Selasa, 03 Desember 2024
Published Desember 03, 2024 by ungux.blogspot.com
Di tahun 2018, Sony meluncurkan kembali AIBO, robot
anjing dengan Artificial Intelligence. AIBO yang dalam bahasa
Jepang berarti ‘teman’, juga merupakan singkatan dari Artificial
Intelligence Robot. Harganya sekitar USD 3.000. AIBO dapat
mengenali pemiliknya, serta dapat belajar dari ekspresi wajah
maupun tindakan pemiliknya mengenai apa yang disukai dan
yang tidak disukai dari tingkah lakunya. Sesudah beberapa lama,
AIBO akan mengenal lingkungannya, melakukan hal-hal yang
disukai oleh pemiliknya, dan tidak melakukan hal-hal yang tidak
disukai. Ia belajar dari “mata”nya yang berupa kamera di dahinya,
dan “telinga”nya yang berupa 4 buah mikrofon, “kulit”nya yang
berupa sensor sentuh, dan juga mengenali tekanan ketika orang
mengelus rahangnya. Ketika tenaganya hampir habis AIBO akan
kembali ke dockingnya untuk mengisi baterenya sendiri.
Orang-orang tertarik membeli AIBO karena suatu hal yang
baru, dan karena fungsinya. Di Jepang AIBO digunakan untuk
menjadi robot pengawas orangtua yang tinggal sendiri di
rumahnya. AIBO dilengkapi dengan program yang mengenali
gerakan tubuh yang jatuh, sehingga apabila sang pemilik jatuh,
AIBO bisa langsung menghubungi petugas yang segera datang
untuk memberi pertolongan. Demikian pula bila pemiliknya
memerintahkan AIBO dengan suara untuk meminta pertolongan.
Tapi apakah pemiliknya memiliki rasa sayang kepada
AIBO seperti sayang kepada anjing sesungguhnya? Umumnya
tidak. Mengapa? Karena orang menyadari bahwa AIBO hanya
sebuah robot, tidak mempunyai emosi yang membuat adanya
keterlibatan emosi seperti rasa sayang. Selain itu AIBO tidak
mempunyai kehidupan biologis, sehingga tidak menggugah emosi
orang karena AIBO tidak dapat mati, yang mungkin adalah
menjadi tidak berfungsi.
Selain kemajuan teknologi dalam meniru kecerdasan
manusia, terobosan dalam teknologi biologi fisik buatan juga
sangat mengesankan. Di tahun 2012, peneliti pada Harvard
University dan California Institute of Technology sudah bisa
menciptakan ubur-ubur buatan yang disebut Medusoid. Medusoid
diciptakan dengan menanamkan sel jantung tikus ke atas
selembar silikon yang digunting dengan rupa seperti bintang, dan dimasukkan ke dalam tabung yang berisi cairan untuk
memberikan nutrisi kepada sel jantung tikus tersebut. Sesudah
diberikan kejutan listrik untuk menyinkronkan denyutan sel
jantung tikus yang menempel pada silikon tersebut, Medusoid
dapat bergerak hidup seperti ubur-ubur digerakkan oleh sel hidup
yang dapat mati sesuai umurnya. Apakah ini sudah dapat disebut
“kehidupan” buatan? Jika definisi kehidupan adalah suatu saat
akan mengalami kematian secara biologis, maka ini memenuhi
kriteria tersebut.
APA YANG DICARI MANUSIA?
Apa artinya kemajuan teknologi yang sedemikian luar
biasa terhadap manusia dan kemanusiaan? Sebenarnya, apa
yang dituju oleh manusia dengan seluruh usahanya tersebut?
Sebagai mahluk biologis, manusia dikendalikan oleh
motivasi universal yang tertanam dalam gen setiap mahluk
biologis, yaitu keberlangsungan kehidupan gen spesiesnya
(survival of genes). Ketika manusia purba pertama kali bisa
berjalan tegak sekitar enam juta tahun yang lalu
(Australopithecus), mereka tidak banyak berbeda dengan
binatang lain. Mereka hidup di alam liar dan harus menghadapi
kegelapan di malam hari. Namun mereka mulai lebih pintar
daripada binatang lain karena otak mereka bertambah besar dari
generasi ke generasi. Saat itu diperlukan tiga setengah juta tahun
evolusi sampai manusia purba Homo habilis dapat mulai
membuat peralatan sederhana dari batu. Dengan peralatan
primitifnya, manusia purba sudah menaikkan posisinya menjadi
predator yang lebih tinggi dibandingkan binatang. Rupanya
dengan mempunyai obyek karya di luar insting membuat
rangsangan terhadap perkembangan otak manusia purba, karena
sejak saat itu volume otak manusia purba berkembang pesat dari
500cc. menjadi hampir dua kali lipat (900cc.) pada satu juta tahun
kemudian, dan manusia purba Homo erectus mulai bisa
menguasai api. Dengan api, malam menjadi lebih aman bagi
manusia purba, karena para predator yang berkeliaran di malam
hari takut dengan api. Mulai saat itu perkembangan otak spesies
manusia makin pesat, sehingga mencapai 1.500cc sekitar
200.000 tahun yang lalu, di mana manusia purba telah
dikategorikan sebagai Homo sapiens atau manusia modern.
Homo sapiens awal (neanderthalis) mampu membuat berbagai
peralatan dari batu, termasuk tombak. Namun baru mulai 60.000
tahun yang lalu manusia mulai membuat lukisan sederhana di
batu dan gua. Dan karena kemampuannya melukis yang
kemudian menjadi menulis, manusia mulai membangun
pengetahuan di atas pengetahuan yang telah dirintis generasi
sebelumnya.`
Selaras dengan pertumbuhan volume otak, kemampuan
berpikir manusia juga meningkat yang bertumpu pada lapisan
otak yang paling luar yang disebut dengan korteks. Pertumbuhan
korteks otak inilah pusat dari perkembangan kemampuan berpikir
manusia. Kemampuan berpikir manusia yang paling dasar adalah
mengenali dirinya ada, atau yang disebut dengan kesadaran diri
(consciousness). Kesadaran diri ini tidak dijumpai pada binatang,
kecuali beberapa jenis kera seperti simpanse dan lumba-lumba
jenis tertentu, dalam tingkat yang sederhana yaitu mengenali
dirinya ketika dihadapkan pada cermin. Konsep kesadaran diri ini
merupakan topik filosofi yang banyak dibahas di abad
pertengahan, yang salah satunya oleh Descartes dengan
ungkapannya “Cogito ergo sum” yang artinya “saya berpikir
karena itu saya ada”. Eksistensi manusia ditentukan oleh
kemampuan berpikirnya. Bukan hanya dorongan gen secara
insting untuk terus hidup tanpa menyadari bahwa dirinya itu ada.
Kesadaran lain yang dimiliki manusia yang dikarenakan
perkembangan otaknya adalah kesadaran akan waktu. Dan ini
murni hanya milik manusia, tidak ada pada spesies binatang
lainnya. Binatang punya perencanaan yang tertanam dalam
gennya. Pada negara empat musim misalnya, di musim gugur kita
akan melihat ikan-ikan di sungai gemuk-gemuk, karena
menyimpan lemak untuk digunakan di musim dingin saat mereka
sulit mencari makan. Juga migrasi burung yang terjadi di musim
gugur untuk menghindari musim dingin.
Namun perencanaan ini bukan karena otaknya berpikir,
tetapi karena insting yang tersimpan dalam gen. Pada musim
gugur sel-sel tubuh ikan merasakan perubahan suhu yang
membuat mereka lapar tanpa otaknya mengetahui sebabnya.
Serangga Tonggeret jenis tertentu punya siklus hidup selama 17
tahun sekali muncul dari dalam tanah, bukan karena otak mereka
tetapi program dalam gen mereka.
Pada manusia juga terdapat perencanaan oleh gen,
namun yang menonjol pada manusia adalah perencanaan oleh
otaknya. Dalam banyak hal perencanaan oleh otak manusia
sejalan dengan perencanaan gen, namun makin lama makin
banyak perencanaan manusia yang tidak lagi sejalan dengan
perencanaan gen. Keluarga Berencana misalkan, adalah
perencanaan manusia yang bertentangan dengan rencana gen,
karena sesungguhnya rencana gen adalah berkembang biak
sebanyak-banyaknya.
