam kehidupan manusia. Dimulai oleh dunia usaha yang lebih 

dulu menyadari pentingnya perubahan bagi peningkatan kualitas produksi yang dihasilkan, sampai 

ke administrasi pemerintahan. Berbagai usaha  dan pendekatan telah dilakukan untuk memecahkan 

masalah yang timbul akibat adanya perubahan.

Berkaitan dengan ini, seorang ahli filsafat Yunani kuno yang bernama Heraclitus pernah berkata 

bahwa didunia ini tidak ada yang permanen, kecuali perubahan. Pernyataan ini  kiranya masih 

mengandung kebenaran sampai saat ini. Dikatakan demikian sebab  memang pada kenyataannya di 

dunia ini selalu terjadi perubahan yang mencakup seluruh segi kehidupan baik pada tingkat individu 

maupun tingkat organisasional. Menarik untuk dicatat bahwa di samping selalu terjadi perubahan di 

semua segi kehidupan, perubahan dalam satu bidang pasti mempunyai dampak langsung maupun 

tidak langsung pada bidang kehidupan yang lainnya. Dengan kata lain, suatu perubahan merupakan 



dependent variabel untuk perubahan di bidang yang lainnya dan oleh sebab  itu antara satu perubahan 

dengan perubahan yang lainnya selalu ada  interelasi dan interdepedensi nyata, meskipun 

korelasinya mungkin tidak segera dapat dilihat.

Oleh sebab  perubahan memang selalu terjadi dan pasti akan selalu terjadi, pimpinan organisasi 

baik organisasi pemerintah maupun non-pemerintah disamping harus memiliki kepekaan terhadap 

perubahan-perubahan yang terjadi diluar organisasi yang dipimpinnya dan mampu memperhitungkan 

dan mengakomodasikan dampak dari perubahan-perubahan yang terjadi itu, mutlak perlu pula untuk 

mempunyai keterampilan dan keberanian untuk melakukan perubahan didalam organisasi demi 

peningkatan kemampuan organisasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Di lain pihak tidak banyak orang yang suka akan perubahan, namun walau begitu perubahan 

tidak bisa dihindarkan, harus dihadapi. sebab  hakikatnya memang seperti itu maka diperlukan satu 

manajemen perubahan agar proses dan dampak dari perubahan ini  mengarah pada titik positif.

Pengertian Perubahan Manajemen

Perubahan yaitu  respon terencana atau tak terencana terhadap tekanan-tekanan dan desakan-

desakan yang ada. Manajemen Perubahan yaitu  usaha  yang dilakukan untuk mengelola akibat-akibat 

yang ditimbulkan sebab  terjadinya perubahan dalam organisasi. Perubahan mempunyai manfaat 

bagi kelangsungan hidup suatu organisasi, tanpa adanya perubahan maka dapat dipastikan bahwa usia 

organisasi tidak akan bertahan lama. Perubahan dapat terjadi sebab  sebab-sebab yang berasal dari 

dalam maupun dari luar organisasi ini .

Perubahan bertujuan agar organisasi tidak menjadi statis melainkan tetap dinamis dalam 

menghadapi perkembangan jaman, kemajuan teknologi dan dibidang pelayanan masyarakat yaitu  

peningkatan kesadaran masyarakat akan pelayanan yang berkualitas.

Perubahan terdiri dari 3 tipe yang berbeda, dimana setiap tipe memerlukan strategi manajemen 

perubahan yang berbeda pula. Tiga macam perubahan ini  yaitu :

a. Perubahan Rutin, dimana telah direncanakan dan dibangun melalui proses organisasi;

b. Perubahan Peningkatan, yang mencakup keuntungan atau nilai yang telah dicapai organisasi;

c. Perubahan Inovatif, yang mencakup cara bagaimana organisasi memberi  pelayanannya.

Tahap-Tahap Manajemen Perubahan

Suatu perubahan terjadi melalui tahap-tahapnya. Pertama-tama adanya dorongan dari dalam (dorongan 

internal), kemudian ada dorongan dari luar (dorongan eksternal). Untuk manajemen perubahan perlu 

diketahui adanya tahapan perubahan. Tahap-tahap manajemen perubahan ada empat, yaitu:

Tahap 1, yang merupakan tahap identifikasi perubahan, diharapkan seseorang dapat mengenal 

perubahan apa yang akan dilakukan /terjadi. Dalam tahap ini seseorang atau kelompok 

dapat mengenal kebutuhan perubahan dan mengidentifikasi tipe perubahan

Tahap 2, yaitu  tahap perencanaan perubahan. Pada tahap ini harus dianalisis mengenai 

diagnostik situasional teknik, pemilihan strategi umum, dan pemilihan. Dalam proses 

ini perlu dipertimbangkan adanya faktor pendukung sehingga perubahan dapat terjadi 

dengan baik.

Tahap 3, merupakan tahap implementasi perubahan dimana terjadi proses pencairan, perubahan 

dan pembekuan yang diharapkan. jika   suatu perubahan sedang terjadi kemungkinan 

timbul masalah. Untuk itu perlu dilakukan monitoring perubahan.


Tahap 4, yaitu  tahap evaluasi dan umpan balik. Untuk melakukan evaluaasi diperlukan data, 

oleh sebab  itu dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data dan evaluasi data ini . 

Hasil evaluasi ini dapat di umpan balik kepada tahap 1 sehingga memberi dampak pada 

perubahan yang diinginkan berikutnya.

