Kamis, 30 November 2023

ebisnis 2

 








peluang usaha atau bisnis, dan sebagainya.

3. Government to Government (G2G) adalah berupa Web pemerintah yang dibuat, 

bertujuan untuk memenuhi berbagai macam informasi yang dibutuhkan antara 

pemerintahan yang satu dengan pemerintahan yang lainnya, dengan suatu tujuan yaitu 

untuk memperlancar & mempermudah kerjasama antara pemerintahan-pemerintahan 

yang bersangkutan. Misal contohnya: dan lain sebagainya. Atau informasi menganai 

blogging untuk kalangan legislative, konsultasi secara online, pelayanan kepada 

masyarakat secara terpadu, pendidikan secara online, dan sebagainya.

4. Government to Employees (G2E) adalah berupa tipe hubungan yang ditujukan untuk 

para pegawai pemerintahan atau pegawai negeri untuk neningkatkan kinerja dan juga 

untuk kesejahteraan para pegawai yang bekerja dislahsatu institusi pemerintah. 

Misalkan contohnya: www.sdm.depkeu.go.id dan lain-lain.

7.9. Hambatan E-Government

1. Kultur Berbagi Belum Ada

Kultur berbagi (sharing) informasi dan mempermudah urusan belum merasuk di 

Indonesia. Bahkan ada pameo yang mengatakan: “Apabila bisa dipersulit mengapa 

dipermudah?”. Banyak oknum yang menggunakan kesempatan dengan mempersulit 

mendapatkan informasi ini.

2. Kultur Mendokumentasi Belum Lazim

Salah satu kesulitan besar yang kita hadapi adalah kurangnya kebiasaan 

mendokumentasikan (apa saja). Padahal kemampuan mendokumentasi ini menjadi 

bagian dari ISO 9000 dan juga menjadi bagian dari standar software engineering.

3. Langkanya SDM yang Handal

Teknologi informasi merupakan sebuah bidang yang baru. Pemerintah umumnya 

jarang yang memiliki SDM yang handal di bidang teknologi informasi. SDM yang

handal ini biasanya ada di lingkungan bisnis/industri. Kekurangan SDM ini menjadi 

salah satu penghambat implementasi dari e-Government. Sayang sekali kekurangan 

kemampuan pemerintah ini sering dimanfaatkan oleh oknum bisnis dengan menjual 

solusi yang salah dan mahal.

4. Infrastruktur yang Belum Memadai dan Mahal

Infrastruktur telekomunikasi Indonesia memang masih belum tersebar secara merata. 

Di berbagai daerah di Indonesia masih belum tersedia saluran telepon, atau bahkan 

aliran listrik. Kalaupun semua fasilitas ada, harganya masih relatif mahal. Pemerintah 

juga belum menyiapkan pendanaan (budget) untuk keperluan ini.

5. Tempat Akses yang Terbatas

Sejalan dengan poin di atas, tempat akses informasi jumlahnya juga masih terbatas. 

Di beberapa tempat di luar negeri, pemerintah dan masyarakat bergotong royong 

untuk menciptakan access point yang terjangkau, misalnya di perpustakaan umum 

(public library). Di Indonesia hal ini dapat dilakukan di kantor pos, kantor 

pemerintahan dan tempat-tempat umum lainnya.

7.10. Strategi Pengembangan e-Government

Berdasarkan Inpres e-Government No. 3 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi 

nasional pengembangan E-government, yaitu:

1. Strategi pertama adalah mengembangkan sistem pelayanan yang andal, terpercaya serta 

terjangkau masyarakat luas. Sasarannya antara lain, perluasan dan peningkatan kualitas 

jaringan komunikasi ke seluruh wilayah negara dengan tarif terjangkau. Sasaran lain 

adalah pembentukan portal informasi dan pelayanan publik yang dapat 

mengintegrasikan sistem manajemen dan proses kerja instansi pemerintah.

2. Strategi ke dua adalah menata sistem dan proses kerja pemerintah dan pemerintah 

daerah otonom secara holistik. Dengan strategi ini, pemerintah ingin menata sistem 

manajemen dan prosedur kerja pemerintah agar dapat mengadopsi kemajuan teknologi 

informasi secara cepat.

3. Strategi ke tiga adalah memanfaatkan teknologi informasi secara optimal. Sasaran yang 

ingin dicapai adalah standardisasi yang berkaitan dengan interoperabilitas pertukaran 

dan transaksi informasi antarportal pemerintah. Standardisasi dan prosedur yang 

berkaitan dengan manajemen dokumen dan informasi elektronik. Pengembangan 

aplikasi dasar seperti e-billing, e-procurement, e-reporting yang dapat dimanfaatkan 

setiap situs pemerintah untuk menjamin keamanan transaksi informasi dan pelayanan 

publik. Sasaran lain adalah pengembangan jaringan intra pemerintah.

4. Strategi ke empat adalah meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan 

industri telekomunikasi dan teknologi informasi. Sasaran yang ingin dicapai adalah 

adanya partisipasi dunia usaha dalam mempercepat pencapaian tujuan strategis 

e-Government. Itu berarti, pengembangan pelayanan publik tidak perlu sepenuhnya

dilayani oleh pemerintah

5. Strategi ke lima adalah mengembangkan kapasitas sumber daya manusia, baik pada 

pemerintah maupun pemerintah daerah otonom disertai dengan meningkatkan eliteracy

masyarakat.

6. Strategi ke enam adalah melaksanakan pengembangan secara sistematik melalui 

tahapan yang realistik dan terukur Dalam pengembangan e-Government, dapat 

dilaksanakan dengan epat tingkatan yaitu, persiapan, pematangan, pemantapan dan

pemanfaatan.

7.11. Permasalahan e-Government di Indonesia

1. Knowledge level, hanya beberapa pejabat pemerintahan yang mengerti apa itu 

e-Government.

2. Organizational level, adanya sistem sentralisasi di pemerintahan membuat tidak bisa 

mendelegasikan kekuasaan pengambilan keputusan.

3. Financial level, terbatasnya dana untuk pengembangan e-Government dan 

pengembangan sistem berbasis proyek tidak dpat menjamin kelangsungan dari e￾Government itu sendiri.

4. Legal level, yaitu infrastruktur hukum untuk mendukung e-Government belum 

sepenuhnya diterapkan.

5. Management level, yaitu proyek-proyek e-Government biasanya tidak direncanakan 

dan dikelola dengan baik.

6. Technical level, keterbatasan sarana prasarana dan akses terhadap e-Government.

7. Cultur level, yaitu masih ada hambatan kecepatan perkembangan antara teknologi 

informasi dan komunikasi dan perubahan kebudayaan.

7.12. Bidang e-Government

1. Online Sevices adalah bagaimana pemerintah menjalankan fungsinya ke luar baik itu 

masyarakat maupun kepada pelaku bisnis. Tetapi yang terpenting disini adalah 

pemerintah menawarkan pelayanan yang lebih sederhana dan mudah kepada pihak 

yang terkait, contohnya seperti pembayaran retribusi, pajak properti atau lisensi.

2. Government Operations adalah kegiatan yang dilakukan dalam internal pemerintah, 

lebih khusus lagi adalah kegiatan yang dilakukan oleh pegawai pemerintah seperti 

electronic procurement, manajemen dokumen berbasiskan web, formulir elektronik 

dan hal-hal lain yang dapat disederhanakan dengan penggunaan internet.

Berdasarkan dua aspek di atas, maka jenis-jenis proyek e-Government dapat dibagi

menjadi tiga kelas utama, yaitu Publish, Interact dan Transact.

1. Publish

Jenis ini merupakan implementasi e-Government yang termudah karena selain

proyeknya yang berskala kecil, kebanyakan aplikasinya tidak perlu melibatkan

sejumlah sumber daya yang besar dan beragam. Di dalam kelas Publish ini yang terjadi 

adalah sebuah komunikasi satu arah, dimana pemerintah mempublikasikan berbagai 

data dan informasi yang dimilikinya untuk dapat secara langsung dan bebas diakses 

oleh masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan melalui internet. Biasanya 

kanal akses yang dipergunakan adalah komputer atau handphone melalui medium 

internet, dimana alat-alat tersebut dapat dipergunakan untuk mengakses situs (website) 

departemen atau divisi terkait dimana kemudian user dapat melakukan browsing

(melalui link yang ada) terhadap data atau informasi yang dibutuhkan, beberapa contoh 

di bawah ini:

a. Para pengusaha dapat mengetahui prasyarat dan prosedur perijinan dalam 

mendirikan usaha.

b. Pelajar SMU dapat mengetahui informasi berbagai program studi yang ditawarkan 

oleh berbagai perguruan tinggi beserta prasyaratnya.

c. Masyarakat secara online dan real-time dapat mengetahui mekanisme pelayanan 

pembuatan KTP, KK dan pelayanan lainnya, serta dapat mengetahui hasil 

sementara pemilihan umum.

d. Ibu-ibu dapat memperoleh informasi mengenai cara hidup sehat dari situs

Departemen Kesehatan.

2. Interact

Pada kelas Interact telah terjadi komunikasi dua arah antara pemerintah dengan

mereka yang berkepentingan. Ada dua jenis aplikasi yang biasa dipergunakan. Yang

pertama adalah bentuk portal dimana situs terkait memberikan fasilitas searching bagi

mereka yang ingin mencari data atau informasi secara spesifik (pada kelas Publish,

user hanya dapat mengikuti link saja). Yang kedua adalah pemerintah menyediakan

kanal dimana masyarakat dapat melakukan diskusi dengan unit-unit tertentu yang

berkepentingan, baik secara langsung (seperti chatting, tele-conference, web-TV, dan

lain sebagainya) maupun tidak langsung (melalui email, frequent ask questions, 

newsletter, mailing list, dan lain sebagainya), beberapa contoh dibawah ini:

a. Perusahaan dapat melakukan Tanya jawab mengenai persyaratan tender untuk 

berbagai proyek yang direncakan pemerintah melalui e-mail, chatting atau 

guestbook.

b. Dosen dapat mencari informasi spesifik mengenai beasiswa lanjutan studi di luar

negeri yang dikoordinir oleh Dikti.

c. Masyarkat dapat menyampaikan keluhannya kepada pemerintah melalui mailing 

list atau e-mail atau berintaksi langsung melalui chatting.

d. Pasien dapat berkomunikasi gratis dengan dokter melalui keluhan penyakit yang 

dideritanya melalui web-TV (konsep tele-medicine).

3. Transact

Yang terjadi pada kelas ini adalah interaksi dua arah seperti pada kelas Interact,

hanya saja terjadi sebuah transaksi yang berhubungan dengan perpindahan uang dari

satu pihak ke pihak lainnya (tidak gratis, masyarakat harus membayar jasa pelayanan

yang diberikan oleh pemerintah atau mitra kerjanya). Aplikasi ini jauh lebih rumit

dibandingkan dengan dua kelas lainnya karena harus adanya sistem keamanan yang

baik agar perpindahan uang dapat dilakukan secara aman dan hak-hak privacy berbagai 

pihak yang bertransaksi terlindungi dengan baik, beberapa contoh di bawah ini:

a. Para wajib pajak dapat melakukan pembayaran pajak secara online.

b. Masyarakat dapat mengurus permohonan memperoleh KTP baru atau 

memperpanjangnya melalui internet.

c. Para pengusaha perkebunan, pertanian, maupun kehutanan dapat secara aktif 

melakukan jual beli produknya melalui bursa berjangka dari komputernya masing￾masing.

8.1. Definsi Enterprise Resource Planning (ERP)

ERP singkatan dari tiga elemen kata yaitu, Enterprise (perusahaan/organisasi), 

Resource (sumber daya), Planning (perencanaan). Tiga kata ini mencerminkan sebuah 

konsep yang berujung kepada kata kerja, yaitu “planning” yang berarti bahwa Enterprise 

Resource Planning (ERP) menekankan kepada aspek perencanaan. Enterprise Resource 

Planning (ERP) adalah sebuah sistem informasi perusahaan yang dirancang untuk 

mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi dan aktifitas yang diperlukan untuk 

proses bisnis lengkap. Sistem Enterprise Resource Planning (ERP) didasarkan pada 

database pada umumnya dan rancangan perangkat lunak modular. Enterprise Resource 

Planning (ERP) merupakan software yang mengintegrasikan semua departemen dan fungsi

suatu perusahaan ke dalam satu system ystemr yang dapat melayani semua kebutuhan

perusahaan, baik dari departemen penjualan, HRD, produksi atau keuangan. Sistem 

Enterprise Resource Planning (ERP) didasarkan pada database pada umumnya dan 

rancangan perangkat lunak modular.

Definisi umum dari Enterprise Resource Planning (ERP) adalah suatu konsep 

untuk melakukan perencanaan dan pengeloaan sumber daya perusahaan, yakni dalam 

bentuk paket aplikasi program integrasi dan multi modul yang dibuat untuk melayani dan 

mendukung berbagai fungsi dalam perusahaan, menjadikan pekerjaan menjadi lebih efisien 

dan bisa memberikan pelayanan lebih untuk konsumen, yang di akhir bisa mendapatkan 

nilai tambah dan memberikan laba maksimal untuk seluruh pihak yang memiliki 

kepentingan atau perusahaan.

Syarat terpenting dari soistem Enterprise Resource Planning (ERP) adalah 

Integrasi. Integrasi yang dimaksud adalah menggabungkan berbagai kebutuhan pada satu

software dalam satu logical database, sehingga memudahkan semua departemen berbagi 

informasi dan berkomunikasi. Database yang ada dapat mengijinkan setiap departemen 

dalam perusahaan untuk menyimpan dan mengambil informasi secara real-time. Informasi 

tersebut harus dapat dipercaya, dapat diakses dan mudah disebarluaskan. Rancangan 

perangkat lunak modular harus berarti bahwa sebuah bisnis dapat memilih modul-modul 

yang diperlukan, dikombinasikan dan disesuaikan dari vendor yang berbeda, dan dapat 

menambahkan modul baru untuk meningkatkan unjuk kerja bisnis.

8.2. Konsep Enterprise Resource Planning (ERP)

Menurut OLS (2004), konsep dasar dari Enterprise Resource Planning (ERP)

adalah sebagai berikut:

1. Enterprise Resource Planning (ERP) tersusun atas paket software komersial yang bisa 

dijadikan jaminan integrasi yang mulus terhadap semua aliran informasi di perusahaan, 

mencakup keuangan, akuntansi, sumber daya manusia, rantai pasok, dan informasi 

konsumen (Davenport, 1998).

2. Sistem Enterprise Resource Planning (ERP) merupakan paket sistem informasi yang 

bisa dikonfigurasikan, yang mengintegrasikan informasi dan proses yang memiliki 

basis informasi di dalam, dan melintas area fungsional dalam suatu organisasi (Kumar 

dan Van Hillsgerberg, 2000).

3. Satu basis data, satu aplikasi dan satu kesatuan antar muka di semua enterprise (Tadjer, 

1998)

8.3. Tujuan dan Peranannya dalam Organisasi

Tujuan sistem Enterprise Resource Planning (ERP) adalah untuk 

mengkoordinasikan bisnis organisasi secara keseluruhan. Enterprise Resource Planning 

(ERP) merupakan software yang ada dalam organisasi/perusahaan untuk:

1. Otomatisasi dan integrasi banyak proses bisnis.

2. Membagi database yang umum dan praktek bisnis melalui enterprise.

3. Menghasilkan informasi yang real-time.

4. Memungkinkan perpaduan proses transaksi dan kegiatan perencanaan.

8.4. Enterprise Resource Planning (ERP) dalam Klasifikasi Sistem Informasi

Dalam klasifikasi sistem informasi, Enterprise Resource Planning (ERP)

diilustrasikan sebagai berikut.

8.5. Kekuatan Enterprise Resource Planning (ERP) Integrated

Konsep Enterprise Resource Planning (ERP) dapat dijalankan dengan baik, jika 

didukung dengan seperangkat aplikasi dan didukung dengan seperangkat aplikasi dan 

infrastruktur komputerinfrastruktur komputer baik software dan hardware sehingga 

pengelolaan data dan informasi dapat dilakukan dengan mudah dan terintegrasi.

8.6. Evolusi Aplikasi Enterprise Resource Planning (ERP)

1. Tahap I : Material Requirement Planning (MRP)

Merupakan cikal bakal dari Enterprise Resource Planning (ERP), dengan konsep 

perencanaan kebutuhan material.

2. Tahap II: Close-Loop Material Requirement Planning (MRP)

Merupakan sederetan fungsi dan tidak hanya terbatas pada Material Requirement 

Planning (MRP), terdiri atas alat bantu penyelesaian masalah prioritas dan adanya 

rencana yang dapat diubah atau diganti jika diperlukan.

3. Tahap III: Manufakturing Resource Planning (MRP II)

Merupakan pengembangan dari Close-Loop Material Requirement Planning (MRP)

yang ditambahkan tiga elemen, yaitu perencanaan penjualan dan operasi, antarmuka 

keuangan dan simulasi analisis dari kebutuhan yang diperlukan.

4. Tahap IV: Enterprise Resource Planning (ERP)

Merupakan perluasan dari Manufakturing Resource Planning (MRP II) yaitu 

perluasan pada beberapa proses bisnis di antaranya integrasi keuangan, rantai pasok 

dan meliputi lintas batas fungsi organisasi dan juga perusahaan dengan dilakukan 

secara mudah.

5. Tahap V: Extended Enterprise Resource Planning (ERP II)

Merupakan perkembangan dari Enterprise Resource Planning (ERP) yang diluncurkan 

tahun 2000, serta lebih kompleks dari Enterprise Resource Planning (ERP)

sebelumnya.

Resource Planning (ERP) setidaknya:

1. Keuangan

Dalam menjalankan operasionalnya setiap lembaga memiliki beban biaya yang

dikeluarkan untuk investasi aktiva tetap, sewa dan gedung. Dalam modul ini 

mendukung pekerjaan pengadaan, pemeliharaan, penjualan/penghapusan, penarikan 

hingga depresiasi nilai aktiva.

2. Logistik

Modul logistik secara fungsional digunakan untuk memproses pengadaan, penjualan 

dan distribusi logistik yang digunakan oleh perusahaan.

3. Sumber Daya Manusia

SDM merupakan aset terbesar perusahaan yang memerlukan pengelolaan yang baik 

dan terukur dari mulai perekrutan, penjadualan dan pemrosesan gaji. Yang dikelola 

dalam modul SDM yaitu pembayaran gaji, manajemen tugas, ongkos tugas luar kantor,

bonus/kompensasi, perekrutan hingga perencanaan kebutuhan tenaga kerja.

4. Business Process Support

Setiap perusahaan selalu terkait dengan masalah manajemen arus kerja dan solusi

industri. Kedua hal tersebut digunakan sebagai kendali atas setiap unit fungsi yang ada

di dalam perusahaan.

5. Rantai Pasokan (Supply Chain Management)

Supply Chain Management (SCM) adalah modul yang menjadi fokus yang mutakhir 

dalam pengembangan sistem Enterprise Resource Planning (ERP). Penerapan Supply 

Chain Management (SCM) yang baik dengan memanfaatkan Internet adalah solusi 

yang sangat efektif dalam penghematan biaya perusahaan.

6. Dukungan E-Commerce

Transaksi elektronik yang terintegrasi melalui media Internet adalah tren masa kini 

yang mendorong terjadinya proses bisnis komersial yang efektif. Dengan dukungan 

ecommerce yang baik maka produsen dapat langsung berhadapan dengan pengguna

akhirnya yang berakibat pada pemotongan biaya yang cukup signifikan.

8.7. Pendekatan Implementasi Enterprise Resource Planning (ERP)

Ada tiga jenis pendekatan untuk melakukan implementasi Enterprise Resource 

Planning (ERP), yaitu:

1. The Big Bang

Strategi penerapan seluruh modul dalam paket ERP secara simultan di seluruh

perusahaan. Kelebihannya :

a. Hanya memerlukan sedikit interface antara sistem lama dan sistem baru.

b. Hangat efisien dari segi waktu dan hasilnya optimal.

Kekurangannya :

Implementasi yang kompleks sehingga resiko kegagalan tinggi.

2. Step by Step (Phased Approach)

Melakukan implementasi sedikit demi sedikit. Tahap selanjutnya berkonsentrasi

mengimplementasikan modul yang terkait. Keseluruhan proses bisnis harus terlebih

dahulu disiapkan.

Kelebihannya :

a. Kompleksitas dapat dikurangi.

b. Memungkinkan terjadinya perbaikan proyek yang akan datang akibat konsultasi 

internal.

c. Ongkos tidak terlalu membebani.

Kekurangan :

a. Waktu implementasi keseluruhan lebih panjang.

b. Manfaat ERP hanya dapat dirasakan sedikit demi sedikit akibatnya hasil tidak

optimal.

3. Small Bang (Pilot Approach)

Pembuatan model implementasi pada salah satu site atau fungsi perusahaan sebagai 

pilot project dan diteruskan ke fungsi atau site yang terkait.

Kelebihannya :

a. Biaya relatif rendah.

b. Kompleksitas berkurang.

Kekurangannya :

Membutuhkan banyak customisasi akibat adanya operasi spesifik antar site.

8.8. Keuntungan dan Kelemahan Implementasi Enterprise Resource Planning (ERP)

1. Keuntungan Implementasi Enterprise Resource Planning (ERP)

a. Integrasi antara area fungsional yang berbeda untuk meyakinkan komunikasi, 

produktifitas dan efisiensi yang tepat.

b. Rancangan Perekayasaan.

c. Pelacakan pemesanan dari penerimaan sampai fulfillment.

d. Mengatur saling ketergantungan dari proses penagihan material yang kompleks.

e. Pelacakan tiga cara yang bersesuaian antara pemesanan pembelian, penerimaan 

inventori dan pembiayaan.

f. Akuntasi untuk keseluruhan tugas: melacak pemasukan, biaya dan keuntungan pada

level inti.

2. Kelemahan Implementasi Enterprise Resource Planning (ERP)

a. Terbatasnya kustomisasi dari perangkat lunak Enterprise Resource Planning 

(ERP).

b. Sistem ERP sangat mahal.

c. Perekayasaan kembali proses bisnis untuk menyesuaikan dengan standar industri 

yang telah dideskripsikan oleh sistem Enterprise Resource Planning (ERP)dapat 

menyebabkan hilangnya keuntungan kompetitif.

d. Enterprise Resource Planning (ERP) sering terlihat terlalu sulit untuk beradaptasi 

dengan alur kerja dan proses bisnis tertentu dalam beberapa organisasi.

e. Sistem dapat terlalu kompleks jika dibandingkan dengan kebutuhan dari pelanggan.

f. Data dalam sistem ERP berada dalam satu tempat, contohnya : pelanggan, data 

keuangan. Hal ini dapat meningkatkan resiko kehilangan informasi sensitif, jika

terdapat pembobolan sistem keamanan.

8.9. Manfaat Menggunakan Enterprise Resource Planning (ERP)

Berikut ini adalah sebagian kecil manfaat dengan diaplikasikannya Enterprise 

Resource Planning (ERP) bagi perusahaan:

1. Integrasi Data Keuangan

Untuk mengintegrasikan data keuangan sehingga top management bisa melihat dan

mengontrol kinerja keuangan perusahaan dengan lebih baik.

