Selasa, 03 Desember 2024

Published Desember 03, 2024 by

teknologi bank 1



Di tahun 2018, Sony meluncurkan kembali AIBO, robot 
anjing dengan Artificial Intelligence. AIBO yang dalam bahasa 
Jepang berarti ‘teman’, juga merupakan singkatan dari Artificial 
Intelligence Robot. Harganya sekitar USD 3.000. AIBO dapat 
mengenali pemiliknya, serta dapat belajar dari ekspresi wajah 
maupun tindakan pemiliknya mengenai apa yang disukai dan 
yang tidak disukai dari tingkah lakunya. Sesudah beberapa lama, 
AIBO akan mengenal lingkungannya, melakukan hal-hal yang 
disukai oleh pemiliknya, dan tidak melakukan hal-hal yang tidak 
disukai. Ia belajar dari “mata”nya yang berupa kamera di dahinya, 
dan “telinga”nya yang berupa 4 buah mikrofon, “kulit”nya yang 
berupa sensor sentuh, dan juga mengenali tekanan ketika orang 
mengelus rahangnya. Ketika tenaganya hampir habis AIBO akan 
kembali ke dockingnya untuk mengisi baterenya sendiri.
Orang-orang tertarik membeli AIBO karena suatu hal yang 
baru, dan karena fungsinya. Di Jepang AIBO digunakan untuk 
menjadi robot pengawas orangtua yang tinggal sendiri di 
rumahnya. AIBO dilengkapi dengan program yang mengenali 
gerakan tubuh yang jatuh, sehingga apabila sang pemilik jatuh,
AIBO bisa langsung menghubungi petugas yang segera datang 
untuk memberi pertolongan. Demikian pula bila pemiliknya 
memerintahkan AIBO dengan suara untuk meminta pertolongan.  
Tapi apakah pemiliknya memiliki rasa sayang kepada 
AIBO seperti sayang kepada anjing sesungguhnya? Umumnya 
tidak. Mengapa? Karena orang menyadari bahwa AIBO hanya 
sebuah robot, tidak mempunyai emosi yang membuat adanya 
keterlibatan emosi seperti rasa sayang. Selain itu AIBO tidak 
mempunyai kehidupan biologis, sehingga tidak menggugah emosi 
orang karena AIBO tidak dapat mati, yang mungkin adalah 
menjadi tidak berfungsi. 
Selain kemajuan teknologi dalam meniru kecerdasan 
manusia, terobosan dalam teknologi biologi fisik buatan juga 
sangat mengesankan. Di tahun 2012, peneliti pada Harvard 
University dan California Institute of Technology sudah bisa 
menciptakan ubur-ubur buatan yang disebut Medusoid. Medusoid 
diciptakan dengan menanamkan sel jantung tikus ke atas
selembar silikon yang digunting dengan rupa seperti bintang, dan dimasukkan ke dalam tabung yang berisi cairan untuk 
memberikan nutrisi kepada sel jantung tikus tersebut. Sesudah 
diberikan kejutan listrik untuk menyinkronkan denyutan sel 
jantung tikus yang menempel pada silikon tersebut, Medusoid 
dapat bergerak hidup seperti ubur-ubur digerakkan oleh sel hidup 
yang dapat mati sesuai umurnya. Apakah ini sudah dapat disebut 
“kehidupan” buatan? Jika definisi kehidupan adalah suatu saat 
akan mengalami kematian secara biologis, maka ini memenuhi 
kriteria tersebut.
APA YANG DICARI MANUSIA?
Apa artinya kemajuan teknologi yang sedemikian luar 
biasa terhadap manusia dan kemanusiaan? Sebenarnya, apa 
yang dituju oleh manusia dengan seluruh usahanya tersebut?
Sebagai mahluk biologis, manusia dikendalikan oleh 
motivasi universal yang tertanam dalam gen setiap mahluk 
biologis, yaitu keberlangsungan kehidupan gen spesiesnya 
(survival of genes). Ketika manusia purba pertama kali bisa 
berjalan tegak sekitar enam juta tahun yang lalu 
(Australopithecus), mereka tidak banyak berbeda dengan 
binatang lain. Mereka hidup di alam liar dan harus menghadapi 
kegelapan di malam hari. Namun mereka mulai lebih pintar 
daripada binatang lain karena otak mereka bertambah besar dari 
generasi ke generasi. Saat itu diperlukan tiga setengah juta tahun 
evolusi sampai manusia purba Homo habilis dapat mulai 
membuat peralatan sederhana dari batu. Dengan peralatan 
primitifnya, manusia purba sudah menaikkan posisinya menjadi 
predator yang lebih tinggi dibandingkan binatang. Rupanya 
dengan mempunyai obyek karya di luar insting membuat 
rangsangan terhadap perkembangan otak manusia purba, karena 
sejak saat itu volume otak manusia purba berkembang pesat dari
500cc. menjadi hampir dua kali lipat (900cc.) pada satu juta tahun 
kemudian, dan manusia purba Homo erectus mulai bisa 
menguasai api. Dengan api, malam menjadi lebih aman bagi 
manusia purba, karena para predator yang berkeliaran di malam 
hari takut dengan api. Mulai saat itu perkembangan otak spesies 
manusia makin pesat, sehingga mencapai 1.500cc sekitar 
200.000 tahun yang lalu, di mana manusia purba telah 
dikategorikan sebagai Homo sapiens atau manusia modern. 
Homo sapiens awal (neanderthalis) mampu membuat berbagai 
peralatan dari batu, termasuk tombak. Namun baru mulai 60.000 
tahun yang lalu manusia mulai membuat lukisan sederhana di 
batu dan gua. Dan karena kemampuannya melukis yang 
kemudian menjadi menulis, manusia mulai membangun 
pengetahuan di atas pengetahuan yang telah dirintis generasi 
sebelumnya.`
Selaras dengan pertumbuhan volume otak, kemampuan 
berpikir manusia juga meningkat yang bertumpu pada lapisan 
otak yang paling luar yang disebut dengan korteks. Pertumbuhan 
korteks otak inilah pusat dari perkembangan kemampuan berpikir 
manusia. Kemampuan berpikir manusia yang paling dasar adalah 
mengenali dirinya ada, atau yang disebut dengan kesadaran diri 
(consciousness). Kesadaran diri ini tidak dijumpai pada binatang, 
kecuali beberapa jenis kera seperti simpanse dan lumba-lumba 
jenis tertentu, dalam tingkat yang sederhana yaitu mengenali 
dirinya ketika dihadapkan pada cermin. Konsep kesadaran diri ini 
merupakan topik filosofi yang banyak dibahas di abad 
pertengahan, yang salah satunya oleh Descartes dengan 
ungkapannya “Cogito ergo sum” yang artinya “saya berpikir 
karena itu saya ada”. Eksistensi manusia ditentukan oleh 
kemampuan berpikirnya. Bukan hanya dorongan gen secara 
insting untuk terus hidup tanpa menyadari bahwa dirinya itu ada.
Kesadaran lain yang dimiliki manusia yang dikarenakan 
perkembangan otaknya adalah kesadaran akan waktu. Dan ini 
murni hanya milik manusia, tidak ada pada spesies binatang 
lainnya. Binatang punya perencanaan yang tertanam dalam 
gennya. Pada negara empat musim misalnya, di musim gugur kita 
akan melihat ikan-ikan di sungai gemuk-gemuk, karena 
menyimpan lemak untuk digunakan di musim dingin saat mereka 
sulit mencari makan. Juga migrasi burung yang terjadi di musim 
gugur untuk menghindari musim dingin. 
Namun perencanaan ini bukan karena otaknya berpikir, 
tetapi karena insting yang tersimpan dalam gen. Pada musim 
gugur sel-sel tubuh ikan merasakan perubahan suhu yang 
membuat mereka lapar tanpa otaknya mengetahui sebabnya.
Serangga Tonggeret jenis tertentu punya siklus hidup selama 17 
tahun sekali muncul dari dalam tanah, bukan karena otak mereka 
tetapi program dalam gen mereka. 
Pada manusia juga terdapat perencanaan oleh gen, 
namun yang menonjol pada manusia adalah perencanaan oleh 
otaknya. Dalam banyak hal perencanaan oleh otak manusia 
sejalan dengan perencanaan gen, namun makin lama makin 
banyak perencanaan manusia yang tidak lagi sejalan dengan 
perencanaan gen. Keluarga Berencana misalkan, adalah 
perencanaan manusia yang bertentangan dengan rencana gen,
karena sesungguhnya rencana gen adalah berkembang biak 
sebanyak-banyaknya.
Kesadaran akan waktu yang membuat manusia punya 
perencanaan di otak inilah yang membuat manusia juga 
menyadari bahwa dirinya suatu saat akan meninggal. Manusia 
takut sekali akan kematian, padahal kematian adalah rencana 
gen, suatu hal yang terprogram dalam gen yang tujuannya hanya 
satu; melestarikan gen. Jadi dalam rencana gen, jika mahluk 
biologis sudah melaksanakan tugasnya yaitu mewarisi dan 
memperbanyak mahluk biologis yang membawa gennya melalui 
berkembang-biak, kemudian menjaga anak-anaknya untuk 
survive, maka tugas hidup sudah selesai. Tidak ada mahluk lain 
yang takut akan kematian seperti manusia. 
Jika tujuan gen hanya satu yaitu menjaga kehidupan gen 
dengan cara mewariskan gen kepada generasi berikutnya, 
manusia menambah satu tujuan lagi yang berasal dari otak, yaitu 
ingin menjaga kehidupan “diri”nya sendiri selama-lamanya atau 
dengan kata lain ingin mengalahkan kematian, walaupun ini 
sesungguhnya tidak selaras dengan tujuan gen. Bahkan otak 
manusia secara sadar menyadari bahwa apa yang diinginkannya 
adalah tidak selaras dengan keinginan gen, namun manusia memilih mengalahkan gen daripada mengikuti program gen. 
Kesadaran akan waktu dan keinginan mengalahkan kematian ini 
baru muncul kira-kira 10.000 tahun yang lalu, dan yang pertama 
kali ada di dunia sejak pertama kali kehidupan biologis muncul di 
dunia 4,1 milyar tahun yang lalu. 
Kita tahu bahwa seluruh penguasa di dunia, termasuk para 
kaisar di China, selalu mencari ramuan dan cara hidup yang bisa 
mengalahkan kematian, paling sedikit untuk memperpanjang 