Sasaran Perubahan

Dalam menganalisa sasaran-sasaran perubahan yang sifatnya organisasional, hendaknya selalu 

diperhatikan kaitan antara sasaran-sasaran yang ingin dicapai itu dengan tujuan yang hendak dicapai, 

sepanjang tujuan yang telah ditentukan sebelumnya tidak turut diubah. Memang bukan hal yang 

mustahil terjadi bahwa tujuan organisasi pun dirasakan memerlukan perubahan, baik dalam arti 

keseluruhan, maupun komponen tertentu dari tujuan ini .

Berikut yaitu  sasaran-sasaran perubahan ini :

a. Perubahan dalam struktur organisasi: Komponen organisasi yang amat sering dijadikan sebagai 

salah satu sasaran perubahan organisasional yaitu  stuktur organisasi. Perubahan dalam struktur 

organisasi meliputi:

1) Perumusan dalam rumusan atau segi-segi tertentu pada tujuan yang telah ditetapkan.

2) Perubahan dalam mision yang hendak di emban. Seperti misalnya mission suatu Angkatan 

Bersenjata yang dirumuskan dengan gaya tertentu dalam suasana damai yang perlu diubah 

jika   negara dalam keadaan perang.

3) Perubahan dalam rumusan, sifat dan jenis tugas pokok, tugas dan kegiatan operasional.

4) Perubahan dalam beban kerja yang dipikul oleh organisasi sebagai keseluruhan atau 

komponen-komponen tertentu dari organisasi.

b. Perubahan prosedur kerja.: Perubahan dalam bidang prosedur kerja dapat saja terjadi dengan atau 

tanpa perubahan dalam struktur organisasi. Perubahan dalam prosedur kerja dapat terjadi secara 

menyeluruh dan mencakup seluruh peroses administrasi, ataupun terjadi secara inkeremental 

artinya hanya mencakup sebagian proses administrasi. Perubahan prosedur kerja meliputi:

1) Perubahan prosedur kerja dalam kegiatan investigatif dalam rangka analisa dan perumusan 

kebijaksanaan. Dalam rangka analisa dan perumusan kebijaksanaan, organisasi-organisasi 

modern melakukan kegiatan investigatif atau dengan kata lain usaha pengumpulan informasi. 

Jika misalnya suatu organisasi mengambil keputusan untuk mengubah strategi dan caranya 

memperoleh informasi, keputusan ini  tentunya mempunyai implikasi dalam bentuk 

perubahan dalam prosedur kerja untuk memenuhi kebutuhan organisasi akan informasi 

tertentu.

2) Perubahan prosedur kerja dalam   perumusan kebijaksanaan. Hal ini berkaitan dengan 

manajemen dan gaya kepemimpinan para pemimpin organisasi. Artinya, jika seorang 

pemimipin menerapkan manajemen terbuka dan sifatnya partisipatif, ia akan mengajak 

bawahannya untuk berperan aktif dalam perumusan kebijaksanaan. Cara dan pendekatan 

seperti ini mungkin terasa berbelit-belit dan rumit, akan namun  dipandang dari segi perilaku 

administratif, jalan inilah merupakan cara yang terbaik. Atau sebaliknya saat   seorang 

pemimpin menjalankan manajemen yang sifatnya otoriter ia akan menutup partisipasi 

bawahannya dalam proses perumusan kebijaksanaan ini 

3) Perubahan prosedur kerja dalam proses pengambilan keputusan. Sebagaimana halnya dengan 

proses perumusan kebijaksanaan, proses pengambilan keputusan juga berkaitan dengan 

manajemen dan gaya kepemimpinan para pemimpin organisasi. Dalam proses pengambilan 



keputusan perlu dirumuskan secara tegas dan jelas sifat dan bentuk keterlibatan berbagai 

pihak, termasuk segala perubahan yang dianggap perlu untuk peningkatan efisiensi dan 

efektifitas kerja baik di tingkat individual maupun pada tingkat organisasional.

4) Perubahan prosedur dalam perencanaan. Hal ini berkaitan dengan kepekaan dan sikap 

tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang diluar organisasi 

yang pengaruhnya dirasakan dalam pelaksanaan tugas fungsional organisasi. Perubahan-

perubahan ini  berimplikasi terhadap kualitas, jenis dan bentuk informasi yang 

diperlukan dalam menyusun rencana yang pada gilirannya mungkin menuntut perubahan 

dalam prosedur kerja. Misalnya, suatu organisasi niaga yang memproduksi mobil mewah. 

Tiba-tiba terjadi krisis ekonomi yang mengakibatkan harga-harga kebutuhan pokok naik. 

Sehingga orang-orang terpaksa mempertimbangkan kembali niatnya untuk membeli mobil 

mewah dan lebih banyak memikirkan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya yang lebih 

mendesak. Hal ini mengakibatkan organisasi niaga ini  harus mengadakan penyesuaian 

tertentu dalam menyusun rencana kerjanya baik dalam rencana produksi, penggudangan, 

pemasaran dan sebagainya.

5) Perubahan prosedur kerja dalam pengorganisasian. Hal ini berkaitan dengan perubahan yang 

bersifat struktural dalam organisasi.

6) Perubahan perubahan prosedur kerja dalam pergerakan bawahan. Hal ini berkaitan 

dengan faktor motivasional yang bersifat kebendaan dan non-kebendaan dari para anggota 

organisasi. Para anggota organisasi akan menerima perubahan yang akan terjadi jika   

dalam diri mereka timbul keyakinan bahwa perubahan yang terjadi itu akan menguntungkan 

atau bahkan merugikannya. Disamping itu pimpinan organisasi memang perlu untuk selalu 

mencari dan menemukan prosedur baru yang dapat menguntungkan bagi organisasi dan 

yang memberi kemudahan bagi para anggotanya. Misalnya pada prosedur pembayaran 

gaji dan upah. Pembayaran gaji dengan cara yang konvensional dengan cara antri di depan 

loket pembayaran gaji mungkin lebih efisien dan lebih mudah jika   diganti dengan sistem 

pembayaran transfer via rekening. Hal ini  di atas dapat mempunyai efek motivasional 

yang tidak kecil artinya.