2. Standarisasi Proses Operasi

Menstandarkan proses operasi melalui implementasi best practice sehingga terjadi

meningkatkan produktivitas, penurunan inefesiensi dan peningkatan kualitas produk.

3. Stadarisasi Data dan Informasi

Menstandarkan data dan informasi melalui keseragaman pelaporan, terutama untuk

perusahaan besar yang biasanya terdiri dari banyak business unit dengan jumlah dan

jenis bisnis yang berbeda-beda.

8.10. Tips Memilih Enterprise Resource Planning (ERP)

Berikut adalah beberapa tips bagaimana cara memilih Enterprise Resource 

Planning (ERP) yang sesuai bagi perusahaan:

1. Knowledge and Experience

Knowledge adalah pengetahuan tentang bagaimana cara sebuah proses seharusnya

dilakukan, jika segala sesuatunya berjalan lancer. Experience adalah pemahaman

terhadap kenyataan tentang bagaimana sebuah proses seharusnya dikerjakan dengan

kemungkinan munculnya permasalahan. Knowledge tanpa experience menyebabkan

orang membuat perencanaan yang terlihat sempurna tetapi kemudian terbukti tidak bisa 

diimplementasikan. Experience tanpa knowledge bisa menyebabkan terulangnya atau 

terakumulasinya kesalahan dan kekeliruan karena tidak dibekali dengan pemahaman 

yan cukup.

2. Selection Methodology

Ada struktur proses seleksi yang sebaiknya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

perusahaan dalam memilih Enterprise Resource Planning (ERP). Proses seleksi tidak 

harus selalu rumit agar efektif. Yang penting organized, focused dan simple. Proses 

seleksi ini biasanya berkisar antara 5- 6 bulan sejak dimulai hingga penanda tanganan 

order pembelian Enterprise Resource Planning (ERP).

3. Analisa Strategi Bisnis

a. Bagaimana level kompetisi di pasar dan apa harapan dari customer?

b. Adakah keuntungan kompetitif yang ingin dicapai?

c. Apa strategi bisnis perusahaan dan objectives yang ingin dicapai?

d. Bagaimana proses bisnis yang sekarang berjalan dibandingkan dengan proses bisnis 

yang diinginkan?

e. Adakah proses bisnis yang harus diperbaiki?

f. Apa dan bagaimana prioritas bisnis yang ada dan adakah rencana kerja yang 

disusun untuk mencapai objektif dan prioritas tersebut?

g. Target bisnis seperti apa yang harus dicapai dan kapan?

4. Analisa People

a. Bagaimana comitment to management terhadap usaha untuk implementasi 

Enterprise Resource Planning (ERP?

b. Siapa yang akan mengimplementasikan Enterprise Resource Planning (ERP) dan 

siapa yang akan menggunakannya?

c. Bagaimana komitmen dari tim implementasi?

d. Apa yang diharapkan para calon user terhadap Enterprise Resource Planning 

(ERP)?

e. Adakah Enterprise Resource Planning (ERP) Champion yang menghubungkan 

top management dengan tim?

f. Adakah konsultan dari luar yang disiapkan untuk membantu proses persiapan?

g. Analisa infrastruktur.

h. Bagaimanakah kelengkapan infrastruktur yang sudah ada (overall networks, 

permanent office systems, communication system dan auxiliary system)?

i. Seberapa besar budget untuk infrastruktur?

j. Apa infrastruktur yang harus disiapkan?

5. Analisa Software

a. Apakah software tersebut cukup fleksibel dan mudah disesuaikan dengan kondisi

perusahaan?

b. Apakah ada dukungan service dari supplier, tidak hanya secara teknis tapi juga 

untuk kebutuhan pengembangan sistem di kemudian hari?

c. Seberapa banyak waktu untuk implementasi yan tersedia?

d. Apakah software memiliki fungsi yang bisa meningkatkan proses bisnis

perusahaan?

Berikut beberapa software Enterprise Resource Planning (ERP) yang saat ini 

beredar, baik yang berlisensi maupun open source:

1. SAP

2. JDE

3. BAAN

4. MFGPro

5. Protean

6. Compiere

7. Adempiere

Definsi Customer Relationship Management (CRM)

1. Menurut Kotler dan Keller (2008), Customer Relationship Management (CRM) adalah 

proses mengelola informasi rinci tentang pelanggan perorangan dan semua titik kontak 

pelanggan secara seksama untuk memaksimalkan loyalitas pelanggan.

2. Menurut Yahya (2008), Customer Relationship Management (CRM) adalah sebuah 

strategi bisnis menyeluruh dalam suatu perusahaan yang memungkinkan perusahaan 

tersebut secara efektif bisa mengelola hubungan dengan para pelanggan. Dengan 

demikian melalui Customer Relationship Management (CRM) perusahaan dapat 

melakukan pendekatan sehingga dapat menarik sejumlah informasi mengenai 

kebutuhan dan keinginan pelanggan.

3. Menurut Newell, Customer Relationship Management (CRM) adalah sebuah 

modifikasi dan pembelajaran perilaku konsumen setiap waktu dari setiap interaksi, 

perlakuan terhadap pelanggan dan membangun kekuatan antara konsumen dan

perusahaan.

4. Menurut Tunggal (2008), Customer Relationship Management adalah suatu strategi 

untuk mengidentifikasi, menarik, dan mempertahankan konsumen yang paling bernilai 

bagi perusahaan. Customer Relationship Management (CRM) berkonsentrasi pada apa 

yang konsumen nilai, bukan pada apa yang perusahaan ingin jual.

5. Menurut Kalakota dan Robinson (2001), pengertian Customer Relationship 

Management (CRM) adalah integrasi dari strategi penjualan, pemasaran, dan pelayanan 

yang terkoordinasi.

6. Laudon dan Traver, Customer Relationship Management (CRM) adalah proses 

menyimpan informasi pelanggan dan merekam seluruh kontak yang terjadi antara pelanggan dan perusahaan, serta membuat profil pelanggan untuk staf perusahaan yang 

memerlukan informasi tentang pelanggan tersebut.

7. Menurut Heru (2003), Customer Relationship Management (CRM) adalah usaha 

sebuah perusahaan untuk berkonsentrasi menjaga konsumen (supaya tidak lari ke 

pesaing) dengan mengumpulkan segala bentuk interaksi konsumen baik itu lewat 

telepon, email, masukan di situs atau hasil pembicaraan dengan staf sales dan 

marketing, atau Customer Relationship Management (CRM) adalah sebuah strategi 

bisnis menyeluruh dari suatu perusahaan yang memungkinkan perusahaan tersebut 

secara efektif bisa mengelola hubungan dengan para konsumen.

9.2. Manfaat dari Customer Relationship Management (CRM)

Manfaat Customer Relationship Management (CRM) berdasarkan (Tunggal, 2000) 

adalah:

1. Mendorong Loyalitas Pelanggan

Aplikasi Customer Relationship Management (CRM) memungkinkan perusahaan untuk 

mendayagunakan informasi dari semua titik kontak dengan pelanggan baik melalui 

website, call center, maupun melalui staff pemasaran dan pelayanan di lapangan. 

Konsistensi dan kemudahan mengakses dan menerima informasi memungkinkan 

penjualan dan pelayanan yang lebih baik dengan menggunakan berbagai informasi 

penting mengenai pelanggan tersebut.

2. Mengurangi Biaya

Dengan kemampuan swalayan dalam penjualan dan pelayanan pelanggan, ada biaya

yang dapat dikurangi, semisal dengan memanfaatkan teknologi website. Aplikasi

Customer Relationship Management (CRM) juga memungkinkan penjualan dan 

pelayanan yang lebih murah dalam sebuah skema program pemasaran yang spesifik 

dan terfokus. Tertuju ke pelanggan yang tepat dan pada waktu yang tepat pula.

3. Meningkatkan Efisiensi Operasional

Kemudahan proses penjualan dan proses layanan dapat mengurangi risiko turunnya

kualitas pelayanan dan mengurangi beban cashflow, penggunaan teknologi website dan 

call center misalnya, akan mengurangi hambatan birokrasi dan biaya serta proses 

administrasi yang mungkin timbul.

4. Peningkatan Time to Market

Aplikasi Customer Relationship Management (CRM) memungkinkan perusahaan 

membawa produk ke pasar dengan lebih cepat dengan informasi pelanggan yang lebih 

baik, adanya data tren pembelian oleh pelanggan, sampai integrasi dengan aplikasi 

Enterprise Resource Planning (ERP) untuk keperluan perencanaan yang lebih baik. 

Dengan kemampuan penjualan di website, hambatan waktu, geografis sampai 

ketersediaan sumber data dapat dikesampingkan untuk mempercepat penjualan produk 

tersebut.

5. Peningkatan Pendapatan

Aplikasi Customer Relationship Management (CRM) menyediakan informasi untuk 

meningkatkan pendapat dan keuntungan perusahaan. Melalui aplikasi CRM, 

perusahaan dapat melakukan penjualan dan pelayanan melalui website sehingga 

terbuka peluang penjualan secara global tanpa perlu menyediakan upaya khusus untuk 

mendukung penjualan dan pelayanan.

9.3. Sasaran dari Customer Relationship Management (CRM)

Sasaran dari Customer Relationship Management (CRM) adalah untuk 

meningkatkan pertumbuhan jangka panjang dan profitabilitas perusahaan melalui 

pengertian yang lebih baik terhadap kebiasaan pelanggan dan tujuan utama dari Customer 

Relationship Management (CRM). Menarik pelanggan baru, mempertahankan pelanggan 

lama, mengurangi biaya pemasaraan dan pelayanan pelanggan. Selain tujuan tersebut juga 

terdapat tujuan lain dari Customer Relationship Management (CRM) seperti :

1. Menyediakan barang dan jasa yang benar-benar dibutuhkan pelanggan.

2. Menyediakan pelayanan pelanggan yang lebih baik.

3. Penjualan barang yang lebih baik.

9.4. Alasan Pentingnya Customer Relationship Management (CRM)

Customer Relationship Management (CRM) sangat penting bagi perusahaan, hal ini 

disebabkan karena:

1. Tingkat persaingan global antar perusahaan kian besar.

2. Fakta bahwa untuk mendapatkan pelanggan baru bisa 10 kali biaya untuk menjaga 

pelanggan yang sudah ada.

3. Tren bisnis saat ini yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan loyalitas 

pelanggan ke perusahaan kita.

4. Banyaknya konsumen yang menginginkan pelayanan purna jual.

5. Pengguna Customer Relationship Management (CRM) bisa dari perusahaan/bidang 

usaha berskala kecil sampai ke perusahaan berskala besar.

9.5. Tahapan Customer Relationship Management (CRM)

Beberapa tahapan Customer Relationship Management (CRM) menurut Strauss 

(2001):

1. Mengidentifikasi Customer

Informasi adalah penggerak CRM. Perusahaan mendapatkan informasi mengenai

individual customer dari berbagai sumber ( personal maupun automated) seperti force, 

customer service encounter, bar code scanners dan website. Semakin banyak informasi

yang dimiliki perusahaan, semakin baik nilai yang bisa disediakan bagi setiap customer

dan calon customer dalam hal keakuratan, ketepatan waktu dan dapat

memberikanpenawaran yang masuk akal.

2. Membedakan Customer

Customer memiliki kebutuhan yang berbeda. Internet memungkinkan perusahaan 

untuk mengumpulkan informasi untuk mengidentifikasikan berbagai kesamaan 

maupun perbedaan individu dan kelompok, kemudian menggunakannya untuk 

meningkatkan keuntungan. Customer Relationship Management (CRM) 

memungkinkan perusahaan untuk menggunakan sumber daya yang ada dan 

menerapkannya secara tidak sama terhadap customer yang paling menguntungkan. 

Ide yang baru ialah bahwa teknologi memungkinkan perusahaan untuk

mengidentifikasi high-value customer sehingga bisa memberikan penawaran secara 

real-time. 

3. Menyesuaikan Marketing

Bila perusahaan telah mengidentifikasi dan membedakan customer berdasarkan

karakteristik, behavior, kebutuhan atau nilai, perusahaan kemudian bisa menyesuaikan

penawaran terhadap berbagai segmen atau individu.

9.6. Fase-Fase Customer Relationship Management (CRM)

Menurut Kalakota dan Robinson (2001), ada tiga fase Customer Relationship 

Management (CRM), yaitu:

1. Mendapatkan Pelanggan Baru (Acquiring New Customer)

Untuk mendapatkan pelanggan baru dengan cara:

a. Melakukan promosi terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan, memberikan 

kesan pertama yang baik kepada pelanggan karena akan mempengaruhi penilaian 

kepada perusahaan.

b. Memberikan kenyamanan pada pelanggan dalam membeli produk yang mereka 

butuhkan, misalnya dengan merespon dengan cepat terhadap keinginan pelanggan 

juga ketepatan waktu dalam pengiriman barang pesanan. Tujuannya adalah

menawarkan produk yang baik dengan pelayanan yang memuaskan.

2. Meningkatkan Profitabilitas Pelanggan yang Telah Dimiliki Perusahaan 

(Enhancing the Profitability of Existing Cost)

Perusahaan harus menciptakan hubungan yang erat dengan pelanggandengan cara

perusahaan mendengarkan keluhan dan meningkatkan pelayanan. Hubungan dengan

pelanggan dapat ditingkatkan dengan cara:

a. Cross-selling, sebuah strategi penjualan yang menawarkan barang pelengkap dari 

barang yang telah dimilikinya.

b. Up-selling, adalah menawarkan barang yang sama tetapi dengan kualitas yang lebih

baik.

3. Mempertahankan Pelanggan Potensial (Retaining Profitable Customer for Life)

Mempertahankan pelanggan potensial yaitu dengan cara:

a. Menyediakan waktu untuk mendengarkan kebutuhan pelanggan, termasuk ketidak 

puasan pelanggan terhadap produk atau pelayanan perusahaan.Sehingga dapat 

dimanfaatkan untuk peningkatan pelayanan.

b. Memberikan pelayanan dan aplikasi pendukung yang bermanfaat sehingga 

hubungan dengan pelanggan dapat tetap terpelihara.

9.7. Prinsip Dasar Customer Relationship Management (CRM)

Pengambilan data input berupa data profil dari semua pelanggan dan memberikan

informasi yang sesuai kepada pelanggan berupa informasi tentang customer history, 

kebutuhan-kebutuhan pasar dan isu-isu lain seputar perkembangan pasar. Prinsip customer 

relationship management (CRM) terletak pada kemauan bisnis untuk meningkatkan 

loyalitas dan kepuasan pelanggan tanpa menambah beban biaya dan waktu. Customer 

Relationship Management (CRM) merupakan suatu solusi yang relevan dalam penerapan

investasi teknologi informasi di masa kini. Jika perusahaan tidak dapat memahami siapa

pelanggan, dan apa yang mereka butuhkan, maka tidak dapat mempertahankan mereka

sebagai pelanggan yang setia. Jika perusahaan tidak mampu mempertahankan pelanggan,

maka tidak dapat bertahan dan memenangkan persaingan bisnis (Toedt, 2014).

9.8. Tujuan Customer Relationship Management (CRM)

Ada tiga tujuan utama dari Customer Relationship Management (CRM) yaitu:

1. Meningkatkan hubungan antara perusahaan dengan pelanggan yang sudah ada untuk 

meningkatkan pendapatan perusahaan. Menyediakan informasi yang lengkap mengenai 

pelanggan untuk memaksimalkan jalinan hubungan pelangan dengan perusahan 

melalui penjualan secara up-selling dan cross-selling, dengan demikian pada saat yang 

bersamaan dapat meningkatkan keuntungan dengan cara mengidentifikasikan, menarik

serta mempertahankan pelanggan yang paling memberikan nilai tambah bagi 

perusahaan.

2. Menggunakan informasi yang terintegrasi untuk menghasilkan pelayanan yang paling 

memuaskan dengan memanfaatkan informasi pelanggan untuk memenuhi kebutuhan 

pelanggan sehingga dapat menghemat waktu pelanggan dan mengurangi frustasi.

3. Menghasilkan konsistensi dalam prosedur dan proses saluran jawaban kepada

pelanggan.

9.9. Fungsi Customer Relationship Management (CRM)

Apapun bentuk dari Customer Relationship Management (CRM), sistem dari 

Customer Relationship Management (CRM) tersebut harus bisa menjalankan fungsi 

sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi berbagai faktor penting bagi pelanggan.

2. Memiliki falsafah customer-oriented (customer centric).

3. Dapat melayani dan menangani keluhan pelanggan.

4. Membuat dasar pengukuran berdasarkan sudut pandang pelanggan.

5. Memberikan dukungan pelanggan yang sempurna.

6. Mencatat dan mengikuti semua aspek dalam penjualan.

7. Menyediakan informasi holistik mengenai informasi layanan dan penjualan dari 

pelanggan.

9.10. Tipe-Tipe Customer Relationship Management (CRM)

1. Operasional

Operational Customer Relationship Management (CRM) memberikan dukungan untuk 

proses bisnis di front office, seperti untuk penjualan, pemasaran dan staf pelayanan. 

Interaksi dengan pelanggan biasanya disimban dalam sejarak kontak pelanggan dan 

staf dapat melihat kembali informasi pelanggan ketika dibutuhkan. Dengan sejarah 

kontak pelanggan ini, staf dapat dengan cepat memperoleh informasi penting. Dapat 

meraih pelanggan dalam waktu dan tempat yang tepat merupakan sesuatu yang sangat 

diinginkan.

2. Penjualan

Untuk penjualan biasa digunakan Sales Force Automation (SFA). Sales Force 

Automation (SFA) membantu untuk otomatisasi aktivitas yang terkait dengan staf 

penjualan, seperti untuk penjadwalan menghubungi pelanggan, pengiriman surat kertas 

maupun elektronik ke pelanggarn, menelusuri respon pelanggan, membuat laporan, 

menilai tingkat penjualan, proses order penjualan otomatis.

3. Analitik

Analytical Customer Relationship Management (CRM) menganalisis data pelanggan 

untuk berbagai tujuan seperti merancang dan menjalankan kampanye target pemasaran, 

termasuk melakukan cross selling, up-selling, sistem informasi manajemen untuk 

forecasting keuangan dan analisis profitabilitas pelanggan.

4. Intelijen Penjualan

Intelijen Penjualan atau Sales Intelligence dalam Customer Relationship Management 

(CRM) adalah sejenis dengan Analytical Customer Relationship Management (CRM), 

tetapi ditekankan lebih jauh untuk piranti penjualan langsung dengan fitur untuk 

mencari peluang cross-selling/up-selling/switch-selling, kinerja penjualan, 

kecenderungan pelanggan, margin pelanggan.

5. Manajemen Kampanye

Campaign management mengkombinasikan elemen antara Customer Relationship 

Management (CRM) operasional dan analitik agar dapat menjalankan fungsi 

pembentukan kelompok target dengan kriteria tertentu menggungakan data pelanggan,

mengirimkan materi yang terkait dengan kampanye produk untuk calon tertentu 

menggunakan berbagai saluran seperti e-mail, telephone, SMS, dan surat, menelusuri, 

menyimpan dan menganalisis statistik kampanye.

6. Kolaboratif

Collaborative Customer Relationship Management (CRM) mencakup aspek-aspek 

yang ditangani korporasi yang terkait dengan pelanggan pada berbagai departemen 

seperti pada bagian penjualan, dukungan teknis, dan pemasaran. Staf dari berbagai 

departemen pada korporasi yang sama dapat saling bertukar dan berbagi informasi 

yang dikumpulkan ketika berinteraksi dengan pelanggan. Customer Relationship 

Management (CRM) jenis ini bertujuan untuk menggunakan informasi yang 

dikumpulkan secara bersama di semua departemen untuk peningkatkan kualitas 

pelayanan yang diberikan.

9.11. Implementasi Software/Aplikasi Customer Relationship Management (CRM)

Terdapat 3 aspek penting yang perlu dibenahi perusahaan dalam proses 

implementasi Customer Relationship Management (CRM) :

1. Orang 

Dalam aspek orang, biasanya meliputi internalisasi cara berpikir orang tentang

bagaimana melayani konsumen. Sehingga memerlukan orang-orang yang professional

dan dapat mengerti dari visi implementasi Customer Relationship Management (CRM)

dengan jelas terlebih dahulu dan dipahami secara benar oleh semua karyawan dalam 

perusahaan. Selanjutnya adalah aspek kesiapan dari sisi pengetahuan dan keterampilan. 

Perusahaan juga perlu mengadakan pelatihan-pelatihan dan proses belajar yang 

membuat karyawan lebih siap dalam proses implementasi Customer Relationship 

Management (CRM).

2. Proses dan Prosedur 

Dari sisi proses dan prosedur, perusahaan harus mendefinisikan secara lebih jelas target 

market yang akan dibidik dan prosedur perusahaan secara lebih rinci dalam melayani 

konsumen. Hal ini penting agar karyawan yang berhubungan langsung dengan 

konsumen memiliki aturan yang jelas tentang bagaimana melayani pelanggan mereka. 

Selain itu, satu hal yang terpenting juga adalah bagaiman perusahaan menghubungkan 

antara kepuasan pelanggan dengan kinerja karyawan. Artinya, tidak hanya menjadi slogan dan jargon di dalam perusahaan, tetapi proses layanan pelanggan menjadi sistem 

yang harus dijalankan oleh seluruh karyawan.

3. Sistem dan Teknologi

Merupakan strategi pemilihan dan pengembangan teknologi Customer Relationship 

Management (CRM). Perusahaan perlu membuat cetak biru tentang teknologi 

Customer Relationship Management (CRM) seperti apa yang akan digunakan, dan 

bagaiman proses implementasinya, melakukan training, dan penerapannya yang 

berhubungan dengan sistem yang sudah ada sekarang.

Pada aspek implementasi ini, sebelum mengimplementasikan ke seluruh 

perusahaan, perlu dilakukan proyek percontohanimplementasi yang dievaluasi secara 

intensif dan menyeluruh. Proyek percontohan ini sangat penting agar menjaga proses 

implementasi keseluruhan dapat berjalan dengan sukses. Implementasi Customer 

Relationship Management (CRM) setidaknya juga harus memiliki elemen-elemen berikut:

1. Otomatisasi Pemasaran

Pemasaran dapat dilakukan secara otomatisasi tanpa perlu bertransaksi langsung antara 

customer dengan produsen. Atau cara pembayaran yang tidak perlu langsung 

membawa uang cash.

2. Pusat Pelayanan (Call Center)

Fungsinya antara lain untuk mengetahui kebiasaan konsumen, menerima keluhan dari 

para pelanggan sehingga data tersebut bisa digunakan untuk memperbaiki kualitas 

pelayanan dan produknya serta mengumpulkan customer history.

3. Penggudangan Data (Data Warehousing)

Informasi tentang pelanggan harus dilakukan dalam satu system terpadu. Hasil analisa 

harus mampu menampilkan petunjuk-petunjuk tertentu tentang pelanggan sehingga staf 

penjualan dan marketing mampu melakukan kampanye terfokus terhadap grup 

pelanggan tertentu. Nantinya gudang data ini juga harus mampu menaikkan volume 

penjualan.