kehidupan. Walau tidak henti berusaha, manusia menyadari, 
bahwa mengalahkan kematian belum pernah berhasil, oleh 
karenanya mereka juga berusaha untuk mempersiapkan 
kehidupan sesudah kematian biologis. Banyak sekali artefak, 
norma kehidupan, maupun upacara yang masih ada sampai 
sekarang yang dibuat dengan tujuan tersebut. Salah satunya 
adalah Piramid di Mesir, yang dipersiapkan oleh para Firaun untuk 
menghadapi kehidupan sesudah kematian, lengkap dengan 
prosedur mumifikasi jenazah.
Dengan kesadarannya akan waktu, manusia tahu 
hidupnya terbatas, oleh karena itu mereka ingin kehidupannya 
dapat menyenangkan. Keinginan kenyamanan untuk kehidupan 
biologis fisiknya juga seringkali tidak selaras dengan program gen. 
Kita lihat misalnya, betapa manusia ingin menikmati makanan 
senikmat dan sebanyak mungkin membuat prevalensi obesitas di 
seluruh dunia meningkat. Di dalam program gen, makan hanya 
untuk melangsungkan kehidupan untuk melaksanakan tugas
utama kehidupan, yaitu mewariskan gen sebanyak-banyaknya. 
Karena itu pada binatang lain tidak ditemukan obesitas.
Selain itu, manusia juga berusaha mengalahkan alam, 
karena dengan mengalahkan alam, mereka berada dalam 
perjalanan mengalahkan kematian, sekaligus bisa menikmati 
kehidupan. Organ yang menimbulkan niat ini adalah otak manusia, sekaligus otak manusia sebagai kendaraan untuk 
mencapainya, dengan berbekal bensin ilmu pengetahuan 
(knowledge/science).
Menyadari bahwa untuk mengalahkan alam dan kematian 
memerlukan kemampuan berpikir yang jauh dibandingkan yang 
dimiliki manusia saat ini, manusia tidak bisa berharap kemampuan 
tersebut diperoleh dari evolusi penambahan volume otak yang 
secara rata-rata hanya 400-500cc per sejuta tahun, atau 
memerlukan tiga juta tahun lagi untuk bisa memiliki volume otak 
dua kali lipat dari yang dimiliki manusia sekarang. Oleh karena itu, 
manusia ingin menambah kemampuan otak secara non-biologis, 
yaitu melalui mesin, yang dinamakan Artificial Intelligence. 
Inilah hal penting dalam masa kini yaitu masa 
Transformasi Digital yang tidak pernah terjadi sebelumnya, yaitu 
manusia berusaha mengakali evolusi spesiesnya sendiri. 
Kemajuan Artificial Intelligence sekarang memungkinkan manusia 
untuk meningkatkan kapasitas otak manusia dengan tanpa batas, 
tanpa harus menunggu evolusi.
Kekuatan ilmu pengetahuan yang digabungkan dengan 
kesadaran akan waktu pada manusia telah lama dieksplorasi oleh 
para filsuf, dan seringkali muncul dalam kisah yang sarat dengan 
makna filosofi. Salah satunya adalah kisah Mahabharata. Dalam 
salah satu babnya dikisahkan mengenai riwayat Pandawa Lima. 
Ayah dari Pandawa Lima ini adalah Pandu yang mempunyai dua 
istri, yaitu Kunti dan Madri. Dalam Mahabharata diceritakan 
bahwa Pandu tidak bisa mempunyai anak akibat dikutuk oleh 
seorang resi (pandita dalam agama Hindu). Kutukan itu terjadi 
setelah Pandu memanah resi tersebut tanpa sengaja, sebab pada 
saat itu sang resi dengan istrinya sedang berubah wujud menjadi 
kijang. Namun dengan cara memohon kepada dewa, kedua istri 
Pandu dapat mengandung tanpa harus disetubuhi oleh Pandu. 
Kunti kemudian melahirkan tiga orang anak yaitu Yudistira, Bima, 
dan Arjuna. Sedangkan Madri melahirkan dua anak kembar, yaitu 
Nakula dan Sadewa. 
Semasa Pandawa masih anak-anak, Pandu, ayah mereka 
mengajak ibu mereka Kunti dan Madri tinggal di hutan. Pandu 
mengajari anak-anaknya agar nanti mereka menjadi orang-orang 
yang terhormat. Suatu kali Pandu memangku Sadewa, anaknya 
terkecil di pahanya dan berkata, bahwa Sadewa harus “makan” 
otak ayahandanya, agar dia dapat mengetahui segala sesuatu 
tentang dunia. Sadewa memandang mata ayahnya dengan serius 
dan berjanji akan “melahap” otak ayahnya.
Suatu saat, Pandu tewas karena kutukan yang ditimpa 
kepadanya. Madri menyusul suaminya dengan cara membakar 
diri. Jasad Pandu dibaringkan di atas tumpukan kayu yang 
dinyalakan. Sadewa merasa sedih melihat ayah dan ibunya dalam api pembakaran, akan tetapi dia tetap teringat pesan 
ayahandanya agar dia “makan” otak ayahandanya. Ketika 
Sadewa melihat kepala Pandu meletup karena terbakar dan 
memuntahkan otaknya, Sadewa nekat masuk ke dalam api dan 
mengambil otak ayahandanya tersebut dan lari ke hutan untuk 
memakan otak tersebut. 
Dikisahkan bahwa pada gigitan pertama Sadewa 
membuatnya mengetahui semua yang TELAH terjadi di seluruh 
dunia. Gigitan kedua membuat Sadewa mengetahui apa yang 
SEDANG terjadi di seluruh dunia. Gigitan ketiga membuat 
Sadewa mengetahui apa yang AKAN terjadi pada masa depan. 
Mengetahui hal tersebut, dewa-dewi di Kahyangan gempar dan 
mengutus Dewa Krishna untuk segera menyusul Sadewa. Para 
dewa-dewi tahu bahwa apa yang diketahui Sadewa, yaitu 
mengetahui semua tentang masa lalu, masa sekarang, dan masa 
mendatang merupakan kekuatan luar biasa yang bisa membuat 
dunia kacau. Namun karena Sadewa telah memperoleh kekuatan 
tersebut, Khrisna meminta kepada Sadewa agar tidak akan 
mengungkapkan apa yang ia ketahui kepada orang lain, dengan 
imbalan janji Krhisna akan melindungi setiap Pandawa Lima 
dengan nyawanya.
Apabila kita melihat kemampuan teknologi digital yang kita 
miliki saat ini, manusia telah dapat mengetahui semua yang 
TELAH terjadi di masa lalu. Search engine seperti Google dan 
Baidu bisa mencari informasi masa lalu dengan sangat lengkap. 
Pengembangan IoT yang sedang berlangsung dengan teknologi 
5G memungkinkan manusia untuk mengetahui semua yang 
SEDANG terjadi di seluruh dunia. Dan kemampuan Big Data 
Analytics serta Machine Learning memungkinkan manusia 
mengetahui MASA DEPAN dengan ketepatan yang terus 
meningkat dan jangka waktu jelajah masa depan yang makin jauh. 
Dan sesuai dengan kekuatiran Dewa Khrisna, hal ini bisa 
menjadikan kehidupan manusia kacau. Jika kita bisa mengetahui 
masa depan, maka kita pasti akan berusaha mempengaruhi atau 
mengatur masa depan. Tentunya kita akan berusaha 
mendapatkan masa depan yang sesempurna mungkin, dan 
mengejar kesempurnaan akan merupakan suatu usaha yang tidak 
pernah tercapai. Selain itu, manusia yang bisa menguasai 
kecanggihan teknologi tersebut akan sangat berkuasa terhadap 
kelompok manusia yang tertinggal. Bukan saja keunggulan dalam 
ekonomi, manusia yang menguasai teknologi juga bisa memiliki 
anak-anak yang unggul karena dirancang sebelum dilahirkan.
Di bulan November tahun 2018, kelahiran dua orang bayi 
kembar perempuan di China menimbulkan kegemparan di seluruh 
dunia. He Jiankui, ilmuwan dari China, mengaku telah melakukan 
gene-editing menggunakan teknik CRISPR (Clustered Regularly 
Interspaced Short Palindromic Repeats) kepada kedua bayi 
kembar tersebut. Alasan ia melakukan hal tersebut adalah untuk 
mencegah kedua bayi kembar tersebut mewarisi virus HIV dari
orangtuanya. He Jiankui memotong gen CCR5 yang dalam tubuh 
manusia memproduksi protein yang diperlukan oleh virus HIV 
untuk masuk ke dalam sel. Dengan demikian, kedua bayi 
perempuan tersebut merupakan bayi pertama yang lahir dengan 
modifikasi gen. Apa yang membuat seluruh dunia gempar? Tidak 
lain adalah bahwa dengan melakukan modifikasi gen manusia 
tersebut, He Jiankui telah ikut serta dalam proses “merancang” 
manusia, suatu tindakan yang walaupun secara kemampuan telah 
dapat dilakukan oleh banyak ilmuwan, namun masih belum 
mendapat persetujuan dari komite etik ilmuwan dunia. Hal ini 
disebabkan sekali hal ini dimulai, maka tidak akan ada ujungnya. 
Jika para bayi “Nana” (nama dari ibu bayi kembar tersebut) boleh 
dirancang sehingga tidak terinfeksi virus HIV, kenapa tidak boleh 
dirancang sehingga tidak terinfeksi virus lainnya, bahkan segala 
macam kuman lainnya. Jika itu boleh, kenapa tidak dirancang 
agar menjadi manusia yang berintelegensi tinggi, fisik yang lebih 
cantik atau tampan, dan segala macam permintaan orangtua 
untuk dapat memperoleh anak sesempurna mungkin. Dan karena 
gen tersebut diedit pada saat embrio, maka gen tersebut akan 
terus diwariskan pada keturunannya. Siapakah manusia yang 
diperkenankan untuk merancang manusia lain? Sampai saat ini, 
manusia masih membatasi bahwa hak untuk merancang manusia 
lain adalah bukan pada manusia, tetapi pada proses alami, atau 
pada Tuhan.
Di sisi lain, tentunya proses tersebut memerlukan biaya, 
maka siapakah para orang tua yang dapat meminta anaknya 
dirancang? Makin kaya seseorang, makin mampu ia meminta 
agar anaknya sesempurna mungkin, yang pada gilirannya 
menjadi anak yang super yang berpotensi makin superior 
dibandingkan manusia lain. Apakah ini secara etik dapat diterima? 
Karena jika masyarakat yang tidak mampu mempunyai anak-anak
yang inferior secara genetik dibandingkan anak-anak orang kaya, 
apa yang akan terjadi dengan masa depan mereka apalagi 
sesudah beberapa generasi.