Kesadaran akan waktu yang membuat manusia punya
perencanaan di otak inilah yang membuat manusia juga
menyadari bahwa dirinya suatu saat akan meninggal. Manusia
takut sekali akan kematian, padahal kematian adalah rencana
gen, suatu hal yang terprogram dalam gen yang tujuannya hanya
satu; melestarikan gen. Jadi dalam rencana gen, jika mahluk
biologis sudah melaksanakan tugasnya yaitu mewarisi dan
memperbanyak mahluk biologis yang membawa gennya melalui
berkembang-biak, kemudian menjaga anak-anaknya untuk
survive, maka tugas hidup sudah selesai. Tidak ada mahluk lain
yang takut akan kematian seperti manusia.
Jika tujuan gen hanya satu yaitu menjaga kehidupan gen
dengan cara mewariskan gen kepada generasi berikutnya,
manusia menambah satu tujuan lagi yang berasal dari otak, yaitu
ingin menjaga kehidupan “diri”nya sendiri selama-lamanya atau
dengan kata lain ingin mengalahkan kematian, walaupun ini
sesungguhnya tidak selaras dengan tujuan gen. Bahkan otak
manusia secara sadar menyadari bahwa apa yang diinginkannya
adalah tidak selaras dengan keinginan gen, namun manusia memilih mengalahkan gen daripada mengikuti program gen.
Kesadaran akan waktu dan keinginan mengalahkan kematian ini
baru muncul kira-kira 10.000 tahun yang lalu, dan yang pertama
kali ada di dunia sejak pertama kali kehidupan biologis muncul di
dunia 4,1 milyar tahun yang lalu.
Kita tahu bahwa seluruh penguasa di dunia, termasuk para
kaisar di China, selalu mencari ramuan dan cara hidup yang bisa
mengalahkan kematian, paling sedikit untuk memperpanjang
kehidupan. Walau tidak henti berusaha, manusia menyadari,
bahwa mengalahkan kematian belum pernah berhasil, oleh
karenanya mereka juga berusaha untuk mempersiapkan
kehidupan sesudah kematian biologis. Banyak sekali artefak,
norma kehidupan, maupun upacara yang masih ada sampai
sekarang yang dibuat dengan tujuan tersebut. Salah satunya
adalah Piramid di Mesir, yang dipersiapkan oleh para Firaun untuk
menghadapi kehidupan sesudah kematian, lengkap dengan
prosedur mumifikasi jenazah.
Dengan kesadarannya akan waktu, manusia tahu
hidupnya terbatas, oleh karena itu mereka ingin kehidupannya
dapat menyenangkan. Keinginan kenyamanan untuk kehidupan
biologis fisiknya juga seringkali tidak selaras dengan program gen.
Kita lihat misalnya, betapa manusia ingin menikmati makanan
senikmat dan sebanyak mungkin membuat prevalensi obesitas di
seluruh dunia meningkat. Di dalam program gen, makan hanya
untuk melangsungkan kehidupan untuk melaksanakan tugas
utama kehidupan, yaitu mewariskan gen sebanyak-banyaknya.
Karena itu pada binatang lain tidak ditemukan obesitas.
Selain itu, manusia juga berusaha mengalahkan alam,
karena dengan mengalahkan alam, mereka berada dalam
perjalanan mengalahkan kematian, sekaligus bisa menikmati
kehidupan. Organ yang menimbulkan niat ini adalah otak manusia, sekaligus otak manusia sebagai kendaraan untuk
mencapainya, dengan berbekal bensin ilmu pengetahuan
(knowledge/science).
Menyadari bahwa untuk mengalahkan alam dan kematian
memerlukan kemampuan berpikir yang jauh dibandingkan yang
dimiliki manusia saat ini, manusia tidak bisa berharap kemampuan
tersebut diperoleh dari evolusi penambahan volume otak yang
secara rata-rata hanya 400-500cc per sejuta tahun, atau
memerlukan tiga juta tahun lagi untuk bisa memiliki volume otak
dua kali lipat dari yang dimiliki manusia sekarang. Oleh karena itu,
manusia ingin menambah kemampuan otak secara non-biologis,
yaitu melalui mesin, yang dinamakan Artificial Intelligence.
Inilah hal penting dalam masa kini yaitu masa
Transformasi Digital yang tidak pernah terjadi sebelumnya, yaitu
manusia berusaha mengakali evolusi spesiesnya sendiri.
Kemajuan Artificial Intelligence sekarang memungkinkan manusia
untuk meningkatkan kapasitas otak manusia dengan tanpa batas,
tanpa harus menunggu evolusi.
Kekuatan ilmu pengetahuan yang digabungkan dengan
kesadaran akan waktu pada manusia telah lama dieksplorasi oleh
para filsuf, dan seringkali muncul dalam kisah yang sarat dengan
makna filosofi. Salah satunya adalah kisah Mahabharata. Dalam
salah satu babnya dikisahkan mengenai riwayat Pandawa Lima.
Ayah dari Pandawa Lima ini adalah Pandu yang mempunyai dua
istri, yaitu Kunti dan Madri. Dalam Mahabharata diceritakan
bahwa Pandu tidak bisa mempunyai anak akibat dikutuk oleh
seorang resi (pandita dalam agama Hindu). Kutukan itu terjadi
setelah Pandu memanah resi tersebut tanpa sengaja, sebab pada
saat itu sang resi dengan istrinya sedang berubah wujud menjadi
kijang. Namun dengan cara memohon kepada dewa, kedua istri
Pandu dapat mengandung tanpa harus disetubuhi oleh Pandu.
Kunti kemudian melahirkan tiga orang anak yaitu Yudistira, Bima,
dan Arjuna. Sedangkan Madri melahirkan dua anak kembar, yaitu
Nakula dan Sadewa.
Semasa Pandawa masih anak-anak, Pandu, ayah mereka
mengajak ibu mereka Kunti dan Madri tinggal di hutan. Pandu
mengajari anak-anaknya agar nanti mereka menjadi orang-orang
yang terhormat. Suatu kali Pandu memangku Sadewa, anaknya
terkecil di pahanya dan berkata, bahwa Sadewa harus “makan”
otak ayahandanya, agar dia dapat mengetahui segala sesuatu
tentang dunia. Sadewa memandang mata ayahnya dengan serius
dan berjanji akan “melahap” otak ayahnya.
Suatu saat, Pandu tewas karena kutukan yang ditimpa
kepadanya. Madri menyusul suaminya dengan cara membakar
diri. Jasad Pandu dibaringkan di atas tumpukan kayu yang
dinyalakan. Sadewa merasa sedih melihat ayah dan ibunya dalam api pembakaran, akan tetapi dia tetap teringat pesan
ayahandanya agar dia “makan” otak ayahandanya. Ketika
Sadewa melihat kepala Pandu meletup karena terbakar dan
memuntahkan otaknya, Sadewa nekat masuk ke dalam api dan
mengambil otak ayahandanya tersebut dan lari ke hutan untuk
memakan otak tersebut.
Dikisahkan bahwa pada gigitan pertama Sadewa
membuatnya mengetahui semua yang TELAH terjadi di seluruh
dunia. Gigitan kedua membuat Sadewa mengetahui apa yang
SEDANG terjadi di seluruh dunia. Gigitan ketiga membuat
Sadewa mengetahui apa yang AKAN terjadi pada masa depan.
Mengetahui hal tersebut, dewa-dewi di Kahyangan gempar dan
mengutus Dewa Krishna untuk segera menyusul Sadewa. Para
dewa-dewi tahu bahwa apa yang diketahui Sadewa, yaitu
mengetahui semua tentang masa lalu, masa sekarang, dan masa
mendatang merupakan kekuatan luar biasa yang bisa membuat
dunia kacau. Namun karena Sadewa telah memperoleh kekuatan
tersebut, Khrisna meminta kepada Sadewa agar tidak akan
mengungkapkan apa yang ia ketahui kepada orang lain, dengan
imbalan janji Krhisna akan melindungi setiap Pandawa Lima
dengan nyawanya.
Apabila kita melihat kemampuan teknologi digital yang kita
miliki saat ini, manusia telah dapat mengetahui semua yang
TELAH terjadi di masa lalu. Search engine seperti Google dan
Baidu bisa mencari informasi masa lalu dengan sangat lengkap.
Pengembangan IoT yang sedang berlangsung dengan teknologi
5G memungkinkan manusia untuk mengetahui semua yang
SEDANG terjadi di seluruh dunia. Dan kemampuan Big Data
Analytics serta Machine Learning memungkinkan manusia
mengetahui MASA DEPAN dengan ketepatan yang terus
meningkat dan jangka waktu jelajah masa depan yang makin jauh.