4. Pencarian Data dan Analisa Proses Secara Online

Data yang telah terkumpul akan dipisah-pisahkan menurut kualifikasinya dan 

selanjutnya data akan disimpan dalam sistem yang bisa diakses secara online, sehingga 

bila sewaktu-waktu data tersebut diperlukan dapat bisa segera diperoleh.

5. Pengambilan Keputusan dan Alat Pelaporan

Jika sudah dilakukan hal-hal tersebut di atas maka diharapkan proses pengambilan 

keputusan dapat dilakukan secara lebih bijak karena perusahaan telah memiliki data 

yang cukup untuk menentukan langkah yang harus dilaksanakan oleh perusahaan 

selanjutnya, misalnya penjualan dengan sistem cross selling dan hasil penjualannya 

dapat dilihat apakah sesuai dengan keinginan konsumen dan bisa menaikkan 

keuntungan perusahaan.

9.12. Consumer Relationship System (CRS)

Consumer Relationship System (CRS) meliputi aspek-aspek perjanjian perusahaan 

dengan pelanggan yang ditangani oleh pusat kontak consumer affair dan customer 

relations dalam sebuah perusahaan. Perwakilan ini menangani kontak dari pelanggan dan 

konsumen. Peringatan awal dapat diberikan sesuai denga isu produk contohnya 

pengembalian item yang dibeli dan dapat dilacak sentimen konsumen saat ini.

9.13. Cara membuat Customer Relationship Management (CRM) Berhasil

Langka-langkah dalam membuat Customer Relationship Management (CRM) agar 

berhasil yang umum dilakukan, yaitu:

1. Perencanaan bisnis yang matang.

2. Mendefinisikan tujuan dan sasaran dari penerapan Customer Relationship Management 

(CRM).

3. Menentukan batasan-batasan dari Customer Relationship Management (CRM) menurut 

strategi yang ditetapkan.

4. Menentukan parameter dan standar pengukuran keberhasilan penerapan Customer 

Relationship Management (CRM).

5. Menentukan standar aturan penanganan strategi berdasarkan informasi dari sistem

Customer Relationship Management (CRM) seperti perubahan, perbaikan dan 

pemantapan strategi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan penerapan sistem Customer 

Relationship Management (CRM), yaitu:

1. Sasaran yang akan ingin dicapai bersifat jangka panjang.

2. Sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan perusahaan.

3. Hasil yang dicapai dapat menjadi sasaran kunci bagi bisnis perusahaan.

4. Penerapan Customer Relationship Management (CRM) dapat mengurangi biaya 

perusahaan secara keseluruhan.

5. Nilai resiko akibat penerapan Customer Relationship Management (CRM).

9.14. Kendala Dalam Customer Relationship Management (CRM)

Kendala yang kadang kala terjadi pada Customer Relationship Management (CRM)

antara lain:

1. Pada aplikasi teknologi informasi, terbuangnya fitur atau kelebihan-kelebihan yang 

ditawarkan teknologi informasi dengan percuma.

2. Pelanggan tetap mengeluh.

3. Hubungan dengan pelanggan tetap transaksional.

4. Tidak ada peningkatan efisiensi.

5. Staf sales dan marketing masih salaing menyembunyikan data.

6. Keuntungan perusahaan masih stagnan.

9.15. Implementasi Customer Relationship Management (CRM)

Hal yang terpenting dan mendasar pada Customer Relationship Management 

(CRM) adalah integrasi semua data bisnis pelanggan ke dalam suatu sistem sehingga 

mempermudah perusahaan dalam hal mengolah, mengidentifikasi dan menjaga hubungan 

dengan konsumen. Dengan demikian dapat dilakukan pemetaan dan pelaksanaan 

pemasaran dengan efektif dan efisien yang sesuai dengan tujuan organisasi. Kesuksesan 

dan pemanfaatan aplikasi Customer Relationship Management (CRM) dipengaruhi oleh

banyak faktor baik secara teknis maupun non teknis. Perlu aspek lain selain aplikasi 

customer relationship management (CRM) itu sendiri. 

Menurut Chen dan Popovich (2003) terdapat tiga elemen utama yang menjadi 

kunci keberhasilan penerapan Customer Relationship Management (CRM) yaitu people, 

process dan technology. Ketiga hal tersebut tidak dapat dilakukan secara sendiri-sendiri. 

Di mana ketiga hal ini akan bergantung satu sama lain sehingga tercipta suatu strategi 

bisnis yang baik. 

1. People

Aspek SDM (people) yaitu meliputi cara berpikir orang tentang bagaimana melayani

pelanggan (profesionalisme). Smua orang yang berhubungan dengan pelanggan baik 

dari level tertinggi suatu perusahaan sampai dengan level yang berhubungan dengan

pelanggan secara langusung harus memiliki pikiran sama yaitu bagaimana melayani

pelanggan dengan sebaik-baiknya. Tujuan dari implementasi Customer Relationship 

Management (CRM) harus jelas, sehingga mudah dipahami oleh karyawan.

2. Process

Aspek process yaitu proses berlangsungnya kegiatan di suatu perusahaan yang diatur

melalui sistem dan didefisinikan secara jelas melalui prosedur terstandarisasi sebagai

acuan karyawan dalam melayani pelanggan (proses dan prosedur). Perusahaan harus

kembali menata ulang proses bisnis yang telah ada agar sesuai dengan inisiatif 

Customer Relationship Management (CRM). Mendefinisikan secara jelas konsumen 

yang akan dibidik merupakan hal penting agar karyawan yang berinteraksi langsung 

dengan konsumen memiliki acuan yang jelas dan terstandarisasi bagaimana melayani 

pelanggan mereka.

3. Technology

Aspek technology yaitu strategi pengembangan teknologi Customer Relationship 

Management (CRM) dan proses implementasi. Perusahaan harus memilih teknologi 

yang baik dan tepat mendukung aspek proses. Hal ini terkait dengan strategi pemilihan 

dan pengembangan teknologi Customer Relationship Management (CRM). Perlu 

dilakukan langkah-langkah implementasi yang berbentuk pilot project terlebih dahulu, 

agar kelak implementasi secara menyeluruh dapat berjalan dengan sukses seperti yang 

diharapkan.

Aplikasi teknologi Customer Relationship Management (CRM) menghubungkan 

front office (sales, marketing dan customer service) dan back office (financial, 

operasional, logistik dan sumber daya manusia) dengan touch point pelanggan perusahaan 

(Fickel, 1999). Touch points perusahaan termasuk di dalamnya adalah internet, email, 

penjualan, email, telemarketing, call center, iklan, fax, pagers, stores dan kiosk. Sering 

kali, touch point perusahan dikontrol oleh sistem informasi terpisah dari sistem informasi 

yang utama. Customer Relationship Management (CRM) berfungsi untuk 

mengintegrasikan touch points ke dalam sistem yang telah ada (Eckerson & Watson, 

2000). Hubungan antara touch points dengan front dan back office digambarkan pada 

gambar berikut ini:

Definisi Supply Chain

Supply chain merupakan sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan 

yang bekerja sama secara bersama-sama untuk membuat dan menyalurkan produk atau 

jasa kepada konsumen akhir. Rangkaian atau jaringan ini terbentang dari penambangan 

bahan mentah (di bagian hulu) sampai retail / toko (pada bagian hilir). Di antaranya 

termasuk supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta perusahaan-perusahaan 

pendukung seperti perusahaan jasa logistik. Ada tiga aliran dalam supply chain, yaitu:

1. Aliran material, yaitu Aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir 

(downstream). Contohnya bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik.

2. Aliran Informasi, aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya.

3. Aliran uang / dana, aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu.

Supply Chain Management

Supply chain management adalah manajemen terhadap aliran antar dan di antara

tahapan supply chain untuk memaksimalkan profitabilitas keseluruhan supply chain. 

Berikut beberapa definisi SCM di antaranya yaitu:

1. Menurut Lambert (1998)

SCM merupakan integrasi atas proses-proses bisnis dari pengguna akhir melalui

pemasok awal yang menyediakan produk, jasa, dan informasi yang memberikan nilai

tambah bagi pelanggan.

2. Menurut Simchi-Levi (2002)

SCM adalah suatu kumpulan pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan

secara efisien antara pemasok, perusahaan manufaktur, pergudangan, dan toko,

sehingga barang diproduksi dan didistribusikan pada kuantitas, lokasi, dan waktu yang 

benar, untuk meminimumkan biaya-biaya pada kondisi yang memuaskan kebutuhan 

tingkat pelayanan.

3. Menurut Handfield (1999)

SCM merupakan integrasi atas kegiatan-kegiatan dalam suatu rantai pasok dengan

hubungan yang diperbaiki, untuk mencapai suatu keunggulan bersaing yang

berkelanjutan.

4. Chopra & Meindl (2001)

SCM mencakup manajemen atas aliran-aliran di antara tingkatan dalam suatu rantai

pasok untuk memaksimumkan keuntungan total.

Dari beberapa definisi di atas dapat diilustrasikan penggambaran supply chain

sederhana

10.4. Proses Bisnis pada SCM

Pada SCM, aktivitas-aktivitas dibagi menjadi beberapa proses bisnis, antara lain:

1. Customer Relationship Management (CRM) : Langkah pertama manajemen rantai 

pasok adalah mengidentifikasi pelanggan utama atau pelanggan yang kritis bagi 

perusahaan. Aktivitas ini melibatkan tim pelayanan pelanggan (customer service) yang 

membuat dan melaksanakan program-program bersama, persetujuan produk dan jasa, 

serta menetapkan tingkat kinerja tertentu untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

2. Customer Service Management (CSM) : CSM merupakan sumber tunggal informasi 

pelanggan yang mengurus persetujuan produk dan jasa. Customer Service 

memberitahukan pelanggan informasi mengenai tanggal pengiriman dan ketersediaan 

produk melalui hubungannya dengan bagian produksi dan distribusi. Pelayanan setelah 

penjualan juga perlu, intinya harus secara efisien membantu pelanggan mengenai 

aplikasi dan rekomendasi produk.

3. Demand Management : Proses ini harus menyeimbangkan kebutuhan pelanggan 

dengan kemampuan pasokan perusahaan, menentukan apa yang akan dibeli pelanggan 

dan kapan. Sistem manajemen permintaan yang baik menggunakan data point-of-sale 

dan data pelanggan “inti” untuk mengurangi ketidakpastian dan aliran yang efisien

melalui rantai pasok.

4. Customer Demand Fulfillment : Proses penyelesaian pesanan ini secara efektif 

memerlukan integrasi rencana kerja antara produk, distribusi dan transportasi. 

Hubungan dengan rekan kerja yakni anggota primer rantai pasok dan anggota sekunder 

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan mengurangi total biaya kirim ke 

pelanggan.

5. Manufacturing Flow Management : Biasanya perusahaan memproduksi barang lalu 

dibawa ke bagian distribusi berdasarkan ramalan historik. Produk dihasilkan memenuhi 

jadwal produksi. Seringkali produk yang salah mengakibatkan persediaan yang tidak 

perlu, meningkatkan biaya penanganan/penyimpanan dan pengiriman produk 

terhambat. Dengan manajemen rantai pasok, produk dihasilkan berdasarkan kebutuhan 

pelanggan. Jadi barang produksi harus fleksibel dengan perubahan pasar. Untuk itu 

diperlukan kemampuan berubah secara cepat untuk menyesuaikan dengan variasi 

kebutuhan massal. Untuk mencapai proses produksi tepat waktu dengan ukuran lot 

minimum, manajer harus berfokus pada biaya-biaya setup/perubahan yang rendah 

termasuk merekayasa ulang proses, perubahan dalam desain produk dan perhatian pada 

rangkian produk.

6. Procurement : Membina hubungan jangka panjang dengan sekelompok pemasok dalam 

arti hubungan win-win relationship akan mengubah sistem beli tradisional. Hubungan 

ini adalah melibatkan pemasok sejak tahap desain produk, sehingga dapat mengurangi 

siklus pengembangan produk serta meningkatkan koordinasi antara engineering, 

purchasing dan supplier pada tahap akhir desain.

7. Pengembangan Produk dan Komersialisasi : Untuk mengurangi waktu masuknya 

produk ke pangsa pasar, pelanggan dan pemasok seharusnya dimasukkan ke dalam 

proses pengembangan produk. Bila siklus produk termasuk singkat maka produk yang 

tepat harus dikembangkan dan dilauching pada waktu singkat dan tepat agar 

perusahaan kuat bersaing.

8. Return : Proses manajemen return yang efektif memungkinkan untuk mengidentifikasi 

produktivitas kesempatan memperbaiki dan menerobos proyek-proyek agar dapat 

bersaing. Ketersediaan return (return to available) adalah pengukuran waktu siklus 

yang di perlukan untuk mencapai pengembalian asset (return on asset) pada status 

yang digunakan. Pengukuran ini penting bagi pelanggan yang memerlukan produk

pengganti dalam waktu singkat bila terjadi produk gagal. Selain itu, perlengkapan yang 

digunakan untuk scrap dan waste dari bagian produksi diukur pada waktu organisasi 

menerima uang cash.

Gam


10.5. Fungsi Manajemen SCM

Ada dua fungsi utama manajemen SCM yaitu :

1. SCM secara fisik mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi dan menghantarknya 

ke pemakai akhir. ungsi pertama ini berkaitan dengan ongos-ongkos fisik, yaitu ongkos 

material, ongkos penyimpanan, ongkos produksi, ongkos transportasi dan sebagainya.

2. SCM sebagai mediasi pasar, yakni memastikan bahwa apa yang disuplai oleh rantai 

supply mencerminkan aspirasi pelanggan atau pemakai akhir tersebut. Fungsi kedua ini 

berkaitan dengan biaya-biaya survey pasar, perancangan produk, serta biaya-biaya 

akibat tidak terpenuhinya aspirasi konsumen oleh produk yang disediakan oleh sebuah 

rantai supply. Ongkos-ongkos ini bisa berupa ongkos markdown, yakni penurunan 

harag produk yang tidak laku dijual dengan harga normal, atau ongkos kekuarangan

supply yang dinamakan dengan stockout cost.

10.6. Prinsip-Prinsip Supply Chain Management

Prinsip utama yang harus dipegang dalam sinkronisasi aktivitas-aktivitas sebuah 

supply chain adalah untuk menciptakan resultan yang lebih besar, bukan hanya bagi tiap 

anggota rantai, tetapi bagi keselurhan sistem. Kesuksesan implementasi prinsip ini 

biasanya membutuhkan perubahan-perubahan pada tingkatan strategis maupun taktis. 

Sebaliknya kegagalan biasanya ditandai oleh ketidakmampuan manajemen mendefinisikan 

langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menggiring komponen-komponen supply 

chain yang kompleks ke arah yang sama.

Anderson, Britt, dan Favre (1997) memberikan 7 prinsip SCM dalam merumuskan

keputusan strategis, yaitu:

1. Segmentasi pelanggan berdasarkan kebutuhannya.

2. Sesuaikan jaringan logistik untuk melayani kebutuhan pelanggan yang berbeda.

3. Dengarkan signal pasar dan jadikan signal tersebut sebagai dasar dalam perencanaan 

kebutuhan (demand planning) sehingga bisa menghasilkan ramalan yang konsisten dan 

alokasi sumber daya yang optimal.

4. Deferensiasi produk pada titik yang lebih dekat dengan konsumen dan percepat 

konversinya di sepanjang rantai supply.

5. Kelola sumber-sumber suplai secara strategis untuk mengurangi ongkos kepemilikan 

dari material maupun jasa.

6. Kembangkan strategi teknologi untuk keseluruhan rantai supply yang mendukung 

pengambilan keputusan berhierarki seta berikan gambaran yang jelas dari aliran 

produk, jasa, maupun informasi.

7. Adopsi pengukuran kerja untuk sebuah supply chain secara keseluruhan dengan

maksud untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen akhir.

10.7. Tahapan dalam SCM

Ada empat tahapan dalam SCM yaitu:

1. Tahap Baseline (Dasar)

Masing-masing fungsi bisnis seperti produksi dan pembelian melakukan aktivitas 

mereka secara sendiri-sendiri dan terpisah dari fungsi bisnis yang lain.

2. Tahap Integrasi Fungsional

Sekurang-kurangnya ada penggabungan antara fungsi-fungsi yang melakukan aktivitas

hampir sama.

3. Tahap Integrasi Secara Internal

Diperlukan pengadaan dan pelaksanaan perencanaan kerangka kerja.

4. Tahap Integrasi Secara Eksternal

Integrasi supply chain yang sebenarnya, diperluas dengan supplier & pelanggan.

Manfaatnya jika mengoptimalkan Supply chain management yaitu :

1. Mengurangi Inventory Barang

Inventory merupakan bagian paling besar dari aset perusahaan yang berkisar antara 

30%-40%. Oleh karena itu usaha dan cara harus dikembangkan untuk menekan 

penimbunan barang di gudang agar biaya dapat diminimalkan.

2. Menjamin Kelancaran Penyediaan Barang

Kelancaran barang yang perlu dijamin adalah mulai dari barang asal (pabrik pembuat),

supplier, perusahaan sendiri, whosaler, retailer, sampai kepada konsumen akhir.

3. Menjamin Mutu

Mutu barang jadi ditentukan tidak hanya oleh proses produksinya, tetapi ditentukan 

oleh mutu bahan mentahnya dan mutu dalam kualitas pengirimannya.

4. Mengurangi Jumlah Supplier

Bertujuan untuk mengurangi ketidakseragaman, biaya-biaya negosiasi dan pelacakan

(tracking).

5. Mengembangkan Supplier Partnership atau Strategic Alliance

Dengan mengadakan kerjasama dengan supplier (supplier partnership) dan juga

mengembangkan strategic alliance dapat menjamin lancarnya pergerakan barang dalam 

supply chain management.

Contoh SCM pada Dell Computer. Ketika customer membeli secara online dari 

Dell Computer, supply chain yang terlibat yaitu pelanggan, website dell menerima order 

pelanggan, pabrik perakitan Dell dan Pemasok Dell. Setelah mendapatkan produk yang 

dipilih, pelanggan memasukan informasi order dan membayar. Customer dapat melihat 

pada website untuk mengecek status order. Selanjutnya Dells assembly plant memenuhi 

customer order. Dell computer menerima komponen dari beberapa supplier dan memasok 

produk melalui beberapa transportasi.

10.8. Tantangan SCM

Tantangan dalam Mengelola Supply chain adalah sebagai berikut:

1. Kompleksitas Struktur Supply Chain

Adanya kompleksitas yang melibatkan internal perusahaan maupun eksternal

perusahaan. Internal perusahaan contoh : antara bagian marketing dengan produksi,

marketing seringkali membuat kesepakatan dengan pelanggan tanpa mengecek secara

baik kemampuan produksi, perubahan jadual produksi secara tiba-tiba karena 

marketing menyepakati perubahan order dengan pelanggan. Disisi lain bagian produksi 

sering resistant dengan perubahan mendadak. Dengan eksternal misalnya antara 

supplier yang menginginkan pemesanan produknya jauh-jauh hari sebelum waktu 

pengiriman dan sedapat mungkin pesanan tidak berubah. Supplier juga menginginkan 

pengiriman segera setelah produksinya selesai. Kompleksitas Struktur Supply chain

melibatkan :

a. Melibatkan banyak pihak dengan kepentingan yang berbeda-beda (bertentangan?)

b. Perbedaan bahasa, zona waktu dan budaya antar perusahaan.

2. Ketidak Pastian

Ketidakpastian menimbulkan ketidakpercayaan diri terhadap rencana yang dibuat.

Sebagai akibatnya, perusahaan sering menciptakan pengaman di sepanjang supply 

chain. Pengaman ini bisa berupa safety stock, safety time, atau kapasitas produksi 

maupun transportasi. Sumber ketidak pastian yaitu:

a. Ketidak pastian permintaan.

b. Ketidak pastian pasokan: lead time pengiriman, harga dan kualitas bahan baku dan 

lain-lain.

c. Ketidak pastian internal: kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak sempurna, 

ketidakpastian kualitas produksi dan lain-lain.

10.9. Peran Internet dalam SCM

Teknologi memungkinkan pembagian cepat dari data permintaan dan penawaran. 

Dengan membagi informasi di seluruh rantai suplai ke konsumen akhir, kita bisa membuat 

sebuah rantai permintaan, diarahkan pada penyediaan nilai konsumen yang lebih. 

Tujuannya ialah mengintegrasikan data permintaan dan suplai jadi gambaran yang 

akuarasinya sudah meningkatdapat diambil tentang sifat dari proses bisnis, pasar dan 

konsumen akhir. Integrasi ini sendiri memungkinkan peningkatan keunggulan kompetitif. 

Jadi dengan adanya integrasi ini dalam rantai suplai akan meningkatkan ketergantungan 

dan inventori minimum. Internet memungkinkan kolaborasi, koordinasi dan integrasi 

dalam praktek di lapangan. Dengan adanya internet pihak-pihak pada supply chain bisa 

membagi informasi serta melakukan transaksi dengan lebih cepat, murah dan akurat

Informasi penjualan di supermarket atau ritel akan mudah bisa dibagi dengan pihak-pihak

yang berada disebelah hulu supply chain dengan menggunakan internet. Aplikasi internet 

dalam konteks supply chain management yaitu:

1. Electronic Procurement (e-Procurement)

e-Procurement merupakan aplikasi internet untuk mendukung proses pengadaan.

Contoh:

a. e-Auction yaitu suatu aplikasi untuk mendukung kegiatan lelang yang dilakukan 

secara elektronik. Pada model ini pembeli bisa mengundang beberapa calon 

supplier untuk menawarkan harga atas produk dengan spesifikasi dan jumlah 

tertentu dalam waktu yang telah ditentukan. Supplier dengan harga rendah yang 

akan dianggap menang. Proses lelang ini dilakukan dengan media Internet.

b. Perusahaan otomatif seperti volkwagen, general motors, daimer chrysler dan 

sebagainya menggunakan e-procurement secara ekstensif untuk proses pengadaan 

bahan baku dan komponen item-item yang masuk dalam kelompok MRO 

(maintenance, repair and operations) seperti suku cadang, peralatan tulis kantor

dan sebagainya.

2. Electronic Fulfilment (e-Fulfilment)

Fulfilement adalah pemenuhan pesanan pelanggan. Beberapa kegiatan yang 

termasuk proses fulfilment adalah:

a. Menerima order dari pelanggan, pelanggan bisa memesan melalui email atau 

web based ordering.

b. Mengelola transaksi, transaksi proses pembayaran.

c. Manajemen gudang yang meliputi pengendalian persedian produk dan kegiatan 

administrasi gudang secara umum.

d. Manajemen transportasi, keputusan model dan rute transportasi termasuk di 

dalamnya.

e. Komunikasi dengan pelanggan untuk memberikan informasi status pesanan, 

dukungan teknis dan sebagainya

f. Kegiatan reverse logistics yang berupa pengembalian produk ke bagian supply 

chain akibat pengembalian dari pelanggan


Implementasi Sistem E-Business

Untuk melakukan implementasi sistem ebisnis yang diperlukan adalah persiapan, 

terdiri dari:

1. Membuat Server Lokal

a. Dowload Lokal Server sesuai kebutuhan.

b. Install pada komputer.

c. Uji Server Localhost.

d. Server Lokal telah siap untuk digunakan.