7) Perubahan prosedur kerja dalam melaksanakan tugas operasional. Hal ini berkaitan dengan 

kebiasaan, cara kerja dan prosedur kerja operasional yang sudah biasa dipergunakan oleh 

para petugas operasional yang yang tidak mudah untuk diubah. Masalahnya sering berubah 

dari masalah yang bersifat teknis menjadi masalah sikap. Contohnya para petani yang tinggal 

di daerah pedesaan dan hidup dalam lingkungan yan dapat dikatakan tradisional, sudah 

mempunyai persepsi dan kebiasaan tertentu tentang cara bercocok tanam atau bertani. 

Persepsi dan kebiasaan tertentu itu bahkan mungkin sudah dianggap sebagai satu-satunya 

persepsi dan kebiasaan yang benar dan oleh sebab  itu tidak perlu diubah lagi. Apalagi kalau 

mengingat bahwa persepsi dan kebiasaan itu telah berlaku turun-temurun di masyarakat. 

jika   ada usaha dari pemerintah misalnya untuk mengubah persepsi dan kebiasaan itu 

tidak mudah dan memerlukan kesabaran, tenaga, biaya, waktu yang tidak sedikit. Umpamanya 

kebiasaan dalam menyuburkan tanah dengan cara lama yang memakai   pupuk kimiawi 

diganti dengan cara memakai   pupuk organik. Jelaslah bahwa mengubah prosedur kerja 

operasional tidak tepat jika   hanya dipandang sebagai masalah teknis saja, sebab  sering 

yang menjadi penghalang yaitu  justru sikap mental yang mengakibatkan orang tidak mau 

atau enggan menerima perubahan. sebab nya, pendekatan yang diperlukan tidak hanya 

pendekatan teknis, melainkan juga pendekatan psikologis dan perilaku.


8) Perubahan prosedur kerja dalam hal melakukan pengawasan. Pengawasan merupakan 

fungsi manajemen yang sangat penting artinya dalam meningkatkan efisiensi, efektifitas 

dan produktifitas kerja. Dengan kata lain, pengawasan amat penting peranannya dalam 

menghilangkan atau mengurangi pemborosan dan penyimpangan dari rencana yang telah 

ditetapkan sebelumnya. Misalnya, dalam usaha pengumpulan fakta dan data operasional 

dengan teknologi informasi dapat meningkatkan efisiensi pengawasan yang nantinya akan 

meningkatkan efisiensi organisasi.

c. Perubahan Dalam Hubungan Kerja Antar Personal: Hubungan yang serasi antara semua orang 

dalam organisasi yaitu  suatu hal yang sangat penting, oleh sebab  itu suasana demokratis dan 

partisipatif perlu dikembangkan dan dipelihara dalam organisasi. Jika organisasi dikelola dengan 

cara-cara yang otoriter, diktatorial, tertutup dan melalui “tangan besi“, organisasi demikian 

diperkirakan akan gagal dalam pencapaian tujuannya. Oleh sebab  itu hubungan kerja harus 

disoroti. Hubungan kerja yaitu  segala bentuk interaksi personal yang terjadi dalam rangka 

pelaksanaan tugas baik vertikal maupun horizontal antara anggota organisasi. Hubungan kerja 

yang serasi itu hendaknya ditumbuhkan dan dipelihara secara melembaga sehingga bentuk dan 

sifatnya tidak tergantung kepada selera individu tertentu.

Di bawah ini yaitu  hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam hal perubahan dalam hubungan 

kerja antar personal:

1) Loyalitas kelembagaan. Yang perlu ditumbuhkan dalam organisasi yaitu  loyalitas para 

anggotanya kepada organisasi bukan kepada orang tertentu, misalnya jika pada waktu 

tertentu si A menjadi direktur utama perusahaan X, loyalitas yang melembaga yaitu  loyalitas 

kepada perusahaan X dan kepada direktur utama, bukan kepada si A secara pribadi. Dengan 

demikian, jika   terjadi pergantian jabatan direktur utama, dari si A ke si B, tidak sulit bagi 

anggota organisasi mempertahankan loyalitasnya yang sejak semula memang tidak ditujukan 

kepada si A secara pribadi.

2) Kebijaksanaan tentang sifat hubungan kerja hendaknya dinyatakan secara tertulis. 

Pentingnnya kebijaksaaan tentang hubungan kerja itu dinyatakan secara tertulis terlihat 

bukan saja dalam rangka kontinuitas, akan namun  juga agar tidak mudah diubah-ubah untuk 

memenuhi selera manajerial dari orang-orang tertentu. Misalnya perlu diatur secara tertulis 

siapa yang berhubungan dengan siapa dan dalam hal apa, mekanisme koordinasi yang berlaku 

dalam organisasi, cara dan teknik pendelegasian wewenang serta pengaturan hubungan 

pertanggungjawaban.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan (Factors That Affect Change)

Setiap perubahan akan memengaruhi siapapun; apakah dia pihak manajemen ataukah anggota 

organisasi. Perubahan bisa ditanggapi secara positif ataukah negatif bergantung pada jenis dan derajat 

perubahan itu sendiri. Ditanggapi secara negatif atau dalam bentuk penolakan kalau perubahan yang 

terjadi dinilai merugikan diri manajemen dan anggota organisasi. Misalnya yang menyangkut penurunan 

kompensasi, pembatasan karir, dan rasionalisasi anggota organisasi. Sementara kalau perubahan 

itu terjadi pada inovasi proses perbaikan mutu maka perubahan yang timbul pada manajemen dan 

anggota organisasi yaitu  dalam hal pengetahuan, sikap dan keterampilan mengoperasikan teknologi 

baru. Kalau itu terjadi pada perubahan motivasi anggota organisasi staf dalam suatu tim kerja maka 

perubahan yang semestinya terjadi yaitu  terjadinya perubahan manajemen mutu sumber daya 

manusia. Itu semua tanggapan positif atas terjadinya perubahan.



