Selasa, 03 Desember 2024

Published Desember 03, 2024 by

wiraswasta 1




saat  pemerintah menggalakkan program Gerakan 
Kewirausahaan Nasional (GKN), berarti ada sesuatu yang 
istimewa dengan wirausaha. Keistimewaan ini  setidaknya 
terkait dengan kemampuan wirausaha untuk mengurangi 
kemiskinan dan pengangguran, dan  melatih mental untuk berani 
mengambil risiko dan tahan banting.
Namun, untuk menggelorakan semangat wirausaha butuh 
perjuangan panjang. pemicu  utamanya yaitu  pola pikir. 
Kebanyakan kita terbiasa dengan pandangan bahwa menjadi 
karyawan, apalagi pegawai negeri sipil (PNS), yaitu  tujuan akhir. 
Selepas kuliah, yang diburu yaitu  pekerjaan. Maka, berlembar-
lembar surat lamaran pun dikirim. Kita sudah terbiasa dimanjakan 
oleh zona nyaman. Dengan bekerja, berarti penghasilan masuk 
setiap bulan. Tanpa risiko apapun. Tidak perlu repot lagi ke 
sana ke mari. Hal inilah yang membuat gerakan kewirausahaan 
nyaris jalan di tempat. Padahal, kita membutuhkan lebih banyak 
wirausahawan, untuk mendorong bangsa ini sejajar dengan 
bangsa-bangsa lain. 
Mengubah pola piker itulah pekerjaan rumah yang sangat 
besar. Butuh usaha  tanpa lelah. Butuh pengorbanan dan 
keberanian. Para pemuda dan mahasiswa perlu dilatih untuk 
berani mengambil risiko, berani gagal, jeli melihat peluang, 
dan pantang menyerah. Jika satu start up wirausaha gagal, coba 
lagi start up ini , pelajari letak kegagalannya, atau mencari 
celah start up yang lain. Maka, passion menjadi hal yang tak 
terelakkan. Passion pula yang membuat seorang wirausahawan 
bisa merangkak, naik kelas ke level yang lebih tinggi.
Lalu, dari mana passion ini ? Gampang saja. Mulailah 
memulai usaha dari hobi. Apalagi, pada zaman sekarang banyak 
pemuda dan mahasiswa yang mempunyai hobi unik, yang bisa 
dikembangkan menjadi sebuah usaha. Bila usaha dimulai dari 
hobi, maka passion tidak akan hilang. Sebab apa? Tidak lain 
sebab  usaha ini  yaitu  juga hobinya. Dengan kata lain, 
suatu usaha akan tumbuh dan berkembang jika usaha itu menjadi 
bagian dari hobi atau kegemaran. Jadi, jangan lakukan usaha yang 
tidak kita gemari.
Melalui buku ini, kami ingin mengungkapkan bagaimana kita 
bisa sukses menangkap peluang bisnis yang sudah terpampang di 
kelopak mata. Ini penting, sebab seorang calon wirausaha yang 
baik harus pandai membaca sekaligus menangkap setiap peluang 
bisnis. Tanpa kemampuan membaca dan menangkap peluang 
di tengah warga , kita bukanlah seorang wirausaha. Selain 
itu, wirausaha juga harus peka, optimistik, dan bijak. Perhatikan 
resep sukses Mrs. Debbi Fields, filantropis sekaligus pendiri Mrs. 
Fields’ Original Cookies, Inc. Ia selalu menekankan: cintailah apa 
yang Anda lakukan, percayalah pada produk Anda, dan pilihlah 
orang-orang yang baik. Mudah bukan!
Akhir kata, marilah kita gelorakan semangat wirausaha, 
sebab  dari situlah kita memulai sesuatu yang baru, yang 
memajukan dan memakmurkan, bahkan yang dapat membuat 
bangsa ini maju. 
  
Dalam beberapa tahun terakhir, perekonomian 
negara kita  tumbuh rata-rata di atas 6% per tahun. Namun, 
pertumbuhan ini  ternyata belum menetes ke bawah. 
Indikasinya yaitu , masih besarnya angka kemiskinan 
dan pengangguran. Data Badan Pusat Statitistik (2012) 
menyebutkan, hingga Agustus 2012, ada  7,244 juta 
pengangguran, sementara jumlah penduduk miskin 
mencapai 30,018 juta jiwa.  
Untuk mengurangi angka penganguran dan kemiskinan 
ini , pemerintah bekerja keras menciptakan lapangan 
kerja baru. Sumbernya tentu saja melalui investasi untuk 
pendirian perusahaan/pabrik, perluasan lahan pertanian, 
proyek infrastruktur, dan yang kini sedang digalakkan 
yaitu  mencetak sebanyak mungkin wirausaha.
Dalam rangka menggenjot jumlah wirausaha, 
pemerintah memberikan dukungan kebijakan susaha  
mereka dapat berperan meningkatkan kesejahteraan 
rakyat, misalnya melalui program penyaluran Kredit Usaha 
Rakyat (KUR) yang besarnya Rp. 20-25 triliun setiap tahun 