Dan sesuai dengan kekuatiran Dewa Khrisna, hal ini bisa
menjadikan kehidupan manusia kacau. Jika kita bisa mengetahui
masa depan, maka kita pasti akan berusaha mempengaruhi atau
mengatur masa depan. Tentunya kita akan berusaha
mendapatkan masa depan yang sesempurna mungkin, dan
mengejar kesempurnaan akan merupakan suatu usaha yang tidak
pernah tercapai. Selain itu, manusia yang bisa menguasai
kecanggihan teknologi tersebut akan sangat berkuasa terhadap
kelompok manusia yang tertinggal. Bukan saja keunggulan dalam
ekonomi, manusia yang menguasai teknologi juga bisa memiliki
anak-anak yang unggul karena dirancang sebelum dilahirkan.
Di bulan November tahun 2018, kelahiran dua orang bayi
kembar perempuan di China menimbulkan kegemparan di seluruh
dunia. He Jiankui, ilmuwan dari China, mengaku telah melakukan
gene-editing menggunakan teknik CRISPR (Clustered Regularly
Interspaced Short Palindromic Repeats) kepada kedua bayi
kembar tersebut. Alasan ia melakukan hal tersebut adalah untuk
mencegah kedua bayi kembar tersebut mewarisi virus HIV dari
orangtuanya. He Jiankui memotong gen CCR5 yang dalam tubuh
manusia memproduksi protein yang diperlukan oleh virus HIV
untuk masuk ke dalam sel. Dengan demikian, kedua bayi
perempuan tersebut merupakan bayi pertama yang lahir dengan
modifikasi gen. Apa yang membuat seluruh dunia gempar? Tidak
lain adalah bahwa dengan melakukan modifikasi gen manusia
tersebut, He Jiankui telah ikut serta dalam proses “merancang”
manusia, suatu tindakan yang walaupun secara kemampuan telah
dapat dilakukan oleh banyak ilmuwan, namun masih belum
mendapat persetujuan dari komite etik ilmuwan dunia. Hal ini
disebabkan sekali hal ini dimulai, maka tidak akan ada ujungnya.
Jika para bayi “Nana” (nama dari ibu bayi kembar tersebut) boleh
dirancang sehingga tidak terinfeksi virus HIV, kenapa tidak boleh
dirancang sehingga tidak terinfeksi virus lainnya, bahkan segala
macam kuman lainnya. Jika itu boleh, kenapa tidak dirancang
agar menjadi manusia yang berintelegensi tinggi, fisik yang lebih
cantik atau tampan, dan segala macam permintaan orangtua
untuk dapat memperoleh anak sesempurna mungkin. Dan karena
gen tersebut diedit pada saat embrio, maka gen tersebut akan
terus diwariskan pada keturunannya. Siapakah manusia yang
diperkenankan untuk merancang manusia lain? Sampai saat ini,
manusia masih membatasi bahwa hak untuk merancang manusia
lain adalah bukan pada manusia, tetapi pada proses alami, atau
pada Tuhan.
Di sisi lain, tentunya proses tersebut memerlukan biaya,
maka siapakah para orang tua yang dapat meminta anaknya
dirancang? Makin kaya seseorang, makin mampu ia meminta
agar anaknya sesempurna mungkin, yang pada gilirannya
menjadi anak yang super yang berpotensi makin superior
dibandingkan manusia lain. Apakah ini secara etik dapat diterima?
Karena jika masyarakat yang tidak mampu mempunyai anak-anak
yang inferior secara genetik dibandingkan anak-anak orang kaya,
apa yang akan terjadi dengan masa depan mereka apalagi
sesudah beberapa generasi.
Jika ini adalah masalah yang dihadapi secara biologis,
masalah yang sama juga dihadapi secara non-biologis. Jika
behavioral analytics dengan artificial intelligence dapat
memprediksi dengan tepat reaksi pasar beberapa hari ke depan,
tentunya mereka pada posisi yang lebih baik untuk bisa
mengambil keuntungan dari transaksi saham di bursa misalkan.
Lalu siapa yang bisa mampu membiayai mesin dengan artificial
intelligence? Karena itu, masyarakat mencemaskan kemajuan
teknologi ini akan makin memusatkan kekuatan yang berdasarkan
ilmu pengetahuan ke dalam tangan segelintir manusia yang terus
akan makin berkuasa.
Jika kemajuan teknologi ini tidak terkendali, di masa
mendatang dapat tercipta suatu sub-spesies manusia baru yang
secara fisik, intelegensia, dan kemampuan yang jauh lebih unggul
dibandingkan dengan mayoritas manusia lainnya.
Tidak terkendali? Siapa yang bisa mengendalikan? Tidak
ada. Manusia hanya bisa menunda sesaat, namun tidak bisa
mencegah sekelompok manusia melanggar konsensus etika, dan
melakukannya diam-diam. Yakinlah bahwa ilmuwan seperti He
Jiankui tidak sendiri, pasti ada ilmuwan lain yang juga telah
melakukannya namun tidak mengumumkannya seperti He. Bukan
saja di bidang CRISPR tapi juga di bidang lain misalkan kloning
manusia.
Benarkah mesin bisa lebih pandai dibandingkan otak
manusia? Otak manusia merupakan mahakarya alam yang
berproses selama 4,1 milyar tahun sejak dimulainya kehidupan di
dunia. Otak manusia merupakan suatu organ yang kompleks yang
terdiri dari sekitar 100 milyar sel neuron sebagai prosesornya dan 1 trilyun sel glia sebagai penghubung. Proses pengolahan
informasi di otak merupakan proses biologi kompleks berdasarkan
proses kimia-fisika yang menghasilkan impuls listrik dan
sebaliknya. Sedemikian banyaknya proses yang berjalan
bersamaan dalam otak ketika suatu proses berpikir terjadi. Namun
manusia saat ini sudah dapat memisahkan menguraikan proses
berpikir (proses logika) dengan proses kimia-fisika-biologi yang
terjadi di dalam otak yang digunakan untuk proses berpikir
tersebut. Manusia sudah bisa memindahkan proses berpikir ke
mesin, yang murni bekerja secara fisika, yang bisa lebih cepat
dengan stabilitas yang lebih tinggi dibandingkan proses kimiabiologi. Dengan demikian satu per satu kemampuan korteks otak
manusia dapat ditiru dan diungguli.
Dalam kemampuan komputasi numerik, sudah puluhan
tahun kemampuan berhitung manusia dikalahkan oleh mesin.
Diawali dengan mengalahkan kemampuan berhitung dengan
formula yang baku, mesin saat ini sudah mengalahkan hampir
semua kemampuan logika numerik manusia, bahkan dengan
probabilitas yang sangat kompleks seperti permainan Catur atau
permainan Go.
Di tahun 1997, juara dunia Catur, Anatoli Karpov,
dikalahkan oleh mesin Deep Blue yang dibuat oleh IBM.
Sedangkan pada permainan Go yang jauh lebih kompleks
dibandingkan dengan Catur, mesin AlphaGo yang dibuat oleh
Google bisa mengalahkan juara dunia permainan Go di tahun
2016 dan 2017. Menariknya, mesin AlphaGo diprogram untuk
belajar sendiri meningkatkan daya pikirnya dengan cara berlatih
bermain melawan diri sendiri. Inilah yang disebut dengan Machine
Learning. Dengan metode Machine Learning, mesin bisa belajar
secara independen dari manusia, sehingga tidak dibatasi oleh
kemampuan sang manusia sebagai ‘guru’ atau ‘master’nya. Di bidang kemampuan verbal dan abstraksi yang lebih
kompleks, mesin membuktikan dirinya mengalahkan juara dunia
permainan Jeopardy!
Jeopardy! adalah pertandingan pengetahuan umum yang
terdiri dari antara lain sejarah, sastra, budaya, dan lainnya.
Kemampuan verbal lebih kompleks dibandingkan dengan
kemampuan numerik karena mencakup pengertian yang bersifat
kualitatif dan kontekstual, bukan hanya kuantitatif. Di tahun 2011,
dua orang juara Jeopardy! dikalahkan oleh mesin IBM Watson
yang dibuat oleh IBM. Ini menunjukkan bahwa mesin sudah dapat
mengalahkan manusia dalam menguasai pengetahuan masa lalu.