Untuk mencapai keberhasilan suatu program perubahan maka setiap orang harus siap dan mampu 

merubah perilakunya. Hal ini sangat bergantung pada apa yang mempengaruhi perilaku dan apa 

pula yang mendorong seseorang untuk berubah. Faktor-faktor internal yang diduga mempengaruhi 

perilaku meliputi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan/keyakinan, lingkungan dan visi organisasi. 

Sementara faktor-faktor pendorong seseorang untuk berubah yaitu  kesempatan memperoleh 

keuntungan nyata atau menghindari terjadinya kerugian pribadi.

Beragam faktor mempengaruhi perubahan perilaku dimaksud diuraikan sebagai berikut.

1) Pengetahuan: Pengetahuan merupakan unsur pokok bagi setiap anggota organisasi untuk 

merubah perilakunya dalam mengerjakan sesuatu. Semakin tinggi tingkat pengetahuan anggota 

organisasi semakin mudah dia untuk mengikuti perubahan sesuai dengan tugasnya. sebab  itu 

pengetahuan ditempatkan secara strategis sebagai salah satu syarat penting bagi kemajuan perilaku 

anggota organisasi. Anggota organisasi yang hanya memakai   pengetahuan yang sekedarnya 

akan semakin tertinggal kinerjanya dibanding anggota organisasi yang selalu menambah 

pengetahuannya yang baru.

2) Keterampilan: Keterampilan, baik fisik maupun non-fisik, merupakan kemampuan seseorang 

yang diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan baru. Keterampilan fisik dibutuhkan 

untuk pekerjaan-pekerjaan fisik, misalnya mengoperasikan komputer, mesin produksi dsb. 

Keterampilan non-fisik dibutuhkan untuk mendapatkan sesuatu yang sudah jadi. Misalnya 

kemampuan memimpin rapat, membangun komunikasi, dan mengelola hubungan dengan 

para pelanggan secara efektif. Jadi disitu ada  hubungan antara proses dan keterampilan 

komunikasi antarpersonal. Keterampilan lebih sulit untuk diubah atau dikembangkan ketimbang 

pengetahuan. Perubahan keterampilan sangat terkait dengan pola perilaku naluri (instink). Proses 

perubahan respon instink anggota organisasi membutuhkan waktu relatif cukup panjang sebab  

faktor kebiasaan apalagi budaya tidak mudah untuk diubah. Misalnya anggota organisasi yang 

biasanya bertanya pada anggota organisasi dengan ucapan “apa yang manajer inginkan” (kurang 

sopan) sulit untuk segera berubah menjadi ucapan”apa yang dapat saya kerjakan untuk manajer” 

atau “bolehkah saya membantu manajer” (lebih sopan).

3) Kepercayaan: Kepercayaan anggota organisasi menentukan sikapnya dalam memakai   

pengetahuan dan keterampilannya untuk mengerjakan sesuatu. Boleh jadi anggota organisasi 

diberikan pengetahuan dan keterampilan baru dengan cara berbeda. Namun hal itu dipengaruhi 

oleh kepercayaan yang dimilikinya apakah pengetahuan dan keterampilan yang diterimanya akan 

berguna atau tidak. Dengan kata lain suatu kepercayaan relatif sulit untuk diubah. Jadi kalau ingin 

melatih anggota organisasi harus diketahui dahulu kepercayaan yang dimiliki anggota organisasi 

sekurang-kurangnya tentang aspek persepsi dari kegunaan suatu pelatihan.

4) Lingkungan: Suatu lingkungan organisasi mempengaruhi perilaku anggota organisasi apakah 

melalui pemberian penghargaan atas perilaku yang diinginkan ataukah dengan mengoreksi 

perilaku yang tidak diinginkan. Lingkungan organisasi seperti keteladanan pimpinan dan model 

kepemimpinan serta masa depan organisasi yang cerah akan berpengaruh pada derajat dan mutu 

perubahan perilaku anggota organisasi. “Apa yang organisasi berikan pada anggota organisasi dan 

apa pula yang organisasi dapatkan”. Keberhasilan organisasi sangat ditentukan oleh apa yang bisa 

diberikan organisasi kepada anggota organisasinya. Semakin tinggi kadar insentif yang diberikan 

semakin efektif terjadinya perubahan perilaku anggota organisasinya. Sebaliknya organisasi yang 

tidak efektif atau gagal cenderung akan menciptakan perubahan perilaku yang juga tidak efektif.


5) Tujuan organisasi: Tujuan organisasi ditentukan oleh kepercayan kolektif dari para pimpinan 

organisasi dan ini menciptakan lingkungan tertentu. Selain itu tujuan merupakan turunan dari 

visi masa depan dan sistem nilai organisasi. Pemimpin organisasi yang memiliki visi dan tujuan 

yang jelas akan menciptakan lingkungan yang mendorong perilaku produktif. Sebaliknya hanya 

akan menciptakan kebingungan di kalangan anggota organisasi.