Data Kementerian Koperasi dan UKM mengungkapkan, 
negara kita  saat ini memiliki sekitar 3,7 juta wirausaha 
atau 1,5% dari jumlah penduduk. Idealnya, dibutuhkan 
Pendahuluan
4wirausaha sebanyak minimal 2% dari total jumlah penduduk 
untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bangsa. 
Sebagai perbandingan, jumlah wirausaha di Malaysia, 
Singapura, Thailand, Korea Selatan, dan Amerika Serikat 
sebanyak 2,1-11,5% dari populasi penduduk 
Salah satu terobosan pemerintah untuk menggairahkan 
warga  berwirausaha yaitu  dengan menelurkan 
Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN). Ide dasar GKN 
yaitu  terbukanya peluang mengembangkan bisnis, 
sebab  negara kita  memiliki sumber daya alam melimpah, 
pertumbuhan ekonomi tinggi, dan pendapatan nasional 
yang semakin besar. Di samping itu, kebutuhan barang dan 
jasa di tanah air pun semakin besar, seiring bertumbuhnya 
konsumen dan kelas menengah.
GKN secara khusus membidik kaum muda. 
Sebab, merekalah yang  memiliki peluang besar untuk 
menciptakan lapangan kerja melalui kewirausahaan. 
Peluang yang dimaksud yaitu  tingginya pertumbuhan 
ekonomi negara kita  secara berkelanjutan dalam beberapa 
tahun belakangan ,
Bersisian dengan hal ini , salah seorang pelopor 
gerakan entrepreneurship (kewirausahaan) di negara kita , Ir. 
Ciputra, mengatakan bahwa bangsa negara kita  amat kaya, 
sumber daya manusianya hebat, sumber daya alamnya 
salah satu yang terbaik di dunia.  Apa saja ada di negara kita . 
Minyak bumi, gas, batubara, emas, perak, tembaga, hutan 
tropis terbesar ketiga di dunia, dan tanah yang demikian 
subur. 
Kenyataannya, menurut Ciputra, negara kita  masih 
tertinggal jauh dengan negara-negara maju. Jepang, 
Korea Selatan, dan Taiwan, sumber daya alamnya minim, 
namun ketiga negara ini  mampu menjadi negara 
Kewirausahaan
5industri dengan kemampuan yang mencengangkan. 
Pendapatan penduduknya berkali lipat dibandingkan 
negara kita . Beberapa aspek ini  menjadi alasan Ciputra 
menggalakkan entrepreneurship. Ia mengeluarkan uang 
pribadi untuk mendorong gerakan ini  berjalan, dan 
belakangan beberapa  lembaga dan  badan usaha membantu 
programnya ,
Di mata Ciputra, entrepreneurship yaitu  bagaimana 
menjadikan sesuatu yang tidak berguna menjadi berguna. 
Misalnya, mengubah sampah menjadi ‘emas’ dan  
mengubah barang murahan menjadi barang dengan nilai 
ekonomi amat tinggi. Atau mengubah seseorang yang tidak 
tahu bisnis sama sekali menjadi sangat tahu berbisnis.
Hal penting yang harus digarisbawahi, tegas Ciputra, 
warga  tidak boleh terlena di zona nyaman. Mereka 
mesti menyiapkan diri, misalnya jika terkena pemutusan 
hubungan kerja (PHK), tidak perlu bingung sebab  sudah 
memiliki sumber penghasilan lain. Itulah mengapa pria 
kelahiran Parigi, Sulawesi Tengah, 24 Agustus 1931, 
itu, selalu bersemangat mengampanyekan pentingnya 
entrepreneurship. 
usaha  yang dilakukan Ciputra, juga para penggagas 
kewirausahaan lainnya di negara kita , yaitu  sebuah 
ikhtiar untuk mengubah pola pikir mayoritas warga  
negara kita , dari mental pekerja menjadi berjiwa wirausaha. 
Hal ini  tentu bukan pekerjaan gampang. Apalagi, 
sudah menjadi rahasia umum kalau orang negara kita  lebih 
senang menjad karyawan, mendapat gaji tetap setiap bulan, 
sekaligus berada di zona nyaman. 
sebab  itulah, diperlukan perubahan mendasar 
untuk mengubah paradigma pekerja menjadi wirausaha. 
Misalnya melalui pendidikan kewirausahaan yang 
ditanamkan sejak sekolah menengah. Sejauh ini, 
pemerintah berusaha  untuk melakukan hal ini , 
yakni lewat pendidikan prakarya dan kewirausahaan 
dalam kurikulum 2013. Namun, kompetensi inti dan dasar 
mata pelajaran prakarya dan pendidikan kewirausahaan 
Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada prakarya semata. 
Prakarya yang dipelajari di jenjang pendidikan menengah 
meliputi kerajinan, rekayasa, budidaya, dan pengolahan. 
Adapun pendidikan kewirausahaan belum terlihat jelas 
kompetensinya ,
Pelajar negara kita  harus memanfaatkan kesempatan 
pendidikan kewirusahaan itu sebaik-baiknya. Apalagi, 
di tengah tren pendidikan kewirausahaan yang terus 
melesat di berbagai negara.  menyebutkan bahwa kurikulum kewirausahaan 
berkembang cepat. Riset di Amerika Serikat menunjukkan, 
mahasiswa arsitektur, olahraga, atau kesehatan, yang 
mengambil mata kuliah pilihan wirausaha, sesudah  lulus 
cenderung berprofesi sebagai wirausaha. Bukti lain 
mengungkapkan, ide terbaik kompetisi perencanaan bisnis 
justru berasal dari mahasiswa non-bisnis, dan beberapa 
inisiatif wirausaha inovatif tidak melibatkan sekolah 
bisnis . Hal ini  
mengindikasikan bahwa pendidikan kewirausahaan harus 
dipelajari oleh semua mahasiswa, meskipun mahasiswa 
ini  tidak mengambil bisnis sebagai program studi 
utamanya.
Meski pendidikan kewirausahaan baru diperkenalkan 
di negara kita  dalam dua dekade terakhir, namun hal 
ini  bukanlah ganjalan untuk mencetak wirausaha 
andal. Kuncinya terletak pada keseriusan dan kemauan 
semua stakeholder—pemerintah, swasta, kalangan pendidik, 
dan warga —untuk terus menggelorakan semangat 
wirausaha. 

7B. Urgensi Wirausaha
Ada adagium menarik tentang orang negara kita . 
Biasanya, mereka akan melakukan sesuatu sesudah  kepepet. 
Kreativitas mereka baru muncul sebab  tekanan dari sana 
sini. Misalnya, sesudah  terkena PHK, baru mencari jalan 
untuk wirausaha. Saat uang betul-betul sulit diperoleh 
padahal kebutuhan begitu mendesak, barulah wara-wiri 
cari modal usaha. Dengan kata lain, baru bergerak sesudah  
terdesak. Hal ini  memang lumrah saja. Namun, 
jika dikaitkan dengan konteks yang lebih luas, misalnya 
wirausaha, tentu hal ini  kurang pas. Sebab, menjadi 
wirausaha butuh perencanaan, pemikiran, dan konsep 
yang matang dan  tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba. 
Pelajaran menarik bisa dipetik dari pengalaman Ibnu 
Riyanto, pemilik usaha batik Trusmi terluas di negara kita  
. saat  memulai usaha, ia masih 
terbilang muda. Kuliah pun tidak sempat dijalaninya. 
Namun, tekadnya yaitu  memajukan usaha batik. Pangkal 
masalahnya yaitu  kegagalan orangtua Ibnu untuk 
mengembangkan dan memperluas usaha batiknya. Maka, 
ia pun memutuskan untuk terjun langsung menangani 
usaha batik. Awalnya, Ibnu hanya berdagang kain putih 
untuk batik yang dijajakan di lingkungan keluarga 
yang lebih dulu membuka usaha batik. Namun, sebab  
berdagang kain putih saja keuntungannya kecil, ia nekat 
berdagang batik di Pasar Tanah Abang. Nasib baik mulai 
menghampiri dirinya, saat  pelanggan batik di Tanah 
Abang mulai ramai. Lambat laun, usaha batik Ibnu mulai 
menuai sukses. Kuncinya yaitu  lincah menjalin relasi, 
tidak pernah berpuas diri, gencar mencari peluang, dan  
memanfaatkan teknologi (membuka toko online) untuk 
menembus pangsa pasar yang lebih luas 
8Memutuskan untuk menjadi wirausaha juga dilakoni 
Wawang Supriyadi , Wawang 
menggeluti usaha kerajinan miniatur dan hiasan dari 
logam. Mulanya, Wawang yang sarjana ekonomi itu 
melihat usaha kerajinan yang dijalankan sang ayah. Ia pun 
belajar soal cetak-mencetak dan mencampurkan logam 
yang  dikerjakan ayahnya. Wawang kemudian belajar 
sendiri membuat master, membuat pelat cetakan, hingga 
penyelesaian akhir. sesudah  cukup belajar, ia pun akhirnya 
terjun menggeluti bisnis ini  pada tahun 1999. Dengan 
modal awal Rp. 10 juta, kini bisnis Wawang telah beromzet 
Rp. 200 juta per bulan. Kunci sukses Wawang yaitu  jeli 
melihat peluang. Ia memanfaatkan serbuan mainan China 
sebagai tantangan untuk melahirkan kerajinan miniatur 
yang khas negara kita . 
Kedua contoh anak muda yang terjun menjadi wirausaha 
ini  patut ditiru pemuda negara kita  lainnya. Keduanya 
berani mengambil risiko dan mampu mendobrak pola 
pikir lama, dari orientasi karyawan menjadi pengusaha. 
Keberanian mengubah pola pikir inilah yang sayangnya 
jarang dimiliki orang negara kita .  
Urgensi wirausaha pada dasarnya yaitu  mengubah 
pola pikir dari mental pekerja menjadi mental pengusaha. 
Inilah sulitnya, di mana mental pekerja ini  bahkan 
sudah dikenalkan sejak masih kanak-kanak. Bagaimana 
tidak. saat  orangtua bertanya pada anak, mau jadi apa 
kelak saat  dewasa, jawabannya pasti ingin jadi dokter, 
tentara, pilot, atau PNS. Jarang sekali yang menjawab ingin 
jadi pengusaha. 
Untuk mengatasi hal itu,, perlu 
diciptakan iklim yang dapat mengubah pola pikir, baik 
mental maupun motivasi orangtua, dosen, dan mahasiswa 
agar kelak anak-anak dibiasakan untuk menciptakan 
lapangan kerja ketimbang mencari pekerjaan. Perubahan 
Kewirausahaan
ini  jelas memerlukan waktu dan bertahap. Misalnya 
dengan mendirikan sekolah yang berwawasan wirausaha 
atau menerapkan mata kuliah kewirausahaan, yang akan 
mengubah dan menciptakan pola pikir mahasiswa dan 
orangtua ,
Di samping itu, dalam pendidikan kewirausahaan, 
perlu ditekankan keberanian untuk memulai wirausaha. 
Para mahasiswa ditantang untuk tidak takut rugi atau 
bangkrut. Hal ini misalnya bisa dimulai dengan menggeluti 
wirausaha dengan memanfaatkan hobinya. Hal lain yang 
juga perlu ditekankan yaitu , wirausaha membuat semua 
kendali berada di tangan kita . Ini artinya, 
masa depan kita sendiri yang menentukan, bukan orang 
lain. 
Sejauh ini, beberapa instansi dan kementerian terkait 
mulai mengembangkan program untuk menciptakan 
sebanyak mungkin wirausahawan. Kementerian Koperasi 
dan UKM gencar dengan Gerakan Kewirausahaan Nasional 
dan  terlibat aktif mengampanyekan iklan layanan 
warga  “Daripada Wara Wiri Cari Kerja, Mending 
Wirausaha”. Kemudian Bank Mandiri dengan program 
“Wirausahawan Muda Mandiri” dan  Kementerian 
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang mengembangkan 
program wirausaha kreatif.   