Jika ini adalah masalah yang dihadapi secara biologis, 
masalah yang sama juga dihadapi secara non-biologis. Jika 
behavioral analytics dengan artificial intelligence dapat 
memprediksi dengan tepat reaksi pasar beberapa hari ke depan, 
tentunya mereka pada posisi yang lebih baik untuk bisa 
mengambil keuntungan dari transaksi saham di bursa misalkan. 
Lalu siapa yang bisa mampu membiayai mesin dengan artificial 
intelligence? Karena itu, masyarakat mencemaskan kemajuan 
teknologi ini akan makin memusatkan kekuatan yang berdasarkan 
ilmu pengetahuan ke dalam tangan segelintir manusia yang terus 
akan makin berkuasa.
Jika kemajuan teknologi ini tidak terkendali, di masa
mendatang dapat tercipta suatu sub-spesies manusia baru yang 
secara fisik, intelegensia, dan kemampuan yang jauh lebih unggul 
dibandingkan dengan mayoritas manusia lainnya.
Tidak terkendali? Siapa yang bisa mengendalikan? Tidak 
ada. Manusia hanya bisa menunda sesaat, namun tidak bisa 
mencegah sekelompok manusia melanggar konsensus etika, dan 
melakukannya diam-diam. Yakinlah bahwa ilmuwan seperti He 
Jiankui tidak sendiri, pasti ada ilmuwan lain yang juga telah 
melakukannya namun tidak mengumumkannya seperti He. Bukan 
saja di bidang CRISPR tapi juga di bidang lain misalkan kloning 
manusia.
Benarkah mesin bisa lebih pandai dibandingkan otak 
manusia? Otak manusia merupakan mahakarya alam yang 
berproses selama 4,1 milyar tahun sejak dimulainya kehidupan di 
dunia. Otak manusia merupakan suatu organ yang kompleks yang 
terdiri dari sekitar 100 milyar sel neuron sebagai prosesornya dan 1 trilyun sel glia sebagai penghubung. Proses pengolahan 
informasi di otak merupakan proses biologi kompleks berdasarkan 
proses kimia-fisika yang menghasilkan impuls listrik dan 
sebaliknya. Sedemikian banyaknya proses yang berjalan 
bersamaan dalam otak ketika suatu proses berpikir terjadi. Namun 
manusia saat ini sudah dapat memisahkan menguraikan proses 
berpikir (proses logika) dengan proses kimia-fisika-biologi yang 
terjadi di dalam otak yang digunakan untuk proses berpikir 
tersebut. Manusia sudah bisa memindahkan proses berpikir ke 
mesin, yang murni bekerja secara fisika, yang bisa lebih cepat 
dengan stabilitas yang lebih tinggi dibandingkan proses kimia￾biologi. Dengan demikian satu per satu kemampuan korteks otak 
manusia dapat ditiru dan diungguli.
Dalam kemampuan komputasi numerik, sudah puluhan 
tahun kemampuan berhitung manusia dikalahkan oleh mesin. 
Diawali dengan mengalahkan kemampuan berhitung dengan 
formula yang baku, mesin saat ini sudah mengalahkan hampir 
semua kemampuan logika numerik manusia, bahkan dengan 
probabilitas yang sangat kompleks seperti permainan Catur atau 
permainan Go.
Di tahun 1997, juara dunia Catur, Anatoli Karpov, 
dikalahkan oleh mesin Deep Blue yang dibuat oleh IBM. 
Sedangkan pada permainan Go yang jauh lebih kompleks 
dibandingkan dengan Catur, mesin AlphaGo yang dibuat oleh 
Google bisa mengalahkan juara dunia permainan Go di tahun 
2016 dan 2017. Menariknya, mesin AlphaGo diprogram untuk 
belajar sendiri meningkatkan daya pikirnya dengan cara berlatih 
bermain melawan diri sendiri. Inilah yang disebut dengan Machine 
Learning. Dengan metode Machine Learning, mesin bisa belajar 
secara independen dari manusia, sehingga tidak dibatasi oleh 
kemampuan sang manusia sebagai ‘guru’ atau ‘master’nya.  Di bidang kemampuan verbal dan abstraksi yang lebih 
kompleks, mesin membuktikan dirinya mengalahkan juara dunia 
permainan Jeopardy!
Jeopardy! adalah pertandingan pengetahuan umum yang 
terdiri dari antara lain sejarah, sastra, budaya, dan lainnya. 
Kemampuan verbal lebih kompleks dibandingkan dengan 
kemampuan numerik karena mencakup pengertian yang bersifat 
kualitatif dan kontekstual, bukan hanya kuantitatif. Di tahun 2011, 
dua orang juara Jeopardy! dikalahkan oleh mesin IBM Watson 
yang dibuat oleh IBM. Ini menunjukkan bahwa mesin sudah dapat 
mengalahkan manusia dalam menguasai pengetahuan masa lalu.
Saat ini IBM sedang bekerja pada Project Debater di mana 
mesin IBM Watson diadu berdebat dengan juara dunia debat. Dari 
pengalaman didapatkan bahwa IBM Watson dapat lebih unggul 
dalam memberikan data dan fakta yang mendukung argumennya, 
namun masih kalah dengan juara dunia debat dalam mengatur 
kata-kata yang menarik dukungan (aspek emosi) dari penonton.
Kemampuan berpikir mesin yang luar biasa dan bisa 
mengimbangi bahkan mengalahkan kemampuan otak manusia 
saat ini adalah kemampuan melakukan proses. Suatu proses 
memerlukan input. Pada manusia, input itu didapat dari organ 
sensoriknya, yaitu mata, telinga, hidung, lidah, kulit, dan otot￾sendi. Dengan organ sensoriknya, manusia bisa mengenali 
perubahan lingkungan, lalu otaknya memproses dan 
menginterpretasi data lingkungan yang masuk, kemudian 
melakukan respons dengan tindakan yang diperlukan. Apakah 
mesin bisa menyamai manusia dalam hal ini? Dalam Project 
Debater, IBM Watson kalah dalam memenangkan dukungan dari 
penonton karena ia tidak dilengkapi dengan sensor yang 
mendeteksi dan menginterpretasikan ekspresi wajah, tubuh dan 
suara penonton. Sedangkan manusia yang dilawannya, selain berdebat dengan IBM Watson pasti juga melakukan deteksi 
respons penonton melalui mata dan telinganya. Jika IBM Watson 
menambah faktor deteksi ekspresi penonton yang kemudian 
diolah dengan algoritma, sangat mungkin ia yang akan menang 
dalam debat. Mesin tidak punya emosi, namun emosi dapat 
menjadi obyek yang diurai (antara lain melalui ekspresi) dan 
dinterpretasi, untuk kemudian dilakukan penyesuaian pemilihan 
kata-kata dalam berdebat untuk memenangkan emosi dari para 
penonton. Terdengar mustahil?
Mesin dapat diperlengkapi dengan multisensor. Salah satu 
contohnya adalah mobil otonom (autonomous car) yang 
dikembangkan oleh Google, Tesla, dan Uber. Mobil otonom yang 
mereka kembangkan menanamkan teknologi sensor cahaya, 
posisi, gerak, radar, dan laser, yang langsung diolah oleh 
komputer untuk menentukan gerakan mobil tersebut. Diperlukan 
kecepatan pengolahan data yang diperoleh dari sensor 
sedemikian kompeksnya dan kemudian melakukan keputusan 
gerakan apa yang harus diambil, secara terus menerus. Apa yang 
bisa dilakukan oleh manusia sebagai pengemudi, harus bisa 
dilakukan oleh mesin dengan lebih baik, begitu tujuannya.
Sesungguhnya ide dan riset mengenai mobil otonom 
sedah ada sejak tahun 1920-an di Amerika dan Eropa. Namun 
mobil otonom yang dikembangkan sebelumnya belum pernah 
mencapai level paling tinggi yang dicapai sekarang yaitu mobil 
yang sama sekali tanpa orang di belakang kemudi. Di bulan 
Oktober 2018, Waymo, yaitu anak perusahaan Google yang 
bergerak dalam pengembangan mobil otonom, memperoleh ijin
untuk mengoperasikan mobil otonom tanpa orang di belakang 
kemudi di jalan sesungguhnya dalam area terbatas di California. 
Umumnya yang menjadi pertimbangan utama dalam 
pengoperasian mobil otonom ini adalah keamanannya dibandingkan dengan mobil yang dikemudikan oleh manusia. 
Sampai saat ini data mencatat kecelakaan yang dialami mobil 
otonom masih lebih tinggi dibandingkan mobil yang dikemudikan 
manusia. Namun kita tahu, untuk mesin meningkatkan 
kemampuannya menjadi lebih waspada daripada manusia, hanya 
soal waktu. Perkembangan teknologi 5G akan juga memberikan 
dorongan percepatan hal ini terjadi.
Di masa depan mobil tanpa sopir akan lebih aman 
dibandingkan mobil yang dikemudikan oleh manusia, sehingga 
mungkin justru manusia tidak lagi bisa memperoleh Surat Ijin 
Mengemudi.
Sensor pada mesin tidak harus terletak pada suatu benda 
yang berbentuk mobil atau robot. Sesungguhnya, sensor bisa 
terletak tersebar di berbagai penjuru dan data yang diperolehnya 
kemudian diolah, juga tidak harus oleh hanya satu pusat 
pengolahan. Inilah bedanya mesin dengan manusia. Sensor pada 
manusia melekat pada tubuh, dan datanya dikirim kepada 
kemudian diolah oleh satu otak. Oleh karenanya, mesin bisa jauh 
melampaui kemampuan manusia karena kapasitas 
multiplikasinya tidak terbatas.
Amazon meluncurkan toko Amazon Go sejak Desember 
2016 di Seattle, dan pada saat in telah mempunyai belasan toko 
serupa di beberapa kota di Amerika Serikat. Amazon Go memiliki 
sensor di seluruh bagian tokonya, sehingga pelanggan yang 
belanja di sana tidak perlu menjumpai seorang kasir untuk 
membayar, bahkan tidak perlu mendaftarkan sendiri barang 
belanjaannya (self-checkout) seperti di Wal-Mart atau Target, 
karena sensor di Amazon Go sudah mendeteksi apa saja barang 
yang dibawa pelanggan ke pintu keluar, jumlahnya berapa, dan 
total harganya berapa. Semua data tersebut dikirimkan ke 
smartphone pelanggan, dan pelanggan tinggal memberi 
persetujuan membayar. Amazon menerapkan machine learning