Kombinasi dari lima faktor di atas menentukan keefektifan suatu perubahan perilaku anggota 

organisasi. Dengan pengembangan pengetahuan yang ada anggota organisasi semakin mengetahui 

atau memahami apa yang dibutuhkan untuk mampu mengerjakan pekerjaannya. Keterampilan dalam 

bentuk kemampuan fisik dan non-fisik dibutuhkan agar anggota organisasi mampu mengerjakan 

pekerjaan yang baru. Kepercayaan menentukan apakah anggota organisasi akan memakai   

keterampilan dan teknik barunya dalam praktek. Sementara lingkungan organisasi akan menciptakan 

tujuan organisasi dalam merumuskan standar apa yang bisa diterimanya. Tujuan organisasi itu sendiri 

ditentukan oleh visi organisasi dan dapat menciptakan lingkungan baru. Selain itu bisa jadi faktor 

pengaruh menguatnya kecerdasan emosional dan spiritual dari anggota organisasi akan membantu 

organisasi lebih siap dalam mengelola perubahan.

Pelaku Perubahan (Actor & Agent of Change)

Setidak-tidaknya ada tiga pelaku perubahan yang bisa berperan dalam setiap proses perubahan, 

diantaranya yaitu :

1. Para pelaku perubahan dengan kekuasaan resmi (legitimacy of change) yaitu  mereka yang 

memiliki kekuasaan yang diakui secara formal dan dianggap sah.

2. Para pendorong dan penganjur timbulnya perubahan (instigators of change) yaitu  mereka yang 

memandang perlunya perubahan sebab  telah membandingkan dan melihat sesuatu yang baik di 

tempat lain, seperti mereka yang baru kembali dari studi banding.

3. Para fasilitator perubahan (facilitator of change) yaitu  mereka yang memiliki kewibawaan dan 

diakui serta dikenal sebagai pemimpin informal yang memudahkan serta melicinkan proses 

timbulnya perubahan.

Para pelaku perubahan ini  di atas memiliki karakteristik dan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memiliki pemikiran dan ide inovatif, bersemangat dan berani.

2. Selalu mencari hal-hal baru yang menantang dengan mempertimbangkan risiko yang tidak terlalu 

tinggi.

3. Ingin selalu melihat organisasi, masyarakat atau institusinya berkembang maju dan memilii 

loyalitas yang tinggi serta komitmen yang kuat

4. Pandai berorganisasi, cerdik dalam berpolitik, mengerti sistem kekuasaan serta batas-batas 

perubahan yang ingin dilakukan namun  tidak terkalahkan oleh rintangan dan keterbatasan yang 

ada.

5. Dapat menjadi anggota dan pemain tim yang efektif serta gampang dan senang berkawan.

Masalah dalam Perubahan

 Tidak banyak orang yang suka akan perubahan, namun walau begitu perubahan tidak bisa dihindarkan. 

Harus dihadapi. sebab  hakikatnya memang seperti itu maka diperlukan satu manajemen perubahan 

agar proses dan dampak dari perubahan ini  mengarah pada titik positif. Banyak masalah yang 

bisa terjadi saat   perubahan akan dilakukan. Masalah yang paling sering dan menonjol yaitu  


“penolakan atas perubahan itu sendiri”. Istilah yang sangat populer dalam manajemen yaitu  resistensi 

perubahan (resistance to change). Penolakan atas perubahan tidak selalu negatif sebab  justru sebab  

adanya penolakan ini  maka perubahan tidak bisa dilakukan secara sembarangan.

Penolakan atas perubahan tidak selalu muncul dipermukaan dalam bentuk yang standar. 

Penolakan bisa jelas kelihatan (eksplisit) dan segera, misalnya mengajukan protes, mengancam mogok, 

demonstrasi, dan sejenisnya; atau bisa juga tersirat (implisit), dan lambat laun, misalnya loyalitas pada 

organisasi berkurang, motivasi kerja menurun, kesalahan kerja meningkat, tingkat absensi meningkat, 

dan lain sebagainya.

Untuk keperluan analitis, dapat dikategorikan sumber penolakan atas perubahan, yaitu penolakan 

yang dilakukan oleh individual dan yang dilakukan oleh kelompok atau organisasional.

a. Penolakan individual

sebab  persoalan kepribadian, persepsi, dan kebutuhan, maka individu punya potensi sebagai 

sumber penolakan atas perubahan. Penolakan individual dapat terjadi sebab  hal-hal di bawah 

ini:

1). Kebiasaan. Kebiasaan merupakan pola tingkah laku yang kita tampilkan secara berulang-

ulang sepanjang hidup kita. Kita lakukan itu, sebab  kita merasa nyaman, menyenangkan. 

Bangun pukul 5 pagi, ke kantor pukul 7, bekerja, dan pulang pukul 4 sore. Istirahat, nonton TV, 

dan tidur pukul 10 malam. Begitu terus kita lakukan sehingga terbentuk satu pola kehidupan 

sehari-hari. Jika perubahan berpengaruh besar terhadap pola kehidupan tadi maka muncul 

mekanisme diri, yaitu penolakan.

2). Rasa aman. Jika kondisi sekarang sudah memberi  rasa aman, dan kita memiliki kebutuhan 

akan rasa aman relatif tinggi, maka potensi menolak perubahan pun besar. Mengubah cara 

kerja padat karya ke padat modal memunculkan rasa tidak aman bagi para pegawai.