2. Kenali CMS yang akan digunakan (jika menggunaakan yang tidak berbayar)

a. Joomla+Virtuemart http://www.joomla.org/ http://virtuemart.net/

b. Wordpress+WP-Commerce+Oocommerce http://wordpress.org/

c. Prestashop http://www.prestashop.com/

d. OsCommerce http://www.oscommerce.com/

e. OpenCart http://www.opencart.com/

f. Zencart http://www.zen-cart.com/

Langkah dalam mengelola CMS:

a. Setting Halaman Utama.

b. General Configuration User dan Costumer Management Category, Produk, 

Options.

c. Pengaturan Template.

d. Setting Sistem Modul.

e. Pengiriman dan Pembayaran Manajemen pajak Kupon, Diskon dan Voucer.

f. Pemahaman Proses Alur Belanja dan Checkout.

g. Memaksimalkan Sistem Anda.

3. Instalasi Sistem

a. Pastikan web server telah berjalan dengan baik (pastikan apache dan mysql engines 

udah berjalan).

b. Buat folder source, misal online store pada alamat C:\xampp\htdocs\onlinestore.

c. Copy file sumber yang sudah didownload kedalam folder tersebut, kemudian

diekstrak.

d. Kemudian buka browser kesayangan lalu pada address bar ketikkan alamat berikut: 

localhost/onlinestore.

e. Maka akan tampil sebuah halaman web, untuk melakukan proses instalasi toko 

online tersebut.

4. Evaluasi Sistem

a. Pastikan apakah alur jalannya sistem sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan 

kondisi dan kebutuhan sistem.

b. Apakah tampilan dan isi sudah sesuai, baik dan benar.

c. Jika penggunaan template, sudah responsive, pastikan sudah berjalan baik pada 

model smartphone yang umum digunakan.

11.2. Promosi

Promosi adalah upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa 

pada dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya. 

Dengan adanya promosi produsen atau distributor mengharapkan kenaikannya angka 

penjualan.

1. Tujuan Promosi

a. Menyebarkan informasi produk kepada target pasar potensial.

b. Untuk mendapatkan kenaikan penjualan dan profit/laba.

c. Untuk mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kesetiaan pelanggan.

d. Untuk menjaga kestabilan penjualan ketika terjadi lesu pasar.

e. Membedakan serta mengunggulkan produk dibanding produk pesaing.

f. Membentuk citra produk di mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan.

g. Mengubah tingkah laku dan pendapat konsumen.

2. Cara Promosi

a. Melalui e-mail.

b. Melalui SMS.

c. Melalui pembicaraan.

d. Melalui iklan.

e. Media sosial.

f. Website dan lainya.

3. Alasan Promosi

a. Karakteristik tiap konsumen berbeda. Perbedaan dilihat dari gender dan umur, 

status perkawinan, tingkatan pendidikan, etnicity, jabatan, pendapatan rumah 

tangga, kepribadian dan gaya hidup.

b. Perilaku konsumen. konsumen yang satu dengan yang lain memiliki perilaku

berbeda-beda

Ciri khusus konsumen saat ini telah mengalami perubahan, hal ini disebabkan karena

memiliki memori jangka pendek (emosional) dan kurang memiliki perencanaan pada 

saat berkunjung kepusat perbelanjaan. Hal ini membuat promosi non digital perlahan￾lahan ke arah digital.

4. Teknik Promosi Sistem E-Business (TokoOnline)

a. Web Forum.

b. Memanfaatkan Situs Jejaring Sosial.

c. Membuat Newslater Feed, RssFeed.

d. Menggunakan Fasilitas website PPC.

e. SEO.

f. Adwords.

g. Banner.

h. Backlink.

i. Memanfaatkan layanan Google

11.3. Meng-online-kan Sistem e-Business

Tujuan akhir dari pembuatan sistem E-Business dalam kemasan toko online adalah

mempublikasikannya (meng-online-kan) di Internet. Ada banyak hal, metode dan cara 

yang harus dipersiapkan untuk meng-online-kan Sistem e-Business, semua itu bergantung 

dengan Model Usaha dan Sistem yang akan dibangun.

Dalam meng-online-kan sistem e-Business langkah awal adalah persiapan, yang 

terdiri dari:

1. Persiapan Domain

a. Memilih nama domain yang baik dan sesuai.

b. Menentukan TLD atau ccTLD sesuai kebutuhan.

c. Mempersiapkan dokumen pengurusan domain.

2. Persiapan Hosting

a. Memilih hosting sesuai dengan kebutuhan.

b. IIX atau Luar Negeri.

3. Tips Membeli Domain & Hosting Premium

a. Harus aktif dan interaktif dengan penyedia domain dan hosting.

b. Kapasitas Bandwith.

c. Kapasitas Space.

d. Posisi Server (IIX or International).

e. Backup.

f. Uptime.

g. Legalitas.

h. Hati-hati dengan harga murah.

Contoh Domain diantaranya dot.tk co.cc uni.me cu.cc co.nr xx.xx co.nf co.gp co.de

dan contoh Free Hosting di antaranya:

1. www.neq3hosting.com

2. www.000webhost.com

3. www.bytehost.com

4. www.zymic.com

5. www.antserve.com

6. www.biz.nf

7. www.5gbfree.com

8. www.idhostinger.com dan lain sebagainya

11.4. e-Payment

Pembayaran atau transaksi keuangan, secara umum dapat diartikan sebagai 

pemindahan sejumlah uang dari si pembayar ke penerima. Sistem pembayaran 

konvensional, pelanggan mengirimkan semua data terkait dengan pembayaran kepada 

pedagang yang dilakukan diinternet dan tidak ada interaksi eksternal lebih lanjut antara 

pedagang dan pelanggan. Perdagangan/perniagaan di Internet membutuhkan kecepatan 

dalam transfer of money. Dalam sistem e-Business pembayaran yang dilakukan mulai 

banyak menggunakan e-payment, e-money dan e-banking. e-Payment adalah suatu sistem 

yang menyediakan alat-alat untuk pembayaran jasa atau barang-barang yang dilakukan di 

internet.

1. Pelaku E-Payment

Dalam E-Payment ada 4 pelaku yang terlibat adalah :

a. Issuer, biasanya berupa bank atau lembaga non banking.

b. Konsumen, pihak yang melakukan E-Payment.

c. Penjual, pihak yang menerima E-Payment.

d. Regulator, biasanya pemerintah yang regulasinya mengontrol E-Payment.

2. Manfaat e-Payment

Manfaat penggunaan e-Payment adalah:

a. Meningkatkan efisiensi pembayaran.

b. Meningkatkan customer loyality.

c. Memberikan keamanan bertransakasi yang lebih dibandingkan cash.

d. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi waktu.

e. Memberikan kemudahan pembayaran dan perluasan media pembayaran.

3. Jenis Layanan E-Payment

a. Electronic Banking.

1) Hanya cara untuk mengakses servis bank biasa.

b. Stored Value Systems (Cards)

1) Uang baru (model baru).

2) Alternatif dari mata uang yang dikeluarkan oleh pemerintah.

4. Model-Model e-Payment (General)

Micropayment, adalah salah satu alternatif pembayaran elektronik (uang elektronik) 

dengan mekanisme pembayaran melalui internet ataupun media lain, dilakukan untuk 

jumlah uang yang relatif kecil dan intensitas transaksi yang tinggi:

a. E-wallet, virtual wallet, merupakan dompet elektronik untuk menyimpan data 

instrumen pembayaran antara lain alat pembayaran dengan menggunakan kartu 

dan/atau uang elektronik, yang dapat juga menampung dana, untuk melakukan 

pembayaran.

b. E-cash, digicash adalah bentuk elektronik dari uang yang kita kenal sehari-hari. 

Digital Cash dapat dibeli dari Bank yang menerbitkannya, cybercash sebuah cara 

pembayaran yang ditujukan terutama untuk transaksi pembayaran barang-barang 

yang berharga murah (micropayments) di internet, karena kartu kredit tidak dapat 

digunakan untuk transaksi yang nilainya di bawah minimum pembelian.

c. Electronic cheque, cek yang dikeluarkan dalam bentuk elektronik dengan 

tanda tangan elektronik, bukan tanda tangan tertulis atau segel fisik. Ruang lingkup 

e-Check meliputi cek menyeberang (batas ke rekening deposito saja), surat promes 

yang terhutang oleh / melalui bank, dan draft penerimaan bankir.

d. First Virtual sebuah perusahaan jasa pelayanan pembayaran transaksi di internet 

dengan menggunakan kartu kredit. First Virtual bertindak sebagai perantara antara 

konsumen, pengelola kartu kredit dan pedagang.

e. Smartcard-based e-payment, merupakan sebuah kartu yang memiliki perangkat 

chip kecil yang tertanam di dalamnya.

f. Paypal, alat pembayaran (Payment Processor) virtual dalam bertransaksi secara 

online.

g. e-Gold, mata uang elektronik yang terdaftar resmi dan bisa diterima di seluruh 

dunia serta mudah ditukarkan dalam mata uang yang berlaku di negara manapun. 

e-Gold bisa ditukar menjadi Rupiah, Dollar, Euro, dan lain-lain dengan cara yang 

sangat mudah..

h. Secpay.

i. authorize.net.

j. Bitcoin adalah sebuah uang elektronik yang terdesentralisasi yang memperbolehkan 

untuk kepemilikan tanpa identitas (anonymous) dan pemindahan kekayaan dan lain

sebagainya..

5. Payment Gateway

Payment Gateway adalah Otentifikasi dan mengotomatiskan pembayaran elektronik 

yang dibuat oleh pembeli untuk pedagang e-Commerce ataupun e-Business. Hal ini 

memungkinkan pedagang e-Commerce untuk menerima pembayaran kartu kredit 

disitus mereka. Payment gateway merupakan tampilan bank atau lembaga keuangan 

anatara pembeli dan pedagang yang memfasilitasi transfer uang dari rekening pembeli 

dan pedagang. Payment Gateway yang ada di Indonesia saat ini di antaranya:

a. Doku (www.doku.com)

b. KlikPay (www.klikbca.com/klikpay)

c. IPAYMU (https://ipaymu.com/)

d. Finpay (http://www.portalfinpay.com/)

e. Veritrans (https://www.veritrans.co.id/)

f. Dan lain sebagainya..

6. Tips Memilih Payment Gateway

a. Kesesuaian

b. Keamanan

c. Biaya

d. Kesederhanaan vs Kustumisasi

7. Aspek Keamanan Komputer

a. Authentication, ini akan dilakukan sewaktu user login dengan menggunakan nama 

user dan passwordnya, apakah cocok atau tidak, jika cocok diterima dan tidak akan 

ditolak. Ini biasanya berhubungan dengan hak akses seseorang, apakah dia 

pengakses yang sah atau tidak.

b. Integrity adalah sebuah informasi tidak boleh diubah kecuali oleh pemilik 

informasi. Terkadang data yang telah terenskripsipun tidak terjaga integritasnya 

karena ada kemungkinan chipertext dari enkripsi tersebut berubah. Contoh: 

Penyerangan Integritas ketika sebuah email dikirimkan ditengah jalan disadap dan 

diganti isinya, sehingga email yang sampai ketujuan sudah berubah.

c. Nonrepudiation, menjaga agar seseorang tidak dapat menyangkal telah melakukan 

sebuah transaksi. Sebagai contoh, seseorang yang mengirimkan email untuk 

memesan barang tidak dapat menyangkal bahwa dia telah mengirimkan email 

tersebut.

d. Confidentiality merupakan data yang diberikan ke pihak lain untuk tujuan khusus 

tetapi tetap dijaga penyebarannya. Contohnya data yang bersifat pribadi seperti: 

nama, alamat, no ktp, telpon dan sebagainya. Confidentiality akan terlihat apabila 

diminta untuk membuktikan kejahatan seseorang, apakah pemegang informasi akan 

memberikan infomasinya kepada orang yang memintanya atau menjaga klientnya.

e. Privacy, adalah sesuatu yang bersifat rahasia(provate). Intinya adalah pencegahan 

agar informasi tersebut tidak diakses oleh orang yang tidak berhak. Contohnya 

adalah email atau file-file lain yang tidak boleh dibaca orang lain meskipun oleh 

administrator. Pencegahan yang mungkin dilakukan adalah dengan menggunakan 

teknologi enksripsi, jadi hanya pemilik informasi yang dapat mengetahui informasi 

yang sesungguhnya.

f. Availability, aspek ini berkaitan dengan apakah sebuah data tersedia saat 

dibutuhkan/diperlukan. Apabila sebuah data atau informasi terlalu ketat 

pengamanannya akan menyulitkan dalam akses data tersebut. Disamping itu akses 

yang lambat juga menghambat terpenuhnya aspe availability. Serangan yang sering 

dilakukan pada aspek ini adalah denial of service (DoS), yaitu penggagalan service 

sewaktu adanya permintaan data sehingga komputer tidak bisa melayaninya. 

Contoh lain dari denial of service ini adalah mengirimkan request yang berlebihan 

sehingga menyebabkan komputer tidak bisa lagi menampung beban tersebut dan 

akhirnya komputer down.f. 

g. Access control / Authority, pemberi ijin terhadap sebuah ojek tertentu secara 

spesifik. Akses control sendiri membatasi orang orang yang akan mengakses objek 

tersebut. Tanpa adanya akses control, kemungkinan sesuatu (termasuk data) dapat 

dicuri lebih meningkat.

8. Ancaman Umum ada Sistem e-Business

a. Pencegatan data, pembacaan dan modifikasi data secara tidak sah.

b. Puncurian data terhadap orang yang tidak bertanggung jawab.

c. Kecurangan (fraud) yang dilakukan oleh orang-orang yang identitasnya tidak 

diketahui.

d. Akses yang tidak sah oleh seseorang terhadap data milik orang lain.

9. Beberapa Solusi terhadap Ancaman pada Sistem e-Business

a. Enkripsi (penyandian data), Metode enkripsi atau yang lebih dikenal dengan 

kriptografi (cryptograph) adalah metode penyandian suatu pesan atau data yang 

terkirim melalui jaringan publik dengan menggunakan kunci-kunci (keys) tertentu.

b. Otentifikasi (melakukan verifikasi terhadap identitas pengirim dan penerima).

c. Firewall (Menyaring serta melindungi lalu lintas data di jaringan atau server). 

Firewall akan bertindak sebagai pelindung atau pembatas terhadap orang-orang 

yang tidak berhak untuk mengakses jaringan kita.



Share:

ebisnis 1

 







Pada tahun 1970-an, Aplikasi e-Business pertama kali dikembangkan dan 

digunakan sebagai transaksi pembayaran melalui internet yang disebut dengan Electronic 

Fund Transfer (EFT). Dalam perkembangan berikutnya, diketemukannya Elektronic Data 

Interchange (EDI) yang digunakan untuk mentransfer data secara rutin, seperti dokumen￾dokumen sampai pada transaksi keuangan. Pada tahun 1990 dimana teknologi WWW, 

semakin maju karena tidak hanya menampilkan data saja melainkan sudah mampu 

menampilkan data gambar, suara, animasi bahkan video. Pada tahun 2000-an, 

perkembangan e-Business, semakin pesat dimana banyak perusahaan-perusahaan di 

Amerika, Eropa, Asia bahkan Indonesia telah beralih dalam konsep memasarkan produk￾produknya melalui Internet.

1.2. Ekonomi Digital

e-Business merupakan kegiatan berbisnis di Internet yang tidak saja meliputi 

pembelian, penjualan dan jasa, tapi juga meliputi pelayanan pelanggan dan kerja sama 

dengan rekan bisnis (baik individual maupun instansi). Dalam hal ini, semua dilakukan 

melalui teknologi informasi dan komunikasi serta kolaborasi dan interaksi komunikasi 

antara manusia dan organisasi melalui teknologi tersebut. Teknologi dimanfaatkan sebagai 

alat pertukaran, penyimpanan pemrosesan dan pengiriman informasi. Semua cakupan 

e-Business yang diperlukan, diintegrasikan ke dalam sebuah aplikasi yaitu E-Commerce 

yang menghubungkan perusahaan, konsumen bahkan komunitas tertentu melalui transaksi 

elektronik dan perdagangan barang, pelayanan dan informasi yang dilakukan secara 

elektronik.

1.3. Pengenalan e-Business

Menurut Lou Gerstner (CEO perusahaan IBM), e-Business merupakan aktifitas

yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan proses pertukaran barang 

dan/atau jasa dengan memanfaatkan internet sebagai media komunikasi dan transaksi, dan 

salah satu aplikasi teknologi internet yang merambah dunia bisnis internal, melingkupi 

sistem, pendidikan pelanggan, pengembangan produk dan pengembangan usaha.

Menurut Mohan Sawhney, penggunaan jaringan elektronik dan teknologi terkait 

untuk memungkinkan, memperbaiki, meningkatkan, mengubah atau menciptakan proses 

bisnis atau sistem bisnis untuk menciptakan nilai superior bagi pelanggan saat ini atau 

pelanggan yang potensial.

Menurut Romney/Steinbart, e-Business mengacu pada semua penggunaan

kemajuan teknologi informasi khususnya teknologi jaringan dan komunikasi untuk 

memperbaiki cara-cara sebuah organisasi dalam melakukan seluruh proses-proses bisnis.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat Kita simpulkan bahwa e-Business adalah 

serangkaian aktifitas bisnis yang memanfaatkan teknologi dan internet sebagai media 

transaksinya untuk menciptakan dan meningkatkan nilai bisnis tersebut meliputi sistem itu 

sendiri, edukasi pelanggan, pengembangan produk hingga pengembangan usaha yang 

ditekuni melalui e-Business itu sendiri.

1.4. Hubungan e-Business & e-Commerce

Perdagangan elektronik atau e-Commerce merupakan bagian dari e-Business, 

dimana cakupan e-Business lebih luas, tidak hanya sekedar perniagaan tetapi mencakup 

juga kolaborasi mitra bisnis, pelayanan nasabah, sumber daya manusia, lowongan 

pekerjaan dan lain-lain. Selain teknologi jaringan www, e-Business juga memerlukan 

teknologi basis data, surat elektronik dan bentuk teknologi nonkomputer yang lain seperti 

sistem pengiriman barang dan alat pembayaran untuk e-Commerce ini.

Dalam prosesnya, setiap bisnis tentu tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya 

interaksi dengan pihak eksternal dari organisasi itu sendiri, seperti para supplier, customer, 

investor, kreditur, pemerintah dan media. Interaksi ini akan terfasilitasi melalui aplikasi 

e-Commerce yang dimaksud. Karena itu, pada saat merancang dan membangun aplikasi 

e-Commerce tersebut harus sudah direncanakan dengan benar, agar fitur-fitur yang ada 

nantinya dapat memfasilitasi interaksi-interaksi tersebut.

1.5. Positif dan Negatif e-Commerce dan e-Business

Menerapkan konsep e-Business bukan berarti proses bisnis menjadi bebas 

hambatan, karena tentu saja setiap langkah yang ditempuh memiliki sisi positif dan 

negatifnya. Adapun sisi positif penerapan e-Commerce dan e-Business adalah sebagai 

berikut:

1. Revenue Stream baru yang mungkin lebih menjanjikan dan tidak bisa ditemui di sistem 

transaksi tradisional.

2. Dapat meningkatkan pangsa pasar (market exposure).

3. Menurunkan biaya operasional (operating cost).

4. Melebarkan jangkauan (global reach).

5. Meningkatkan customer loyality.

6. Memperpendek waktu produksi dan pemasaran.

7. Meningkatkan mata rantai pendapatan (value chain).

Sedangkan sisi negatif penerapan e-Commerce dan e-Business adalah sebagai 

berikut:

1. Pencurian informasi rahasia yang berharga. Tindakan ini bisa menyingkap semua 

informasi rahasia organisasi kepada pihak-pihak yang tidak berhak dan dapat 

mengakibatkan kerugian yang besar bagi si korban.

2. Kehilangan kesempatan bisnis karena gangguan pelayanan. Kesalahan ini bersifat

kesalahan non-teknis seperti aliran listrik padam atau jaringan yang tidak berfungsi.

3. Kehilangan kepercayaan dari para konsumen. Ini karena berbagai macam faktor seperti 

usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh pihak lain yang berusaha menjatuhkan 

reputasi perusahaan tersebut.

4. Penggunaan akses ke sumber oleh pihak yang tidak berhak. Misalkan pembobolan

sebuah sistem perbankan oleh hacker, kemudian memindahkan sejumlah rekening

orang lain ke rekeningnya sendiri.

5. Kerugian yang tidak terduga. Disebabkan oleh gangguan yang dilakukan dengan

sengaja, ketidak jujuran, praktek bisnis yang tidak benar, dan kesalahan faktor manusia 

atau kesalahan sistem elektronik.

1.6. Aplikasi e-Business

Seperti yang sudah dibahas pada sub bab 1.4, dalam prosesnya, setiap bisnis tentu 

tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya interaksi dengan pihak eksternal dari organisasi 

itu sendiri, seperti para supplier, customer, investor, kreditur, pemerintah dan media. 

Karena itu di dalam aplikasi e-Business haruslah terdapat fitur-fitur yang dapat 

memfasilitasi kegiatan tersebut. Berikut fitur-fitur yang harus ada pada aplikasi e-Business:

1. ERP (Enterprise Resource Planning)

ERP merupakan komponen utama dari e-Business, dengan kata lain ERP adalah 

sistem operasi bisnis, setara dengan sistem operasi windows untuk operasi back-office. 

Adapun fungsinya adalah sebagai berikut:

a. Sistem informasi untuk perusahaan manufaktur.

b. Berperan mengintegrasikan dan mengotomatisasi proses bisnis.

c. Back office system, konsumen dan publik tidak dilibatkan.

d. Client-server software, baik desktop ataupun berbasis web.

e. Memiliki kemampuan untuk mengelola sebagian besar transaksi.

f. Data dapat diakses secara real-time.

2. CRM (Customer Relationship management)

CRM adalah kustomisasi dan personalisasi produk dan layanan secara real-time

berdasarkan kebiasaan beli, keinginan dan kebutuhan konsumen. Adapun fungsinya 

adalah sebagai berikut:

a. Merupakan penggambaran hubungan sistem dengan konsumennya.

b. Usaha perusahaan dalam menjaga hubungan dengan konsumennya.

c. Strategi bisnis perusahaan.

d. Sebuah tool untuk memahami konsumennya.

3. SCM (Supply Chain Management)

SCM merupakan sinkronisasi dan koordinasi aktifitas-aktifitas yang berkaitan 

dengan aliran material/produk, baik yang ada dalam satu organisasi maupun antar 

organisasi. Adapun fungsinya adalah sebagai berikut:

a. Pengelolaan yang efektif atas integrasi yang terlibat di dalam kegiatan pemasokan.

b. Perencanaan dan pengendalian yang baik atas kegiatan pengadaan.

c. Efesiensi aliran pasokan hingga ke titik konsumsi terakhir.

d. Perancangan dan kontrol arus material dan informasi sepanjang rantai pasokan.

e. Bertujuan untuk mendapatkan kepuasan konsumen sekarang dan dimasa yang akan

datang.