Saat ini IBM sedang bekerja pada Project Debater di mana
mesin IBM Watson diadu berdebat dengan juara dunia debat. Dari
pengalaman didapatkan bahwa IBM Watson dapat lebih unggul
dalam memberikan data dan fakta yang mendukung argumennya,
namun masih kalah dengan juara dunia debat dalam mengatur
kata-kata yang menarik dukungan (aspek emosi) dari penonton.
Kemampuan berpikir mesin yang luar biasa dan bisa
mengimbangi bahkan mengalahkan kemampuan otak manusia
saat ini adalah kemampuan melakukan proses. Suatu proses
memerlukan input. Pada manusia, input itu didapat dari organ
sensoriknya, yaitu mata, telinga, hidung, lidah, kulit, dan ototsendi. Dengan organ sensoriknya, manusia bisa mengenali
perubahan lingkungan, lalu otaknya memproses dan
menginterpretasi data lingkungan yang masuk, kemudian
melakukan respons dengan tindakan yang diperlukan. Apakah
mesin bisa menyamai manusia dalam hal ini? Dalam Project
Debater, IBM Watson kalah dalam memenangkan dukungan dari
penonton karena ia tidak dilengkapi dengan sensor yang
mendeteksi dan menginterpretasikan ekspresi wajah, tubuh dan
suara penonton. Sedangkan manusia yang dilawannya, selain berdebat dengan IBM Watson pasti juga melakukan deteksi
respons penonton melalui mata dan telinganya. Jika IBM Watson
menambah faktor deteksi ekspresi penonton yang kemudian
diolah dengan algoritma, sangat mungkin ia yang akan menang
dalam debat. Mesin tidak punya emosi, namun emosi dapat
menjadi obyek yang diurai (antara lain melalui ekspresi) dan
dinterpretasi, untuk kemudian dilakukan penyesuaian pemilihan
kata-kata dalam berdebat untuk memenangkan emosi dari para
penonton. Terdengar mustahil?
Mesin dapat diperlengkapi dengan multisensor. Salah satu
contohnya adalah mobil otonom (autonomous car) yang
dikembangkan oleh Google, Tesla, dan Uber. Mobil otonom yang
mereka kembangkan menanamkan teknologi sensor cahaya,
posisi, gerak, radar, dan laser, yang langsung diolah oleh
komputer untuk menentukan gerakan mobil tersebut. Diperlukan
kecepatan pengolahan data yang diperoleh dari sensor
sedemikian kompeksnya dan kemudian melakukan keputusan
gerakan apa yang harus diambil, secara terus menerus. Apa yang
bisa dilakukan oleh manusia sebagai pengemudi, harus bisa
dilakukan oleh mesin dengan lebih baik, begitu tujuannya.
Sesungguhnya ide dan riset mengenai mobil otonom
sedah ada sejak tahun 1920-an di Amerika dan Eropa. Namun
mobil otonom yang dikembangkan sebelumnya belum pernah
mencapai level paling tinggi yang dicapai sekarang yaitu mobil
yang sama sekali tanpa orang di belakang kemudi. Di bulan
Oktober 2018, Waymo, yaitu anak perusahaan Google yang
bergerak dalam pengembangan mobil otonom, memperoleh ijin
untuk mengoperasikan mobil otonom tanpa orang di belakang
kemudi di jalan sesungguhnya dalam area terbatas di California.
Umumnya yang menjadi pertimbangan utama dalam
pengoperasian mobil otonom ini adalah keamanannya dibandingkan dengan mobil yang dikemudikan oleh manusia.
Sampai saat ini data mencatat kecelakaan yang dialami mobil
otonom masih lebih tinggi dibandingkan mobil yang dikemudikan
manusia. Namun kita tahu, untuk mesin meningkatkan
kemampuannya menjadi lebih waspada daripada manusia, hanya
soal waktu. Perkembangan teknologi 5G akan juga memberikan
dorongan percepatan hal ini terjadi.
Di masa depan mobil tanpa sopir akan lebih aman
dibandingkan mobil yang dikemudikan oleh manusia, sehingga
mungkin justru manusia tidak lagi bisa memperoleh Surat Ijin
Mengemudi.
Sensor pada mesin tidak harus terletak pada suatu benda
yang berbentuk mobil atau robot. Sesungguhnya, sensor bisa
terletak tersebar di berbagai penjuru dan data yang diperolehnya
kemudian diolah, juga tidak harus oleh hanya satu pusat
pengolahan. Inilah bedanya mesin dengan manusia. Sensor pada
manusia melekat pada tubuh, dan datanya dikirim kepada
kemudian diolah oleh satu otak. Oleh karenanya, mesin bisa jauh
melampaui kemampuan manusia karena kapasitas
multiplikasinya tidak terbatas.
Amazon meluncurkan toko Amazon Go sejak Desember
2016 di Seattle, dan pada saat in telah mempunyai belasan toko
serupa di beberapa kota di Amerika Serikat. Amazon Go memiliki
sensor di seluruh bagian tokonya, sehingga pelanggan yang
belanja di sana tidak perlu menjumpai seorang kasir untuk
membayar, bahkan tidak perlu mendaftarkan sendiri barang
belanjaannya (self-checkout) seperti di Wal-Mart atau Target,
karena sensor di Amazon Go sudah mendeteksi apa saja barang
yang dibawa pelanggan ke pintu keluar, jumlahnya berapa, dan
total harganya berapa. Semua data tersebut dikirimkan ke
smartphone pelanggan, dan pelanggan tinggal memberi
persetujuan membayar. Amazon menerapkan machine learning
dalam programnya, sehingga tidak saja ia dapat mendeteksi apa
saja barang belanjaan yang dibeli pada akhirnya, namun juga
proses mereka mengambil keputusan membeli, misalkan apakah
mereka membandingkan dengan barang lain, memilih ukuran,
dan sebagainya, yang diolah menjadi masukan untuk lebih
mengerti jalan berpikir dan perilaku pelanggan.
Karena kesadaran akan waktu yang dimiliki oleh manusia,
yang tidak dimiliki oleh mahluk lainnya, manusia mempunyai
keinginan yang kuat untuk mengetahui masa depan. Tujuannya
adalah agar dapat mempengaruhi masa depan sesuai dengan
keinginannya, ataupun sedikitnya mempersiapkan diri
menghadapi hal yang akan dialaminya di masa depan. Di seluruh
dunia, para peramal yang dipercaya sakti bisa menangguk
kekayaan dari orang-orang yang minta diramal tentang masa
depannya. Memang kemampuan mengetahui masa depan
merupakan suatu kemampuan yang bila dikuasai bisa
memberikan manusia kekuasaan yang luar biasa, khususnya
apabila apa yang diketahuinya tentang masa depan tidak
diketahui oleh orang lain. Seperti halnya kemampuan Sadewa
dalam cerita Mahabharata.
Saat ini kemampuan mesin terus dikembangkan untuk
bisa memprediksi masa depan dengan akurat. Data yang
diperoleh dari masa lalu, digabungkan dengan data saat ini yang
terus didapat dari monitor atau sensor, diolah dengan algoritma
yang dikembangkan oleh mesin sendiri melalui machine learning
dan deep learning, dapat menghasilkan prediksi yang melampaui
prediksi manusia ahli. Salah satu contoh adalah di Januari 2018,
Stanford mengumumkan bahwa mesin yang dikembangkannya
dapat memprediksi kematian. Mesin mereka dapat memantau
perkembangan pasien yang dirawat di ICU rumah sakit, dan dapat
memprediksi bahwa pasien tersebut akan meninggal dalam
jangka waktu 6 jam, dengan ketepatan 90%. Mengingat
kemampuan mesin yang terus meningkat sesuai dengan deret
eksponensial, maka suatu keniscayaan bahwa ketepatan prediksi
tersebut akan terus meningkat, dan dengan kemungkinan situasi
yang lebih luas, termasuk pada pasien yang tidak dirawat, namun
terpantau dengan sensor IoT.
Salah satu konsep yang dikembangkan dalam kemajuan
teknologi digital adalah konsep “Digital Twin”, yaitu membuat
kembaran virtual dari diri manusia, maupun barang apapun
misalkan motor atau mobil, di dalam sistem, dengan cara
memasukkan data-data sebanyak mungkin dengan waktu data
diperoleh agar dapat dilakukan suatu simulasi atas data tersebut
untuk memprediksi masa depan yang akan dihadapi obyek
sesungguhnya.