Belajar dari Si Anak Singkong
Chairul Tanjung (CT) yaitu  pengusaha papan atas 
negeri ini. Jaringan usaha di bawah bendera CT Corp 
menggurita, mulai dari media, ritel, hingga perbankan. 
Namun, untuk sampai pada tahap seperti sekarang, tidak 
dilalui dengan gampang. Chairul Tanjung merintisnya dari 
bawah, yakni saat  masih menjadi mahasiswa kedokteran 
gigi. 
Keinginan kuat untuk keluar dari kemiskinan menjadi 
latar belakang utama Chairul Tanjung memulai usaha. 
Sebagai anak rantau, ia tak ingin status mahasiswa 
membebani kedua orang tuanya.  Ia pun mencari-cari 
peluang usaha yang pas dilakoni oleh seorang mahasiswa. 
Maka, munculah peluang usaha foto kopi, yang ternyata 
bisa membawa ‘napas lega’ bagi Chairul Tanjung.
Mencermati lembar demi lembar buku biografi Chairul 
Tanjung, ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik sebagai 
modal wirausaha, yakni:
1. Kreatif dan inisiatif
Hal ini misalnya dapat dilihat saat  Chairul Tanjung 
memutuskan membuka usaha foto kopi diktat 
kuliah. Meskipun terlihat sepele, namun mampu 
membuat Chairul jadi mahasiswa kaya saat  itu. 
Hal inilah yang harus dimiliki oleh para calon 
wirausaha, tidak sekadar menjadi ‘follower’ tetapi 
menjadi ‘pionir’ berbekal kreativitas dan inisiatif.
2. Kerja keras
saat  kuliah, Chairul Tanjung tidak sekadar menjadi 
mahasiswa, namun ia juga seorang aktivis kampus 
dan pengusaha sekaligus. Ketiganya dilakukan 
secara total dan tidak setengah-setengah
3. Berani mengambil risiko
Setiap wirausahawan harus punya mental ini. Berani 
mengambil risiko untuk mengembangkan usaha. 
Chairul Tanjung bahkan berani mengambil alih 
sebuah bank yang dalam kondisi ‘megap-megap’ 
bahkan perbankan bukanlah dunianya. Akhirnya, 
ia tidak hanya bisa menolong bank ini , namun 
juga membesarkannya.
Kewirausahaan
C. Peluang dan Tantangan Wirausaha
Kelas menengah baru bermunculan di negara kita . Hal 
itu seiring dengan tingginya pertumbuhan ekonomi dalam 
beberapa tahun terakhir. Kelas menengah didefinisikan 
sebagai mereka yang mempunyai pengeluaran dengan 
rentang 2-20 dollar Amerika (USD) per kapita per hari 
berdasarkan paritas daya beli/purchasing power parity (ADB, 
2010). Definisi ini yaitu  khas untuk warga  Asia. 
Rentang pengeluaran perkapita ini  dibagi lagi ke 
dalam tiga kelompok, yaitu: warga  kelas menengah 
bawah (lower middle class) dengan pengeluaran perkapita 
perhari sebesar 2-4 USD; kelas menengah tengah (middle-
middle class) sebesar 4-10 USD; dan kelas menengah 
atas (upper-middle class) 10-20 USD. Dengan rentang 
pengeluaran 2-20 USD, maka didapatkan jumlah kelas 
menengah negara kita  sebanyak 134 juta (2010) atau sekitar 
56% dari seluruh penduduk, jumlah yang cukup besar.
McKinsey Global Institute (2012) menyebut kelas 
menengah dengan istilah “consuming class”. Definisinya 
yaitu  individu yang memiliki pendapatan sebesar 3600 
USD (berdasarkan paritas daya beli) ke atas. Dengan definisi 
ini, maka jumlah kelas menengah negara kita  mencapai 45 
juta pada tahun 2010 dan akan meroket menjadi 134 juta 
pada tahun 2030.
Survey Nielsen (2012) menyebutkan bahwa 
kelas menengah negara kita  yaitu  pihak yang paling 
diuntungkan akibat pertumbuhan ekonomi. Konsumsi 
mereka meningkat, begitu juga dengan kualitas hidupnya. 
Konsekuensinya yaitu  bertambahnya permintaan barang-
barang konsumsi, mulai dari peralatan elektronik hingga 
produk kecantikan. Begitu juga dengan permintaan jasa, 
misalnya layanan kesehatan, asuransi, dan pendidikan.
Ada beberapa fakta terkait kecenderungan konsumsi 
kelas menengah negara kita  , yakni:

1. Belanja bulanan untuk makanan mencapai 37%. 
2. Sebanyak 88% kelas menengah mengaku akan 
bereksperimen dengan merek.
3. Lebih dari setengah (53%) berbelanja di pasar modern 
dua kali sebulan.
4. Mereka cenderung mengunjungi minimarket terdekat 
dengan rumah, yang dicari yaitu  beragam macam 
barang, layanan yang ramah dan lingkungan yang 
nyaman.
5. Tempat dengan tingkat pengeluaran tertinggi yaitu  
mini market, diikuti supermarket, sementara peritel 
tradisional masih dikunjungi untuk mencari makanan 
segar. 
Fakta-fakta ini  setidaknya menyiratkan satu hal: 
besarnya peluang wirausaha di negara kita . Tingkat konsumsi 
yang tinggi, baik barang maupun jasa, sudah seharusnya 
diimbangi dengan persediaan (suplai) yang tinggi pula. 
Problemnya, suplai ini  belum sepenuhnya dapat 
dipenuhi oleh orang negara kita . Maka, barang impor pun 
merajalela. Padahal, jika peluang ini  dimanfaatkan, 
maka tujuan wirausaha, yakni menambah angkatan kerja 
dan mengurangi kemiskinan akan tercapai. 
saat  memutuskan untuk wirausaha, maka yang 
pertama kali harus dilakukan yaitu  memutar ide dan 
kejelian melihat peluang. Ide dan peluang ini , dapat 
ditemukan di segala aspek kehidupan warga  dan 
semua kegiatan ekonomi. 
Maka, kata kunci dalam melihat peluang yaitu  
kreativitas. Kreativitas acapkali datang dalam bentuk ide. 
Ide digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Ide 
dapat digerakkan melalui perubahan cara atau metode 
yang lebih baik untuk kepentingan pelanggan dalam 
memenuhi kebutuhan barang dan jasa. 
Walau demikian, tak sedikit wirausahawan yang 
sukses bukan berdasarkan ide sendiri, tetapi berdasarkan 
hasil pengamatan dan penerapan ide lain. Agar ide-ide 
yang potensial menjadi peluang, maka wirausahawan 
harus mencari dan mengidentifikasi sumber peluang bisnis 
ini . Kegiatan mengidentifikasikan merupakan usaha  
awal seorang wirausahawan untuk dapat masuk ke pasar. 
Dengan identifikasi ini , wirausahawan akan dapat 
mengetahui tingkat persaingan, strategi, kekuatan, dan 
kelemahan pesaing, dan memperkirakan pola persaingan.
Pada dasarnya ide dan peluang dapat tumbuh di mana 
saja, kapan saja oleh siapa saja. Semakin banyak ide yang 
muncul semakin kreatif manusia meraih peluang. Semakin 
banyak meraih peluang semakin banyak juga keberhasilan.
Saat ini, yang menjadi pekerjaan rumah besar yaitu  
bagaimana mendobrak keinginan kaum muda untuk 
menekuni wirausaha. Apalagi menjadi wirausaha di usia 
muda menjadi tantangan tersendiri bila  melihat kondisi 
bangsa negara kita  saat ini. Masih lemahnya ekonomi 
sektor riil dan  banyaknya pengangguran dan kemiskinan 
seharusnya menjadi cambuk generasi muda untuk berani 
memulai berwirausaha.
Secara keseluruhan, seperti telah diungkap di bagian 
awal buku ini, jumlah pengangguran di negara kita  yaitu  
7,244 juta orang. Angka ini  jelas menunjukkan 
masalah besar dalam perkembangan perekonomian dan 
sosial di negara kita  yang mengakibatkan melonjaknya 
jumlah pengangguran berpendidikan di negara kita . Hal 
ini , secara tidak langsung juga akibat cara pandang 
yang ditekankan kepada para pemuda negara kita  yaitu  
mencari pekerjaan, dan bukan sebaliknya, menciptakan 
lapangan pekerjaan.
Dalam konteks sekarang, di tengah tantangan 
dan kendala yang dihadapi generasi muda, mental 

kewirausahaan mesti ditumbuhkan dan terus didorong. 
Mereka harus kreatif, inovatif, dan berani mengambil 
risiko untuk memulai usaha. Keluarga, tak pelak lagi, 
menjadi lingkungan pertama yang menumbuhkan mental 
kewirausahaan anak. Dunia perguruan tinggi juga sudah 
saatnya diubah menjadi kawah candradimuka pembentukan 
mental wirausaha. Kemitraan swasta, pemerintah dan 
lembaga pendidikan harus mendukung terciptanya iklim 
kondusif bagi wirausaha muda.
D. Pandai Memanfaatkan Peluang
Laksana perawan di sarang penyamun. Istilah itulah 
yang mungkin tepat untuk mengungkapkan peluang 
yang kerap menjadi buruan banyak orang. Setiap orang, 
mulai dari pengusaha, pejabat, manajer, hingga karyawan 
biasa antusias mengejar dan kemudian menemukannya. 
sebab  itu, siapa pun yang berhasil menemukan dan 
lalu memanfaatkannya, itu merupakan keberhasilan. Jika 
dianalogikan peluang ibarat sebuah perkawinan yang 
selanjutnya melahir kan anak dengan nama keberhasilan 
Negara kita memiliki sumber daya alam dan sumber 
daya manusia yang berlimpah. Namun, kita tidak memiliki 
kemampuan dan pengetahuan untuk mengelola kekayaan 
alam itu. Coba bandingkan dengan beberapa negara lain 
yang tandus dan tidak memiliki sumber daya alam yang 
potensial namun mereka eksis sebab  memiliki pengetahuan 
dan teknologi yang baik. Mereka hidup makmur dan keluar 
sebagai pemenang dalam persaingan global. Simaklah 
kesuksesan ekonomi negara-negara dengan kondisi alam 
yang  tandus seperti Taiwan, Singapura, dan Jepang. 
Mereka justru sukses luar biasa.

Jadi, sumber daya manusia berupa ilmu pengetahuan 
dan teknologi merupakan keunggulan komparatif bagi 
masa depan umat manusia. Persoalannya, bagaimana 
sumber daya manusia yang kita miliki bisa mengelola 
sumber daya alam yang tersedia di bumi negara kita . Apa 
yang harus dilakukan susaha  negara kita  bisa unggul 
dan memiliki perusahaan -perusahaan yang mampu 
menghasilkan keuntungan besar? Jawabannya yaitu : 
generasi penerus bangsa ini perlu memiliki dan dibekali 
dengan pengetahuan tentang kewirausahaan agar 
terpenuhi sumber daya manusia yang berkualitas dan 
berpengetahuan luas untuk mengelola usaha terutama 
usaha yang berbasis dan memanfaatkan potensi alam 
negara kita .
Satu hal yang perlu kita ingat dalam wirausaha yaitu  
belajar. Di antaranya dengan mengambil pengalaman dari 
bisnis masa lalu. Contohnya, tentu kita masih ingat saat  
pada tahun 1970-an ngetrend gaya rambut gondrong dengan 
bisnis rambut palsu dan industri fashion model gombrong, 
sandal dan sepatu tinggi. Memasuki tahun 1980-an model 
dan gaya ini  berubah dan kembali meniru gaya pada 
era 60-an dengan model serba mini dan pendek. Industri 
wieg jatuh sebab  model rambut dipotong cepak ala militer.
Memasuki tahun 1990-an seiring dengan melubernya 
informasi dan komunikasi global, gaya anak-anak muda 
mulai berubah mengikuti gaya model fungki, rambut 
pirang, pakaian seronok dan warna warni. Bukankah 
semua itu yaitu  potensi bisnis yang tiada habisnya? 
Pertanyaannya, kapan kita memulainya?! Jawabannya: 
sekarang, atau tidak sama sekali.