1.7. Perbedaan Bisnis Trandisional dengan e-Business

Walaupun sama-sama bergerak di bidang bisnis, namun terdapat perbedaan 

mendasar antara bisnis tradisional dengan e-Business. Perbedaan ini disebabkan oleh 

perubahan kebiasaan masyarakat yang mengikuti perkembangan teknologi. Adapun 

perbedaannya dapat diketahui dari gambar berikut beserta penjelasannya.

Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa e-Business bukanlah sebuah 

proyek yang terdefinisi dengan pasti, melainkan sebuah perjalanan yang memerlukan visi 

dan prosedur yang non linear. Adapun perbedaanya dapat dilihat pada tabel berikut.

1.8. Cakupan e-Business

Cakupan atau spektrum e-Business dapat sangat luas wilayahnya tergantung dari 

masing-masing sudut pandang orang yang melihat definisi dari kata “bisnis” itu sendiri. 

Untuk dapat menangkap dimensi ruang lingkup pengertian e-Business, cara yang sering

digunakan adalah dengan menggunakan prinsip 4 W yaitu What, Who, Where dan Why.

1. Prinsip What

E-Business memiliki cakupan jauh lebih luas tidak hanya pada aktifitas atau 

mekanisme transaksi yang dilakukan secara online/digital namun termasuk di 

dalamnya aktifitas relasi antara dua entiti perusahaan, interaksi antara perusahaan 

dengan konsumenya, kolaborasi antara perusahaan dengan para mitra bisnisnya, 

pertukaran informasi antara perusahaan dengan para pesaing usahanya dan lain 

sebagainya.


2. Prinsip Who

Who adalah semua pihak yang melakukan interaksi dalam sebuah siste 

bisnis/serangkaian proses bisnis yaitu pihak yang berkepentingan dalam ruang lingkup

e-Business. Tujuah klasifikasi pihak yang sering dipergunakan dalam mengilustrasikan 

e-Business yaitu:

a. Agent

b. Business

c. Consumer

d. Device

e. Employee

f. Family

g. Goverment


3. Prinsip Where

Dalam e-Business interaksi dan keegiatan e-Business dapat dilakukan dimana saja 

melalui berbagai kanal akses, sejauh pihak yang berkepentingan memiliki fasilitas

elektronik/digital sebagai kanal akses.

4. Prinsip Why

Konsep e-Business tidak hanya menguntungkan perusahaan namun juga memberikan

kesempatan perusahaan untuk meningkatkan perusahaan dalam meningkatkan level

pendapatanya (reveneu generation) secara langsung maupun tidak langsung.

Implementasi e-Business yang dilakukan oleh perusahaan memberikan dampak

perusahaan dapat melihat berbagai peluang dan celah bisnis baru yang selama ini

belum pernah ditawarkan kepada masyarakat.

1.9. Spektrum Value e-Business

Charles R. Rieger dan Mary P. Donato ada 5 keuntungan e-Business (e-Business

value spectrum) menurut yaitu:

1. Efesiensi (Efficiency)

Menfaat yang didapatkan perusahaan adalah perbaikan tingkat efesiensi. Berdasarkan 

sebuah riset menyatakan kurang dari 40% dari total biaya operasional diperuntukkan 

bagi aktifitas penciptaan dan penyebaran informasi ke berbagai bagian terkait. Dengan 

memanfaatkan teknologi informasi di dalam rangkaian bisnis sehari-hari terlihat 

bagaimana perusahaan dapat mengurangi total biaya operasional yang biasa 

dikeluarkannya.

2. Efektifitas (Effectiveness)

Efektifitas dirasakan ketika terjadi perubahan-perubahan yang cukup signifikan dalam 

cara perusahaan melakukan aktifitas operasional sehari-hari. Contoh penerapan konsep 

e-supply chain membuat managemen dapat meningkatkan service level kepada 

pelangganya. Contoh lainnya dengan mengimplementasikan aplikasi ERP pada 

perusahaan memberikan dampak meningkatnya kualitas pengambilan keputusan dari 

manajemen.

3. Jangkauan (Reach)

Kemampuan penggunaan teknologi informasi di dalam memperluas jangkauan dan 

ruang gerak perusahaan. Selain itu memungkinkan perusahaan untuk memperluas 

jangkauan domain kerja sama dengan mitranya secara signifikan

4. Struktur (Structure)

Terciptanya berbagai jenis produk dan jasa baru akibat konvergensi berbagai sektor 

industri yang selama ini secara struktur terlihat berdisi sendiri-sendiri. Contohnya 

bagaimana sebuah kendaraan dapat jual dengan cara lelang, sebuah bank virtual yang 

berfungsi sebagai penasehat keuangan dan lainnya.

5. Peluang (Opportunity)

Terbukanya kesempatan yang lebar bagi pelaku bisnis untuk berinovasi menciptakan 

produk maupun jasa baru akibat berkembangkanya teknologi informasi baru dari waktu 

ke waktu. Contohnya dalam bidang pendidikan, saat ini semakin marak situs 

penyelengara pendidikan secara online/virtual.

Berikut adalah contoh atau gambaran e-Business berdasarkan spektrum value 

e-Business di atas:

1. e-Auctioning, yaitu lelang yang memanfaatkan teknologi elektronik sebagai tempat

terjadinya proses lelang.

2. e-Banking, kegiatan yang melakukan transaksi, pembayaran, dan transaksi lainnya

melalui internet dengan website milik bank yang dilengkapi sistem keamanan.

3. e-Commerce, transaksi jual beli secara elektronik melalui media internet.

4. e-Directories, Sebuah layanan pengiriman situs web di mana situs web ditambahkan

ke kategori yang tepat dalam direktori online dicari yang meningkatkan visibilitas situs 

web dan menciptakan inbound link yang relevan dengan situs web tersebut.

5. e-Engineering, terciptanya pengembangan produk dinamis terpadu dan proses realisasi 

yang memiliki kelincahan dan kemahiran yang diperlukan untuk merespon tuntutan 

dunia e-Commerce.

6. e-Franchising, bentuk kerja sama bisnis atau usaha dengan memakai prinsip kemitraan, 

sebuah perusahaan yang sudah mapan baik itu dari segi sistem manajemennya, 

keuangannya maupun dari marketingnya serta adanya merek dari produk perusahaan 

yang sudah dikenal oleh masyarakat luas, dengan perusahaan ataupun individu yang 

memakai merek dari produk maupun sistem tersebut dengan memanfaatkan teknologi 

informasi.

7. e-Learning, sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi

dalam proses belajar mengajar.

8. e-Mailing, suatu sarana untuk mengirim dan menerima surat atau pesan dengan format 

digital melalui jalur jaringan komputer dan internet.

9. e-Marketing, segala upaya yang dilakukan untuk melakukan pemasaran suatu produk

atau jasa melalui atau menggunakan media elektronik atau Internet.

10. e-Research, kegiatan riset yang menggunakan serangkaian fasilitas teknologi informasi 

dan komunikasi, sedemikian rupa sehingga melahirkan cara kerja dan metode riset 

baru.

11. e-Supply, proses Supply Chain yang di manage secara elektronik, biasanya

menggunakan teknologi jaringan komputer.

12. e-Trading, suatu sistem perdagangan secara Online yaitu lewat perangkat teknologi

internet, dimana dengan sistem ini investor tidak perlu lagi datang atau repot

menelepon kantor pialang (broker).

13. e-Travel, semua kegiatan industry travel yang dikaitkan pada e-Commerce atau dengan 

kata lain travel yang di-online-kan.

14. e-Operational Resources Management.

1.10. Tren ke Arah e-Business

Seiring berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi yang mana tentunya 

menjadi penunjang utama bagi perkembangan e-Business, sehingga menjadi tren bagi 

beberapa aspek yang memanfaatkan e-Business, yang mana dapat dilihat pada tabel 

berikut.

1.11. Jenis e-Business

e-Businss sendiri terdapat beberapa jenis dan karakteristiknya masing-masing 

sesuai dengan siapa pelakuknya dan kepada siapa bisnis ini ditujukan. 

TAHAPAN PEMBANGUNAN SISTEM E-BUSINESS

2.1. Visi dan Prospek Membangun e-Business

Membangun sistem e-Business bukan hanya mengkomputerisasi sistem informasi 

bisnis yang kemudian dihubungkan ke internet. Jika pemahaman itu yang menjadi landasan 

dalam membangun sistem e-Business, maka niscaya sistem itu sulit untuk bertahan.

Karena itu, harus dipahami bahwa membangun sistem e-Business lebih dari sekedar itu. 

Adapun visi yang harus dimiliki oleh organisasi yang akan membangun sistem e-Business 

adalah sebagai berikut:

1. Adanya keinginan yang kuat dan konsisten untuk membangun hubungan langsung 

dengan konsumen.

2. Pembangunan jaringan komunitas.

3. Perluasan pasar.

4. Masuk era persaingan global.

2.2. Tahap-Tahap Pembangunan Sistem e-Business

Dalam membangun sebuah sistem, tentu dibutuhkan tahapan-tahapan yang 

menjadi landasan dibangunnya sistem tersebut. Adapun tahapan-tahapan pembentukan 

sistem e-Business adalah sebagai berikut:

1. Mendayagunakan komputer personal, jaringan komputer dan Internet seoptimal

mungkin.

2. Membangun halaman web untuk jalinan komunikasi antara perusahaan dengan

konsumen secara efektif dan fleksibel.

3. Membangun Sistem Informasi e-Business yang efektif.

4. Mengembangkan Sistem Informasi yang bersifat inter platform.

Bisnis berbasis elektronik yang dalam hal ini sering kita sebut dengan e-Business 

adalah sebuah kegiatan bisnis yang menggunakan fasilitas jaringan internet. Dalam 

pelaksanaannya, perusahaan yang akan mengaplikasikan e-Business dalam usahanya 

tentunya membutuhkan rencana agar penerapannya bisa efektif. Mendaya gunakan 

komputer personal, jaringan komputer dan internet seoptimal mungkin merupakan hal 

paling dasar yang harus disiapkan sebelum memanfaatkan e-Bussiness. Membangun 

halaman web untuk membangun jalinan komunikasi antara perusahaan dengan

konsumen secara efektif dan fleksibel. Setelah semua terpenuhi di atas barulah kita

melangkah dalam tahap pembangunan sistem E-Business, meliputi:

1. Pembangunan Arsitektur E-Business

Arsitektur e-Business merupakan framework konseptual dari infrasktruktur dan Sistem 

Informasi e-Business yang diwujudkan dalam sebuah perencanaan struktur dan 

integrasi dari berbagai sumber-sumber yang ada dalam sebuah organisasi. Dalam 

proses pengembangannya terdiri dari enam langkah, yaitu:

a. Pendefinisian visi dan tujuan dari organisasi, merupakan langkah awal untuk 

mendapatkan gambaran umum dari organisasi tersebut.

b. Pendefinisian arsitektur informasi yang dibutuhkan, merupakan langkah 

selanjutnya untuk mengetahui situasi dan kondisi dalam rancangan pengembangan 

e-Business.

c. Pendefinisian arsitektur data, aktifitas pada bagian ini seperti pengklasifikasian data

yang dibutuhkan, cara pengolahannya dan sasaran yang ingin diambil untuk

pengembangan.

d. Pendefinisian arsitektur aplikasi, hal ini dimaksudkan untuk menentukan

jenis aplikasi dan batasan-batasan yang diinginkan dalam bidang keamanan.

e. Pendefinisian arsitektur teknikal, dimaksudkan untuk menentukan jenis-jenis 

hardware dan software secara keseluruhan.

f. Pendefinisian arsitektur organisasi, dalam bagian ini ditentukan berbagai hal yang

berhubungan dengan sumber daya, baik berupa manusia, keuangan, dan waktu 

yang dipergunakan.

2. Instalasi

Langkah selanjutnya adalah pengimplementasian aplikasi yang telah dibangun

atau instalasi. Aktifitas instalasi ini dapat dilaksanakan langsung oleh para tenaga ahli

yang ada di perusahaan tersebut atau menggunakan tenaga outsourcing, pilihan ini 

sangat berhubungan erat dengan pemilihan opsi pengembangan yang dilakukan 

sebelumnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aktifitas instalasi ini yaitu, 

bagaimana aplikasi tersebut berhubungan dengan aplikasi yang telah ada.

3. Pemilihan Opsi Pengembangan

Pengembangan aplikasi dari e-Business pada dasarnya mengikuti beberapa pendekatan. 

Masing-masing pendekatan tersebut memiliki keuntungan dan kekurangan yang pada 

intinya, pemilihan salah satu dari opsi tersebut akan memberikan efisiensi yang lebih 

besar dibandingkan opsi-opsi lainnya. Beberapa pendekatan tersebut adalah:

a. Membeli aplikasi yang telah diimplementasikan oleh sebuah Application Service 

Provider (ASP), hal ini dimaksudkan agar dapat menghemat biaya dan waktu 

dibanding dengan membangun sendiri. Tetapi ada beberapa hal yang perlu 

diperhatikan seperti kadang kala aplikasi tersebut tidak sepenuhnya diperlukan, 

sangat susah untuk dimodifikasikan sesuai dengan kebutuhan, susah untuk 

diintegrasikan dengan aplikasi yang telah lebih dulu digunakan, pelayanan purna 

jual dari ASP yang buruk dan keterikatan kontrak dengan pihak ASP untuk 

meningkatkan fungsi dari aplikasi tersebut di kemudian hari.

b. Menyewa (lease) aplikasi, hampir mirip dengan membeli aplikasi yang

diinginkan. Biasanya menyewa aplikasi dilakukan jika aplikasi tersebut sangat 

mahal. Kadang kala menyewa merupakan langkah awal sebelum membeli aplikasi 

tersebut dan alasan lain karena keterbatasan tenaga ahli yang akan mengelola 

pemanfaatan dan pemeliharaan aplikasi tersebut.

c. Membangun sendiri (in-house development) membangun sendiri aplikasi yang

dibutuhkan, merupakan salah satu pilihan dari pengembangan e-Business. 

Walaupun biasanya pendekatan ini membutuhkan biaya yang besar dan 

menghabiskan waktu yang banyak, tetapi pilihan ini diharapkan sangat mendekati 

sistem yang diinginkan.

d. Bekerja sama dengan pihak ketiga, dewasa ini sedang berkembang trend kerja sama

antara perusahaan pengembang Sistem Informasi e-Business dengan perusahaan￾perusahaan penggunanya. Berbagai jenis kerja sama yang dilakukan seperti 

kerja sama dengan pengembang e-Marketplace, telah mengembangkan berbagai 

Sistem Informasi e-Business bagi para perusahaan yang ingin membangun bisnis 

B2C (Business to Customer) di internet, sedangkan untuk B2B (Business to 

Business), perusahaan dapat bergabung dalam berbagai pengembang khusus

lainnya di bidangnya, bekerja sama dengan third party auction, perusahaan dapat 

bekerja sama dengan pihak pelelangan untuk memasarkan produknya sebagai pihak 

ketiga.

4. Penyebaran/Integrasi

Pada tahapan ini aplikasi yang telah dipilih dan diimplementasikan diharapkan dapat 

terintegrasi dengan baik dengan segala aplikasi yang telah ada sebelumnya. Berbagai 

langkah dijalankan dalam tahapan ini seperti pemberian training dan informasi 

terhadap para pengguna, baik yang berhubungan secara langsung atau tidak dengan 

aplikasi tersebut, pembuatan kebijakan atau peraturanperaturan yang mendukung 

hingga pengintegrasian sistem dengan para supplier dan pihak-pihak terkait lainnya.

5. Operasi/Pemeliharaan

Operasi dan pemeliharaan dari aplikasi yang telah diimplementasikan merupakan 

langkah selanjutnya yang harus diperhatikan dengan baik. Perencanaan yang baik 

sangat diperlukan agar seluruh pengimplementasian yang telah dilakukan dapat 

berjalan dengan sempurna. Selanjutnya, aktifitas pemeliharaan dapat dilanjutkan ke 

tahap pengembangan selanjutnya untuk penyempurnaan aplikasi yang telah 

diimplementasikan sesuai dengan maksud dan tujuan aplikasi tersebut dibangun.

2.3. Manajemen Teknologi E-Business

Pada dasarnya dalam proses pembangunan dan pengembangan e-Business 

diperlukan suatu manajamen sistem informasi yang baik, efektif dan efisisen. Dalam 

proses pembangunan dan pengembangan e-Business, manajemen teknologi menjadi hal 

yang tidak kalah penting di antara manajemen komponen system informasi yang lain. 

Teknologi informasi memiliki kontribusi penting dalam menjalankan proses Sistem 

Informasi e-Business. Teknologi informasi ini dapat disebut sebagai supply on demand of 

system information dalam e-Business. Manajemen teknologi dalam proses e-Business ini 

pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua perspektif, yaitu:

1. Perspektif Teknis

Dilihat dari sisi teknis, manajemen teknologi informasi dalam e-Business dibagi 

menjadi dua fungsi, yaitu fungsi penciptaan dan fungsi penyebaran.

a. Fungsi Penciptaan

Dalam fungsi penciptaan, manajemen teknologi itu dapat berpacu pada aspek-aspek

berikut:

1) Teknologi informasi harus mampu menjadi medium atau sarana untuk 

mengubah fakta-fakta atau kejadian-kejadian sehari-hari yang dijumpai dalam 

bisnis perusahaan ke dalam format data kuantitatif. Ada dua cara umum yang 

biasa dipergunakan, yaitu secara manual dan otomatis. Yang dimaksud dengan 

manual adalah dilibatkannya seorang user untuk melakukan data entry terhadap 

fakta-fakta relevan di dalam aktifitas sehari-hari yang dipandang perlu untuk 

direkam. Sementara yang dimaksud dengan cara otomatis di sini adalah jika 

berbagai teknologi dipergunakan sebagai alat untuk merekam fakta dan 

mengubahnya menjadi data tanpa harus melibatkan unsur manusia sebagai data 

entry.

2) Teknologi harus mampu merubah data mentah yang telah dikumpulkan tersebut

menjadi informasi yang relevan bagi setiap penggunanya (stakeholders), yaitu

manajemen, staf, konsumen, mitra bisnis, pemilik perusahaan dan pihak-pihak 

lain yang berkepentingan.

3) Teknologi mengolah informasi yang diperoleh dengan berbagai konteks 

organisasi yang ada, menjadi sebuah knowledge yang dapat diakses oleh semua 

pihak di dalam perusahaan.

4) Merubah knowledge menjadi wisdom merupakan tugas teknologi informasi 

yang terakhir dalam proses penciptaan.

b. Fungsi Penyebaran

Dilihat dari fungsi manajemen tekonologi E-Business dapat meliputi kegiatan

manajemen yang berhubungan dengan aspek penyebaran sebagai berikut:

1) Gathering. Teknologi informasi dikelola untuk mampu mengumpulkan

entiti-entiti tersebut dan meletakkannya di dalam suatu media penyimpan 

digital. Media penyimpan tersebut harus mampu untuk menangkap berbagai 

karakteristik unik dari entiti-entiti terkait, yang biasa direpresentasikan dalam 

berbagai bentuk format media (multi-media), seperti: teks, suara (audio), citra 

(image), gambar bergerak (video), dan lain-lain.

2) Organising. Untuk memudahkan pencarian terhadap entiti-entiti di kemudian 

hari, teknologi informasi dimanage memilik mekanisme baku dalam 

mengorganisasikan penyimpanan entiti- entiti tersebut di dalam media 

penyimpan. konsep-konsep struktur data, database dan sistem berkas 

merupakan dasar-dasar ilmu yang kerap dipergunakan sehubungan dengan 

kebutuhan ini.

3) Selecting. Di saat berbagai pihak di dalam perusahaan membutuhkan entiti￾entiti tersebut, teknologi informasi diciptakan untuk menyediakan fasilitas 

untuk memudahkan pencarian dan pemilihan.

4) Synthesizing. Teknologi informasi diciptaakan mampu memenuhi kebutuhan

manajer ini dalam menggabungkan beberapa entiti menjadi satu paket kesatuan

yang terintegrasi.

5) Distributing. Teknologi informasi dibuat dan dikelola dengan memiliki

infrastruktur yang dapat menyalurkan berbagai entiti dari tempat disimpannya

entitientiti tersebut ke pihak-pihak yang membutuhkannya.

2. Perspektif Manajerial

Dilihat dari sisi bisnis dan manajerial, terutama dalam kaitannya dengan 

Manajemen Supply Chain, ada 4 (empat) peranan yang diharapkan perusahaan dari 

implementasi efektif sebuah teknologi informasi.

a. Minimize Risks. Setiap bisnis memiliki resiko, terutama yang berkaitan dengan

faktor-faktor keuangan. Pada umumnya resiko berasal dari adanya ketidakpastian

dalam berbagai hal dan aspek-aspek eksternal lain yang berada di luar kontrol

perusahaan.

b. Reduce Costs. Teknologi informasi diharapkan dapat berkotribusi dalam perbaikan

efisiensi dan optimalisasi proses-proses bisnis di perusahaan. Peranan teknologi

informasi sebagai katalisator dalam berbagai usaha mengurangi biaya-biaya

operasional perusahaan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap profitabilitas

perusahaan.

c. Create New Realities. Dengan pesatnya perkembangan teknologi internet, 

telah mampu menciptakan suatu arena bersaing baru bagi perusahaan, yaitu 

di dunia maya. Berbagai konsep e-Business semacam e-Commerce, e-Procurement, 

e-Customers, e-Loyalty, dan lain-lain pada dasarnya meruapakan suatu cara 

memandang baru di dalam menanggapi mekanisme bisnis di era globalisasi 

informasi.

2.4. Pemodelan Sistem

Membangun sebuah sistem yang besar dan kompleks Sistem Informasi e-Business, 

tim pembuat sistem perlu merancang model sistemnya terlebih. Pemodelan tersebut 

menggambarkan aliran data dan aliran distribusi yang akan diproses menjadi informasi. 

Dengan demikian, arus data informasi dapat terlihat secara jelas. Penggambaran 

pemodelan dapat menggunakan flowchart sistem atau diagram alir data diagram. Pada 

sebuah sistem yang komplek secara sistematis dan terintegrasi, maka dibutuhkan metode￾metode pembangunan sistem seperti daur hidup, prototype dan spiral. Dari ketiga macam 

metode tersebut, metode daur hidup cocok untuk pembangunan sistem e-Business, karena 

memiliki beberapa karakteristik yaitu proses dilakukan selangkah demi selangkah yang 

disertai dengan proses dokumentasi yang rapi. Metode daur hidup terdiri dari beberapa

tahapan proses, yaitu tahap perencanaan, analisis, perancangan, analisis, penerapan, 

evaluasi, penggunaan dan pemeliharaan. Pada setiap tahapan dilakukan proses 

pendokumentasian atas segala yang telah dilakukan disepakati.