dalam programnya, sehingga tidak saja ia dapat mendeteksi apa 

saja barang belanjaan yang dibeli pada akhirnya, namun juga 

proses mereka mengambil keputusan membeli, misalkan apakah 

mereka membandingkan dengan barang lain, memilih ukuran, 

dan sebagainya, yang diolah menjadi masukan untuk lebih 

mengerti jalan berpikir dan perilaku pelanggan.

Karena kesadaran akan waktu yang dimiliki oleh manusia, 

yang tidak dimiliki oleh mahluk lainnya, manusia mempunyai 

keinginan yang kuat untuk mengetahui masa depan. Tujuannya 

adalah agar dapat mempengaruhi masa depan sesuai dengan 

keinginannya, ataupun sedikitnya mempersiapkan diri 

menghadapi hal yang akan dialaminya di masa depan. Di seluruh 

dunia, para peramal yang dipercaya sakti bisa menangguk 

kekayaan dari orang-orang yang minta diramal tentang masa 

depannya. Memang kemampuan mengetahui masa depan 

merupakan suatu kemampuan yang bila dikuasai bisa 

memberikan manusia kekuasaan yang luar biasa, khususnya 

apabila apa yang diketahuinya tentang masa depan tidak 

diketahui oleh orang lain. Seperti halnya kemampuan Sadewa 

dalam cerita Mahabharata.

Saat ini kemampuan mesin terus dikembangkan untuk 

bisa memprediksi masa depan dengan akurat. Data yang 

diperoleh dari masa lalu, digabungkan dengan data saat ini yang 

terus didapat dari monitor atau sensor, diolah dengan algoritma 

yang dikembangkan oleh mesin sendiri melalui machine learning

dan deep learning, dapat menghasilkan prediksi yang melampaui 

prediksi manusia ahli. Salah satu contoh adalah di Januari 2018, 

Stanford mengumumkan bahwa mesin yang dikembangkannya 

dapat memprediksi kematian. Mesin mereka dapat memantau 

perkembangan pasien yang dirawat di ICU rumah sakit, dan dapat
memprediksi bahwa pasien tersebut akan meninggal dalam 

jangka waktu 6 jam, dengan ketepatan 90%. Mengingat 

kemampuan mesin yang terus meningkat sesuai dengan deret 

eksponensial, maka suatu keniscayaan bahwa ketepatan prediksi 

tersebut akan terus meningkat, dan dengan kemungkinan situasi 

yang lebih luas, termasuk pada pasien yang tidak dirawat, namun 

terpantau dengan sensor IoT.

Salah satu konsep yang dikembangkan dalam kemajuan 

teknologi digital adalah konsep “Digital Twin”, yaitu membuat 

kembaran virtual dari diri manusia, maupun barang apapun 

misalkan motor atau mobil, di dalam sistem, dengan cara 

memasukkan data-data sebanyak mungkin dengan waktu data 

diperoleh agar dapat dilakukan suatu simulasi atas data tersebut 

untuk memprediksi masa depan yang akan dihadapi obyek 

sesungguhnya.

