Selasa, 03 Desember 2024
Published Desember 03, 2024 by sakit
saat pemerintah menggalakkan program Gerakan
Kewirausahaan Nasional (GKN), berarti ada sesuatu yang
istimewa dengan wirausaha. Keistimewaan ini setidaknya
terkait dengan kemampuan wirausaha untuk mengurangi
kemiskinan dan pengangguran, dan melatih mental untuk berani
mengambil risiko dan tahan banting.
Namun, untuk menggelorakan semangat wirausaha butuh
perjuangan panjang. pemicu utamanya yaitu pola pikir.
Kebanyakan kita terbiasa dengan pandangan bahwa menjadi
karyawan, apalagi pegawai negeri sipil (PNS), yaitu tujuan akhir.
Selepas kuliah, yang diburu yaitu pekerjaan. Maka, berlembar-
lembar surat lamaran pun dikirim. Kita sudah terbiasa dimanjakan
oleh zona nyaman. Dengan bekerja, berarti penghasilan masuk
setiap bulan. Tanpa risiko apapun. Tidak perlu repot lagi ke
sana ke mari. Hal inilah yang membuat gerakan kewirausahaan
nyaris jalan di tempat. Padahal, kita membutuhkan lebih banyak
wirausahawan, untuk mendorong bangsa ini sejajar dengan
bangsa-bangsa lain.
Mengubah pola piker itulah pekerjaan rumah yang sangat
besar. Butuh usaha tanpa lelah. Butuh pengorbanan dan
keberanian. Para pemuda dan mahasiswa perlu dilatih untuk
berani mengambil risiko, berani gagal, jeli melihat peluang,
dan pantang menyerah. Jika satu start up wirausaha gagal, coba
lagi start up ini , pelajari letak kegagalannya, atau mencari
celah start up yang lain. Maka, passion menjadi hal yang tak
terelakkan. Passion pula yang membuat seorang wirausahawan
bisa merangkak, naik kelas ke level yang lebih tinggi.
Lalu, dari mana passion ini ? Gampang saja. Mulailah
memulai usaha dari hobi. Apalagi, pada zaman sekarang banyak
pemuda dan mahasiswa yang mempunyai hobi unik, yang bisa
dikembangkan menjadi sebuah usaha. Bila usaha dimulai dari
hobi, maka passion tidak akan hilang. Sebab apa? Tidak lain
sebab usaha ini yaitu juga hobinya. Dengan kata lain,
suatu usaha akan tumbuh dan berkembang jika usaha itu menjadi
bagian dari hobi atau kegemaran. Jadi, jangan lakukan usaha yang
tidak kita gemari.
Melalui buku ini, kami ingin mengungkapkan bagaimana kita
bisa sukses menangkap peluang bisnis yang sudah terpampang di
kelopak mata. Ini penting, sebab seorang calon wirausaha yang
baik harus pandai membaca sekaligus menangkap setiap peluang
bisnis. Tanpa kemampuan membaca dan menangkap peluang
di tengah warga , kita bukanlah seorang wirausaha. Selain
itu, wirausaha juga harus peka, optimistik, dan bijak. Perhatikan
resep sukses Mrs. Debbi Fields, filantropis sekaligus pendiri Mrs.
Fields’ Original Cookies, Inc. Ia selalu menekankan: cintailah apa
yang Anda lakukan, percayalah pada produk Anda, dan pilihlah
orang-orang yang baik. Mudah bukan!
Akhir kata, marilah kita gelorakan semangat wirausaha,
sebab dari situlah kita memulai sesuatu yang baru, yang
memajukan dan memakmurkan, bahkan yang dapat membuat
bangsa ini maju.
Dalam beberapa tahun terakhir, perekonomian
negara kita tumbuh rata-rata di atas 6% per tahun. Namun,
pertumbuhan ini ternyata belum menetes ke bawah.
Indikasinya yaitu , masih besarnya angka kemiskinan
dan pengangguran. Data Badan Pusat Statitistik (2012)
menyebutkan, hingga Agustus 2012, ada 7,244 juta
pengangguran, sementara jumlah penduduk miskin
mencapai 30,018 juta jiwa.