Contoh penerapan digital twin: Pak Bambang (pasien
ilustrasi) berumur 51 tahun, menderita fibrilasi atrial jantung.
Denyut jantungnya tidak teratur dan bisa berdenyut dengan
sangat cepat di atas 150 denyut per menit. Gangguan ini sangat
berisiko fatal. Setiap saat Pak Bambang bisa pingsan, mengalami
serangan jantung, atau stroke. Pak Bambang kemudian
berkonsultasi dengan dokter ahli jantung (kardiologis). Sang
dokter melakukan pemeriksaan lengkap termasuk pemeriksaan
darah, EKG, Ekokardiografi, dan lainnya, secara serial atau
beberapa kali dalam rentang waktu tertentu. Semua data tersebut
digabung dengan data umur, berat badan, tekanan darah,
pemeriksaan fisik, riwayat, dan lainnya kemudian dimasukkan ke
dalam sistem, membangun gambaran seorang ‘pasien’ yang
menjadi ‘digital twin’ dari Pak Bambang. Digital twin Pak Bambang
terhubung dengan cloud yang memiliki data dari sejumlah besar
digital twin pasien dari seluruh dunia, termasuk pasien dengan fibrilasi atrial. Dengan membandingkan digital twin Pak Bambang
dengan data digital twin pasien-pasien lain di cloud, sang dokter
bisa mendapatkan pilihan prosedur pengobatan apa yang terbaik
dalam kasus Pak Bambang berdasarkan analisis kumpulan data
digital twin para pasien yang sudah pernah menjalani prosedur
pengobatan sebelumnya. Demikian pula sang dokter bisa
melakukan prediksi apakah sesudah prosedur pengobatan Pak
Bambang akan mengalami kekambuhan, dan apabila ya, kapan
kemungkinan besar itu akan terjadi.
Tanpa melakukan prosedur komparasi digital twin dalam
cloud, kemampuan memilih prosedur pengobatan dari dokter
yang mengobati Pak Bambang hanya berdasarkan data
pengalaman sang dokter yang pasti jauh lebih sedikit, dan
berdasarkan kepustakaan yang dibacanya yang juga pasti
terbatas.
Konsep digital twin ini sudah diterapkan dalam platform
konsultasi kesehatan digital Babylon (www.babylonhealth.com),
yang mana seseorang dapat bertanya tentang gejala penyakitnya
kepada mesin dengan artificial intelligence dengan kemampuan
yang setara dengan dokter.
Jika contoh ilustrasi di atas terjadi di dunia kedokteran, hal
yang sama bisa diterapkan di bidang lain. Contohnya, bank bisa
membuat digital twin dari para nasabahnya berdasarkan data
yang dimilikinya, termasuk data demografi, riwayat transaksi,
riwayat penerimaan, pinjaman, dan lain sebagainya, sehingga
bank tersebut dapat menilai layanan atau penawaran apa yang
paling cocok untuk sang nasabah, baik untuk saat ini maupun saat
mendatang.
Demikian pula apabila konsep digital twin diterapkan pada
produk. Misalkan ketika perusahaan Honda mengirimkan sebuah
sepeda motor baru kepada seorang pembelinya, data awal
spesifikasi sepeda motor tersebut bisa dimasukkan ke dalam
sistem. Selanjutnya arus data dari sepeda motor tersebut bisa
diperoleh dari peralatan IoT (internet of things) yang ditanamkan
dalam sepeda motor tersebut, sehingga didapatkanlah suatu
serial data. Dari serial data sepeda motor tersebut dengan
membandingkannya dengan kompilasi data sepeda motor sejenis
yang pernah dijualnya, maka bisa diperoleh prediksi kapan
sepeda motor tersebut memerlukan pergantian suku cadang
tertentu, sehingga sang pembeli bisa diinformasikan untuk
melakukannya sebelum sepeda motornya mogok.
MENDEKATI HIDUP ABADI DI TAHUN 2045
Sejauh manakah mesin dengan kecerdasan buatan
(artificial intelligence) bisa mengalahkan kemampuan otak
manusia dan berapa lama lagi hal tersebut terjadi?
Ray Kurtzweil, seorang futurist tersohor di Amerika Serikat
yang telah memperoleh berbagai penghargaan atas karyanya,
memprediksi bahwa di tahun 2029 mesin akan lulus dari Turing
Test, yang berarti orang sudah tidak bisa membedakan hasil dari
pemikiran mesin dengan pemikiran orang (saat ini mesin masih
belum mampu menyerupai hasil pemikiran manusia yang
mengandung unsur emosi). Ray juga mengatakan bahwa di tahun
2045 akan terjadi masa Singularity, yaitu masa di mana
kemampuan inteligensia mesin sudah melampaui kemampuan
intelegensia manusia di segala bidang.
Apa itu artinya bagi manusia? Artinya manusia mempunyai
kesempatan yang lebih besar dan lebih cepat untuk mencapai apa
yang selama puluhan ribu tahun dikejarnya, yaitu mengalahkan
kematian.
Tentunya di sisi lain adalah manusia harus mencari
pekerjaan yang bisa dilakukannya dengan lebih baik
dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh mesin. Dulu ketika
revolusi industri pertama sampai revolusi industri ketiga terjadi,
manusia makin bergeser menuju kemampuan otak dibandingkan
kemampuan fisik yang telah makin lama makin dikalahkan oleh
mesin sejak revolusi industri pertama. Namun sejak revolusi
industri keempat yang merupakan bagian dari transformasi digital
ini, manusia secara bertahap makin terkalahkan oleh mesin dalam
segi kemampuan otak. Manusia harus menemukan kemampuan
apa lagi yang harus dikembangkan manusia yang belum
dikalahkan oleh mesin. Manusia adalah mahluk dengan
kemampuan adaptasi yang sangat tinggi, karenanya pada
saatnya manusia pasti akan bisa beradaptasi dengan situasi yang
berkembang.
Saat ini kemajuan kemampuan mesin dengan kecepatan
yang eksponensial membuat banyak sekali penemuan-penemuan
baru di berbagai bidang. Antara lain manusia telah mampu
membuat pemetaan gen manusia, membuat klon mamalia bahkan
klon monyet, mengedit gen dengan CRISPR, membuat foto
blackhole yang jaraknya 55 juta tahun cahaya, dan sebagainya.
Dan penemuan-penemuan ini baru menggunakan kemampuan
mesin yang dikendalikan oleh pemikiran manusia.
Tahap berikutnya yang akan kita hadapi adalah mesin bisa
belajar sendiri dari data-data yang diperolehnya, membuat pola
algoritma sendiri yang terus ia perbaiki, sehingga mesin seakan
mempunyai logikanya sendiri yang tidak mampu dijelaskan
kepada manusia namun lebih tepat dibandingkan logika manusia.
Dengan kemampuan mesin seperti itu, manusia bisa berharap
mendapatkan apa yang dikejarnya selama puluhan juta tahun
yaitu mengalahkan kematian dan hidup selamanya dapat segera
dicapai dalam abad ini. Ada dua jenis konsep kehidupan abadi
yang ada saat ini. Yang pertama adalah projek kehidupan abadi
secara fisik. Calico Project yang didanai oleh Google bekerja pada
projek jenis ini. Yang kedua adalah konsep kehidupan abadi
secara virtual, yang dikemukakan antara lain oleh Ray Kurtzweil.
Calico Project bekerja untuk mengatasi penyakit-penyakit
yang secara signifikan mempengaruhi angka harapan hidup, serta
riset pada proses anti penuaan. Namun seperti yang kita ketahui,
makin tua seorang manusia, tentunya akan makin mahal biaya
mempertahankan hidupnya. Oleh karenanya, memperpanjang
hidup atau menuju kehidupan abadi secara fisik akan memerlukan
biaya yang sangat tinggi.
Sedangkan konsep kehidupan abadi secara virtual yang
dikembangkan oleh antara lain Ray Kurtzweil lebih kepada
kehidupan abadi non-fisik. Konsep ini memandang bahwa
sesungguhnya eksistensi manusia adalah pada pikirannya.
Coba kita bayangkan, jika seseorang kecelakaan, dan
kehilangan anggota tubuhnya, sampai di mana kita masih bisa
mengatakan orang tersebut masih ‘ada’ atau hidup?