Contoh penerapan digital twin: Pak Bambang (pasien 

ilustrasi) berumur 51 tahun, menderita fibrilasi atrial jantung. 

Denyut jantungnya tidak teratur dan bisa berdenyut dengan 

sangat cepat di atas 150 denyut per menit. Gangguan ini sangat 

berisiko fatal. Setiap saat Pak Bambang bisa pingsan, mengalami 

serangan jantung, atau stroke. Pak Bambang kemudian 

berkonsultasi dengan dokter ahli jantung (kardiologis). Sang 

dokter melakukan pemeriksaan lengkap termasuk pemeriksaan 

darah, EKG, Ekokardiografi, dan lainnya, secara serial atau 

beberapa kali dalam rentang waktu tertentu. Semua data tersebut 

digabung dengan data umur, berat badan, tekanan darah, 

pemeriksaan fisik, riwayat, dan lainnya kemudian dimasukkan ke 

dalam sistem, membangun gambaran seorang ‘pasien’ yang 

menjadi ‘digital twin’ dari Pak Bambang. Digital twin Pak Bambang 

terhubung dengan cloud yang memiliki data dari sejumlah besar 

digital twin pasien dari seluruh dunia, termasuk pasien dengan fibrilasi atrial. Dengan membandingkan digital twin Pak Bambang 

dengan data digital twin pasien-pasien lain di cloud, sang dokter 

bisa mendapatkan pilihan prosedur pengobatan apa yang terbaik 

dalam kasus Pak Bambang berdasarkan analisis kumpulan data 

digital twin para pasien yang sudah pernah menjalani prosedur 

pengobatan sebelumnya. Demikian pula sang dokter bisa 

melakukan prediksi apakah sesudah prosedur pengobatan Pak 

Bambang akan mengalami kekambuhan, dan apabila ya, kapan 

kemungkinan besar itu akan terjadi.

Tanpa melakukan prosedur komparasi digital twin dalam

cloud, kemampuan memilih prosedur pengobatan dari dokter 

yang mengobati Pak Bambang hanya berdasarkan data 

pengalaman sang dokter yang pasti jauh lebih sedikit, dan 

berdasarkan kepustakaan yang dibacanya yang juga pasti 

terbatas.

Konsep digital twin ini sudah diterapkan dalam platform

konsultasi kesehatan digital Babylon (www.babylonhealth.com), 

yang mana seseorang dapat bertanya tentang gejala penyakitnya 

kepada mesin dengan artificial intelligence dengan kemampuan 

yang setara dengan dokter.

Jika contoh ilustrasi di atas terjadi di dunia kedokteran, hal 

yang sama bisa diterapkan di bidang lain. Contohnya, bank bisa 

membuat digital twin dari para nasabahnya berdasarkan data 

yang dimilikinya, termasuk data demografi, riwayat transaksi, 

riwayat penerimaan, pinjaman, dan lain sebagainya, sehingga 

bank tersebut dapat menilai layanan atau penawaran apa yang 

paling cocok untuk sang nasabah, baik untuk saat ini maupun saat 

mendatang.

Demikian pula apabila konsep digital twin diterapkan pada 

produk. Misalkan ketika perusahaan Honda mengirimkan sebuah 

sepeda motor baru kepada seorang pembelinya, data awal
spesifikasi sepeda motor tersebut bisa dimasukkan ke dalam 

sistem. Selanjutnya arus data dari sepeda motor tersebut bisa 

diperoleh dari peralatan IoT (internet of things) yang ditanamkan 

dalam sepeda motor tersebut, sehingga didapatkanlah suatu 

serial data. Dari serial data sepeda motor tersebut dengan 

membandingkannya dengan kompilasi data sepeda motor sejenis 

yang pernah dijualnya, maka bisa diperoleh prediksi kapan 

sepeda motor tersebut memerlukan pergantian suku cadang 

tertentu, sehingga sang pembeli bisa diinformasikan untuk 

melakukannya sebelum sepeda motornya mogok.

MENDEKATI HIDUP ABADI DI TAHUN 2045

Sejauh manakah mesin dengan kecerdasan buatan 

(artificial intelligence) bisa mengalahkan kemampuan otak 

manusia dan berapa lama lagi hal tersebut terjadi? 

Ray Kurtzweil, seorang futurist tersohor di Amerika Serikat 

yang telah memperoleh berbagai penghargaan atas karyanya, 

memprediksi bahwa di tahun 2029 mesin akan lulus dari Turing 

Test, yang berarti orang sudah tidak bisa membedakan hasil dari 

pemikiran mesin dengan pemikiran orang (saat ini mesin masih 

belum mampu menyerupai hasil pemikiran manusia yang 

mengandung unsur emosi). Ray juga mengatakan bahwa di tahun 

2045 akan terjadi masa Singularity, yaitu masa di mana 

kemampuan inteligensia mesin sudah melampaui kemampuan 

intelegensia manusia di segala bidang.

Apa itu artinya bagi manusia? Artinya manusia mempunyai 

kesempatan yang lebih besar dan lebih cepat untuk mencapai apa 

yang selama puluhan ribu tahun dikejarnya, yaitu mengalahkan 

kematian.
Tentunya di sisi lain adalah manusia harus mencari 

pekerjaan yang bisa dilakukannya dengan lebih baik 

dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh mesin. Dulu ketika 

revolusi industri pertama sampai revolusi industri ketiga terjadi, 

manusia makin bergeser menuju kemampuan otak dibandingkan 

kemampuan fisik yang telah makin lama makin dikalahkan oleh 

mesin sejak revolusi industri pertama. Namun sejak revolusi 

industri keempat yang merupakan bagian dari transformasi digital 

ini, manusia secara bertahap makin terkalahkan oleh mesin dalam 

segi kemampuan otak. Manusia harus menemukan kemampuan 

apa lagi yang harus dikembangkan manusia yang belum 

dikalahkan oleh mesin. Manusia adalah mahluk dengan 

kemampuan adaptasi yang sangat tinggi, karenanya pada 

saatnya manusia pasti akan bisa beradaptasi dengan situasi yang 

berkembang.

Saat ini kemajuan kemampuan mesin dengan kecepatan 

yang eksponensial membuat banyak sekali penemuan-penemuan 

baru di berbagai bidang. Antara lain manusia telah mampu 

membuat pemetaan gen manusia, membuat klon mamalia bahkan 

klon monyet, mengedit gen dengan CRISPR, membuat foto 

blackhole yang jaraknya 55 juta tahun cahaya, dan sebagainya. 

Dan penemuan-penemuan ini baru menggunakan kemampuan 

mesin yang dikendalikan oleh pemikiran manusia. 

Tahap berikutnya yang akan kita hadapi adalah mesin bisa 

belajar sendiri dari data-data yang diperolehnya, membuat pola 

algoritma sendiri yang terus ia perbaiki, sehingga mesin seakan 

mempunyai logikanya sendiri yang tidak mampu dijelaskan 

kepada manusia namun lebih tepat dibandingkan logika manusia. 

Dengan kemampuan mesin seperti itu, manusia bisa berharap 

mendapatkan apa yang dikejarnya selama puluhan juta tahun 

yaitu mengalahkan kematian dan hidup selamanya dapat segera
dicapai dalam abad ini. Ada dua jenis konsep kehidupan abadi 

yang ada saat ini. Yang pertama adalah projek kehidupan abadi 

secara fisik. Calico Project yang didanai oleh Google bekerja pada 

projek jenis ini. Yang kedua adalah konsep kehidupan abadi 

secara virtual, yang dikemukakan antara lain oleh Ray Kurtzweil. 

Calico Project bekerja untuk mengatasi penyakit-penyakit 

yang secara signifikan mempengaruhi angka harapan hidup, serta 

riset pada proses anti penuaan. Namun seperti yang kita ketahui, 

makin tua seorang manusia, tentunya akan makin mahal biaya 

mempertahankan hidupnya. Oleh karenanya, memperpanjang 

hidup atau menuju kehidupan abadi secara fisik akan memerlukan 

biaya yang sangat tinggi.

Sedangkan konsep kehidupan abadi secara virtual yang 

dikembangkan oleh antara lain Ray Kurtzweil lebih kepada 

kehidupan abadi non-fisik. Konsep ini memandang bahwa 

sesungguhnya eksistensi manusia adalah pada pikirannya. 

Coba kita bayangkan, jika seseorang kecelakaan, dan 

kehilangan anggota tubuhnya, sampai di mana kita masih bisa 

mengatakan orang tersebut masih ‘ada’ atau hidup?