Untuk mengurangi angka penganguran dan kemiskinan
ini , pemerintah bekerja keras menciptakan lapangan
kerja baru. Sumbernya tentu saja melalui investasi untuk
pendirian perusahaan/pabrik, perluasan lahan pertanian,
proyek infrastruktur, dan yang kini sedang digalakkan
yaitu mencetak sebanyak mungkin wirausaha.
Dalam rangka menggenjot jumlah wirausaha,
pemerintah memberikan dukungan kebijakan susaha
mereka dapat berperan meningkatkan kesejahteraan
rakyat, misalnya melalui program penyaluran Kredit Usaha
Rakyat (KUR) yang besarnya Rp. 20-25 triliun setiap tahun
Data Kementerian Koperasi dan UKM mengungkapkan,
negara kita saat ini memiliki sekitar 3,7 juta wirausaha
atau 1,5% dari jumlah penduduk. Idealnya, dibutuhkan
Pendahuluan
4wirausaha sebanyak minimal 2% dari total jumlah penduduk
untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bangsa.
Sebagai perbandingan, jumlah wirausaha di Malaysia,
Singapura, Thailand, Korea Selatan, dan Amerika Serikat
sebanyak 2,1-11,5% dari populasi penduduk
Salah satu terobosan pemerintah untuk menggairahkan
warga berwirausaha yaitu dengan menelurkan
Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN). Ide dasar GKN
yaitu terbukanya peluang mengembangkan bisnis,
sebab negara kita memiliki sumber daya alam melimpah,
pertumbuhan ekonomi tinggi, dan pendapatan nasional
yang semakin besar. Di samping itu, kebutuhan barang dan
jasa di tanah air pun semakin besar, seiring bertumbuhnya
konsumen dan kelas menengah.
GKN secara khusus membidik kaum muda.
Sebab, merekalah yang memiliki peluang besar untuk
menciptakan lapangan kerja melalui kewirausahaan.
Peluang yang dimaksud yaitu tingginya pertumbuhan
ekonomi negara kita secara berkelanjutan dalam beberapa
tahun belakangan ,
Bersisian dengan hal ini , salah seorang pelopor
gerakan entrepreneurship (kewirausahaan) di negara kita , Ir.
Ciputra, mengatakan bahwa bangsa negara kita amat kaya,
sumber daya manusianya hebat, sumber daya alamnya
salah satu yang terbaik di dunia. Apa saja ada di negara kita .
Minyak bumi, gas, batubara, emas, perak, tembaga, hutan
tropis terbesar ketiga di dunia, dan tanah yang demikian
subur.
Kenyataannya, menurut Ciputra, negara kita masih
tertinggal jauh dengan negara-negara maju. Jepang,
Korea Selatan, dan Taiwan, sumber daya alamnya minim,
namun ketiga negara ini mampu menjadi negara
Kewirausahaan
5industri dengan kemampuan yang mencengangkan.
Pendapatan penduduknya berkali lipat dibandingkan
negara kita . Beberapa aspek ini menjadi alasan Ciputra
menggalakkan entrepreneurship. Ia mengeluarkan uang
pribadi untuk mendorong gerakan ini berjalan, dan
belakangan beberapa lembaga dan badan usaha membantu
programnya ,
Di mata Ciputra, entrepreneurship yaitu bagaimana
menjadikan sesuatu yang tidak berguna menjadi berguna.
Misalnya, mengubah sampah menjadi ‘emas’ dan
mengubah barang murahan menjadi barang dengan nilai
ekonomi amat tinggi. Atau mengubah seseorang yang tidak
tahu bisnis sama sekali menjadi sangat tahu berbisnis.
Hal penting yang harus digarisbawahi, tegas Ciputra,
warga tidak boleh terlena di zona nyaman. Mereka
mesti menyiapkan diri, misalnya jika terkena pemutusan
hubungan kerja (PHK), tidak perlu bingung sebab sudah
memiliki sumber penghasilan lain. Itulah mengapa pria
kelahiran Parigi, Sulawesi Tengah, 24 Agustus 1931,
itu, selalu bersemangat mengampanyekan pentingnya
entrepreneurship.
usaha yang dilakukan Ciputra, juga para penggagas
kewirausahaan lainnya di negara kita , yaitu sebuah
ikhtiar untuk mengubah pola pikir mayoritas warga
negara kita , dari mental pekerja menjadi berjiwa wirausaha.