3). Faktor ekonomi. Faktor lain sebagai sumber penolakan atas perubahan yaitu  soal menurunnya 

pendapatan. Pegawai menolak konsep 5 hari kerja sebab  akan kehilangan upah lembur.

4). Takut akan sesuatu yang tidak diketahui. Sebagian besar perubahan tidak mudah diprediksi 

hasilnya. Oleh sebab  itu muncul ketidakpastian dan keraguraguan. Kalau kondisi sekarang 

sudah pasti dan kondisi nanti sesudah   perubahan belum pasti, maka orang akan cenderung 

memilih kondisi sekarang dan menolak perubahan.

5). Persepsi. Persepsi cara pandang individu terhadap dunia sekitarnya. Cara pandang ini 

mempengaruhi sikap. Pada awalnya program keluarga berencana banyak ditolak oleh 

masyarakat, sebab  banyak yang memandang program ini bertentangan dengan ajaran agama, 

sehingga memicu  sikap negatif.

b. Penolakan Organisasional

Organisasi, pada hakekatnya memang konservatif. Secara aktif mereka menolak perubahan. 

Misalnya saja, organisasi pendidikan yang mengenalkan doktrin keterbukaan dalam menghadapi 

tantangan ternyata merupakan lembaga yang paling sulit berubah. Sistem pendidikan yang 

sekarang berjalan di sekolah-sekolah hampir dipastikan relatif sama dengan apa yang terjadi dua 

puluh lima tahun yang lalu, atau bahkan lebih. Begitu pula sebagian besar organisasi bisnis.

ada  enam sumber penolakan atas perubahan yaitu:

1) Inersia struktural. Artinya penolakan yang terstrukur. Organisasi, lengkap dengan tujuan, 

struktur, aturan main, uraian tugas, disiplin, dan lain sebagainya menghasilkan stabilitas. Jika 

perubahan dilakukan, maka besar kemungkinan stabilitas terganggu.


2) Fokus perubahan berdampak luas. Perubahan dalam organisasi tidak mungkin terjadi hanya 

difokuskan pada satu bagian saja sebab  organisasi merupakan suatu sistem. Jika satu bagian 

diubah maka bagian lain pun terpengaruh olehnya. Jika manajemen mengubah proses 

kerja dengan teknologi baru tanpa mengubah struktur organisasinya, maka perubahan sulit 

berjalan lancar.

3) Inersia kelompok kerja. Walau saat   individu mau mengubah perilakunya, norma kelompok 

punya potensi untuk menghalanginya. Sebagai anggota serikat pekerja, walau sebagai pribadi 

kita setuju atas suatu perubahan, namun jika perubahan itu tidak sesuai dengan norma serikat 

kerja, maka dukungan individual menjadi lemah.

4) Ancaman terhadap keahlian. Perubahan dalam pola organisasional bisa mengancam keahlian 

kelompok kerja tertentu. Misalnya, penggunaan komputer untuk merancang suatu desain, 

mengancam kedudukan para juru gambar.

5) Ancaman terhadap hubungan kekuasaan yang telah mapan. Mengintroduksi sistem 

pengambilan keputusan partisipatif seringkali bisa dipandang sebagai ancaman kewenangan 

para penyelia dan manajer tingkat menengah.

6) Ancaman terhadap alokasi sumber daya. Kelompok-kelompok dalam organisasi yang 

mengendalikan sumber daya dengan jumlah relatif besar sering melihat perubahan organisasi 

sebagai ancaman bagi mereka. Apakah perubahan akan mengurangi anggaran atau pegawai 

kelompok kerjanya?.

Strategi Mengatasi Penolakan

Coch dan French Jr. menyarankan  ada enam taktik yang bisa dipakai untuk mengatasi resistensi 

perubahan yaitu:

1) Pendidikan dan Komunikasi. Berikan penjelasan secara tuntas tentang latar belakang, tujuan, 

akibat, dari diadakannya perubahan kepada semua pihak. Komunikasikan dalam berbagai macam 

bentuk. Ceramah, diskusi, laporan, presentasi, dan bentuk-bentuk lainnya.

2) Partisipasi. Ajak serta semua pihak untuk mengambil keputusan. Pimpinan hanya bertindak 

sebagai fasilitator dan motivator. Biarkan anggota organisasi yang mengambil keputusan

3) memberi  kemudahan dan dukungan. Jika pegawai takut atau cemas, lakukan konsultasi atau 

bahkan terapi. Beri pelatihan-pelatihan. Memang memakan waktu, namun akan mengurangi 

tingkat penolakan.

4) Negosiasi. Cara lain yang juga bisa dilakukan yaitu  melakukan negosiasi dengan pihak-pihak 

yang menentang perubahan. Cara ini bisa dilakukan jika yang menentang mempunyai kekuatan 

yang tidak kecil. Misalnya dengan serikat pekerja. Tawarkan alternatif yang bisa memenuhi 

keinginan mereka.

5) Manipulasi dan Kooptasi. Manipulasi yaitu  menutupi kondisi yang sesungguhnya. Misalnya 

memelintir (twisting) fakta agar tampak lebih menarik, tidak mengutarakan hal yang negatif, 

sebarkan rumor, dan lain sebagainya. Kooptasi dilakukan dengan cara memberi  kedudukan 

penting kepada pimpinan penentang perubahan dalam mengambil keputusan.

6) Paksaan. Taktik terakhir yaitu  paksaan. Berikan ancaman dan jatuhkan hukuman bagi siapapun 

yang menentang dilakukannya perubahan.