Mari kita mengambil suatu cerita perumpamaan sebagai 

berikut; Jika Stephen Hawkings, yang kita tahu terkena penyakit 

ALS (amyotrophic lateral syndrome) yang membuat seluruh 

bagian tubuhnya lumpuh, namun otaknya masih dapat bekerja 

dengan baik, ditransplantasikan otaknya kepada tubuh muda 

seseorang –misalkan bernama Johny- yang kehilangan fungsi 

otaknya oleh karena sesuatu. Ketika tubuh Johny dengan otak 

Stephen Hawkings itu Anda jumpai, apakah Anda berjumpa 

dengan Johny atau Stephen Hawkings? Menurut Anda, siapa istri 

sesungguhnya dari tubuh Johny dengan otak Stephen Hawkings 

tersebut; istri dari Johny atau istri dari Stephen Hawkings?
Kebanyakan orang akan menjawab bahwa tubuh Johny 

dengan otak Stephen Hawkings tersebut adalah Stephen 

Hawkings yang hidup dengan tubuh baru dibandingkan dengan 

adalah Johny yang hidup dengan otak baru. Hal ini dikarenakan 

konsep ‘hidup’ seseorang lebih pada kepribadiannya yang 

terungkap dari sifat dan cara berpikirnya, yang sesungguhnya 

merupakan fungsi dari korteks otak.

Bagaimana jika otak Stephen Hawkings di dalam tubuh 

Johny tersebut kemudian secara perlahan digantikan dengan 

computer chips yang bisa memberikan fungsi dan respons serta

kepribadian dan sifat yang sama dengan otak biologis? Apakah ia 

tetap Stephen Hawkings atau bukan?

Dengan perkembangan teknologi saat ini yang telah 

memasuki fase artificial neural networks, menciptakan ‘digital twin’ 

bukan hanya untuk aspek fisik, namun juga pikiran, bukanlah 

suatu hal yang mustahil. Suatu hari di masa depan, manusia 

dapat membuat ‘mirror’ atau cermin dari seluruh pemikirannya ke 

dalam artificial neural network yang akan mampu menjadi media 

pengganti otak biologis. Ketika fisik tubuh orang tersebut 

kemudian mati secara biologis, pemikiran, kepribadian, sifat orang 

tersebut akan terus hidup dan dapat terus belajar dan berinteraksi 

dengan orang atau ‘virtual life’ lainnya. Ray Kurtzweil memprediksi 

bahwa hal ini dapat dilakukan pada tahun 2045. Seperti juga 

teknologi lainnya, hal ini juga bisa terjadi lebih cepat daripada 

perkiraan, khususnya apabila kita melihat perkembangan 

komputer kuantum yang makin mendekati implementasi. 

Jika hal ini dikombinasikan dengan teknologi klon 

manusia, manusia dapat mengembangkan klon fisik dirinya 

secara biologis, yang kemudian menampung ‘virtual life’nya 

kembali ke otak biologisnya. Hal ini mirip dengan permisalan kita 

membeli 2 buah laptop yang persis sama, kemudian kita gunakan
1 dari 2 buah laptop tersebut untuk bekerja, dan 1 lainnya kita 

simpan. Suatu saat ketika laptop yang kita pakai telah banyak 

cacatnya karena terbentur dan sebagainya, kita membuat mirror 

dari isi hard disknya ke hard disk eksternal, kemudian kita 

pindahkan isi dari hard disk eksternal tersebut ke dalam hard disk

laptop yang kita simpan dan belum dipakai.

KOMPUTER KUANTUM AKAN MEMPERCEPAT REVOLUSI 

DIGITAL

Semua kemajuan digital yang sedemikian dahsyat yang 

sampai saat ini kita alami, berbasiskan pada sistem digital yang 

telah berkembang lebih dari 100 tahun dengan prinsip yang sama, 

yaitu penghitungan binari berbasis 0 atau 1. Saat ini sedang 

dikembangkan sistem komputasi yang berbasis kuantum yang 

tentu memerlukan prosesor berbasis konsep fisika kuantum, di 

mana dalam satu saat proses dapat mempunyai pilihan yang 

banyaknya tergantung jumlah qubits yang diintegrasikan. 

Pada bulan Januari 2019, IBM mengumumkan telah 

berhasil mengintegrasikan 20 qubits dalam computer kuantum, 

yang berarti kecepatannya 500.000 kali lipat dibandingkan 

komputer yang berbasiskan binari, setara dengan proses yang 

memerlukan waktu 6 hari dalam komputer binari bisa diselesaikan 

dalam waktu 1 detik menggunakan komputer kuantum 20 qubits 

tersebut. Namun komputer kuantum IBM hanya mampu 

mempertahankan posisi 20 qubits tersebut dalam waktu yang 

singkat sekali kurang dari 1 milidetik. Dengan berjalannya waktu, 

hal ini pasti bisa didapatkan solusinya. 

Diprediksikan komputer kuantum pertama bisa difungsikan 

di tahun 2025. Dengan fungsi komputasi sedemikian cepatnya, 

maka sistem keamanan siber sehebat apapun yang ada saat ini 

akan menyerah. Seluruh sistem keamanan siber saat ini harus
menggunakan Quantum Key, yang berarti seluruh sistem yang 

ada saat ini terpaksa harus berubah ke prosesor kuantum.

TEKNOLOGI 5G TELAH HADIR

Jika komputer kuantum merevolusi kecepatan prosesor, 

teknologi 5G merevolusi kecepatan koneksi nirkabel antar mesin. 

Selain kapasitas bandwith yang besar, 5G juga mempunyai 

latensi yang sangat kecil dibandingkan pendahulunya yaitu 4G 

LTE. Secara rata-rata kecepatan 5G dalam mengirim dan 

menerima data adalah 10 kali lipat dibandingkan 4G LTE. Jadi jika 

Anda mengunduh suatu file dengan 4G LTE memerlukan waktu 

1 jam, dengan 5G Anda dapat mencapainya dalam 6 menit. Selain 

itu fitur yang penting dari 5G adalah latensinya, atau kecepatan 

sampainya data dari pengirim ke penerima data. Latensi 5G 

secara rata-rata adalah satu perseratus detik, lima kali lebih cepat 

daripada 4G LTE yang lima perseratus detik. Hal ini penting untuk 

pekerjaan remote yang mengandalkan kecepatan respons, 

misalkan bedah robotik, di mana sang ahli bedah mengendalikan 

robot di lokasi yang jauh menggunakan koneksi nirkabel untuk 

melakukan pembedahan pada pasien. Ini juga penting untuk 

meningkatkan keamanan kendaraan otonom dan kecepatan 

koneksi untuk komputasi awan (cloud computing).

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Qualcom, 5G 

disebut mampu mendorong ekonomi global hingga USD 13,1 

triliun pada 2035. Indonesia sudah secara resmi meluncurkan 

layanan internet 5G pada tanggal 27 Mei 2021 di beberapa kota 

besar, yang secara bertahap akan menjangkau daerah-daerah 

lainnya.
Di antara sedemikian banyak teknologi digital yang sedang 

berkembang, World Economic Forum (2018) menyebutkan ada 

tujuh teknologi digital yang sedang mentransformasi dunia dalam 

riset Digital Transformation Initiative.

1. Artificial intelligence; yaitu kemampuan mesin untuk meniru 

kecerdasan manusia, saat ini telah bisa lebih pandai daripada 

manusia di beberapa bidang, dan suatu saat akan lebih pandai 

daripada manusia di hampir semua bidang.

2. Autonomous vehicle; kendaraan otonom, bukan dengan tujuan 

membuat orang tidak bisa menyetir lagi, namun lebih kepada 

meningkatkan keamanan masyarakat.

3. Big data analytics and cloud; makin banyak data yang 

dianalisis, maka ketepatan prediksi akan makin baik, dan cloud

memungkinkan data dari berbagai sumber untuk dijadikan satu 

sehingga menjadikan super big data.

4. Customs manufacturing and 3D printing; dengan teknologi 

digital sekarang, produk dapat lebih disesuaikan dengan 

kebutuhan individual, misalkan untuk prostesis (organ buatan)
manusia yang dulunya harus memilih ukuran standar yang 

paling mendekati, saat ini bisa dibuat dengan sangat presisi 

untuk tiap orang.

5. Internet of Things; dengan teknologi wireless digital semua 

benda bisa menjadi sensor dan eksekutor. Misalkan CCTV 

yang tersebar di seluruh kota, bisa menjadi sensor mata untuk 

memantau kota menggantikan mata petugas, sekaligus bisa 

digunakan misalnya untuk memancarkan suara untuk 

mengusir burung yang menjadi hama di kota.

6. Robot and drones; pekerjaan sehari-hari yang rutin mulai dapat 

digantikan dengan robot yang bila dilengkapi dengan 

kemampuan terbang drone, maka mampu lebih efektif. 