2.5. Metode Daur Hidup untuk Membangun Sistem Informasi e-Business

Metode daur hidup cocok untuk pembangunan sistem e-Business, karena memiliki 

beberapa beberapa karakteristik yaitu proses dilakukan selangkah demi selangkah yang 

disertai dengan proses dokumentasi yang rapi. Metode daur hidup terdiri dari beberapa 

tahapan proses, yaitu:

1. Tahap perencanaan

2. Analisis

3. Perancangan

4. Penerapan

5. Evaluasi

6. Penggunaan

7. Pemeliharaan.

Pada setiap tahapan dilakukan proses pendokumentasian atas segala yang telah 

dilakukan atau disepakati.

1. Tahap Perencanaan

Gambar 2.1. Proses Perencanaan Sistem e-Business

Tahap ini sangat penting karena pada tahap ini permasalahan yang sebenarnya 

didefinisikan secara rinci. Tahap perencanaan mempersiapkan sistem e-bisnis meliputi: 

a. Memahami permasalahan yang muncul dan mendefinisikan secara rinci.

b. Merumuskan kasus-kasus bisnis yang ingin diselesaikan.

c. Mengestimasikan total investasi yang akan disediakan.

d. Rencana aksi yang kongkrit.

2. Tahap Analisis

Tahap ini harus dilakukan seobyektif mungkin agar hasilnya tidak bias. 

Untuk menganalisa, dapat mengggunakan 6 dimensi kelayakan (Mc Leod) yaitu

kelayakan teknis, pengembalian ekonomis, pengembalian non ekonomis, hukum dan

etika, operasional, jadwal. Faktor lain dalam menganalisa yaitu kelayakan organisasi, 

memilih kelompok bisnis, kemungkinan permodalan, tingkat kopetisi produk, 

lingkungan operasional sistem dan sistem harga. Apabila diketemukan indikasi ketidak

layakan maka cari penyebabnya selanjutnya susun langkah konkrit.

3. Tahap Perancangan

Tahap perancangan merupakan fase pemahaman kriteria kebutuhan sistem. 

Diharapkan lebih menuju sistem yang stabil dan flexibel. Pada tahap perancangan 

selain memperhatikan rekomendasi kelayakan, perlu memperhatikan beberapa hal 

berikut:

a. Kebutuhan perusahaan

b. Kebutuhan operator

c. Kebutuhan pemakai

d. Kebutuhan teknis

4. Tahap Penerapan

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengimplementasikan rancangan yang 

telah disusun sebelumnya agar dapat diwujud nyatakan. Implementasi untuk prosedur 

di dalam teknologi komputer akan menggunakan bahasa komputer. Untuk proses yang 

terdapat di luar sistem komputer, disusunlah sebuah konvensi atau perjanjian atau tata 

tertib, agar setiap orang yang terlibat dapat mengikuti alur yang telah ditetapkan.

Untuk merealisasikan sistem pada tahap penerapan ini, ditempuh beberapa metode,

antara lain, penggunaan paket aplikasi, pengembangan oleh staf sendiri (insourcing), 

dan pengembangnan yang dilakukan dengan kerja sama dari pihak luar seperti 

konsultan atau software house (outsourcing).

5. Tahap Evaluasi

Pada tahap ini, dilakukan uji coba sistem yang telah selesai disusun. Proses uji 

coba diperlukan untuk memastikan bahwa sistem tersebut sudah benar. Karakteristik 

yang ditetapkan, dan tidak ada kesalahan-kesalahan yang terkandung di dalamnya. 

Evaluasi merupakan uji coba sistem yang berguna untuk:

a. Memastikan sistem sudah berjalan dengan benar.

b. Memastikan sesuai karakteristik yang ditetapkan.

c. Memastikan tidak terjadi kesalahan sampai ke penelusuran dan keterlibatan data.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengevaluasi perangkat keras 

adalah: 

a. Kemampuan perangkat keras yang meliputi kecepatn proses dan distribusinya.

b. Seberapa besar biaya yang harus disediakan untuk pengoperasian dan perawatan 

sistem.

c. Kompatibilitas perangkat keras terhadap sistem-sistem yang terkait.

d. Seberapa lama teknologi yang digunakan akan dapat bertahan.

e. Sejauh mana pilihan-pilihan terhadap komputer yang digunakan memperhatikan

faktor-faktor ergonomik.

f. Tingkat kehandalan dan sekalabilitas jaringan komputer yang dibangun sebagai

infrastruktur sistem tersebut.

6. Tahap Penggunaan dan Pemeliharaan

Pada tahap ini, sistem yang telah diuji coba dan dinyatakan lolos dapat mulai

digunakan untuk mengenal proses e-Business yang sesungguhnya. Pemeliharaan sistem 

secara rutin dapat meliputi penataan ulang database, mem-backup dan scaning virus. 

Sementara itu, pemeliharaa juga termasuk melakukan penyesuaian-penyesuaian untuk 

menjaga kemuktahiran sistem, atau pembetulan atas kesalahan-kesalahan yang

mungkin terjadi dan belum diketahui sebelumnya.

2.6. Kegagalan Sistem Informasi e-Business

Tidak semua hal yang telah direncanakan dan dilaksanakan berjalan dengan baik. 

Terkadang bisa saja mengalami kendala dan kegagalan, begitupula dengan Sistem 

Informasi e-Business. Hal ini tentu saja ada dari faktor-faktor penyebabnya. Faktor-faktor 

penyebab kegagalan tersebut antara lain:

1. Sering orang memandang Sistem Informasi e-Business adalah paling utama dan 

penting, sementara melupakan komitmen dan konsistensi terhadap materi informasi, 

produk dan respon layanan kepada konsumen.

2. Antarmuka Sistem Informasi e-Business sering kurang interaktif, kurang komunikatif 

dan kurang mudah digunakan oleh konsumen, karena antar muka sering dibangun 

berdasarkan selera pembuatnya.

3. Perubahan cara pandang, pola berbisnis dan sistem dari tradisonal dan lokal menjadi

moderen dan global, sedangkan perusahaan dan pebisnis membutuhkan waktu untuk

beradaptasi dengan perubahan tersebut.

2.7. Kebutuhan Sistem e-Business

Agar dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan oleh 

organisasi, maka dari itu Sistem Informasi e-Business haruslah memenuhi semua 

kebutuhan yang diperlukan oleh organisasi dalam menjalankan konsep e-Business-nya. 

Agar dapat memenuhi ekspektasi dari organisasi, maka sistem informasi e-Business harus 

memenuhi kriteria kebutuhan-kebutuhan tersebut yaitu:

1. Efesien dan efektif.

2. Trend masa depan.

3. Integrated dengan sistem yang lain.

4. Keamanan data.

5. Interaktif.

2.8. Faktor Keberhasilan Implementasi e-Business

Terdapat beberapa strategi dalam mengimplementasikan e-Business seperti 

yang dikutip dalam buku Chapter E-Business strategy (Chaffey, 2011) di antaranya ada 

11 faktor penentu keberhasilan, yang juga dapat berguna diterapkan untuk organisasi yang 

lebih besar:

1. Content, penyampaian isi yang efektif dari produk atau jasa.

2. Convenience, kegunaan dari situs web.

3. Control, sejauh mana organisasi telah didefinisikan proses yang mereka dapat

mengelola.

4. Interaksi, sarana membangun hubungan dengan pelanggan individu.

5. Komunitas, sarana membangun hubungan dengan kelompok-kelompok individu atau

organisasi yang berpikiran.

6. Sensitifitas harga, sensitifitas dari produk atau jasa untuk persaingan harga di Internet.

7. Logo, kemampuan untuk membangun sebuah nama merek yang kredibel untuk 

e-Commerce.

8. Komitmen, sebuah motivasi yang kuat untuk menggunakan internet dan kemauan

untuk berinovasi.

9. Kemitraan, sejauh mana e-commerce venture menggunakan kemitraan (hubungan

rantai nilai) untuk meningkatkan kehadiran Internet dan memperluas bisnisnya.

10. Proses perbaikan, sejauh mana perusahaan dapat mengubah dan mengotomatisasi

proses bisnis.

11. Integrasi, Penyediaan hubungan antara sistem TI yang mendasari dalam mendukung

kemitraan dan perbaikan proses.

Sedangkan menurut Wade (2005), mengungkapkan beberapa faktor kesuksesan 

inplementasi e-Business, antara lain:

1. Ekspektasi dari perusahaan ditunjang dengan ketersediaan dana.

2. Jadwal dan waktu implementasi yang memadai.

3. Pengetahuan akan proses bisnis, kompetensi dan pengalaman dalam pembangunan

sistem informasi e-Business.

4. Komunikasi baik secara fungsional dan cross-fuction.

Sistem dalam E-Business sangat bergantung dan dipengaruhi dengan kebutuhan 

dan Model Bisnis yang akan dilakukan. Artinya kebutuhan sistem akan berbeda antara 

satu model bisnis dengan model bisnis lainnya. Adapun penggunaan teknologi dalam 

e-Bussiness bertujuan untuk:

1. Redefine business, memaksimalkan nilai pelanggan dan memungkinkan 

mengembangkan bisnis dengan cara yang baru.

2. Mengubah sudut pandang kompetitif dan saluran distribusi.

3. Memperluas jangkauan pasar.

4. Meningkatkan kecepatan bisnis, menyederhanakan interaksi, meningkatkan harapan 

pelanggan.

3.1. Persyaratan Baru pada E-Business

Persyaratan baru pada e-Bussiness untuk lingkup bisnis bertitik pada fleksibel,

responsif, cepat, berfokus pada pelanggan, iventif, inovatif, kolaboratif self-service dan 

bersifat global. Persyaratan baru pada e-Bussiness juga bertitik pada sistem yang mudah 

digunakan, terintegrasi, handal, kokoh, responsif, fleksibel, mudah maintainable, akurat, 

terukur, global dan aman.

3.2. Perencanaan Keberhasilan E-Bussiness

Perencanaan keberhasilan e-Bussiness dapat menggunakan metodologi overview. 

Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Begin

a. Mulailah dengan mendapatkan dukungan manajemen eksekutif dan sponsor bisnis.

b. Mengidentifikasi tujuan bisnis untuk menyelesaikan e-rencana bisnis dan inisiatif.

c. Identifikasi tim dari individu-individu yang akan terlibat.

d. Garis besar proses perencanaan yang akan digunakan.

e. Mengembangkan rencana komunikasi menguraikan bagaimana anggota organisasi 

tim dan akan tetap mengikuti kegiatan.

f. Akhirnya mengumumkan proyek kepada organisasi.

2. Diagnose

a. Mendiagnosis tren dan bagaimana mereka dapat mempengaruhi organisasi.

b. Dokumen lingkungan saat ini dan mendiagnosis kekuatan dan bidang perbaikan.

c. Mengidentifikasi para pemangku kepentingan dan mendiagnosis proses mereka.

d. Mendiagnosa industri dan dampak eksternal serta nilai rantai.

e. Bisnis mendiagnosis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.

3. Develop

a. Mengembangkan proposisi nilai serta nilai pengiriman proposisi.

b. Mengembangkan strategi e-Business dan metrik untuk mengukur keberhasilan dan

kemajuan dari strategi.

4. Define

a. Tentukan peluang tertentu serta kompetitif situasi.

b. Tentukan prioritas

5. Determine

a. Menentukan dampak ke arsitektur aplikasi bisnis, infrastruktur teknis, proses bisnis,

sistem informasi proses, dan orang / organisasi.

b. Menentukan biaya analisis manfaat serta peta jalan untuk mendapatkan strategi.

c. Mendapatkan persetujuan pada rencana bisnis untuk melanjutkan pengiriman dari

rencana.

6. Design

a. Desain tampilan dan nuansa yang diperlukan untuk melaksanakan strategi dan nilai 

proposisi, identifikasi navigasi dan layar desain.

b. Desain perubahan yang dibutuhkan untuk aplikasi dan keamanan.

7. Deliver

a. Menyampaikan strategi dan desain dengan mengembangkan, pengujian, pelatihan 

dan pelaksanaan.

b. Mempromosikan dan memasarkan e-Business situs dan fungsionalitas.

8. Discuss

a. Diskusikan hasil usaha e-Business dengan mendapatkan umpan balik dan 

menganalisis.

b. Menentukan tindakan yang diperlukan.

3.3. Infrastruktur Dasar e-Business

Infrastruktur e-Business adalah arsitektur hardware, software, konten dan data 

yang digunakan untuk memberikan layanan e-Business untuk aryawan, pelanggan dan 

mitra. Keseluruhan komponen tersebut haruslah dapat bersinergi dengan benar agar dapat 

memberikan layanan terbaik bagi pelanggan dan mitra, sehingga tujuan dibangunnya 

sistem informasi e-Business dapat tercapai.

3.4. Proses e-Business

Proses bisnis adalah arus kerja dari seperangkat aktifitas dan bahan baku informasi 

dan pengetahuan. Proses juga mengacu pada cara unik dimana manajemen memilih untuk 

mengkoordinasikan pekerjaan. Setiap bisnis dapat dilihat sebagai sekumpulan proses 

bisnis.

Sistem Informasi Manajemen berfungsi untuk mengotomatiskan banyak tahap pada 

proses bisnis yang sebelumnya mungkin dilakukan secara manual. Seperti pengecekan 

kredit klien, memperoleh tagihan atau mengatur pesanan pengiriman barang. Sistem 

Informasi manajemen dalam E-Bisnis dan teknologi informasi akan dapat melakukan lebih 

banyak lagi dalam proses bisnis, teknologi ini akan dapat benar-benar mengubah arus 

informasi, kemudian menggantikan langkah berurutan dengan tugas yang dapat dilakukan 

secara bersamaan secara paralel dan menghilangkan penundaan pada pembuatan keputusan 

dengan teknologi online pastinya.

3.5. Kebijakan Publik

Kebijakan publik dalam e-Business menyangkut regulasi yang mengatur jalannya 

e-Business agar dapat sesuai dengan hukum dan aturan-aturan yang berlaku pada suatu 

negara. Hal yang mungkin dihadapi berkaitan dengan kebijakan publik adalah:

1. Bagaimana mengadaptasi mekanisme transaksi formal yang secara hukum dilindungi, 

yaitu tanda tangan dan saksi-saksi.

2. Bagaimana merepresentasikan dokumen-dokumen legaldi dalam internet yang pada 

dasarnya merupakan file-file komputer yang mudah digandakan dan disebar luaskan 

tanpa seijin yang memiliki.

3. Bagaimana memastikan bahwa yang bersangkutan adalah benar-benar orang yang 

diatas namakan dalam dokumen-dokumen legal terkait (otentifikasi).

4. Tanggal dan waktu yang mungkin berbeda antar negara dan lain sebagainya.

Selain beberapa hal di atas, aspek legalitas juga haruslah diperhatikan agar tidak 

terjadi pelanggaran hukum dalam proses e-Business yang dijalankan, di antaranya:

1. Perangkat hukum yang jelas, yaitu legalitas dan dokumen perusahaan, HKI dan Pajak.

2. Transparansi dalam pelayanan, peraturan dan persyaratan yaitu perlindungan 

konsumen.

3. Pertukaran dan pemrosesan data bisnis secara elektronik, yaitu keamanan pertukaran 

data (tanda tangan digital) dan kekuatan pembuktian data elektronik serta penyelesaian 

sengketa.

Kemudian harus diperhatikan pula beberapa hal yang pengaruhi kebijakan publik, 

di antaranya:

1. Aspek hukum bisnis konvensional belum sepenuhnya dapat mengatasi permasalahan 

hukum dalam e-Business perlu aturan baru.

2. Perlunya aturan khusus yang mengatur pengguna internet yang tanpa batas terkait 

jurisdiksi.

3. Tingkat kejahatan internet semakin meningkat dan bervariasi yang biasa disebut 

dengan istilah cybercrime.

4. Negara perlu menerapkan hukum khusus yang biasa disebut dengan istilah cyberlaw.

Hal inilah melahirkan UU No. 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi

elektronik dengan harapan dapat dijalankan dengan maksimal dan tepat guna

3.6. Produk Hukum e-Business di Indonesia

Regulasi dan kebijakan yang telah diatur pemerintah Indonesia terkait 

dengan E-Business, dapat dilihat pada laman berikut; 

http://www.aptika.kominfo.go.id/utama/produk/7. Untuk merancang sistem e-Business hal 

yang dilakukan adalah perecanaan, hal ini terkait dengan strategi tools yang dipakai, yaitu:

1. Membeli Software e-Business Siap Pakai

Kelebihan:

a. Lebih simple, karena bisa langsung dipakai.

b. Mudah dipelajari dan mudah diimplementasikan.

c. Support service.

Kelemahan:

a. Susah dimodifikasi.

b. Tingkat integritas dengan software lain rendah.

2. Membuat Sendiri dengan divisi IT

Kelebihan:

a. Fleksibilitas tinggi.

b. Mudah dimodifikasi.

c. Dapat dibangun sesuai kebutuhan perusahaan.

d. Memperkecil pesaing untuk memiliki software serupa.

Kekurangan:

a. Biaya besar.

b. Harus memiliki SDM dan divisi yang mumpuni.

c. Menyita waktu.

d. Bila ada perubahan bisnis, software harus dirombak.

e. Biasanya divisi IT hanya sebagai support.

3. Pembelian Komponen/Modul dan Mengintegrasikan Modul-Modul yang ada dan 

Dikustomisasi sesuai Kebutuhan Perusahaan

Kelebihan:

a. Murah, diperjualbelikan eceran/retail.

b. Bisa dilakukan perubahan secaracepat.

c. Tingkat skalabilitas dapat disesuaikan.

d. Durasi implementasi yang singkat.

e. Komponen siap pakai dan mudah dipahami.

Kelemahan:

a. Kemungkinan penurunan kinerja software.

b. Perusahaan harus memiliki blue print.

c. Perlu SDM yang bisa ngoprek untuk customize.

4. Tools Alternatif

Tools alternatif gratis dan powerfull yang dapat digunakan antara lain Prestashop,

Joomla+Virtuemart, Wordpress+ (WP-Commerce dan Woocommerce), Opencart,

ZenCart, OSCommerce, Magento, QuickCart dan lain sebagainya.

Kelebihan:

a. Murah dan gratis.

b. Gampang dikustumisasi.

c. Tidak terlalu membutuhkan basic programming (kondisional).

d. Dukungan penuh dari pengembang dan komunitas.

Kekurangan:

a. Kemungkinan kemiripan sistem antar pengguna sangat besar.

b. Banyak sponsor.

Jika organisasi memutuskan untuk membuat sendiri sistem informasi e-Business 

dengan divisi IT-nya, maka hal perlu dilakukan terlihat pada gambar di bawah ini.

1. Tentukan Ide dan Produk Anda

a. Buat Daftar hal apa saja yang Anda sukai.

b. Sortir daftar tersebut, pilih yang paling disukai.

c. Tentukan bahasa yang akan digunakan dalam bisnis Online Anda.

d. Lakukan riset produk yang akan dijual sesuai dengan topik bisnis yang telah 

ditentukan.

e. Lebih Spesifik, lebih baik.

2. Research (Riset Pasar)

a. Kapan memulai?

b. Modal dan kemungkinan hasil yang didapat?

c. Siapa calon PelangganAnda?

d. Siapa calon Pesaing Anda?

e. Masalah yang mungkin akan dihadapi?

f. Cara menyelesaikan masalah?

3. Kumpulkan Content

a. Buatlah konten yang asli (original) dan menarik.

b. Buatlah konten bermanfaat dan kaya akan informasi.

c. Jadilah diri sendiri dan kreatif.

d. Jangan bertele-tele.

e. Libatkan pengguna.

f. Gunakan bahasa manusia (tata bahasa yang baik).

g. Update website secara berkala.

4. Membeli Nama Domain

a. Pilih Nama yang sesuai.

b. Fitur-fitur yang sesuai.

c. Simple dan mudah diingat.

d. Hindari pengunaan angka dan tanda hubung.

e. Jangan menggunakan nama domain yang berbau SARA.

5. Beli atau Tentukan Server Hosting

Beberapa pertimbangan sebelum membeli Hosting:

a. Space.

b. SO (Linux, Unix or Windows).

c. Web Server (Apache or IIS).

d. Engine Script (PHP, ASP, JSP, ColdFusion).

e. Database Engine (MySQL, PostgreSQL, SQL Server, Oracle).

f. Hosting Manager (cPanel, sPanelorPlesk).

g. Bandwith.

h. Lokasi Server (lokal atau luar negeri).

i. Jumlah domain atau sub domain.

6. Web Design dan Programming

a. Buat Logical User Flow.

b. Informasi penting bisnis Anda.

c. Informasi kontak dan navigasi yang mudah.

d. Keamanan Integrasi dengan social media.

e. Mendukung Mobile Application.

f. FAQ.

g. Hosting yang baik.

h. Jangan terlalu banyak fitur yang tidak perlu.

7. Promosikan Website (Sistem) Anda

a. Melalui Web Forum.

b. Menggunakan Media Video (misalnya: youtube).

c. Tukar Link.

d. Membuat Newsletter Feed, RssFeed.

e. Melalui Kartu Nama.

f. SEO di Google atau Search Engine lainnya (Yahoo, Bing dll).

g. Memanfaatkan Situs Jejaring Sosial.

h. Membuat Backlink

4.1. Strategi Bisnis dan Manajemen Strategi

Strategi bisnis adalah penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang sebuah 

perusahaan, dan arah tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai 

sasaran dan tujuan tersebut. Strategi bisnis merupakan cara-cara yang digunakan 

perusahaan untuk mendapatkan keunggulan persaingan di dalam bisnisnya. Strategi bisnis 

dapat mencakup ekspansi geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, 

penetrasi pasar, pengurangan bisnis, likuidasi dan joint venture. Tingkatan strategi dibagi 

menjadi :

1. Tingkat Korporasi

Strategi perusahaan yang memiliki saham (ownership) beberapa perusahaan lain.

2. Tingkat Multi Divisi

Merupakan strategi yang terjadi pada tingkat divisi atau unit bisnis dan merupakan

strategi yang menekankan pada perbaikan posisi bersaing produk atau jasa pada

spesifik industri atau segmen pasar tertentu.

3. Tingkat Fungsional

Optimalisasi produktivitas sumber daya dalam memberikan nilai (value) terbaik untuk

kebutuhan pelanggan (customers).

4. Tingkat Operasional

Merupakan strategi yang menjalankan implementasi dari operasional-operasional

perusahaan.

Manajemen strategi merupakan proses atau rangkaian kegiatan pengambilan

keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara 

melaksanakannya, yang dibuat oleh pimpinan dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuan. Manajemen strategi memiliki beberapa 

karakter, di antaranya:

1. Berorientasi masa depan.

2. Berhubungan dengan unit bisnis yang kompleks.

3. Kebutuhan dan kejelasan tugas sangat tinggi seiring perubahan yang terjadi, kadang 

batasbatas tugas mejadi tidak jelas.

4. Proses yang dijalankan tidak terpisah dari aktivitas manajerial lainnya.

5. Ada target waktu yang jelas.

6. Memerlukan perhatian khusus pada manajemen puncak.

Adapun manfaat dari manajemen strategi dalam e-Business antara lain sebagai 

berikut:

1. Pemahaman yang lebih jelas atas visi strategis perusahaan.

2. Fokus yang lebih tajam terhadap apa yang secara strategis memang penting.

3. Pemahaman yang lebih baik terhadap perubahan lingkungan perusahaan yang lebih 

cepat.