E. Hambatan Wirausaha
saat  memilih wirausaha sebagai pegangan hidup, 
tentu tidak semudah yang kita bayangkan. Jalan yang 
akan kita lalui tidak selalu mulus, ada saja hambatan yang 
merintangi. Hambatan ini  bisa berasal dari dalam diri 
maupun dari luar (lingkungan). 
Hambatan dari dalam misalnya mental. Kerapkali, 
saat  menemui kegagalan dalam wirausaha, kita meratapi 
kegagalan ini . Malas bangkit dan mencoba kembali. 
Padahal, kegagalan yaitu  hal lumrah. Justru, di situlah 
mental kita diuji. Apakah sanggup menjadi seorang 
wirausahawan andal atau tidak. Para pengusaha sukses 
tidak sekali jalan membangun usaha. Mereka jatuh bangun 
terlebih dahulu, baru kemudian menemukan formula yang 
pas, dan sukses.
Kemudian kurang bisa mengenali potensi diri. 
Mengenali diri yaitu  memahami siapa diri kita 
sebenarnya. Jika seseorang mengenal dirinya, ia akan 
menemukan kebenaran tentang dirinya , Dalam konteks wirausaha, kemampuan memahami 
diri sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan. 
Seorang wirausahawan perlu memiliki pengetahuan 
yang cukup untuk dapat mengarahkan dirinya guna 
memperoleh peluang usaha, menyusun konsep usaha, 
membuat perencanaan, dan opersional usaha. Di sisi lain, 
keterampilan juga tidak bisa diremehkan. Sebab, hal itu 
berguna untuk mengembangkan, memimpin, mengelola, 
dan mengatur strategi usaha (Suryana & Bayu, 2010). 
Begitu juga dengan kreativitas. Kalau sudah menjalani 
satu usaha, kita cenderung berkutat di usaha ini , 
tidak kreatif untuk mengembangkannya, atau bahkan 
mendiversifikasi usaha. Padahal, dalam teori siklus hidup 
produk seperti yang dikemukakan oleh Levitt (1978),  saat  
produk sudah mencapai kedewasaan (maturity), harus 
dilakukan usaha  luar biasa agar produk ini  bertahan. 
Misalnya dengan diversifikasi atau merekonstruksi ulang 
produksi ini . Jika tidak, produk ini  akan mati 
dengan sendirinya.
Diversifikasi produk atau jasa memerlukan kreativitas. 
Sayangnya, kreativitas kerap dihambat oleh hal-hal yang 
tidak perlu. Misalnya, tidak berani berkesperimen, tidak 
mau mengambil risiko, kurang up date dengan keadaan 
sekitar, dan menjauhi kritik. Jika kita punya daya keatif, 
bukan mustahil produk dan jasa kita akan bertahan lama.
Jika penghambat dari dalam sudah diketahui dan 
diatasi, seorang wirausaha juga harus memperhitungkan 
faktor yang berasal dari luar. Misalnya, kurang memahami 
karakteristik pasar, faktor sosial budaya yang tidak bisa 
menerima suatu produk atau jasa, minimnya permodalan, 
kurangnya dukungan pemerintah, dan lain-lain.
Bagi seorang wirausahawan, mengidentifikasi faktor 
penghambat yaitu  hal penting. Tujuannya, susaha  bisnis 
yang kita jalankan terarah, tidak berhenti di tengah jalan, 
tahan banting, dan terus berkembang.
Selain faktor eksternal dan internal, penghambat 
wirausaha juga dapat berasal dari sisi makro, yakni pembuat 
kebijakan atau pemerintah. Wakil Presiden periode 2009-
2014, Boediono, mengungkap enam penghambat wirausaha 
, yakni:
1. Ketertiban hukum atau law and order. Hal ini untuk 
membuat aturan main agar lebih jelas. Apalagi, Apalagi 
saat ini masih terjadi di beberapa daerah ada pungutan 
liar sehingga memengaruhi sisi ketertiban hukum.
2. Kestabilan makro. Ekonomi harus tetap stabil, tidak 
naik turun yang membuat wirausaha sulit berkembang.
3. Infrastruktur. Isu ini jadi penting sebab  memengaruhi 
kemudahan dan perkembangan bisnis.
4. Regulasi. Selama ini, masih ada persinggungan antara 
peraturan daerah dan pusat terkait otonomi daerah 
yang dapat memengaruhi bisnis.
5. Finansial. Ketersediaan layanan finansial perlu 
didukung sektor perbankan melalui program financial 
inclusion.
6. Minimnya tenaga kerja terlatih. Meskipun sektor yang 
dibidik yaitu  UKM, tetap saja wirausaha memerlukan 
tenaga kerja terlatih untuk mendukung bisnis. 
Menurut Boediono, harus diambil langkah konkret 
penyelesaian atas keenam penghambat ini  susaha  
wirausaha di negara kita  berkembang, tidak saja kuantitas, 
tetapi juga kualitasnya. Maka, dibutuhkan sinergi semua 
pihak, pembuat kebijakan, pemerintah, dan swasta untuk 
menghasilkan wirausaha yang tangguh. 

Untuk mengurangi angka kemiskinan dan 
pengangguran, diperlukan terobosan mendasar. Cara-cara 
konvensional semacam penyediaan lahan pertanian atau 
pembangunan proyek infrastruktur tidak lagi memadai. 
Jawabannya terletak pada wirausaha.
Bangsa negara kita  memerlukan wirausaha yang 
memulai bisnisnya dari usia muda. Hal itu sekaligus 
untuk mengubah pola pikir mayoritas warga , dari 
mental pekerja menjadi mental pengusaha. Mengubah 
mindset bisa dilakukan, salah satunya melalui pendidikan 
kewirausahaan sejak sekolah menengah atas.
Potensi wirausaha di negara kita  sangat besar. Hal ini 
ditopang oleh tingginya pertumbuhan ekonomi dan  
semakin banyaknya kelas menengah, yang membutuhkan 
tidak saja barang, tetapi juga jasa.

Seorang wirausaha harus jeli dan pandai memanfaatkan 
peluang. Peluang wirausaha dapat ditemukan di segala 
aspek kehidupan warga  dan semua kegiatan 
ekonomi. Maka, kata kunci dalam melihat peluang yaitu  
kreativitas. Kreativitas acapkali datang dalam bentuk ide. 
Ide digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa, dari 
situlah wirausaha bermula.
Di samping itu, wirausaha juga harus mengenali 
hambatan, yang datang dari dalam dan luar, dan  
yangberbentuk kebijakan. Hambatan dari dalam misalnya 
malas menggali potensi diri, tidak kreatif, gampang 
putus asa. Hambatan dari luar seperti tidak memahami 
karakteristik pasar, faktor sosial budaya, dan lainnya. 
Faktor penghambat yang berupa kebijakan antara lain 
regulasi yang tumpang tindih, infrastruktur, dan minimnya 
tenaga kerja terlatih. 

A. Pengertian Wirausaha
Kita sering mendengar kata wirausaha. Pemerintah 
menggalakkan wirausaha melalui Gerakan Kewirausahaan 
Nasional (GKN). Namun, sejauh mana pengetahuan kita 
mengenai wirausaha? Hal ini penting. Sebab, bagaimana 
kita akan menggeluti dunia wirausaha kalau tidak 
mengetahui pengertian mendasar tentang wirausaha.
Dalam Kamus Besar Bahasa negara kita  (KBBI), 
dijelaskan tentang pengertian wirausaha, yaitu: 
“Orang yang pandai atau berbakat mengenali produk 
baru, menentukan cara produk baru, menyusun operasi 
untuk pengadaan produksi baru, memasarkannya, dan  
mengatur permodalan operasinya”.
Ekonom Perancis, J.B. Say, sekitar tahun 1800 yang 
mempopulerkan istilah wirausaha/entrepreneur (Drucker, 
1986). Menurut Say, wirausaha didefinisikan sebagai 
‘pergeseran sumber daya ekonomi dari daerah rendah 
ke wilayah dengan produktivitas dan keuntungan yang 
lebih tinggi’. Sayangnya, kata Drucker, pengertian ini  
tidak secara gamblang menyebut siapa wirausaha itu. Di 
samping itu, sebab  dicetuskan Say lebih dari 200 tahun 
lalu, ada  keraguan tentang definisi ‘wirausaha’ dan 
‘wirausahawan’ 
“Nobody talks of entrepreneurship as 
survival, but that’s exactly 
what it is.” 
Anita Rodick