Hal ini tentu bukan pekerjaan gampang. Apalagi,
sudah menjadi rahasia umum kalau orang negara kita lebih
senang menjad karyawan, mendapat gaji tetap setiap bulan,
sekaligus berada di zona nyaman.
sebab itulah, diperlukan perubahan mendasar
untuk mengubah paradigma pekerja menjadi wirausaha.
Misalnya melalui pendidikan kewirausahaan yang
ditanamkan sejak sekolah menengah. Sejauh ini,
pemerintah berusaha untuk melakukan hal ini ,
yakni lewat pendidikan prakarya dan kewirausahaan
dalam kurikulum 2013. Namun, kompetensi inti dan dasar
mata pelajaran prakarya dan pendidikan kewirausahaan
Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada prakarya semata.
Prakarya yang dipelajari di jenjang pendidikan menengah
meliputi kerajinan, rekayasa, budidaya, dan pengolahan.
Adapun pendidikan kewirausahaan belum terlihat jelas
kompetensinya ,
Pelajar negara kita harus memanfaatkan kesempatan
pendidikan kewirusahaan itu sebaik-baiknya. Apalagi,
di tengah tren pendidikan kewirausahaan yang terus
melesat di berbagai negara. menyebutkan bahwa kurikulum kewirausahaan
berkembang cepat. Riset di Amerika Serikat menunjukkan,
mahasiswa arsitektur, olahraga, atau kesehatan, yang
mengambil mata kuliah pilihan wirausaha, sesudah lulus
cenderung berprofesi sebagai wirausaha. Bukti lain
mengungkapkan, ide terbaik kompetisi perencanaan bisnis
justru berasal dari mahasiswa non-bisnis, dan beberapa
inisiatif wirausaha inovatif tidak melibatkan sekolah
bisnis . Hal ini
mengindikasikan bahwa pendidikan kewirausahaan harus
dipelajari oleh semua mahasiswa, meskipun mahasiswa
ini tidak mengambil bisnis sebagai program studi
utamanya.
Meski pendidikan kewirausahaan baru diperkenalkan
di negara kita dalam dua dekade terakhir, namun hal
ini bukanlah ganjalan untuk mencetak wirausaha
andal. Kuncinya terletak pada keseriusan dan kemauan
semua stakeholder—pemerintah, swasta, kalangan pendidik,
dan warga —untuk terus menggelorakan semangat
wirausaha.
7B. Urgensi Wirausaha
Ada adagium menarik tentang orang negara kita .
Biasanya, mereka akan melakukan sesuatu sesudah kepepet.
Kreativitas mereka baru muncul sebab tekanan dari sana
sini. Misalnya, sesudah terkena PHK, baru mencari jalan
untuk wirausaha. Saat uang betul-betul sulit diperoleh
padahal kebutuhan begitu mendesak, barulah wara-wiri
cari modal usaha. Dengan kata lain, baru bergerak sesudah
terdesak. Hal ini memang lumrah saja. Namun,
jika dikaitkan dengan konteks yang lebih luas, misalnya
wirausaha, tentu hal ini kurang pas. Sebab, menjadi
wirausaha butuh perencanaan, pemikiran, dan konsep
yang matang dan tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba.
Pelajaran menarik bisa dipetik dari pengalaman Ibnu
Riyanto, pemilik usaha batik Trusmi terluas di negara kita
. saat memulai usaha, ia masih
terbilang muda. Kuliah pun tidak sempat dijalaninya.