Mari kita mengambil suatu cerita perumpamaan sebagai
berikut; Jika Stephen Hawkings, yang kita tahu terkena penyakit
ALS (amyotrophic lateral syndrome) yang membuat seluruh
bagian tubuhnya lumpuh, namun otaknya masih dapat bekerja
dengan baik, ditransplantasikan otaknya kepada tubuh muda
seseorang –misalkan bernama Johny- yang kehilangan fungsi
otaknya oleh karena sesuatu. Ketika tubuh Johny dengan otak
Stephen Hawkings itu Anda jumpai, apakah Anda berjumpa
dengan Johny atau Stephen Hawkings? Menurut Anda, siapa istri
sesungguhnya dari tubuh Johny dengan otak Stephen Hawkings
tersebut; istri dari Johny atau istri dari Stephen Hawkings?
Kebanyakan orang akan menjawab bahwa tubuh Johny
dengan otak Stephen Hawkings tersebut adalah Stephen
Hawkings yang hidup dengan tubuh baru dibandingkan dengan
adalah Johny yang hidup dengan otak baru. Hal ini dikarenakan
konsep ‘hidup’ seseorang lebih pada kepribadiannya yang
terungkap dari sifat dan cara berpikirnya, yang sesungguhnya
merupakan fungsi dari korteks otak.
Bagaimana jika otak Stephen Hawkings di dalam tubuh
Johny tersebut kemudian secara perlahan digantikan dengan
computer chips yang bisa memberikan fungsi dan respons serta
kepribadian dan sifat yang sama dengan otak biologis? Apakah ia
tetap Stephen Hawkings atau bukan?
Dengan perkembangan teknologi saat ini yang telah
memasuki fase artificial neural networks, menciptakan ‘digital twin’
bukan hanya untuk aspek fisik, namun juga pikiran, bukanlah
suatu hal yang mustahil. Suatu hari di masa depan, manusia
dapat membuat ‘mirror’ atau cermin dari seluruh pemikirannya ke
dalam artificial neural network yang akan mampu menjadi media
pengganti otak biologis. Ketika fisik tubuh orang tersebut
kemudian mati secara biologis, pemikiran, kepribadian, sifat orang
tersebut akan terus hidup dan dapat terus belajar dan berinteraksi
dengan orang atau ‘virtual life’ lainnya. Ray Kurtzweil memprediksi
bahwa hal ini dapat dilakukan pada tahun 2045. Seperti juga
teknologi lainnya, hal ini juga bisa terjadi lebih cepat daripada
perkiraan, khususnya apabila kita melihat perkembangan
komputer kuantum yang makin mendekati implementasi.
Jika hal ini dikombinasikan dengan teknologi klon
manusia, manusia dapat mengembangkan klon fisik dirinya
secara biologis, yang kemudian menampung ‘virtual life’nya
kembali ke otak biologisnya. Hal ini mirip dengan permisalan kita
membeli 2 buah laptop yang persis sama, kemudian kita gunakan
1 dari 2 buah laptop tersebut untuk bekerja, dan 1 lainnya kita
simpan. Suatu saat ketika laptop yang kita pakai telah banyak
cacatnya karena terbentur dan sebagainya, kita membuat mirror
dari isi hard disknya ke hard disk eksternal, kemudian kita
pindahkan isi dari hard disk eksternal tersebut ke dalam hard disk
laptop yang kita simpan dan belum dipakai.
KOMPUTER KUANTUM AKAN MEMPERCEPAT REVOLUSI
DIGITAL
Semua kemajuan digital yang sedemikian dahsyat yang
sampai saat ini kita alami, berbasiskan pada sistem digital yang
telah berkembang lebih dari 100 tahun dengan prinsip yang sama,
yaitu penghitungan binari berbasis 0 atau 1. Saat ini sedang
dikembangkan sistem komputasi yang berbasis kuantum yang
tentu memerlukan prosesor berbasis konsep fisika kuantum, di
mana dalam satu saat proses dapat mempunyai pilihan yang
banyaknya tergantung jumlah qubits yang diintegrasikan.
Pada bulan Januari 2019, IBM mengumumkan telah
berhasil mengintegrasikan 20 qubits dalam computer kuantum,
yang berarti kecepatannya 500.000 kali lipat dibandingkan
komputer yang berbasiskan binari, setara dengan proses yang
memerlukan waktu 6 hari dalam komputer binari bisa diselesaikan
dalam waktu 1 detik menggunakan komputer kuantum 20 qubits
tersebut. Namun komputer kuantum IBM hanya mampu
mempertahankan posisi 20 qubits tersebut dalam waktu yang
singkat sekali kurang dari 1 milidetik. Dengan berjalannya waktu,
hal ini pasti bisa didapatkan solusinya.
Diprediksikan komputer kuantum pertama bisa difungsikan
di tahun 2025. Dengan fungsi komputasi sedemikian cepatnya,
maka sistem keamanan siber sehebat apapun yang ada saat ini
akan menyerah. Seluruh sistem keamanan siber saat ini harus
menggunakan Quantum Key, yang berarti seluruh sistem yang
ada saat ini terpaksa harus berubah ke prosesor kuantum.
TEKNOLOGI 5G TELAH HADIR
Jika komputer kuantum merevolusi kecepatan prosesor,
teknologi 5G merevolusi kecepatan koneksi nirkabel antar mesin.
Selain kapasitas bandwith yang besar, 5G juga mempunyai
latensi yang sangat kecil dibandingkan pendahulunya yaitu 4G
LTE. Secara rata-rata kecepatan 5G dalam mengirim dan
menerima data adalah 10 kali lipat dibandingkan 4G LTE. Jadi jika
Anda mengunduh suatu file dengan 4G LTE memerlukan waktu
1 jam, dengan 5G Anda dapat mencapainya dalam 6 menit. Selain
itu fitur yang penting dari 5G adalah latensinya, atau kecepatan
sampainya data dari pengirim ke penerima data. Latensi 5G
secara rata-rata adalah satu perseratus detik, lima kali lebih cepat
daripada 4G LTE yang lima perseratus detik. Hal ini penting untuk
pekerjaan remote yang mengandalkan kecepatan respons,
misalkan bedah robotik, di mana sang ahli bedah mengendalikan
robot di lokasi yang jauh menggunakan koneksi nirkabel untuk
melakukan pembedahan pada pasien. Ini juga penting untuk
meningkatkan keamanan kendaraan otonom dan kecepatan
koneksi untuk komputasi awan (cloud computing).
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Qualcom, 5G
disebut mampu mendorong ekonomi global hingga USD 13,1
triliun pada 2035. Indonesia sudah secara resmi meluncurkan
layanan internet 5G pada tanggal 27 Mei 2021 di beberapa kota
besar, yang secara bertahap akan menjangkau daerah-daerah
lainnya.
Di antara sedemikian banyak teknologi digital yang sedang
berkembang, World Economic Forum (2018) menyebutkan ada
tujuh teknologi digital yang sedang mentransformasi dunia dalam
riset Digital Transformation Initiative.
1. Artificial intelligence; yaitu kemampuan mesin untuk meniru
kecerdasan manusia, saat ini telah bisa lebih pandai daripada
manusia di beberapa bidang, dan suatu saat akan lebih pandai
daripada manusia di hampir semua bidang.
2. Autonomous vehicle; kendaraan otonom, bukan dengan tujuan
membuat orang tidak bisa menyetir lagi, namun lebih kepada
meningkatkan keamanan masyarakat.
3. Big data analytics and cloud; makin banyak data yang
dianalisis, maka ketepatan prediksi akan makin baik, dan cloud
memungkinkan data dari berbagai sumber untuk dijadikan satu
sehingga menjadikan super big data.
4. Customs manufacturing and 3D printing; dengan teknologi
digital sekarang, produk dapat lebih disesuaikan dengan
kebutuhan individual, misalkan untuk prostesis (organ buatan)
manusia yang dulunya harus memilih ukuran standar yang
paling mendekati, saat ini bisa dibuat dengan sangat presisi
untuk tiap orang.
5. Internet of Things; dengan teknologi wireless digital semua
benda bisa menjadi sensor dan eksekutor. Misalkan CCTV
yang tersebar di seluruh kota, bisa menjadi sensor mata untuk
memantau kota menggantikan mata petugas, sekaligus bisa
digunakan misalnya untuk memancarkan suara untuk
mengusir burung yang menjadi hama di kota.
6. Robot and drones; pekerjaan sehari-hari yang rutin mulai dapat
digantikan dengan robot yang bila dilengkapi dengan
kemampuan terbang drone, maka mampu lebih efektif.