Di Amerika Serikat, menurut Drucker, wirausaha 
kerap didefinisikan sebagai seseorang yang memulai 
bisnis baru dalam skala kecil dan dimiliki sendiri. 
Kenyataannya, kata Drucker, tidak semua usaha kecil 
baru mewakili kewirausahaan. Dalam bahasa Drucker, 
seseorag mempunyai jiwa wirausaha bila ia selalu 
mencari perubahan, merespons perubahan ini , dan 
mengubahnya menjadi kesempatan. 
Sejalan dengan perputaran zaman, pengertian 
wirausaha mengalami perkembangan. Frederick (2006) 
merangkumnya sebagai berikut:
Kewirausahaan…melakukan sesuatu yang tidak secara 
umum diperoleh melalui kursus biasa atau bisnis 
rutin; merupakan fenomena yang berasal dari aspek 
kepemimpinan yang lebih besar 
Kewirausahaan, setidaknya pada warga  non-
otoriter, merupakan jembatan antara warga  
secara keseluruhan dari aspek non ekonomi dengan 
lembaga berorientasi laba untuk memuaskan keinginan 
ekonomi 
Dalam…kewirausahaan ada  permufakatan 
tentang beberapa perilaku, di antaranya (1) inisiatif, (2)
organisasi mekanisme sosial ekonomi untuk mengubah 
sumber daya menjadi keuangan, dan (3) menerima 
risiko kegagalan 
Pengertian yang lebih komprehensif diberikan oleh 
Ronstandt (dalam Frederick, 2006). Menurutnya:
Kewirausahaan merupakan proses yang dinamis 
untuk menciptakan kesejahteraan. Kesejahteraan 
ini  dibentuk oleh individu yang memandang 
risiko sebagai keadilan, waktu, atau komitmen dengan 
memberikan nilai pada produk atau jasa. Produk 
atau jasa itu sendiri bisa saja baru atau bukan atau 
unik, namun nilainya diresapi oleh wirausaha dengan 
mengalokasikan keterampilan dan  sumber daya.
Berdasarkan pengertian-pengertian ini , menyempurnakannya menjadi:
Kewirausahaan merupakan proses dinamis yang 
melibatkan visi, perubahan, dan penciptaan. 
Kewirausahaan memerlukan energi dan gairah menuju 
pembentukan ide baru dan  solusi kreatif. Hal ini  
mensyaratkan keinginan mengambil risiko—berupa 
waktu, modal, dan karir; kemampuan merumuskan tim 
yang efektif, kreativitas menggunakan sumber daya; 
kemampuan dasar membangun perencanaan bisnis 
yang solid; dan  visi untuk mengenali kesempatan 
pada saat orang lain melihatnya sebagai kekacauan, 
kontradiksi, dan kebimbangan.
Pengertian ini  menyiratkan bahwa seorang 
wirausaha haruslah individu yang memiliki kemauan 
keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia 
usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan 
tangguh.
Di sisi lain, menurut Yuyun Wirasamita 
 kewirausahaan dan wirausaha merupakan 
faktor produksi aktif yang dapat menggerakkan dan 
memanfaatkan sumber daya lainnya seperti sumber daya 
alam, modal, dan teknologi, sehingga dapat menciptakan 
kekayaaan dan kemakmuran melalui penciptaan 
lapangan kerja, penghasilan, dan produk yang diperlukan 
warga .
Kewirausahaan, merupakan proses yang dinamis untuk memperoleh 
tambahan kekayaan. Hanya idividu yang berani mengambil 
risiko utama dalam hal modal, waktu, dan atau komitmen 
karir atau dapat menyediakan nilai bagi beberapa produk 
dan jasa saja yang bisa menambah kekayaan. 
, wirausaha dapat ditemukan pada setiap profesi—
pendidikan, kesehatan, riset, kedokteran, hukum, teknik, 
dan mahasiswa. sebab  itulah, ia membuat definisi yang 
lebih komprehensif, yakni:
Kewirausahaan yaitu  proses penciptaan sesuatu 
nilai yang baru, menggunakan waktu dan usaha , 
menanggung risiko keuangan, fisik, dan  risiko sosial 
yang mengiringi, namun menerima imbalan moneter 
dan  kepuasan dan kebebasan pribadi.
Definisi ini  menekankan empat aspek dasar 
seorang wirausahawan. Pertama, melibatkan proses 
penciptaan—menciptakan suatu nilai baru. Penciptaan 
haruslah mempunyai nilai bagi pengusaha dan pelanggan. 
Kedua, kewirausahaan menuntut waktu dan usaha . Ketiga, 
melibatkan penghargaan, berupa kebebasan dan kepuasan 
pribadi. Keempat, respons dalam memciptakan dilakukan 
melalui tindakan kewirausahaan/entrepreneurial action 
saat  diejawantahkan dalam bahasa sederhana, 
maka wirausahawan yaitu   orang yang berjiwa berani 
mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai 
kesempatan. Berjiwa berani mengambil risiko artinya 
bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa 
diliputi rasa takut atau cemas, sekalipun dalam kondisi 
tidak pasti , Kegiatan wirausaha ini  
dapat dilakukan seorang diri atau berkelompok. Pikiran 
seorang wirausahawan selalu berisi usaha untuk mencari 
memanfaatkan, dan  menciptakan peluang usaha yang 
dapat memberikan keuntungan. Kerugian merupakan hal 
yang biasa sebab  mereka memegang prinsip selalu ada 
faktor rugi.
Kemampuan mendobrak sistem ekonomi yaitu  ciri 
khas seorang wirausaha. Hal ini  dilakukan dengan 
memperkenalkan barang dan jasa baru, menciptakan 
bentuk organisasi baru, atau mengolah bahan baku 
baru. Namun, hal ini  bisa terlaksana, jika orang 
mempunyai kecerdasan wirausaha, yakni kemampuan 
seseorang dalam mengenali dan mengelola diri dan  
berbagai peluang maupun sumber daya sekitarnya secara 
kreatif untuk menciptakan nilai tambah bagi dirinya secara 
berkelanjutan. Sebab, menjadi wirausaha tidak hanya 
membangun bisnis semata, namun juga mengubah pola 
pikir dan pola tindak yang menghasilkan kreativitas dan 
inovasi ,
Pada akhirnya, seperti dikemukakan Drucker (1986), 
seorang wirausahawan yaitu  orang penuh semangat, 
berani mengambil risiko, kreatif dan inovatif, dan  punya 
kemampuan manajemen untuk mengubah tantangan 
menjadi peluang.
Tip Bisnis Pemula Ala Ciputra
Berbisnis harus dimulai sejak dini. Hal itu pula 
yang diajarkan pegiat wirausaha negara kita , Ir. Ciputra. 
Menurutnya, orang tua harus mengajarkan anak untuk 
memulai usaha, meskipun anak masih duduk di bangku 
TK. 
Berikut ini tip lengkap dari peraih Luminary Award 
2013 dari ChannelNewsAsia untuk kategori Lifetime 
Achievement:
1. Saat membawa anak ke pusat perbelanjaan 
misalnya, anak jangan hanya diajak untuk membeli 
barang, tapi juga menjelaskan cara membuat barang 
ini . Misalnya saat anak minta kue, anak harus 
dijelaskan tentang membuat kue. Secara pelan-
pelan, anak bisa dijelaskan tentang manajemen 
keuangan hingga urusan menabung. Bila anak 
merengek meminta sesuatu, jangan langsung 
dituruti. Buatlah anak menjadi kreatif. 
2. Beranjak besar, si anak bisa diajarkan berjualan. 
Usahakan barang-barang ini  gampang dibawa 
si anak ataupun diminati si anak. Bahkan bila ada 
fasilitas, si anak bisa diperkenalkan dengan bisnis 
online.
3. Bila sudah lebih dewasa lagi, anjurkan untuk 
membuat 100 daftar tentang bisnis apa saja yang 
akan dilakukan. Kemudian sesudah  dianalisis, 
maka bisa diseleksi hingga mengerucut menjadi 
10 hingga 3 bisnis utama yang sesuai. Selain itu, 
bisa mencari mentor bisnis sesuai dengan bisnis 
yang akan dijalankan. Dengan mentor itu, maka 
calon wirausaha bisa dengan secara jelas menerima 
arahan bahkan kritikan.
4. Bila sudah mulai terlihat usahanya, hal yang 
terpenting yaitu  modal usaha. Namun bagi 
Ciputra, modal usaha bukanlah hal yang penting. 
Sebab, belaiu dulu memulai usaha dengan modal 
dengkul, alias tanpa modal, yang penting bisa baca 
peluang dan inovasi.
5. sesudah  bisnis mulai berjalan, biasanya calon pebisnis 
takut bisnisnya gagal. Tapi menurut Ciputra, justru 
di situlah mental seorang calon wirausaha dilatih. 
Menjadi seorang wirausaha, harus siap rugi. 
Namun bisnis ini  jangan dipersiapkan untuk 
merugi.