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan oleh manajemen puncak dalam 

merumuskan strategi, yaitu:

1. Menentukan visi dan misi.

2. Mengembangkan profile perusahaan.

3. Pengenalan produk.

4. Analisis kekuatan.

5. Mengidentifikasi beberapa pilihan.

6. Memilih pilihan yang tepat.

7. Sasaran jangka panjang.

8. Memperhatikan pentingnya operasionalisasi.

9. Sumber daya manusia.

10. Teknologi.

11. Bentuk, tipe dan struktur organisasi.

12. Menciptakan suatu sistem pengawasan.

13. Penilaian terhadap sistem.

14. Menciptakan umpan balik.

Strategi perusahaan sangat dipengaruhi oleh strategi bisnis itu sendiri. Namun 

dalam e-Business, strategi-strategi bisnis tersebut sangat dipengaruhi serta dapat 

dikembangkan dengan adanya penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi.

4.2. Isu-Isu Penting dalam e-Business

Teknologi hanya memegang peranan ± 1

/3 bagian saja. Perusahaan e-Business harus 

memperhatikan 2

/3 bagian lainnya, organisasi, sumber daya manusia, relasi, sistem 

manajerial dan strategi yang akan diterapkan. Persoalan e-Business bukan sekedar 

penerapan teknologi infomasi dalam sistem bisnis tradisional tapi juga perubahan yang 

berjalan bersamaan.

4.3. Perilaku Konsumen

Ada beberapa perilaku konsumen yang harus menjadi pertimbangan manajemen 

strategi untuk menentukan strategi apa saja yang akan direncanakan nantinya, di antaranya:

1. Keingintahuan terhadap perkembangan atau trend baru.

2. Keinginan untuk melakukan perbandingan.

3. Keinginan untuk meneliti.

4. Keinginan untuk menggunakan teknologi dalam memperoleh informasi produk dan

melakukan transaksi secara efektif.

Menurut Budi Sutedjo (2001) ada 7 perubahan pola perilaku konsumen tradisional 

ke e-Business, yaitu:

1. Pola Belanja, dari pergi ke pasar tradisional menuju komputer.

2. Pola Pemilihan Barang, dari memegang barang menjadi melihat katalog elektronik.

3. Pola Transaksi, dari pola ada uang ada barang menjadi ada uang barang dikirim.

4. Pola Konsumsi, barang dibeli tidak dapat langsung dikonsumsi.

5. Pola Pemakaian Barang, khusus barang berwujud, harus melalui perantara.

6. Pola Pembayaran, dari tunai kini adaketerlibatan pihak ketiga seperti penggunakan 

kartu kredit, uang digital atau cek elektronik.

7. Pola Komunikasi, seolah kesempatan untuk membina pertemanan hilang.

Selain perubahan pola perilaku konsumen tersebut di atas, manajemen strategi juga 

perlu memperhatikan sikap-sikap yang dimiliki oleh konsumen e-busines, yaitu:

1. Kritis terhadap penwaran-penawaran produk.

2. Sensitif terhadap harga.

3. Sensitif terhadap kualitas.

4. Menuntut jaminan atau garansi atas produk.

5. Menuntut teknik penyajian halaman web yang secara kognitif.

4.4. Strategi e-Business

1. Tahapan Strategi

Ada tiga tahapan strategi yang umumnya menjadi langkah-langkah yang akan 

ditempuh oleh manajemen strategi, yaitu :

a. Perumusan Strategi

Pengembangan rencana jangka panjang untuk manejemen efektif dari kesempatan

dan ancaman lingkungan, dilihat dari kelemahan perusahaan.

b. Implementasi Strategi

Proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan

memalui pengembangan program, anggaran dan prosedur.

c. Evaluasi dan Pengendalian

Proses melalui aktivitas-aktivitas perusahaan dan hasil kinerja serta dimonitor

kemudian kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan kinerja yang diinginkan.

2. Tahapan Analisis

Tahapan analisis ini dibagi menjadi dua, yaitu analisis eksternal dan analisis 

internal. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Analisis Eksternal, terdiri dari:

1) Lingkungan eksternal, yaitu variabel-variabel (kesempatan dan ancaman) yang 

berada di luar organisasi dan tidak secara khusus ada dalam pengendalian 

jangka pendek dari manajemen puncak.

2) Lingkungan kerja, yaitu elemen-elemen atau atau kelompok yang secara 

langsung berpengaruh atau dipengaruhi oleh operasi-operasi utama organisasi.

3) Lingkungan sosial, yaitu kekuatan umum kekuatan yang tidak berhubungan 

langsung dengan aktivitas-aktivitas jangka pendek organisasi tetapi dapat dan 

sering mempengaruhi keputusan-keputusan jangka panjang.

b. Analisis Internal, terdiri dari:

1) Struktur, yaitu sebuah cara bagaimana perusahaan diorganisasikan yang 

berkenaan dengan komunikasi, wewenang serta arus kerja.

2) Budaya, yaitu pola keyakinan, pengharapan dan nilai-nilai yang dibagikan oleh 

anggota organisasi atau perusahaan.

3) Sumber Daya, yaitu asset yang merupakan bahan baku bagi produksi barang 

dan jasa organisasi.

Tahap analisa dapat menggunakan metode SWOT, yaitu metode perencanaan 

strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan 

(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau 

suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT 

(strengths, weaknesses, opportunities, dan threats).

Contoh pengunaan analisa SWOT pada toko elektronik Berkah Jaya yang telah 

menggunakan teknologi informasi dalam jual beli produk yang ada di tokonya.

a. Strength (kelebihan/kekuatan)

1) Toko Berkah Jaya sangat mudah diakses dalam hal mendaftar, menjual 

(memasang iklan)ataupun membeli.

2) Gampang ditemukan di search engine (memiliki page rank yang tinggi).

3) Tampilan dan toolbar yang mudah dipahami mulai dari kategori sampai 

keterangan detil lainnya.

4) Tampilan, seperti pewarnaan, font dan tata letak sudah bagus dan tepat.

5) Kini sudah memiliki aplikasi berbasis mobile.

b. Weaknesses (kelemahan)

1) Toko Berkah Jaya saat ini masih hanya menggunakan Bahasa Indonesia 

sehingga website ini belum mampu untuk go internasional.

2) Sangat rawan akan penipuan, karena semua informasi dapat dipublikasi dengan 

sangat mudah dan gratis.

c. Opportunities (peluang)

1) Jumlah penduduk Indonesia.

2) Semakin mudahnya untuk akses informasi, karna kanal-kanal koneksi sudah ada 

dimanamana dan semakin murah seperti, modem, wifi (hotspot) dll.

3) Sifat penduduk Indonesia yang umumnya masih konsumerisme.

d. Threat (ancaman)

1) Ancaman dari penyedian iklan gratis.

2) Ancaman dari para hacker.

4.5. Pembuatan Keputusan Konsumen e-Business Secara Perorangan

Terdapat beberapa faktor dalam proses pembuat keputusan perorangan, di 

antaranya adalah:

1. Karakteristik Personal, yaitu hal-hal yang mencakup karakteristik personal di antaranya 

Usia, Gender, Etnik Pendidikan, Pola Hidup, Psikologi, Pengetahuan, Nilai dan 

Kepribadian.

2. Karakteristik Lingkungan, yang mencakup karateristik lingkungan di antaranya Sosial, 

Komunitas dan Keluarga.

3. Sistem Kontrol Pemasok, yaitu sistem kontrol pemasok melingkupi Pendukung 

Logistik yaitu Pembayaran, Pengiriman, Pendukung Teknik yaitu Web Design, 

Intelligent Agent, Layanan Konsumen yaitu FAQs, Email, Call Center One to One.

4. Keputusan Membeli, Beli atau Tidak, Apa yang dibeli, Dimana, Kapan, Berapa 

Banyaknya dan Pembelian Ulang.

5. Stimulasi, yang mencakup pemasaran yaitu Harga, Promosi, Produk, Kualitas dan

faktor lainnya yaitu Ekonomi Teknologi, Politik, Budaya.


Sedangkan faktor-faktor proses pembuat keputusan organisasi/perusahaan 

terdiri dari:

1. Karakteristik Personal, hal-hal yang mencakup karakteristik personal di antaranya 

Usia, Gender, Etnik Pendidikan, Pola Hidup, Psikologi, Pengetahuan, Nilai dan 

Kepribadian.

2. Pengaruh Interpersonal, yang mencakup otoritas, status dan presuasi.

3. Pengaruh organisasi, yang mencakup kebijakan dan prosedur, struktur organisasi dan 

sentralisasi/desentralisasi.

4. Sistem Kontrol Pemasok, sistem kontrol pemasok melingkupi pendukung logistik yaitu 

Pembayaran, Pengiriman, Pendukung Teknik yaitu Web Design, Intelligent Agent, 

Layanan Konsumen yaitu FAQs, Email, Call Center One to One.

5. Keputusan Membeli, Beli atau Tidak, Apa yang dibeli, Dimana, Kapan, Berapa 

Banyaknya dan Pembelian Ulang.

6. Stimulasi, yang mencakup pemasaran yaitu Harga, Promosi, Produk, Kualitas dan 

faktor lainnya yaitu Ekonomi Teknologi, Politik dan Budaya.

4.6. Strategi untuk Menghadapi Kompetisi

Dalam proses bisnis, tentu tidak akan pernah terlepas dari yang namanya 

persaingan/kompetisi. Karena itu, organisasi harus memiliki strategi untuk menghadapi 

kompetisi tersebut agar dapat terus bertahan dan berkembang, terlebih lagi strategi dalam 

pemanfaatan teknologi informasi. Adapun strategi yang harus dimiliki antara lain:

1. Cost Leadership Strategy

2. Differentiation Strategy

3. Focus Strategy

4. Growth Strategy

5. Alliance Strategy

6. Inovation strategy

7. Internal efficiency Strategy

8. Costumer Oriented Strategy

Untuk membangun relasi dengan baik dibutuhkan beberapa model pembangunan 

relasi yaitu:

1. Konsumen menerima ekspos pemasaran.

2. Konsumen menentukan media pemasaran untuk menanggapi.

3. Konsumen membuat keputusan membeli.

4. Detil Transaksi.

5. Up date Database.

6. Pembentukan segmentasi.

7. 4P (Produk harga, Tempat Promosi) diperbaharui keunikannya untuk konsumen.

8. Media baru dipilih untuk layanan terbaik.


4.7. Setrategi Memperkenalkan Situs

Agar dapat selalu bersaing dan berkembang, organisasi harus tetap 

mempertahankan dan meningkatkan daya saingnya, agar semakin dikenal dan tentunya 

akan meningkatkan pangsa pasar. Untuk mengoptimalisasi hal tersebut, maka diperlukan 

beberapa strategi, yaitu :

 1. Promosi On-Line

a. E-mail optimizing, manfaatkan dan mengoptimalkan e-Mail secara efektif.

b. Putting on search engine, meletakkan Uniform Resource Location (URL) dari situs

tersebut di berbagai Search Engine.

c. Build an impressive website, membuat sesuatu yang berkesan pada situs tersebut

d. Link-cooperation, melakukan dan mengadakan kerja sama.

2. Promosi Off-Line

a. Tabloid – magazine

b. Journal

c. Newspaper

d. Billboard

4.8. Sensifitas Harga

Salah satu strategi yang paling sering dilirik oleh konsumen tentu saja adalah harga. 

Konsmen sangat sensitif terhadap harga. Karena itu, organisasi harus memperhatikan 

sensitifitas harga ini dengan menerapkan beberapa strategi, yaitu:

1. Nilai yang unik.

2. Subsitusi.

3. Konsumen akan sangat peka terhadap pengeluaran total.

4. Penyajian biaya.

5. Harga.

6. Persediaan produk sangat mempengaruhi elastisitas harga

Evolusi E-Business

Menurut Loudon (2010:35), ada tiga fase perkembangan dalam dunia E-Business, 

yaitu fase inovasi, fase konsolidasi dan fase re-invensi. Adapun pembahasannya sebagai 

berikut:

1. Fase Inovasi (1995-200)

Fase Inovasi memiliki beberapa ciri, yaitu E-Business dijalankan berdasarkan 

pada perkembangan teknologi (technology driven), seperti perkembangan internet, 

komunikasi dan pertukaran data dan lain sebagainya. Umumnya produk-produk yang 

dipasarkan pada masa ini adalah produk-produk eceran, seperti yang dilakukan oleh 

Amazon dan e-Bay, seperti menjual buku sampai musik mp3.

2. Fase Konsolidasi (2001-2006)

Pada fase ini E-Business dijalankan berdasarkan pada aspek bisnis (bussines

driven). Pada Fase ini E-Business tidak hanya lagi hanya sebatas inovasi teknologi 

yang mendukungnya, tetapi dijalankan pada perencanaan bisnis, sehingga strategi yang 

dilakukan ialah perpaduan antara strategi bisnis konvensional dan teknologi online

yang pada umumnya disebut dengan bricks and clicks. Jadi fase ini sangat berfokus 

terhadap laba. Umumnya produk yang dijual meliputi produk dengan eceran tinggi dan 

kompleks, seperti komputer, handphone dan barang elektonik lainnya

3. Fase Re-Invensi (2006-Sekarang)

Pada fase ini E-Business dijalankan dengan didasarkan pada pelanggan, audiens 

dan komunitas organisasi bisnis (customer, audience and community driven). Dengan 

demikian para organisasi bisnis mulai memberikan perhatian kepada siapa sebenarnya 

pelanggan mereka. Jadi Fase ini tidak hanya semata-mata mengejar target penjualan 

atau laba tetapi juga memperhatikan faktor-faktor yang berkaitan dengan pelanggan 

dan target pasar mereka (pertumbuhan jaringan sosial). Pada umumnya bisnis lebih 

berfokus pada jasa dibanding produk fisik.

5.2. Alasan Evolusi

Seiring perkembangan teknologi, bisnis juga ikut berkembang dari bisnis 

tradisional menjadi e-Business. Bahkan e-Business sendiri juga mengalami evolusi seiring 

meningkatnya pangsa pasar dan perubahan prilaku konsumen. Alasan-alasan terjadinya 

evolusi e-business adalah sebagai berikut:

1. Sangat berhati-hati.

2. Resiko lebih kecil.

3. Benar-benar memberikan value kepada konsumen.

Menurut Martin, ada empat tahapan evolusi yang dipergunakan seperti gambar 

di bawah ini: 

1. Channel Enhancement

Perusahaan konvensional yang ingin memanfaatkan internet dapat memulai 

dengan mempergunakan teknologi informasi sebagai kanal tambahan dan alternatif 

dalam menghubungkan perusahaan dengan para pelangganya. Contohnya:

a. Sebelumnya dalam perbankan, nasabah harus datang menemui teller untuk 

melakukan transaksi perbankan, namun sekarang nasabah dapat memilih transaksi 

perbankan dengan fasilitas e-banking melalui internet.

b. Sebelumnya dalam penjualan, pembeli harus datang langsung ke tempat untuk

melakukan pembelian barang, namum saat ini pembeli dapat melakukan melalui

internet.

2. Value-Chain Integration

Menurut Michael Porter, value chain (rantai nilai) merupakan rangkaian proses 

atau aktivitas perubahan bahan mentah menjadi produk jadi. Karena bahan mentah 

yang dibutuhkan oleh perusahaan pada dasarnya merupakan output atau produk dari 

rangkaian rantai nilai perusahaan lain sebagai pemasoknya, maka pengintegrasian 

kedua rantai nilai ini akan semakin meningkatnya efesiensi dan efektivitas proses 

penciptaan produk secara keseluruhan.

Perusahaan dapat meningkatkan profitnya secara signifikan karena dengan 

kemampuan menyatukan rantai nilai dari seluruh perusahaan yang terlibat dalam 

sistem penciptaan produk, perusahaan dapat fokus pada kompetensi utamanya 

(core competencies) dan membuang proses-proses pendukung lainnya ke pihak lain

(outsourching management)

3. Industry Transformation

Transformasi industri terjadi sebagai hasil dari perusahaan yang telah 

menyadari benar kekuatanya dan dapat memanfaatkan peluang e-Business yang akan 

ditawarkan oleh internet dan dunia maya. Tidak sedikit perusahaan yang pada akhirnya 

harus mengganti core bisnisnya setelah melihat kekuatan utama yang dimilikinya 

(core competencies) dan tingginya kompetisi di industri terkait. Beberapa contoh dari 

transformasi industri yang terjadi saat ini:

a. Perusahaan penerbitan buku-buku bermutu yang biasa memulai rangkaian 

prosesnya dari pemilihan naskah, pengeditan, penyusunan layout, pencetakan dan 

distribusi dapat hanya berkosentrasi pada proses pemilihan naskah saja karena 

proses-proses lainnya dapat dioutsourcekan ke perusahaan diindustri terkait

b. Perusahaan penjual lagu-lagu musik melalui kaset ataupun CD yang memiliki 

anyak sekali toko di setiap kota dapat dengan mudah mentransformasikan dirinya 

menjadi portal yang dapat mencari dan meramu lagu-lagu yang diinginkan masing￾masing pelanggan unikny, karena proses prodksi sampai dengan distribusi kaset 

atau CD dapat dilakukan oleh perusahaan lain, karena bersangkutan cukup 

mengetahui informasi lagu apa saja yang tersedia dipasaran dan dimana 

mendapatkannya.

c. Perusahaan pemberi jasi kesehatan seperti medical center dimana para dokter 

berkumpul untuk memberikan diagnosa kepada pasien yang datang dapat berubah 

menjadi perusahaan penyedia jasa akses pelayanan kesehatan melalui televisi, 

dalam artian kata setiap calon pasien cukup menggunakan televisi khususnya untuk 

dapat berkomunikasi dengan dokter yang diinginkan dimana saja dan kapan saja 

melalui aplikasi telemedicine.

4. Convergence

Konvergensi antara lebih dari satu industri terjadi karena dengan adanya 

internet perusahaan dapat secara mudah berkolaborasi dan berkooperasi untuk 

menciptakan produk-produk baru yang tidak mungkindapat diciptakan tanpa adanya 

kerja sama tersebut. Lihatlah bagaimana maraknya produk-produk inovasi baru 

ditawarkan di pasaran karena adanya konvergensi sebagai berikut:

a. Konvergensi antara industri dengan perbankan, kesehatan dan teknologi informasi 

melahirkan sebuah smart card yang selain berfungsi sebagai kartu kredit dan kartu 

debet, dapat dipergunakan untuk menyimpan data riwayat kesehatan pasien yang 

akan secara langsung dihubungkan dengan program asuransi kesehatan yang 

ditawarkan.

b. Konvergensi antara industri telekomunikasi dan internet menghasilkan sebuah 

handphone yang tidak saja dapat dipergunakan sebagai internet browser.

c. Konvergensi antara industri multimedia dengan manufaktur mobil menawarkan 

suatu jasa kepada para pelanggan untuk melakukan pemesanan produksi mobil 

dengan desain, warna, karakteristik dan karakteristik lain sesuai selera masing￾masing pelanggan yang unik melalui situs internet yang diperlengkapi dengan 

aplikasi CAD/CAM.

d. Konvergensi antara industri robotika dan pertahanan dapat menghasilkan suatu 

robot yang dapat menjinakkan bom dan berfungsi sebagai mata-mata institusi 

tertentu di negara lain

5.3. Diagram Relasi e-Bussiness

Di dalam dunia e-Bussiness begitu banyak yang ditawarkan oleh para vendor. 

Berbeda dengan perkembangan aplikasi di dunia nyata yang bermula dari pake-paket 

aplikasi yang bersifat funsional, didunia maya beragam aplikasi e-bussiness dibangun 

berdasarka paradigma proses (bussiness process). Jika memperhatikan rangkaian bussiness 

process yang kerap ditemukan di perusahaan, dari arah hulu menuju ke hilir. Menurut 

Supot Chokwareepom (IBM) aplikasi e-Bussiness dapat dikatagorikan menjadi empat,

seperti bagan di bawah ini.

Cara yang paling mudah dalam memahami keempat katagori aplikasi e-Bussiness 

ini adalah dengan mencoba bergerak dari rangkain proses dari hilir menuju hulu. Alasan

pendekatan tersebut dipakai adalaha karena di era bisnis modern saat ini, perusahaan 

berdiri karena adanya pelanggan yang membutuhkan sebuah produk atau pelayanan 

tertentu.

Berdasarkan dari pendekatan tersebut, maka pada bagian hilir aka dijumpai 

rangkaian proses yang menghubungkan sebuah perusahaan dnegan para pelangganya. 

Konsep yang biasa dipergunakan dalam membangun aplikasi katagori ini adalah customer 

relationship management (CRM). Konsep ini mengajarkan kiat dan strategi untuk 

membangun dan menjalin hubungan yang efektif antara perusahaan dengan pelanggannya 

agar tercapailah apa yang kerap diistilahkan sebagai customer satisfaction, customer 

loyalty dan customer retention. Adapun proses-proses yang termasuk dalam proses CRM 

adalah:

1. Proses penanganan keluhan pelanggan.

2. Proses penanganan pesananpelanggan.

3. Proses penanganan permintaan informasi dari pelanggan.

4. Proses pengelolaan data dan informasi seputar pelanggan.

5. Proses pengelolaan kebutuhan pelanggan.

6. Proses analisa karakterisik dan perilaku pelanggan dan lain sebagainya.

5.4. Jenis-Jenis e-Business

Pada dasarnya, dilihat dari jenisnya e-Business dibagi menjadi dua kategori umum, 

yaitu B2B dan B2C. Prinsip pembagian ini dilandasi pada jenis institusi atau komunitas 

yang melakukan interaksi perdagangan dua arah. Perkembangan dari kedua katagori umum 

tersebut menjadi:

1. Business to Business (B2B)

Merupakan sistem komunikasi bisnis antar pelaku bisnis atau transaksi secara

elektronik antar perusahaan yang dilakukan secara rutin dan dalam kapasitas produk

yang besar.

2. Business to Customer (B2C)

Jenis perdagangan elektronik di mana ada sebuah perusahaan (business)

yang melakukan penjualan langsung barang-barangnya kepada pembeli (consumer).

Karektiristik:

a. Merek terkenal.

b. Barang-barang terdigitisasi, seperti e-book.

c. Harga terjangkau.

d. Barang-barang yang cukup sering dicari dalam keseharian.

e. Barang yang tidak dapat ditemukan dengan mudah di toko-toko tradisional.

3. Customer to Business (C2B)

4. Customer to Customer (C2C)

C2C merupakan salah satu model e-Commerce, dalam hal ini konsumen 

menjual secara langsung pada konsumen yang lain, atau dapat dapat juga dikatakatan 

sebagai transaksi jualbeli antar konsumen. Karakteristik:

a. Internet dijadikan sebagai sarana tukar menukar informasi tentang produk, harga, 

kualitas dan pelayanannya.

b. Konsumen juga membentuk komunitas pengguna atau penggemar suatu produk. 

Sehingga jika ada ketidak puasan suatu produk, maka akan segera tersebar luas 

melalui komunitas tersebut. Contoh Kaskus, Facebook, Twitter, Broadcast from HP 

dan lain-lain.