Contohnya, para petani di Temanggung menggunakan drone

yang dapat menyemprot pupuk di sawah mereka dengan 

sangat cepat dan akurat, dan dengan biaya yang sangat murah 

dibandingkan mencari anak muda yang makin enggan 

melakukan pekerjaan tersebut.

7. Social media and platforms; media sosial sangat menunjang 

kebutuhan bersosialisasi manusia yang sangat mendasar, kita 

tentu merasakan bahwa kita mempunyai kenalan yang jauh 

lebih banyak sebelum masa digital. Lebih dari itu platform

berbasis sosial juga banyak membantu masyarakat, misalkan 

platform kitabisa.com yang menghubungkan masyarakat yang 

perlu bantuan dengan yang mau memberikan bantuan.

Semua kemajuan ini dapat berdampak positif yang besar 

dan cepat kepada dunia, yang bisa meningkatkan kesejahteraan 

bagi banyak sekali penduduk dunia.
Semua teknologi yang berkembang mendukung satu 

sama lainnya, dan saling terkait satu dengan lainnya. Teknologi 

digital membuat kehidupan manusia makin sejahtera, mudah, dan 

memenuhi keinginannya, hal ini sesuai dengan tujuan manusia 

mengalahkan alam untuk menikmati kehidupan fisiknya di dunia 

ini. Kita bayangkan, baru 3 tahun yang lalu kita masih membeli 

tiket kereta api dengan cara mengantri di loket di stasiun kereta, 

yang umumnya memakan waktu sampai 30 menit. Saat ini kita 

bisa membeli tiket kereta api dengan hanya melihat di smartphone

kita, dan memerlukan waktu kurang dari 2 menit. Selisih waktu 28 

menit yang terbuang sia-sia karena mengantri tiket kereta api, 

dapat kita gunakan untuk hal lain yang kita inginkan. 

Sesungguhnya, 28 menit itu bagaikan ditambahkan balik ke usia 

kita, setara dengan usia kita bertambah panjang 28 menit. Dan
untuk memperoleh proses ini bukanlah sesuatu yang mahal untuk 

masyarakat, sesuatu hal yang murah dan bisa dijangkau oleh 

masyarakat, terlepas dari harga tiketnya tentunya. Proses 

teknologi digital membuat banyak hal menjadi mudah dan murah, 

sehingga terjangkau oleh seluruh lapisan ekonomi masyarakat.

Suatu proses digitalisasi biasanya akan melalui jalur yang 

sama. Kita ambil contoh digitalisasi pelayanan perbankan. 

Awalnya proses digitalisasi akan mengalami fase deception, fase 

di mana orang memandang rendah produk digital yang ada, 

karena kualitasnya jauh di bawah produk yang ada. Di masa 

awalnya internet banking di awal tahun 1990, masih 

menggunakan dial-up connection, dan dengan protokol eksekusi 

yang rumit. Jika ada pilihan di depan nasabah antara layanan 

seorang teller atau dengan komputer yang bisa ia operasikan 

untuk internet banking, pasti sang nasabah memilih layanan teller

karena jauh lebih cepat dan mudah. 

Seiring dengan kemajuan teknologi, layanan internet 

banking makin mudah, karena didukung oleh infrastruktur jaringan 

yang makin baik, teknologi koneksi baru, komputer yang makin 

mudah digunakan. Perkembangan smartphone dengan layar 

sentuh, yang memungkinkan dibuatnya aplikasi m-Banking makin 

membuat nasabah lebih mudah melakukan transaksi perbankan 

tanpa bantuan teller. 

Karena itu saat ini pelayanan perbankan telah mengalami 

fase disrupsi (disruption), di mana nasabah lebih memilih 

melakukan sendiri transaksinya melalui smartphonenya, 

walaupun seandainya ada layanan teller yang disediakan oleh 

bank. Hanya jika layanan yang ingin dilakukannya tidak bisa 

dilakukannya di smartphonenya misalkan karena batasan jumlah 

nilai transaksi, maka ia akan ‘terpaksa’ menemui teller Jika layanan teller tidak dipilih lagi oleh nasabah, maka 

jumlah nasabah yang mengunjungi kantor cabang menurun 

drastis. Maka pimpinan bank yang rasional akan berpikir, untuk 

apa lagi ada kantor cabang yang sepi kunjungan nasabah. Maka 

terjadi penutupan kantor cabang, layanan tetap ada tetapi melalui 

smartphone bukan di gedung kantor cabang. Inilah yang disebut 

dematerialisasi (dematerialisation). Penyedia layanan yang 

berupa fisik lenyap, yang ada layanan berupa non-fisik atau 

digital.

Dengan dematerialisasi, maka beban biaya akan menurun 

jauh, karena sesungguhnya memelihara dan mengoperasional￾kan segala sesuatu yang bersifat fisik itu memakan biaya yang 

lebih tinggi dibandingkan yang non-fisik. Karena beban biaya 

operasional menurun, maka biaya yang dibebankan kepada 

nasabah pun bisa diturunkan, sampai pada level yang sangat 

murah, inilah yang disebut dengan demonetisasi (demoneti￾zation).

Karena sangat murah, maka semua lapisan masyarakat 

dapat ikut menikmati layanan tersebut, inilah yang disebut dengan 

demokratisasi (democratization). Demokratisasi Digital 

menjangkau masyarakat kalangan bawah lebih luas, sehingga 

secara relatif membuat mereka bisa menjangkau layanan 

keuangan dengan lebih ekonomis dan praktis.

Kemajuan transformasi digital perbankan akan membuat 

layanan perbankan sedemikian murah, sehingga masyarakat 

kurang mampu yang sebelumnya tidak diincar menjadi nasabah 

karena biaya mengelolanya lebih mahal dibandingkan hasil yang 

didapat dari nasabah tersebut, sekarang bisa menjadi nasabah 

yang bernilai bagi pendapatan bank.
Hal ini juga akan membuat pemerintah semua negara 

menjadi senang, karena tentunya semua pemerintah ingin 

rakyatnya menjadi lebih sejahtera, dan dapat mengakses 

pelayanan institusi keuangan, baik dalam rangka penyaluran hak￾hak keuangan masyarakat, mengembangkan ekonomi 

masyarakat, maupun dalam kontrol keuangan negara.

MANFAAT TRANSFORMASI DIGITAL BAGI EKONOMI 

MASYARAKAT

Menurut data UNDP (undp.org) dari keseluruhan jumlah 

penduduk dunia saat ini yang sekitar 7,7 miliar orang, ada sekitar 

300 juta orang yang mempunyai pendapatan di atas USD 20.000 

per orang per tahun (di atas USD 60 per hari), ada sekitar 2,5 

milyar orang berpenghasilan antara USD. 5 sampai USD 60 per 

hari, dan sisanya mempunyai penghasilan di bawah USD 5 per
hari, sebagian dari mereka (sekitar 1 milyar orang) 

berpenghasilan di bawah USD 2 per hari (menggunakan 

Purchasing Power Parity, batas kemiskinan ekstrim 

internasional). Jika bagi mereka yang berpenghasilan di bawah 

USD 2 per hari (PPP adjusted) sulit untuk mencukupi kebutuhan 

dasar mereka, bagi mereka yang berpenghasilan di bawah USD 

5 per hari (PPP adjusted), sulit bagi mereka untuk hidup dengan 

layak. 

Untuk mereka yang berjumlah lebih dari 4,5 milyar orang 

di dunia, kemajuan teknologi digital menjadi berkat untuk 

kehidupan mereka, karena sejalan dengan proses digitalisasi 

yang membawa dematerialiasi yang menyebabkan demonetisasi, 

mereka menjadi mempunyai kemampuan menikmati hal-hal yang 

sebelumnya hanya bisa dinikmati oleh mereka yang 

berpenghasilan jauh lebih tinggi dari mereka. Bayangkan mereka 

sekarang mampu mempunyai smartphone dengan pulsa murah 

yang memungkinkan mereka bisa video-chat dengan rekan￾rekannya, bisa berkenalan dan berinteraksi dengan orang-orang 

yang terkenal melalui Facebook atau Twitter, dan membeli 

barang-barang lebih murah dari e-commerce. 

Digitalisasi meningkatkan kemakmuran masyarakat 

dengan membuat nilai uang yang sama mampu membeli faktor 

penunjang kesejahteraan dengan lebih banyak dan lebih 

berkualitas. Dan hal ini terjadi dengan cepat, jauh lebih cepat 

dibandingkan ketika manusia meningkatkan teknologi jaman dulu 

yang belum menggunakan teknologi digital, misalkan teknologi 

pertanian. Jadi teknologi digital bukan hanya mentransformasi 

cara orang berbisnis, tetapi mentransformasi dunia, dan 

mentransformasi masyarakat yang kurang mampu di seluruh 

dunia.
Bagaimana dampak transformasi teknologi khususnya 

teknologi digital terhadap Indonesia? Seperti halnya di negara 

berkembang lainnya, masyarakat Indonesia lebih diuntungkan 

dengan transformasi digital yang terjadi. 