Oleh sebab  itu untuk menghadapi perubahan kita perlu melakukam manajemen perubahan 

yang berarti usaha  yang dilakukan untuk mengelola akibat-akibat yang ditimbulkan sebab  terjadinya 

perubahan dalam organisasi.



Tidak banyak orang yang suka akan perubahan, namun walau begitu perubahan tidak bisa 

dihindarkan. Harus dihadapi. sebab  hakikatnya memang seperti itu maka diperlukan satu manajemen 

perubahan agar proses dan dampak dari perubahan ini  mengarah pada titik positif.

KONSEP TEORI PERUBAHAN TERENCANA (THEORIES OF PLANNED CHANGE)

Konsepsi teori perubahan terencana cenderung berfokus pada bagaimana perubahan dapat 

implementasikan organisasi. Disebut “teori perubahan,” kerangka kerja ini menjelaskan kegiatan yang 

harus dilakukan untuk memulai dan melaksanakan sukses organisasi berubah. 

Digambarkan dan membandingkan tiga teori perubahan: model perubahan Lewin, model 

penelitian tindakan, dan model positif. 

a.  Lewin’s Change Model: Model Perubahan Terencana, Mencairkan (unfreezing), Tindakan 

(action), Mendinginkan (Refreezing)

b.  Action Research Model: Identifikasi masalah, Konsultasi dengan Behaviora, Tanggapan ke Key 

Klien atau Kelompok, Diagnosis bersama masalah, Perencanaan Aksi Bersama, Aksi, Pengumpulan 

Data sesudah   Aksi

c.  The Positive Model: Model Perubahan Terencana, Memulai penyelidikan, Praktik Terbaik, 

Temukan Thema, Membayangkan sebuah Masa Depan yang dipilih, Desain dan memberi  

Cara Membuat Masa depan.

(a)

Lewin

(b)

Action Research Model

(c)

Model positif

Model Perubahan 

Terencana Identifikasi masalah Praktik Terbaik

Mencairkan (unfreezing) Memulai penyelidikan

Tindakan Konsultasi dengan Behaviora Science Expert Temukan Thema

Mendinginkan (Refreezing) Tanggapan ke KeyKlien atau Kelompok

Membayangkan sebuah 

Masa Depan yang dipilih

Diagnosis bersama masalah

Perencanaan Aksi Bersama

Aksi

Pengumpulan Data sesudah   

Aksi

Desain dan memberi  

Cara Membuat Masa depan


d. Gen. Model of Planned Change: Memasuki dan Pemetaan (Entering And Contracting), Diagnosa 

(Diagnosing), Merencanakan dan Implementasi Perubahan (Planning and Institutionalizing 

Change), Evaluasi dan ganti/perubahan lembaga (Evaluating and Implementing Change)

43


 

Memasuki dan Pemetaan  Diagnosa Merencanakan dan 

Impelementasi 

Perubahan

Evaluasi

(Entering And Contracting)  (Diagnosing) (Planning and 

Implementing Change) 

(Evaluating and 

Institutionalizing 

Change) 

Gambar 2.3: Model Umum Perubahan Terencana (General Model of Planned Change)

44


45

BAB 3

Diagnosis Organisasi

MENDIAGNOSA ORGANISASI (WHAT IS DIAGNOSIS?)

Mendiagnosa organisasi merupakan salah satu komponen utama dalam melakukan perencanaan 

perubahan. Diagnosis yaitu  proses untuk mengerti suatu fungsi dari arus sistem, yang pada kegiatan 

ini  melibatkan pengumpulan informasi bersangkutan tentang operasi organisasi yang sedang 

berjalan, meneliti data ini , dan menggambarkan penarikan kesimpulan untuk peningkatan dan 

perubahan yang potensial. Hasil diagnosa yang efektif menyediakan pengetahuan yang sistematis 

bagi organisasi untuk mendesain intervensi yang sesuai. Banyak organisasi-organisasi lainnya dalam 

melakukan pengembangan dan perubahan organisasi tidak melakukan diagnosa organisasi secara benar, 

sehingga memicu  keterhambatan dalam proses perubahan dan perkembangan. Apapun bentuk 

dari perubahan yang dilakukan oleh organisasi, baik itu secara Radical Change ataupun Incremental 

Change, kebutuhan akan mendiagnosa organsiasi perlu untuk merencanakan langkah selanjutnya 

yang lebih strategik. Diagnosa merupakan sesuatu yang penting dalam perubahan dan pengembangan 

organisasi, untuk itu dalam tulisan ini, menyajikan suatu definisi diagnosa secara umum, serta model 

diagnosa organisasi.

Diagnosa yaitu  suatu proses mengerti bagaimana fungsi organisasi saat ini dan menyediakan 

informasi yang diperlukan untuk mendesain intervensi perubahan. Kegiatan diagnosa ini biasanya 

dilakukan sesudah   adanya proses entering dan contracting yang dilakukan oleh organisasi untuk melakukan 

perencanaan perubahan, yang pada kedua proses ini  organisasi telah menetapkan langkah untuk 

menindak lanjuti hasil diagnosa yang berhasil. Proses ini membantu praktisi pengembangan organisasi 

dan anggota klien (yang memakai konsultan perubahan) yang bersama-sama menentukan fokus isu 

organisasi pada, bagaimana mengumpulkan dan menganalisis data untuk mengerti posisi organiassi, 

dan bagaimana bekerja bersama dalam mengembangkan langkah aksi dari diagnosa ini . Diagnosa 

dalam pengembangan organisasi, bagaimanapun merupakan banyak kolaborasi, seperti menyiratkan 


perpektif medis. Hal yang perlu dipersiapkan dalam melakukan diagnosa organisasi, agar adanya suatu 

kesuksesan dalam melakukan diagnosa, serta mendapatkan hasil yang optimal dalam melakukan 

perubahan dan pengembangan. 