Contohnya, para petani di Temanggung menggunakan drone
yang dapat menyemprot pupuk di sawah mereka dengan
sangat cepat dan akurat, dan dengan biaya yang sangat murah
dibandingkan mencari anak muda yang makin enggan
melakukan pekerjaan tersebut.
7. Social media and platforms; media sosial sangat menunjang
kebutuhan bersosialisasi manusia yang sangat mendasar, kita
tentu merasakan bahwa kita mempunyai kenalan yang jauh
lebih banyak sebelum masa digital. Lebih dari itu platform
berbasis sosial juga banyak membantu masyarakat, misalkan
platform kitabisa.com yang menghubungkan masyarakat yang
perlu bantuan dengan yang mau memberikan bantuan.
Semua kemajuan ini dapat berdampak positif yang besar
dan cepat kepada dunia, yang bisa meningkatkan kesejahteraan
bagi banyak sekali penduduk dunia.
Semua teknologi yang berkembang mendukung satu
sama lainnya, dan saling terkait satu dengan lainnya. Teknologi
digital membuat kehidupan manusia makin sejahtera, mudah, dan
memenuhi keinginannya, hal ini sesuai dengan tujuan manusia
mengalahkan alam untuk menikmati kehidupan fisiknya di dunia
ini. Kita bayangkan, baru 3 tahun yang lalu kita masih membeli
tiket kereta api dengan cara mengantri di loket di stasiun kereta,
yang umumnya memakan waktu sampai 30 menit. Saat ini kita
bisa membeli tiket kereta api dengan hanya melihat di smartphone
kita, dan memerlukan waktu kurang dari 2 menit. Selisih waktu 28
menit yang terbuang sia-sia karena mengantri tiket kereta api,
dapat kita gunakan untuk hal lain yang kita inginkan.
Sesungguhnya, 28 menit itu bagaikan ditambahkan balik ke usia
kita, setara dengan usia kita bertambah panjang 28 menit. Dan
untuk memperoleh proses ini bukanlah sesuatu yang mahal untuk
masyarakat, sesuatu hal yang murah dan bisa dijangkau oleh
masyarakat, terlepas dari harga tiketnya tentunya. Proses
teknologi digital membuat banyak hal menjadi mudah dan murah,
sehingga terjangkau oleh seluruh lapisan ekonomi masyarakat.
Suatu proses digitalisasi biasanya akan melalui jalur yang
sama. Kita ambil contoh digitalisasi pelayanan perbankan.
Awalnya proses digitalisasi akan mengalami fase deception, fase
di mana orang memandang rendah produk digital yang ada,
karena kualitasnya jauh di bawah produk yang ada. Di masa
awalnya internet banking di awal tahun 1990, masih
menggunakan dial-up connection, dan dengan protokol eksekusi
yang rumit. Jika ada pilihan di depan nasabah antara layanan
seorang teller atau dengan komputer yang bisa ia operasikan
untuk internet banking, pasti sang nasabah memilih layanan teller
karena jauh lebih cepat dan mudah.
Seiring dengan kemajuan teknologi, layanan internet
banking makin mudah, karena didukung oleh infrastruktur jaringan
yang makin baik, teknologi koneksi baru, komputer yang makin
mudah digunakan. Perkembangan smartphone dengan layar
sentuh, yang memungkinkan dibuatnya aplikasi m-Banking makin
membuat nasabah lebih mudah melakukan transaksi perbankan
tanpa bantuan teller.
Karena itu saat ini pelayanan perbankan telah mengalami
fase disrupsi (disruption), di mana nasabah lebih memilih
melakukan sendiri transaksinya melalui smartphonenya,
walaupun seandainya ada layanan teller yang disediakan oleh
bank. Hanya jika layanan yang ingin dilakukannya tidak bisa
dilakukannya di smartphonenya misalkan karena batasan jumlah
nilai transaksi, maka ia akan ‘terpaksa’ menemui teller Jika layanan teller tidak dipilih lagi oleh nasabah, maka
jumlah nasabah yang mengunjungi kantor cabang menurun
drastis. Maka pimpinan bank yang rasional akan berpikir, untuk
apa lagi ada kantor cabang yang sepi kunjungan nasabah. Maka
terjadi penutupan kantor cabang, layanan tetap ada tetapi melalui
smartphone bukan di gedung kantor cabang. Inilah yang disebut
dematerialisasi (dematerialisation). Penyedia layanan yang
berupa fisik lenyap, yang ada layanan berupa non-fisik atau
digital.
Dengan dematerialisasi, maka beban biaya akan menurun
jauh, karena sesungguhnya memelihara dan mengoperasionalkan segala sesuatu yang bersifat fisik itu memakan biaya yang
lebih tinggi dibandingkan yang non-fisik. Karena beban biaya
operasional menurun, maka biaya yang dibebankan kepada
nasabah pun bisa diturunkan, sampai pada level yang sangat
murah, inilah yang disebut dengan demonetisasi (demonetization).
Karena sangat murah, maka semua lapisan masyarakat
dapat ikut menikmati layanan tersebut, inilah yang disebut dengan
demokratisasi (democratization). Demokratisasi Digital
menjangkau masyarakat kalangan bawah lebih luas, sehingga
secara relatif membuat mereka bisa menjangkau layanan
keuangan dengan lebih ekonomis dan praktis.
Kemajuan transformasi digital perbankan akan membuat
layanan perbankan sedemikian murah, sehingga masyarakat
kurang mampu yang sebelumnya tidak diincar menjadi nasabah
karena biaya mengelolanya lebih mahal dibandingkan hasil yang
didapat dari nasabah tersebut, sekarang bisa menjadi nasabah
yang bernilai bagi pendapatan bank.
Hal ini juga akan membuat pemerintah semua negara
menjadi senang, karena tentunya semua pemerintah ingin
rakyatnya menjadi lebih sejahtera, dan dapat mengakses
pelayanan institusi keuangan, baik dalam rangka penyaluran hakhak keuangan masyarakat, mengembangkan ekonomi
masyarakat, maupun dalam kontrol keuangan negara.
MANFAAT TRANSFORMASI DIGITAL BAGI EKONOMI
MASYARAKAT
Menurut data UNDP (undp.org) dari keseluruhan jumlah
penduduk dunia saat ini yang sekitar 7,7 miliar orang, ada sekitar
300 juta orang yang mempunyai pendapatan di atas USD 20.000
per orang per tahun (di atas USD 60 per hari), ada sekitar 2,5
milyar orang berpenghasilan antara USD. 5 sampai USD 60 per
hari, dan sisanya mempunyai penghasilan di bawah USD 5 per
hari, sebagian dari mereka (sekitar 1 milyar orang)
berpenghasilan di bawah USD 2 per hari (menggunakan
Purchasing Power Parity, batas kemiskinan ekstrim
internasional). Jika bagi mereka yang berpenghasilan di bawah
USD 2 per hari (PPP adjusted) sulit untuk mencukupi kebutuhan
dasar mereka, bagi mereka yang berpenghasilan di bawah USD
5 per hari (PPP adjusted), sulit bagi mereka untuk hidup dengan
layak.
Untuk mereka yang berjumlah lebih dari 4,5 milyar orang
di dunia, kemajuan teknologi digital menjadi berkat untuk
kehidupan mereka, karena sejalan dengan proses digitalisasi
yang membawa dematerialiasi yang menyebabkan demonetisasi,
mereka menjadi mempunyai kemampuan menikmati hal-hal yang
sebelumnya hanya bisa dinikmati oleh mereka yang
berpenghasilan jauh lebih tinggi dari mereka. Bayangkan mereka
sekarang mampu mempunyai smartphone dengan pulsa murah
yang memungkinkan mereka bisa video-chat dengan rekanrekannya, bisa berkenalan dan berinteraksi dengan orang-orang
yang terkenal melalui Facebook atau Twitter, dan membeli
barang-barang lebih murah dari e-commerce.
Digitalisasi meningkatkan kemakmuran masyarakat
dengan membuat nilai uang yang sama mampu membeli faktor
penunjang kesejahteraan dengan lebih banyak dan lebih
berkualitas. Dan hal ini terjadi dengan cepat, jauh lebih cepat
dibandingkan ketika manusia meningkatkan teknologi jaman dulu
yang belum menggunakan teknologi digital, misalkan teknologi
pertanian. Jadi teknologi digital bukan hanya mentransformasi
cara orang berbisnis, tetapi mentransformasi dunia, dan
mentransformasi masyarakat yang kurang mampu di seluruh
dunia.