Bayangkan dulu ketika PT Telkom Indonesia berusaha 

menghubungkan komunikasi seluruh penduduk Indonesia, harus 

menarik kabel tembaga ke seluruh pulau dan menyambungkan ke 

setiap rumah. Tentunya hal tersebut tidak pernah mencapai 

cakupan yang memuaskan, mengingat Indonesia terdiri dari 

belasan ribu pulau dengan 5.000-an pulau yang dihuni. 

Namun sekarang kabel yang ditarik hanya kabel optik 

sebagai backbone, dan rumah bukan lagi target untuk koneksi 

tetapi langsung ke perangkat handphone di tangan orang.
Hasilnya sekarang capaian jangkauan telekomunikasi sudah 

mencapai hampir semua desa, walau sebagian masih jaringan 2G 

atau 3G. Namun mereka dapat menikmati itu semua dengan jauh 

lebih mudah dan murah dibandingkan jaman harus memasang 

jaringan telpon di dalam rumah.

Dengan komunikasi yang lebih baik banyak hal bisa 

dikoordinasikan dan dikembangkan dengan baik. Banyak petani 

bisa terbantu dengan mengakses pasar langsung melalui internet 

misalnya. Dulu mengirim dan mengambil uang harus ke kota 

besar, kini bisa tinggal mengunjungi toko kelontong terdekat

dengan sistem keuangan Laku Pandai. Dan banyak lagi hal yang 

dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia dengan cakupan yang 

luas.

Sebagaimana umumnya terjadi di dunia, dampak terbesar 

transformasi digital lebih berpengaruh terhadap masyarakat di 

strata ekonomi lebih bawah. Lebih dari 50% masyarakat 

Indonesia mengkonsumsi di bawah Rp. 2 juta per orang per bulan 

(di bawah USD 5 per hari). (Frost&Sullivan, 2018) Mereka ini yang 

tadinya tidak terjangkau oleh standar masyarakat modern seperti 

mempunyai rekening di bank, saat ini mereka bisa mempunyai 

layanan finansial berbasis non-bank atau yang disebut dengan 

fintech yang berbiaya administrasi murah dibandingkan 

administrasi bank, bahkan gratis dan tanpa saldo minimum. 

Berbagai model pinjaman pun bisa diperoleh dengan lebih mudah 

dan murah dibandingkan sebelumnya. Jika sebelumnya bank agak enggan mengerahkan upaya 

untuk merekrut masyarakat berpenghasilan rendah sebagai 

nasabah karena biaya pengelolaanya lebih besar dibandingkan 

dengan keuntungan yang diperoleh, kini mereka dapat 

melakukannya karena teknologi digital membuat biaya tersebut 

menjadi turun drastis. Jika mereka tidak mau melakukannya, 

maka pasar tersebut akan diambil oleh perusahaan fintech.Jika sebelumnya mereka harus meminjam kebutuhan 

keuangannya kepada tengkulak karena mereka tidak punya akses 

ke bank, saat ini mereka punya alternatif meminjam kepada 

fintech, kepada bank yang sudah transformasi digital, atau tetap 

kepada tengkulak yang mau tidak mau juga menurunkan 

rentenya. Namun tidak sedikit tengkulak modern saat ini yang 

menggunakan pendekatan digital, memberi pinjaman melalui 

aplikasi fintech illegal dengan bunga yang sangat tinggi dan 

dengan pendekatan teror sosial kepada yang gagal bayar. Yang 

menjadi korban adalah masyarakat kelas bawah yang kurang 

faham keuangan namun ingin mendapat pinjaman yang mudah. 

Sebenarnya industri perbankan mempunyai kelebihan 

dibandingkan perusahaan-perusahaan fintech, yaitu:

a. Modalnya jelas dan modal disetor minimal ditetapkan cukup 

besar

b. Kesehatannya selalu dipantau oleh lembaga otoritas 

keuangan c. Data nasabah aman karena sistem IT nya dipantau dan 

diaudit oleh lembaga otoritas keuangan

d. Keamanan simpanan nasabahnya dilindungi oleh Lembaga 

Perjaminan Simpanan

e. Ada kode etik maupun peraturan operasi yang jelas dan 

ditegakkan

f. Profesionalisme para pelaksananya jelas

Namun semua hal tersebut bisa menjadi tidak berarti bagi 

masyarakat umumnya, apalagi masyarakat kelas bawah, yang 

tidak mengerti apa keuntungannya berhubungan dengan industri

perbankan dibandingkan dengan fintech yang dirasa lebih mudah, 

cepat, murah (untuk sebagian jasa fintech), tidak birokratis (dalam 

prosedur meminjam), dan memberi nilai pengembalian yang lebih 

tinggi (bagi investor peer-to-peer lending).

Sebelum fintech berkembang, penipuan keuangan 

terhadap masyarakat pun sudah marak terjadi terutama dalam 

pengelolaan dana (antara lain kasus Abu Tour), apalagi dengan 

pendekatan digital yang jauh lebih mudah menjangkau 

masyarakat yang lebih luas. Karena itu, literasi keuangan menjadi 

tugas yang makin mendesak bagi pemerintah, yang harus 

dikerjakan bersama dengan industri perbankan, untuk 

menghindari kenyataan lapangan di mana perusahaan yang 

beretika malah kalah bersaing dengan mereka yang tidak 

beretika.

Di tahun 2020 diproyeksikan akan ada 40 juta keluarga 

dengan pengeluaran per tahun sebesar USD 5.000 sampai 

dengan USD 15.000 (Rp. 6 – 18 juta per bulan) dan 13,5 juta 

keluarga dengan pengeluaran per tahun sebesar USD 15.000 

sampai dengan USD 30.000 (Rp. 18-36 juta per bulan). Mereka 

adalah yang disebut mass consuming class dengan total
sebanyak 53 juta keluarga atau jika dihitung jumlah orangnya 

sekitar 200 juta orang. Mass consuming class inilah yang menjadi 

konsumen terbesar dalam perekonomian nasional. Adapun 

lapisan bawah yang memasuki mass consuming class yang 

sejumlah 40 juta keluarga atau 65% dari seluruh penduduk 

Indonesia itu adalah orang-orang yang mulai mempunyai uang 

untuk ditabung dan diinvestasikan untuk membeli rumah dan 

lainnya.Dilihat dari segi penyebaran penduduk, kota-kota besar di 

Indonesia yang terutama terdapat di Jawa dan Sumatera akan 

terus bertumbuh penduduknya. Secara keseluruhan penduduk 

yang tinggal di kota akan berjumlah lebih banyak dibandingkan 

yang tinggal di desa. Karena perkembangan infrastruktur digital di 

kota-kota di Indonesia umumnya sangat pesat, maka dapat 

diproyeksikan mayoritas masyarakat dapat menggunakan fitur 

digital yang lebih maju seperti 4G yang sudah memadai untuk smart applications di tahun 2020. Menurut Telkom, secara 

populasi 90% penduduk Indonesia telah mendapat layanan 4G 

LTE per September 2020.
Biaya koneksi internet di Indonesia adalah termasuk yang 

paling murah dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya, 

namun bandwith dan kecepatan koneksi termasuk yang terburuk. 

Kondisi seperti itu bukan hanya dialami oleh Indonesia, namun 

juga dialami oleh China dan India. Suatu konsekuensi wajar dari 

negara berkembang dengan berpenduduk luar biasa banyak. Data juga menunjukkan bahwa konsumsi koneksi data di 

Indonesia bertumbuh dengan pesat sekali, bukan hanya untuk 

kebutuhan formal namun juga kebutuhan informal. Pertumbuhan 

jumlah pengguna internet di Indonesia pun telah menyusul 

negara-negara lain sehingga di tahun 2021, Idonesia telah 

menempati peringkat keempat di antara semua negara, telah 

sesuai dengan peringkat jumlah populasi.Masyarakat Indonesia juga banyak menggunakan waktunya 

untuk social media, sehingga waktu pemakaian smartphone pun 

lebih tinggi dibandingkan kebanyakan masyarakat negara Asia 

Tenggara lain. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa social 

media dapat menjadi sarana komunikasi yang efektif, apabila 

dapat dikelola dengan baik.Penggunaan e-money dalam pembayaran juga meningkat 

baik dari segi frekuensi penggunaan maupun dari segi nilai yang 

dipakai, terutama sejak didorong penggunaannya oleh 

diharuskannya membayar jalan tol dengan e-money di tahun 

2017, yang