5. Business to Government (B2G)

6. Government to Customer (G2C)

7. Government to Government (G2G)

Kemudian, aplikasi-aplikasi e-Business dibagi lagi menjadi tiga katagori di 

antaranya adalah:

1. Internal Business System

a. CRM

b. ERP

c. DMS

d. HRM

2. Enterprise Communication and Collaboration

a. VoIP

b. CMS

c. E-mail

d. Voice mail

3. Electronic commerce

a. Internet shop

b. Online marketing

5.5. Manfaat e-Business

Sebelum organisasi memutuskan untuk beralih dari binsis tradisional ke e-Business, 

tentu mereka mempertimbangkan apa saja manfaat yang akan mereka dapatkan ketika 

melakukan hal tersebut. Banyak sekali manfaat yang diberikan oleh e-business, yaitu:

1. Bagi Perusahaan atau Pebisnis Perorangan

a. Memperpendek jarak.

b. Perluasan pasar.

c. Perluasan jaringan mitra kerja.

d. Biaya terkendali.

e. Efisien.

f. Cash flow terjamin.

g. Manfaat lainya.

2. Bagi Konsumen

a. Efektif

b. Biaya terkendali

c. Aman secara fisik

d. Harga murah

e. Fleksibel

3. Bagi Masyarakat pada Umumnya

a. Peluang kerja baru

b. Wahana kompetisi

4. Bagi Dunia Akademis

a. Tantangan baru.

b. Para peneliti tertantang untuk melakukan analisis terhadap pergeseran pola bisnis.

c. Membuka kerangka baru dalam penjualan jasa pendidikan.

5.6. Latar Belakang Pembentukan Situs e-Business

Setelah mengetahui apa saja manfaat yang akan didapatkan, faktor yang tidak kalah 

penting yang harus diperhatikan oleh organsiasi sebelum beralih ke e-Business adalah 

latar belakang pembentukan situs e-Business. Adapun yang harus menjadi perhatian 

adalah:

1. Kebutuhan Konsumen.

2. Keprihatinan atau kesadaran konsumen.

3. Kondisi sosial, ekonomi dan demografi.

5.7. Ilusi Sekarang atau Realitas Masa Depan

Fenomena perkemangan e-Business emang sangat jelas terjadi. Namun hal ini tidak 

membuat para pelaku bisnis tradisional untuk segera beralih ke e-Business, karena merasa 

hal ini bersifat sementara saja, sehingga terlihat seperti ilusi belaka atau memang tidak 

mengerti bagaimana caranya berkompetisi di era digital saat ini. Namun, jika berlarut di 

comfort zone saat ini, maka harus bersiap-siap kalah dalam berkompetisi, karena inilah 

realitas di masa depan. Adapun yang menjadi hambatan e-Business di Indonesia yang 

menyebabkan organisasi pelaku bisnis tidak segera beralih ke e-Busines adalah:

1. Belum terbentuknya high trust society.

2. Pada umumnya harga produk tidak dapat ditawar lagi.

3. Sarana prasarana masih belum memadai.

4. Masih sangat sedikit SDM yang memahami dan menguasai konsep dan implementasi 

teknologi informasi.

5. Jasa pengiriman masih membutuhkan pembenahan dan peningkatan.

6. Adanya tindak kejahatan kartu kredit.

7. Perbedaan platform.

8. Masih menunggu.

9. e-Business masih dipandang sebelah mata.

10. Konsumen yang aktif.

11. Etika dan moralitas.

5.8. Langkah-Langkah Bisnis dengan Sistem e-Business

Ketika telah menerapkan sistem e-Business, tentu organisasi harus menjalankan 

langkah-langkah bisnis dengan sistem e-Business yang tentu saja berbeda dengan sistem 

bisnis tradisional. Adapun langkah-langkahnya dalah seabgai berkut:

1. Perusahaan mempublikasikan halaman web tentang produk-produknya kepada 

masyarakat.

2. Calon pembeli dapat memilih produk dan mengisi formulir transaksi elektronik dengan 

mencantumkan nomor kartu kreditnya.

3. Setelah proses pembayaran selesai, barang akan dikirim melalui jasa pengiriman 

barang.

Sedangkan proses transaksinya adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan produk.

2. Inisialisasi pembelian.

3. Permintaan otorisasi.

4. Otorisasi.

5. Pemintaan pelunasan.

6. Pengiriman barang.

Ditinjau dari alat pembayaran yang digunakan, maka transaksi dapat dikelompokan 

sebagai berikut:

1. Sistem uang digital (anonymous).

2. Cek elektronik.

3. Kartu Kredit Elektronik.

4. Elektronik funds transfer.


6.1. Definisi Business to Customer (B2C)

Business to Customer (B2C) adalah suatu proses bisnis dimana penjual (produsen)

berhadapan langsung dengan pembelinya (konsumen). Sifat dari bisnis tersebut adalah

terbuka dan bebas dimanfaatkan oleh khalayak umum. Cara mengaksesnya melalui sebuah

website yang disediakan oleh sang penjual. B2C tidak terlalu membutuhkan akuntabilitas

yang baik dan hubungan yang formal dengan pelanggan dalam transaksinya. Pada 

perusahaan B2C teknologi yang interaktif memungkinkan perusahaan untuk membuat 

akses kepada konsumen. Adapun proses transaksi dimulai dari ketika consumen 

melakukan pemesanan suatu produk melalui website perusahaan. Ketika produk mana 

yang akan dibeli sudah diputuskan, maka konsumen akan masuk ke halaman Shopping 

Chart. Konsumen tidak perlu melakukan pembayaran secara langsung, melainkan cukup 

dengan fasilitas transfer pada rekening bank. Setelah pembayaran selesai, maka perusahaan 

akan mendapatkan pemberitahuan tentang pemesanan tersebut. Kemudian perusahaan akan 

mengirim produk dari gudang ke konsumen dengan menggunakan jasa pengiriman.

Konsumen adalah hal yang mutlak dibutuhkan apabila sebuah bisnis ingin 

dipertahankan. Terlebih pada bisnis yang bertipe B2C yang notabene profitnya berasal dari 

konsumen. Selain harus mendapatkan konsumen, B2C juga harus mempertahankannya 

dalam jangka waktu yang panjang. 

Menurut Muni Fuady, B2C merupakan transaksi ritel dengan pembeli individual 

(Munir Fuady). Sedangkan menurut Onno W. Purbo, B2C juga dapat diartikan mekanisme 

toko online (electronic shoping mall) yaitu transaksi antara e-Merchant dengan e￾Customer.

B2C merupakan kependekan dari Business to Consumer yang artinya sebuah proses 

yang terjadi apabila organisasi atau perusahaan menjual produk atau jasa kepada 

konsumenya melalui jaringan internet. Business to Consumer (B2C) adalah adalah 

kegiatan E-businesses dalam pelayanan secara langsung kepada konsumen melalui barang 

atau jasa. Secara definisi sudah dapat dipastikan atau mungkin dapat kita perkirakan bahwa 

model ini cocok untuk para pengusaha kecil dan menengah, itu karena:

1. Menyingkirkan perantara.

2. Penghematan biaya dan memberi kemudahan.

3. Secara teoritis, keuntungan akan lebih mudah diraih melalui model B2C ini, karena 

biaya tidak tumbuh secara proporsional dengan pertumbuhan bisnis, dalam arti 

pertumbuhan bisnis niscaya akan lebih pesat daripada biaya yang harus dikeluarkan.

4. Kebutuhan akan modal kerja yang lebih rendah dibandingkan dengan kasus bisnis

konvensional sehingga harga pun dapat ditekan menjadi lebih murah.

6.2. Karakteristik Business to Consumer (B2C)

Business to Consumer (B2C) memiliki beberapa karakterikstik, di antaranya

sebagai berikut:

1. Terbuka untuk umum, dimana informasi disebarkan ke umum.

2. Servis yang diberikan bersifat umum (generic) dengan mekanisme yang dapat 

digunakan oleh khalayak ramai. Sebagai contoh karena sistem web sudah umum 

digunakan makan servis diberikan dengan menggunakan basis web.

3. Servis diberikan berdasarkan permintaan (on demand), consumer melakukan inisiatif 

dan produser harus siap memberikan respon sesuai dengan permohonan.

4. Pendekantan client/server sering digunakan dimana diambil asumsi client (consumer) 

menggunakan sistem yang minimal (berbasis web) dan processing (business 

procedure) diletakan di sisi server.

5. Transaksinya sederhana dan tidak terlalu sering terjadi.

6. Nilai transaksi yang terjadi relatif kecil.

6.3. Strategi Business to Consumer (B2C) pada E-Commerce

Ada beberapa sasaran yang harus dicapai setelah memahami bisnis Business to 

Consumer (B2C), di antaranya :

1. Kebanyakan produksi dan jasa menjadi tersedia untuk pengiriman digital.

2. Konsumen mangatasi keengganannya berbelanja menggunkaan web.

3. Kecepatan komunikasi yang tinggi telah membuat pengiriman produk digital mudah.

4. Ketakutan terhadap pencurian informasi (seperti info kartu kredit) telah digantikan

dengan kepercayaan yang besar bahwa informasi rahasia akan dijaga dengan aman.

6.4. Perkembangan Business to Consumer (B2C)

Pada awal pertumbuhannya, perusahaan-perusahaan retailer yang telah ada (seperti

departement store) belum memainkan peranan penting dalam pasar B2C. Website yang

dibangun pada umumnya hanya berfungsi sebagai media publikasi dan tidak interaktif.

Tujuan utamanya adalah untuk menarik perhatian pengunjung melalui website agar

mendatangi toko di dunia nyata (physical store). Hal ini juga disebabkan karena awalnya 

internet belum menyediakan layanan untuk bertransaksi bagi konsumen, sehingga 

walaupun banyak usaha yang dilakukan tetapi tidak berjalan baik dan tidak berhasil dan 

menyebabkan kegagalan. 

Pada tahun 1984 diciptakan sistem transaksi perbankan secara online oleh AT&T 

tetapi tidak berhasil dikarenakan infrastruktur belum memadai. Kemudian pada tahun 2000 

diperkenalkan situs belanja online yang bernama amazon.com setelah diluncurkan 

amazon.com inilah mulai saat itu banyak bermunculan situs-situs transaksi online yang 

mengusung prinsip B2C. Sepanjang tahun 2001, diperkirakan terdapat sekitar 75 juta 

pengguna internet yang berpartisipasi dalam transaksi-transaksi di toko online 

(emarketer.com, Juli 2001). Menurut laporan eMarketer (Mei 2001), pendapatan dunia dari 

B2C pada tahun 2000 berkisar antara 53 hingga 238 miliar dolar dan meningkat pesat pada 

tahun 2004 menjadi antara 428 hingga 2.134 miliar dolar. Saat ini pun, pasar B2C semakin 

berkembang. Perusahaan retailer banyak yang mengkombinasikan physical retail stores 

mereka dengan website (online presence).

Kesuksesan dari B2C pada dasarnya dikarenakan faktor penawaran barang kualitas 

tinggi dengan harga murah dan banyak pula dikarenakan pemberian layanan kepada 

konsumen yang cukup baik. Lantas, produk-produk dengan karakteristik seperti apakah 

yang diperkirakan menghasilkan volume penjualan yang besar di pasar B2C? Berikut ini 

adalah beberapa karakteristiknya.

1. Merek terkenal.

2. Barang-barang terdigitisasi, seperti e-book.

3. Harga terjangkau.

4. Barang-barang yang cukup sering dicari dalam keseharian (seperti sayur, obat).

5. Barang yang tidak dapat ditemukan dengan mudah di toko-toko tradisional.

6.5. Aktifitas Business to Consumer (B2C)

1. Promosi

Sampai pada tahun 2004 alokasi dana perusahaan rata-rata untuk iklan di 

internet sampai sebesar 8%. Keuntungan dari promosi yaitu:

a. Interaktif, user memegang kendali.

b. Lebih fokus.

c. Berbasis komunitas, user bisa langsung memberikan komentar.

Kerugian dari promosi yaitu:

a. Masih kalah efektif dengan banner besar dikoran.

b. User yang tidak bisa dikendalikan.

2. Ordering

Situs dengan tipe commerce-oriented menyediakan layanan lengkap, mulai dari 

akses ke database produk, pemesanan sampai pengiriman. Prinsip dari ordering adalah 

3C, yaitu:

a. Content-oriented contohnya situs-situs universitas.

b. Commerce-oriented contohnya amazon.com.

c. Community-oriented contohnya kaskus.us.

3. Delivery

Pengiriman dibagi dua jenis yaitu:

a. Pengiriman dapat melalui intenet seperti menggunakan software, e-book dan 

multimedia.

b. Pengiriman secara fisik contohnya cd/dvd, buku, kaset/video-tape.

4. After-Sales Service

After-sales service dapat melalui email, internet, messenger, bulletin 

board/forum. Selain itu after-sales service menggunakan berbagai teknologi terbaru 

seperti CRM, Data Mining Tool, sistem terintegrasi yang berbasis pelanggan. 

Berdasarkan survey yang dilakukan 90% pelanggan lebih menyukai pelayanan berbasis 

telepon.

6.6. Bisnis Proses Business to Consumer (B2C)

Bisnis proses pada Business to Consumer (B2C) menjelaskan dasar-dasar dari 

kerangka kerja sebuah bisnis yang terkenal dengan istilah 2W1H, yaitu:

1. Who : segmentasi pasar.

2. What : layanan / produk yang ditawarkan.

3. How : bagaimana cara kerjanya.

Contoh bisnis proses ebay.com

Who : siapapun.

What : produk apapun.

How : pertukaran barang dengan cara lelang.

Nilai bisnis bernilai efesiensi

Kelebihan : harga yang murah dan pilihan yang beragam.

6.7. Tantangan Utama dalam Business to Consumer (B2C)

Dalam setiap proses bisnis, baik bisnis tradisional maupun e-Business, tentu tidak 

terlepas dari tantangannya masing-masing. Adapaun tantangan utama dalam Business to 

Consumer (B2C), adalah sebagai berikut:

1. Membutuhkan sistem operasi dan aplikasi khusus.

2. Membangun privasi dan kepercayaan konsumen.

3. Menciptakan ketergantungan dan loyalitas.

4. Kelengkapan, keragaman dan ketersediaan barang/jasa.

6.8. Pelayanan Business to Consumer (B2C)

Business to Consumer (B2C) dapat memberikan pelayanan kepada konsumen 

berupa:

1. Memuat contoh produk yang dijual beserta informasi-informasinya.

2. Melakukan transaksi penjualan barang.

3. Melakukan transaksi pembayaran barang.

4. Melakukan transaksi pengiriman barang.

5. Membuat berita-berita terbaru tentang produk.

6. Menginformasikna lokasi penjualan dan pelayanan.

7. Memberikan service secara lengkap.

6.9. Produk Business to Consumer (B2C)

Produk-produk Business to Consumer (B2C) dapat terdiri dari produk digital, 

seperti lagu, album, film program komputer dan update-nya serta jasa. Selain produk 

digital, tentu saja terdapat produk fisik. Penjual dapat membuat melalui internet namun 

pengiriman harus diatur. Perkembangan perusahaan pengiriman barang secara tidak

langsung membantu penjualan e-Commerce. 

6.10. Klasifikasi Business to Consumer (B2C)

Secara umum, tipe-tipe Business to Consumer (B2C) terbagi menjadi 4 klasifikasi 

yaitu:

1. Auction Store

Layanan ini sebagai tempat untuk memberikan pelayanan dalam bidang 

perdagangan. Misalnya untuk pengiklanan produk perusahaan dan cara pembayaran 

dan sebagainya. Sehingga dapat kita ketahui menggunakan layanan kita dapat 

memaksimalkan keuntungan yang ingin kita capai karena penawaran yang sangat 

banyak dari berbagai negara contohnya, www.ebay.com.

2. Online stores

Layanan ini tempat untuk menjual/membeli secara digital dengan memilih, 

memesan barang lewat intenet tanpa harus bertatap muka dengan penjul secara 

langsung maupun barang yang ingin dibeli, contohnya www.tokopedia.com.

3. Online Services

Layanan ini tempat untuk meminta informasi dan servis lain dari perusahaan 

dengan cepat dan mudah atau dapat melakukan proses jual beli, misalnya jasa tiket 

perjalanan, jasa servis dan lain-lain. Contohnya traveloka.com dan airasia.com

4. Other Services

Layanan ini yang menyediakan fasilitas untuk penjualan produk dan jasa di luar 

klasifikasi yang sudah diberikan sebelumnya, contohnya www.kaskus.us dan 

www.facebook.com.

6.11. Keuntungan dan Kerugian/Kelemahan Business to Consumer (B2C)

Keuntungan Business to Consumer (B2C) dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu 

berbagai berikut:

1. Keuntungan Business to Consumer (B2C) bagi Perusahaan

a. Dapat mempromosikan produk mereka secara luas.

b. Dapat melayani transaksi selama 24 jam penuh tanpa terganggu waktu libur.

c. Dapat langsung berinteraksi dengan customers tanpa perantara.

d. Dapat meminimalkan cost yang dikeluarkan.

2. Keuntungan Business to Consumer (B2C) bagi Customers

a. Dapat melakukan pembelanjaan dengan mudah.

b. Memiliki banyak pilihan dan waktu utnuk menentukkan yang disukai.

Selain memiliki keuntungan, Business to Consumer (B2C) juga memiliki 

kerugian/kelemahan. Adapun kerugian/kelemahan dari Business to Consumer (B2C) 

adalah sebagai berikut:

1. Produk yang dipesan tidak dapat kita lihat secara langsung dan kita teliti (periksa) lebih 

lanjut.

2. Produk yang kita lihat di website, terkadang tidak sesuai seperti aslinya. Maksudnya

ada perbedaan bentuk, warna, ukuran dan lain sebagainya.

 7.1. Definisi e-Governmnet

Suatu upaya untuk mengembangkan penyalenggaraan kepemerintahan yang 

berbasis elektronik. Suatu penataan system manajemen dan proses kerja di lingkungan 

pemerintah dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi 

dapat menggunakan e-Government.

Menurut Norris D. F. Flercher e-govermnet adalah layanan dan pengiriman 

informasi elektronok yang diberikan oleh pemerintag 24 jam sehari, 7 hari seminggu.

e-Government adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan

informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan

dengan pemerintahan. e-Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif atau

administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan 

publik atau proses kepemerintahan yang demokratis.

Model yang dapat digunakan untuk membuat e-Government dengan e-readiness. 

IBM mendefinisikan e-readiness adalah ukuran kualitas infrastruktur informasi dan 

teknologi komunikasi suatu negara dan kemampuan untuk dapat digunakan oleh para 

konsumen, bisnis dan pemerintah itu sendiri.

Menurut Choucri (2003), e-readiness didefinisikan sebagai kemampuan untuk 

mengejar peluang penciptaan nilai yang difasilitasi dengan menggunakan internet, yaitu:

1. Conectivity yaitu apakah jaringan sudah tersedia secara luas dan dengan harga 

terjangkau.

2. Information securty yaitu apakah jaringan dan tempat penyimpanan data sudah bisa 

dipastikan aman.

3. Human capital yaitu apakah sumberdaya manusianya sudah mampu mengaplikasikan 

e-Government.

7.2. Tahapan e-Government

Ada empat tahapan yang diperlukan pada e-Government, yaitu:

1. Implementasi yaotu memperkenalkan kemunculannya pada masyarakat.

2. Pengembagan yaitu situs pemerintahan bertambah, informasi menjadi semakin 

dinamis.

3. Interakatif yaitu user bisa membayar layanan secara online.

4. Full electronic yaitu e-Government sudah terintegrasi diseluruh sektor pemerintah.

7.3. Prinsip e-Government

Beberapa prinsip yang harus dimiliki dalam e-Government agar dapat dirasakan 

manfaatnya secara maksimal, yaitu:

1. Membantu layanan terhadap masyarakat.

2. Membuat pemerintah dan layanan-layananya lebih mudah untuk diakses oleh 

masyarakat.

3. Memberikan solusi terhadap isu-isu sosial.

4. Menyediakan informasi-informasi yang bermafaat bagi masyarakat.

5. Penggunaan sumber daya pemerintah secara efektif dan efesien.

7.4. Tujuan Implementasi e-Government

1. Meningkatkan mutu layanan publik melalui pemanfaatan teknologi IT dalam proses 

penyelenggaraan pemerintahan.

2. Terbentuknya pemerintah yang bersih, transparan dan mampu menjawab tuntutan 

perubahan secara efektif.

3. Perbaikan organisasi, sistem manajemen dan proses kerja kepemerintahan.

7.5. Sasaran Pembangunan e-Government

1. Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang berkualitas dan 

terjangkau.

2. Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk meningkatkan dan 

memperkuat kemampuan perekonomian menghadapi perubahan dan persaingan 

perdagangan internasional.

3. Pembentukan mekanisme komunikasi antar lembaga pemerintah serta penyediaan 

fasilitas bagi partisipasi masyarakat dalam proses kepemerintahan.

4. Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan dan efisien serta

memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga pemerintah.

7.6. Transformasi Menuju e-Government

Beberapa contoh fungsi kepemerintahan yang penyelenggaraanya dapat dibantu 

melalui sistem elektronik adalah :

1. Pelayanan masyarakat.

2. Kepegawaian.

3. Keuangan.

4. Pengelolaan aset dan sebagainya.

7.7. Kerangka Arsitektur e-Government

Salah satu kunci e-Government adalah pemanfaatan teknologi informasi dan 

komunikasi. Ini artinya bahwa ada unsur-unsur teknologi informasi dan komunikasi seperti 

sistem aplikasi, sistem infrastruktur, jarngan telematika dan lain-lain yang dipakai dalam 

proses penyelenggaraan pemerintahan. Beberapa hal mendasar tentang pemanfaatan

teknologi informasi dan komunikasi ini berkaitan dengan:

1. Penggunaan internet.

2. Penggunaan infrastruktur telematika.

3. Penggunaan sistem aplikasi.

4. Standarisasi metadata.

5. Transaksi dan pertukaran data elektronik.

6. Sistem dokumentasi elektronik

7.8. Jenis-Jenis e-Government

e-Government sendiri terdapat beberapa jenis. adapun Jenis-jenis e-Government di

antaranya sebagai berikut:

1. Government to Citizen (G2C) adalah suatu teknologi informasi yang mempunyai suatu 

tujuan untuk memperbaiki hubungan interaksi antara pemerintah dengan kelompok 

masyarakat dan dapat untuk mempermudah masyarakat dalam mencari berbagai 

informasi tentang pemerintahan. Misal contoh seperti : informasi menganai pajak 

online, layanan jaminan sosial, mencari lowongan pekerjaan, dan sebagainya.

2. Government to Business (G2B) adalah suatu tipe hubungan pemerintah dengan para 

bisnis menegah ataupun bawah. Karena akan sangat dibutuhkan relasi yang sangat 

baik, antara pemerintah dengan kalangan bisnis. Tujuannya utama nya adalah demi 

kemudahan berbisnis masyarakat kalangan pembisnis. Contohnya seperti : informasi 

menganai pajak perseroan, peraturan pemerintah (hukum bisnis), pendaftaran 

perusahaan, peluang


Share:
TRANSLATE
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Translate

viewer

SEARCH

widget translate
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Archive