Bagaimana dampak transformasi teknologi khususnya
teknologi digital terhadap Indonesia? Seperti halnya di negara
berkembang lainnya, masyarakat Indonesia lebih diuntungkan
dengan transformasi digital yang terjadi.
Bayangkan dulu ketika PT Telkom Indonesia berusaha
menghubungkan komunikasi seluruh penduduk Indonesia, harus
menarik kabel tembaga ke seluruh pulau dan menyambungkan ke
setiap rumah. Tentunya hal tersebut tidak pernah mencapai
cakupan yang memuaskan, mengingat Indonesia terdiri dari
belasan ribu pulau dengan 5.000-an pulau yang dihuni.
Namun sekarang kabel yang ditarik hanya kabel optik
sebagai backbone, dan rumah bukan lagi target untuk koneksi
tetapi langsung ke perangkat handphone di tangan orang.
Hasilnya sekarang capaian jangkauan telekomunikasi sudah
mencapai hampir semua desa, walau sebagian masih jaringan 2G
atau 3G. Namun mereka dapat menikmati itu semua dengan jauh
lebih mudah dan murah dibandingkan jaman harus memasang
jaringan telpon di dalam rumah.
Dengan komunikasi yang lebih baik banyak hal bisa
dikoordinasikan dan dikembangkan dengan baik. Banyak petani
bisa terbantu dengan mengakses pasar langsung melalui internet
misalnya. Dulu mengirim dan mengambil uang harus ke kota
besar, kini bisa tinggal mengunjungi toko kelontong terdekat
dengan sistem keuangan Laku Pandai. Dan banyak lagi hal yang
dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia dengan cakupan yang
luas.
Sebagaimana umumnya terjadi di dunia, dampak terbesar
transformasi digital lebih berpengaruh terhadap masyarakat di
strata ekonomi lebih bawah. Lebih dari 50% masyarakat
Indonesia mengkonsumsi di bawah Rp. 2 juta per orang per bulan
(di bawah USD 5 per hari). (Frost&Sullivan, 2018) Mereka ini yang
tadinya tidak terjangkau oleh standar masyarakat modern seperti
mempunyai rekening di bank, saat ini mereka bisa mempunyai
layanan finansial berbasis non-bank atau yang disebut dengan
fintech yang berbiaya administrasi murah dibandingkan
administrasi bank, bahkan gratis dan tanpa saldo minimum.
Berbagai model pinjaman pun bisa diperoleh dengan lebih mudah
dan murah dibandingkan sebelumnya. Jika sebelumnya bank agak enggan mengerahkan upaya
untuk merekrut masyarakat berpenghasilan rendah sebagai
nasabah karena biaya pengelolaanya lebih besar dibandingkan
dengan keuntungan yang diperoleh, kini mereka dapat
melakukannya karena teknologi digital membuat biaya tersebut
menjadi turun drastis. Jika mereka tidak mau melakukannya,
maka pasar tersebut akan diambil oleh perusahaan fintech.Jika sebelumnya mereka harus meminjam kebutuhan
keuangannya kepada tengkulak karena mereka tidak punya akses
ke bank, saat ini mereka punya alternatif meminjam kepada
fintech, kepada bank yang sudah transformasi digital, atau tetap
kepada tengkulak yang mau tidak mau juga menurunkan
rentenya. Namun tidak sedikit tengkulak modern saat ini yang
menggunakan pendekatan digital, memberi pinjaman melalui
aplikasi fintech illegal dengan bunga yang sangat tinggi dan
dengan pendekatan teror sosial kepada yang gagal bayar. Yang
menjadi korban adalah masyarakat kelas bawah yang kurang
faham keuangan namun ingin mendapat pinjaman yang mudah.
Sebenarnya industri perbankan mempunyai kelebihan
dibandingkan perusahaan-perusahaan fintech, yaitu:
a. Modalnya jelas dan modal disetor minimal ditetapkan cukup
besar
b. Kesehatannya selalu dipantau oleh lembaga otoritas
keuangan c. Data nasabah aman karena sistem IT nya dipantau dan
diaudit oleh lembaga otoritas keuangan
d. Keamanan simpanan nasabahnya dilindungi oleh Lembaga
Perjaminan Simpanan
e. Ada kode etik maupun peraturan operasi yang jelas dan
ditegakkan
f. Profesionalisme para pelaksananya jelas
Namun semua hal tersebut bisa menjadi tidak berarti bagi
masyarakat umumnya, apalagi masyarakat kelas bawah, yang
tidak mengerti apa keuntungannya berhubungan dengan industri
perbankan dibandingkan dengan fintech yang dirasa lebih mudah,
cepat, murah (untuk sebagian jasa fintech), tidak birokratis (dalam
prosedur meminjam), dan memberi nilai pengembalian yang lebih
tinggi (bagi investor peer-to-peer lending).
Sebelum fintech berkembang, penipuan keuangan
terhadap masyarakat pun sudah marak terjadi terutama dalam
pengelolaan dana (antara lain kasus Abu Tour), apalagi dengan
pendekatan digital yang jauh lebih mudah menjangkau
masyarakat yang lebih luas. Karena itu, literasi keuangan menjadi
tugas yang makin mendesak bagi pemerintah, yang harus
dikerjakan bersama dengan industri perbankan, untuk
menghindari kenyataan lapangan di mana perusahaan yang
beretika malah kalah bersaing dengan mereka yang tidak
beretika.
Di tahun 2020 diproyeksikan akan ada 40 juta keluarga
dengan pengeluaran per tahun sebesar USD 5.000 sampai
dengan USD 15.000 (Rp. 6 – 18 juta per bulan) dan 13,5 juta
keluarga dengan pengeluaran per tahun sebesar USD 15.000
sampai dengan USD 30.000 (Rp. 18-36 juta per bulan). Mereka
adalah yang disebut mass consuming class dengan total
sebanyak 53 juta keluarga atau jika dihitung jumlah orangnya
sekitar 200 juta orang. Mass consuming class inilah yang menjadi
konsumen terbesar dalam perekonomian nasional. Adapun
lapisan bawah yang memasuki mass consuming class yang
sejumlah 40 juta keluarga atau 65% dari seluruh penduduk
Indonesia itu adalah orang-orang yang mulai mempunyai uang
untuk ditabung dan diinvestasikan untuk membeli rumah dan
lainnya.Dilihat dari segi penyebaran penduduk, kota-kota besar di
Indonesia yang terutama terdapat di Jawa dan Sumatera akan
terus bertumbuh penduduknya. Secara keseluruhan penduduk
yang tinggal di kota akan berjumlah lebih banyak dibandingkan
yang tinggal di desa. Karena perkembangan infrastruktur digital di
kota-kota di Indonesia umumnya sangat pesat, maka dapat
diproyeksikan mayoritas masyarakat dapat menggunakan fitur
digital yang lebih maju seperti 4G yang sudah memadai untuk smart applications di tahun 2020. Menurut Telkom, secara
populasi 90% penduduk Indonesia telah mendapat layanan 4G
LTE per September 2020.
Biaya koneksi internet di Indonesia adalah termasuk yang
paling murah dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya,
namun bandwith dan kecepatan koneksi termasuk yang terburuk.
Kondisi seperti itu bukan hanya dialami oleh Indonesia, namun
juga dialami oleh China dan India. Suatu konsekuensi wajar dari
negara berkembang dengan berpenduduk luar biasa banyak. Data juga menunjukkan bahwa konsumsi koneksi data di
Indonesia bertumbuh dengan pesat sekali, bukan hanya untuk
kebutuhan formal namun juga kebutuhan informal. Pertumbuhan
jumlah pengguna internet di Indonesia pun telah menyusul
negara-negara lain sehingga di tahun 2021, Idonesia telah
menempati peringkat keempat di antara semua negara, telah
sesuai dengan peringkat jumlah populasi.Masyarakat Indonesia juga banyak menggunakan waktunya
untuk social media, sehingga waktu pemakaian smartphone pun
lebih tinggi dibandingkan kebanyakan masyarakat negara Asia
Tenggara lain. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa social
media dapat menjadi sarana komunikasi yang efektif, apabila
dapat dikelola dengan baik.Penggunaan e-money dalam pembayaran juga meningkat
baik dari segi frekuensi penggunaan maupun dari segi nilai yang
dipakai, terutama sejak didorong penggunaannya oleh
diharuskannya membayar jalan tol dengan e-money di tahun
2017, yang