Pertama, nilai dan kepercayaan etis yang mendasari pengembangan organisasi menyatakan bahwa 

anggota organisasi seluruhnya dan agen perubahan harus dilibatkan dalam menemukan faktor penentu 

dari efektivitas organisasi sekarang. Dengan cara yang sama, kedua-duanya harus dilibatkan dengan 

aktif di dalam mengembangkan intervensi yang sesuai dan menerapkannya. Untuk contohnya seorang 

manajer mungkin mencari pengembangan organisasi membantu mengurangi ketidak hadiran dalam 

departemennya. Manajer dan konsultan pengembangan organisasi, bersama-sama memutuskan dalam 

mendiagnosa pemicu    masalah dengan menguji arsip ketidakhadiran perusahaan dan mewawancara 

pekerja tentang pertimbangan kemungkinan untuk tidak hadir. Dengan nilai-nilai ini  maka akan 

ada kerjasama dalam mendiagnosa maupun melakukan langkah aksi sebagai hasil (follow up) dari 

diagnosa.

Kedua, model diagnosa medis juga menyiratkan sesuatu yang salah dengan pasien dan 

membutuhkan sesuatu untuk membongkar pemicu    penyakit. Dalam kasus ini dimana organisasi 

mempunyai masalah spesifik, diagnosa dapat mengorientasikan masalah, mencari pertimbangan 

untuk masalah. Pada contoh di atas, dalam bagian ini agen perubahan harus mampu mencari, untuk 

membongkar area spesifik untuk pengembangan masa depan departemen yang efektif. Nilai yang 

kedua ini mengadopsi dari diagnosa dalam medis, yang mencari dan menemukan penyakit pada 

pasien, lalu menyembuhkan bagian ini . Disini perlu adanya informasi yang jelas akan penyakit 

dan persoalan organisasi sehingga diberikan suatu penyelesaian aksi yang tepat dan menuju pada 

perubahan organisasi yang diharapkan.

Dalam pengembangan organisasi, diagnosis dipakai  dengan sangat luas seperti dalam 

yang dipakai  dalam definisi medis. Diagnosa organisasi, merupakan proses kolaborasi antara 

anggota organisasi dan konsultan pengembangan organisasi dalam mengumpulkan informasi yang 

bersangkutan, menganalisa, dan menggambarkan kesimpulan untuk perencanaan aksi dan intervensi. 

Jadi proses organisasi yaitu  kerjasama dalam mengumpulkan data dalam organisasi ini , sebagai 

langkah strategik kedepan dari organisasi.

Masuk dalam proses perubahan dan melakukan proses kontrak dalam perubahan sebagai hasil 

dalam suatu kebutuhan untuk mengerti juga suatu sistem utuh atau beberapa bagian, atau corak 

organisasi. Untuk mendiagnosa organisasi, praktisi pengembangan organisasi dan anggota organisasi 

membutuhkan data serta memiliki ide tentang apa informasi yang dikumpulkan dan dianalisa guna 

perkembangan organisasi selanjutnya. Sebagai hasilnya, model diagnostik menunjukkan wilayah 

apa yang untuk menguji dan pertanyaan apa yang dalam menaksir atau meramalkan bagaimana 

suatu organisasi sedang berfungsi. Proses dan model diagnostik harus terpilih secara hati-hati untuk 

menunjuk organisasi dalam mempresentasikan permasalahan seperti halnya untuk memastikan 

kelengkapan dan keluasan dalam diagnosa. Model potensial diagnosa ada dimana-mana, mereka 

menyediakan informasi tentang bagaimana dan mengapa sistem organisasi tertentu dalam proses 

atau fungsi yang efektif. Study yang sering dilakukan oleh para akasemisi dan praktisi mengenai 

organisasi, sering berhubungan dengan segi perilaku organisasi (organization behaviuor) seperti stress 

pekerja, kepemimpinan, motivasi, penyelesaian masalah, dinamika kelompok, desain pekerjaan, dan 

pengembangan karier. Selain hal ini , juga dilibatkan dalam organisasi yang lebih luas, termasuk 

lingkungan, strategi, struktur dan budaya. Model diagnosa dapat diperoleh dari informasi dengan 

mencatat dimensi atau variabel yang dihubungkan dengan efektifitas organisasi. Kebutuhan akan model 


diagnosa bukan saja, membuat para agen perubahan makin mudah dalam melakukan suatu perubahan 

atau perkembangan organisasi, akan namun  menambah pekerjaan yang lebih serius lagi dalam mencapai 

kesuksesan diagnosa.

IDE DIAGNOSIS ORGANISASI

Banyak pengembangan strategi organisasi (OD) yang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas 

organisasi (Beer & Spector, 1993; Cummings & Worley, 1993; Rothwell & Sredl, 1992). Salah satu 

strategi ini, diagnosis organisasi, melibatkan “ mendiagnosa, “ atau menilai, tingkat saat organisasi 

berfungsi untuk merancang intervensi perubahan yang sesuai. Konsep diagnosis dalam pengembangan 

organisasi dipakai  dengan cara yang mirip dengan model medis. Misalnya, dokter melakukan tes, 

mengumpulkan informasi penting tentang sistem manusia, dan mengevaluasi informasi ini untuk 

meresepkan pengobatan. Demikian pula, diagnosa organisasi memakai   prosedur khusus untuk 

mengumpulkan informasi penting tentang organisasi, untuk menganalisis informasi