Namun, tekadnya yaitu memajukan usaha batik. Pangkal
masalahnya yaitu kegagalan orangtua Ibnu untuk
mengembangkan dan memperluas usaha batiknya. Maka,
ia pun memutuskan untuk terjun langsung menangani
usaha batik. Awalnya, Ibnu hanya berdagang kain putih
untuk batik yang dijajakan di lingkungan keluarga
yang lebih dulu membuka usaha batik. Namun, sebab
berdagang kain putih saja keuntungannya kecil, ia nekat
berdagang batik di Pasar Tanah Abang. Nasib baik mulai
menghampiri dirinya, saat pelanggan batik di Tanah
Abang mulai ramai. Lambat laun, usaha batik Ibnu mulai
menuai sukses. Kuncinya yaitu lincah menjalin relasi,
tidak pernah berpuas diri, gencar mencari peluang, dan
memanfaatkan teknologi (membuka toko online) untuk
menembus pangsa pasar yang lebih luas
8Memutuskan untuk menjadi wirausaha juga dilakoni
Wawang Supriyadi , Wawang
menggeluti usaha kerajinan miniatur dan hiasan dari
logam. Mulanya, Wawang yang sarjana ekonomi itu
melihat usaha kerajinan yang dijalankan sang ayah. Ia pun
belajar soal cetak-mencetak dan mencampurkan logam
yang dikerjakan ayahnya. Wawang kemudian belajar
sendiri membuat master, membuat pelat cetakan, hingga
penyelesaian akhir. sesudah cukup belajar, ia pun akhirnya
terjun menggeluti bisnis ini pada tahun 1999. Dengan
modal awal Rp. 10 juta, kini bisnis Wawang telah beromzet
Rp. 200 juta per bulan. Kunci sukses Wawang yaitu jeli
melihat peluang. Ia memanfaatkan serbuan mainan China
sebagai tantangan untuk melahirkan kerajinan miniatur
yang khas negara kita .
Kedua contoh anak muda yang terjun menjadi wirausaha
ini patut ditiru pemuda negara kita lainnya. Keduanya
berani mengambil risiko dan mampu mendobrak pola
pikir lama, dari orientasi karyawan menjadi pengusaha.
Keberanian mengubah pola pikir inilah yang sayangnya
jarang dimiliki orang negara kita .
Urgensi wirausaha pada dasarnya yaitu mengubah
pola pikir dari mental pekerja menjadi mental pengusaha.
Inilah sulitnya, di mana mental pekerja ini bahkan
sudah dikenalkan sejak masih kanak-kanak. Bagaimana
tidak. saat orangtua bertanya pada anak, mau jadi apa
kelak saat dewasa, jawabannya pasti ingin jadi dokter,
tentara, pilot, atau PNS. Jarang sekali yang menjawab ingin
jadi pengusaha.
Untuk mengatasi hal itu,, perlu
diciptakan iklim yang dapat mengubah pola pikir, baik
mental maupun motivasi orangtua, dosen, dan mahasiswa
agar kelak anak-anak dibiasakan untuk menciptakan
lapangan kerja ketimbang mencari pekerjaan. Perubahan
Kewirausahaan
ini jelas memerlukan waktu dan bertahap. Misalnya
dengan mendirikan sekolah yang berwawasan wirausaha
atau menerapkan mata kuliah kewirausahaan, yang akan
mengubah dan menciptakan pola pikir mahasiswa dan
orangtua ,
Di samping itu, dalam pendidikan kewirausahaan,
perlu ditekankan keberanian untuk memulai wirausaha.
Para mahasiswa ditantang untuk tidak takut rugi atau
bangkrut. Hal ini misalnya bisa dimulai dengan menggeluti
wirausaha dengan memanfaatkan hobinya. Hal lain yang
juga perlu ditekankan yaitu , wirausaha membuat semua
kendali berada di tangan kita . Ini artinya,
masa depan kita sendiri yang menentukan, bukan orang
lain.
Sejauh ini, beberapa instansi dan kementerian terkait
mulai mengembangkan program untuk menciptakan
sebanyak mungkin wirausahawan. Kementerian Koperasi
dan UKM gencar dengan Gerakan Kewirausahaan Nasional
dan terlibat aktif mengampanyekan iklan layanan
warga “Daripada Wara Wiri Cari Kerja, Mending
Wirausaha”. Kemudian Bank Mandiri dengan program
“Wirausahawan Muda Mandiri” dan Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang mengembangkan
program wirausaha kreatif.
Belajar dari Si Anak Singkong
Chairul Tanjung (CT) yaitu pengusaha papan atas
negeri ini. Jaringan usaha di bawah bendera CT Corp
menggurita, mulai dari media, ritel, hingga perbankan.
Namun, untuk sampai pada tahap seperti sekarang, tidak
dilalui dengan gampang. Chairul Tanjung merintisnya dari
bawah, yakni saat masih menjadi mahasiswa kedokteran
gigi.
Keinginan kuat untuk keluar dari kemiskinan menjadi
latar belakang utama Chairul Tanjung memulai usaha.