B. Karakteristik Wirausaha
Seseorang dikatakan punya jiwa wirausaha bila jeli 
melihat peluang, pantang menyerah, kreatif dan inovatif, 
dan berani mengambil risiko. Karateristik seperti itulah 
yang mendorong maju tidaknya sebuah usaha. 
David McClelland yaitu  yang pertama kali 
mengungkap karakter seorang wirausaha. Dalam bukunya, 
The Achieving Society, McClelland mengatakan, wirausaha 
mempunyai keinginan pencapaian yang lebih tinggi 
dibanding mereka yang bukan wirausahawan 
 Di samping itu, wirausahawan juga memiliki kontrol 
internal yang lebih tinggi ketimbang non-wirausahawan.
McClelland , membagi 
karakterisik wirausahawan berdasarkan keinginan 
pencapaian menjadi enam hal, yakni:
1. Menyukai pekerjaan dengan risiko yang realistis.
2. Bekerja lebih giat dalam tugas-tugas yang memerlukan 
kemampuan mental.
3. Tidak bekerja lebih giat sebab  imbalan uang.
4. Ingin bekerja pada situasi di mana dapat diperoleh 
pencapaian pribadi.
5. Menunjukkan kinerja yang lebih baik dalam kondisi 
yang memberikan umpan balik yang jelas positif.
6. Berpikir ke masa depan dan  jangka panjang.
Bersisian dengan karakteristik di atas, 
mengatakan bahwa wirausahawan sukses bukanlah 
orang yang biasa-biasa saja, melainkan mereka yang 
mempunyai karakter khas. Bygrave membaginya menjadi 
10 karakteristik, populer dengan sebutan 10 Ds, yaitu:
1.  Dream
Dapat diartikan sebagai impian. Seorang wirausahawan 
pastilah mempunyai mimpi, mempunyai visi atas masa 
depan. Bukan sekadar mimpi, seorang wirausahwan 
juga punya kemampuan untuk mewujudkan mimpinya. 
2.   Decisiveness 
Artinya perencanaan. Sebelum melakukan sesuatu, 
wirausahawan memiliki perencanan yang matang, agar 
segala sesuatunya dapat berjalan sesuai prosedur yang 
diinginkan. Kecepatan dan perencanaan yang matang 
yaitu  kunci sukses wirausaha.
3.   Doers
Tidak bertindak lambat. Wirausahawan tidak perlu 
menunggu waktu untuk segera melakukan usaha. 
Mengulur-ngulur waktu artinya menunda kesuksessan 
anda. Jadi, saat  ada rencana aksi, maka wirausahawan 
langsung mengimplementasikannya.  
4.   Determination
Dalam menjalankan bisnis, wirausahawan harus benar-
benar memperhatikan usaha di jalankan. Mereka 
berkomitmen penuh atas usaha ini , bertanggung 
jawab terhadap segala kendala yang menghadang usaha 
dan  pantang menyerah.
5.   Dedication
Wirausahawan sangat berdedikasi atas bisnisnya. 
Mereka bekerja tanpa lelah, menjadikan usaha sebagai 
sahabat sejati, dan loyal terhadap usaha yang dijalankan.
6.   Devotion
Seorang wirausahawan sangat mencintai pekerjaannya. 
Mereka tidak pernah lelah untuk menjalaninnya sebab  
menjalaninya dengan senang hati. Mereka sangat 
mencintai produk atau jasa yang dihasilkan, sebab  
dapat dijual dengan efektif.
7.   Details
Wirausahawan harus dapat memperhatikan hal-
hal kecil. Mereka tidak akan membiarkan hal sepele 
memicu  pasar tidak percaya lagi terhadap 
bisnisnya, yang dapat memicu  usaha gulung tikar.
8.   Destiny
Wirausahawan bertanggung jawab terhadap tujuan 
usahanya, bebas dan tidak bergantung pada orang lain.
9.   Dollars
Dollars yang dimaksud disini yaitu  uang. Dalam 
suatu wirausaha uang dijadikan sebagai pengukur 
kesuksesan bisnis, sebab  tujuan wirausaha yaitu  
keuntungan.
10. Distribute
Wirausahawan memperhatikan setiap karakteristik 
orang-orang di sekitarnya, yang pada akhirnya dapat 
menyalurkan kepemilikkan bisnis kepada orang yang 
dipercaya (orang yang berdedikasi).
Karakteristik setidaknya menjadi penyaring alami 
seorang wirausahawan. Tanpa karakteristik yang khas, 
hanya akan membuat wirausaha sebagai ajang coba-coba. 
Banyak yang ingin menjalankannya, namun sebab  tidak 
memiliki karakter, akhirnya harus berhenti di tengah jalan. 
Tanpa karakter kuat, wirausaha tidak akan berjalan. 
Apalagi, jika ketakutan, baik takut rugi, takut gagal, atau 
takut yang lainnya, selalu menggelayuti. 
mengungkap enam karakteristik wirausaha berdasarkan 
kekuatan emosi, yaitu:
1. Pandai mengelola ketakutannya
Seorang yang smart and good entrepreneur pandai 
mengelola ketakutannya untuk membangkitkan 
keberanian dan kepercayaan diri dalam menghadapi 
risiko. Dengan kata lain, seorang wirausaha haruslah 
berjiwa risk manager, bukan risk taker.
2. Mempunyai ‘iris mata’ yang berbeda dengan yang lain
Iris mata yaitu  cara seseorang memandang sesuatu 
(masalah, kesulitan, perubahan,diri sendiri, lingkungan, 
tren, kejadian) untuk memunculkan kreativitas 
agar tercipta ide, gagasan,  konsep, lalu mencoba 
meningkatkan nilai (add value). Dengan demikian, 
seseorang yang mempunyai jiwa entrepreneur yang kuat 
memiliki pola pandang yang berbeda dengan orang 
lain.
3. Pemasar sejati atau penjual ulung
Tanpa keterampilan ini, seorang wirausaha akan 
memulai dengan lebih berat dan membutuhkan lebih 
banyak waktu. Keterampilan ini akan mempermudah 
seorang wirausahawan dalam membangun bisnis, 
mempercepat pertumbuhan bisnis, dan mengurangi 
ketergantungan modal yang besar.
4. Melawan arus dan menyukai tantangan baru
Seorang smart and good entrepreneur cenderung tida suka 
mengikuti arus atau terperangkap di dalam kehidupan 
yang monoton. Wirausahawan selalu tidak bisa diam, 
berpikir, dan terus berpikir, sebab  pada hakikatnya, 
mereka yaitu  creative and smart worker.
5. High determination (keteguhan hati)
Perbedaan  entrepreneur sejati dengan yang biasa saja 
yaitu  dalam hal durability, firm, dan determination. 
Keteguhan hati ini  membuat wirausahawan sejati 
akan berbeda dalam memandang kegagalan. Kegagalan 
yaitu  persepsi orang yang merasa buntu dan tidak 
tahu apa yang harus ia lakukan dan tidak ingin mencari 
jalan keluar.
6. Selalu mencari yang terbaik (perfeksionis)
Seorang smart and good entrepreneur mampu memberikan 
apa yang lebih baik lagi bagi pelanggan. Namun, 
yang harus diingat yaitu , perfeksionis bagai pisau 
bermata dua. Bila mampu mencapai yang terbaik dan 
memberikannya yang terbaik, tidak menjadi masalah. 
Akan jadi bumerang bila tidak mampu menanggung 
kesempurnaan diri dan pikiran sehingga berakibat 
fatal, misalnya frustrasi dan putus asa. yaitu  tugas 
seorang entrepreneur untuk mengubah hal ini  
menjadi kekuatan.
Imam Sukardi 
mengidentifikasi sembilan karakteristik wirausahawan 
yang paling sering ditemukan, di antaranya:
1.   Sifat instrumental
Seorang wirausahawan dalam berbagai situasi selalu 
memanfaatkan segala sesuatu dalam lingkungannya 
demi tercapainya tujuan pribadi dalam berusaha.
2.   Sifat prestatif
Dalam berbagai situasi selalu tampil lebih baik, lebih 
efektif dibandingkan dengan hasil yang tercapai 
sebelumnya.
3.   Sifat keluwesan bergaul
Selalu berusaha untuk cepat menyesuaikan diri dalam 
berbagai situasi hubungan antar manusia, aktif bergaul, 
membina kenalan-kenalannya dan mencari kenalan 
baru, dan  berusaha untuk dapat terlibat dengan 
mereka yang ditemui dalam kegiatan sehari-hari.
4.   Sifat kerja keras
Selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah 
menyerah sebelum pekerjaan selesai. Mengutamakan 
kerja dan mengisi waktu dengan perbuatan nyata untuk 
mencapai tujuan.
5.   Sifat keyakinan diri
Selalu percaya pada kemampuan diri, tidak ragu-ragu 
dalam bertindak, bahkan berkecenderungan untuk 
melibatkan diri secara langsung dalam berbagai situasi 
dengan optimisme untuk berhasil.
6.   Sifat pengambil risiko
Selalu memperhitungkan keberhasilan dan kegagalan 
dalam setiap kegiatannya khususnya untuk mencapai 
keinginannya. Akan melangkah bila kemungkinan 
untuk gagal tidak terlalu besar.
7.   Sifat swa kendali
Dalam menghadapi berbagai situasi selalu mengacu 
pada kekuatan dan kelemahan pribadi dan batas-batas 
kemampuan dalam berusaha. Selalu menyadari dengan 
adanya pengendalian diri ini maka setiap kegiatannya 
menjadi lebih terarah dalam mencapai tujuannya.
8.   Sifat inovatif
Selalu mendekati berbagai masalah dengan berusaha 
menggunakan cara-cara baru yang lebih bermanfaat. 
Terbuka terhadap gagasan, pandangan, dan penemuan 
baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan 
kinerjanya. Tidak terpaku pada masa lalu, tapi selalu 
berpandangan ke depan untuk mencari cara-cara baru 
atau memperbaiki cara-cara yang biasa dilakukan 
orang lain untuk peningkatan kinerja. Cenderung 
melakukan sesuatu dengan cara yang khas, unik dari 
hasil pemikirannya. Termasuk dalam sifat inovatif ini 
yaitu  kecenderungan untuk selalu meniru tetapi 
melalui penyempurnaan tertentu (imitatif inovatif).
9.   Sifat kemandirian
Selalu mengembalikan perbuatannya sebagai tanggung 
jawab pribadi. Keberhasilan dan kegagalan merupakan 
konsekuensi pribadi wirausaha. Mementingkan 
otonomi dalam bertindak, pengambilan keputusan dan 
pemilihan berbagai kegiatan dalam mencapat tujuan. 
Lebih senang bekerja sendiri, menentukan dan memilih 
cara kerja yang sesuai dengan dirinya. Ketergantungan 
pada orang lain merupakan suatu yang bertentangan 
dengan kata hatinya. Seorang wirausahawan dapat saja 
bekerja dalam kelompok selama mendapat kebebasan 
bertindak dan dalam mengambil keputusan.
Karakter-karakter ini  memang wajib dimiliki oleh 
seorang calon wirausahawan. Tanpa karakter, bisnis yang 
digeluti hanya akan berjalan biasa-biasa saja, minim warna 
dan aroma, sulit berkembang, dan besar kemungkinan 
mengalami kemunduran. Padahal, dalam iklim kompetisi 
seperti saat ini, hanya sang pemenanglah yang mampu 
bertahan.
 menemukan 12 ciri yang biasanya 
dimiliki oleh seorang wirausahawan yang telah sukses, 
antara lain:
1. Mempunyai mimpi-mimpi yang realistis dan tinggi, 
yang mampu diubah menjadi cita-cita yang harus 
ia capai. Hidupnya harus berubah sebab  kekuatan 
emosionalnya, sehingga mimpi itu bisa terwujud 
(power of dream).
2. Mempunyai empat karakter dasar kekuatan emosional 
yang saling mendukung untuk sukses, determinasi, 
persistent, keberanian, perjuangan, dan resiko 
kepemimpinan.
3. Menyukai tantangan dan tidak pernah puas dengan 
apa yang didapat (High achiever).
4. Mempunyai ambisi dan motivasi yang kuat (motivator).
5. Memiliki keyakinan yang kuat akan kemampuannya 
bahwa “dia bisa” (power of mind).
6. Seorang yang visioner dan mempunyai daya kreativitas 
yang tinggi.
7. Risiko kepemimpinan, tidak hanya pengambil risiko.
8. Memiliki strong emotional attachment (kekuatan 
emosional).
9. Seorang problem solver.
10. Mampu menjual dan memasarkan produknya (seller).
11. Mudah bosan dan terkesan bagi orang lain sulit diatur.
12. Seorang kreator ulung
C. Prinsip Wirausaha
Selama ini, hal yang paling menghantui para calon 
wirausahwan yaitu  perasaan gagal. Padahal, dengan 
kegagalan ini , calon wirausahawan sebenarnya 
sedang ditempa, apakah akan terus menggeluti bisnisnya 
atau putar haluan. Mereka yang berani keluar dari rasa 
takut akan kegagalan itulah yang telah menerapkan prinsip 
wirausaha dengan baik.
Di samping itu, seorang wirausahawan juga harus 
berpikir optimis atas peluang dan usaha yang dilakukan. 
Dengan demikian, semangat dan kemauan keras dan  
ketekunan akan menciptakan usaha yang maju dan terus 
berkembang. 
 menekankan beberapa prinsip yang 
harus menjadi pegangan wirausahawan, di antaranya:
1. Berani memulai.
2. Berani menanggung risiko.
3. Penuh perhitungan.
4. Memiliki rencana yang jelas.
5. Tidak cepat puas dan putus asa.
6. Optimis dan penuh keyakinan.
7. Memiliki tanggung jawab.
8. Memiliki etika dan moral.
Seperti halnya Kasmir, Saiman (2009) menempatkan 
keberanian untuk gagal sebagai prinsip utama wirausaha. 
Berani di sini artinya tidak berpikir dua kali untuk 
memulai usaha, pantang menyerah, dan tidak takut gagal. 
Selengkapnya prinsip wirausaha menurut Saiman yaitu  
sebagai berikut:
1. Jangan takut gagal.
Banyak yang berpendapat bahwa untuk berwirausaha 
dianalogkan dengan impian seseorang untuk dapat 
berenang. Walaupun teori mengenai berbagai gaya 
berenang sudah bertumpuk, sudah dikuasai dengan 
baik dan literaturnya lengkap, tidak ada gunanya kalau 
tidak di ikuti menyebur ke dalam air. Demikian halnya 
untuk berusaha, tidak ada gunanaya berteori kalau 
tidak terjun langsung, sehingga mengalami, jangan 
takut gagal sebab kegagalan yaitu  kesuksesan yang 
tertunda.
2. Penuh semangat.
Hal yang menjadi penghargaan terbesar bagi pembisnis 
atau perwirausahaan bukanlah tujuannya melainkan 
lebih kepada proses dan perjalanannya. Itulah mengapa 
seorang wirausahawan membutuhkan semangat. 
3. Kreatif dan Inovatif.
Kreativitas dan inovasi yaitu  mod