Sebagai anak rantau, ia tak ingin status mahasiswa
membebani kedua orang tuanya. Ia pun mencari-cari
peluang usaha yang pas dilakoni oleh seorang mahasiswa.
Maka, munculah peluang usaha foto kopi, yang ternyata
bisa membawa ‘napas lega’ bagi Chairul Tanjung.
Mencermati lembar demi lembar buku biografi Chairul
Tanjung, ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik sebagai
modal wirausaha, yakni:
1. Kreatif dan inisiatif
Hal ini misalnya dapat dilihat saat Chairul Tanjung
memutuskan membuka usaha foto kopi diktat
kuliah. Meskipun terlihat sepele, namun mampu
membuat Chairul jadi mahasiswa kaya saat itu.
Hal inilah yang harus dimiliki oleh para calon
wirausaha, tidak sekadar menjadi ‘follower’ tetapi
menjadi ‘pionir’ berbekal kreativitas dan inisiatif.
2. Kerja keras
saat kuliah, Chairul Tanjung tidak sekadar menjadi
mahasiswa, namun ia juga seorang aktivis kampus
dan pengusaha sekaligus. Ketiganya dilakukan
secara total dan tidak setengah-setengah
3. Berani mengambil risiko
Setiap wirausahawan harus punya mental ini. Berani
mengambil risiko untuk mengembangkan usaha.
Chairul Tanjung bahkan berani mengambil alih
sebuah bank yang dalam kondisi ‘megap-megap’
bahkan perbankan bukanlah dunianya. Akhirnya,
ia tidak hanya bisa menolong bank ini , namun
juga membesarkannya.
Kewirausahaan
C. Peluang dan Tantangan Wirausaha
Kelas menengah baru bermunculan di negara kita . Hal
itu seiring dengan tingginya pertumbuhan ekonomi dalam
beberapa tahun terakhir. Kelas menengah didefinisikan
sebagai mereka yang mempunyai pengeluaran dengan
rentang 2-20 dollar Amerika (USD) per kapita per hari
berdasarkan paritas daya beli/purchasing power parity (ADB,
2010). Definisi ini yaitu khas untuk warga Asia.
Rentang pengeluaran perkapita ini dibagi lagi ke
dalam tiga kelompok, yaitu: warga kelas menengah
bawah (lower middle class) dengan pengeluaran perkapita
perhari sebesar 2-4 USD; kelas menengah tengah (middle-
middle class) sebesar 4-10 USD; dan kelas menengah
atas (upper-middle class) 10-20 USD. Dengan rentang
pengeluaran 2-20 USD, maka didapatkan jumlah kelas
menengah negara kita sebanyak 134 juta (2010) atau sekitar
56% dari seluruh penduduk, jumlah yang cukup besar.
McKinsey Global Institute (2012) menyebut kelas
menengah dengan istilah “consuming class”. Definisinya
yaitu individu yang memiliki pendapatan sebesar 3600
USD (berdasarkan paritas daya beli) ke atas. Dengan definisi
ini, maka jumlah kelas menengah negara kita mencapai 45
juta pada tahun 2010 dan akan meroket menjadi 134 juta
pada tahun 2030.
Survey Nielsen (2012) menyebutkan bahwa
kelas menengah negara kita yaitu pihak yang paling
diuntungkan akibat pertumbuhan ekonomi. Konsumsi
mereka meningkat, begitu juga dengan kualitas hidupnya.
Konsekuensinya yaitu bertambahnya permintaan barang-
barang konsumsi, mulai dari peralatan elektronik hingga
produk kecantikan. Begitu juga dengan permintaan jasa,
misalnya layanan kesehatan, asuransi, dan pendidikan.
Ada beberapa fakta terkait kecenderungan konsumsi
kelas menengah negara kita , yakni:
1. Belanja bulanan untuk makanan mencapai 37%.
2. Sebanyak 88% kelas menengah mengaku akan
bereksperimen dengan merek.
3. Lebih dari setengah (53%) berbelanja di pasar modern
dua kali sebulan.
4. Mereka cenderung mengunjungi minimarket terdekat
dengan rumah, yang dicari yaitu beragam macam
barang, layanan yang ramah dan lingkungan yang
nyaman.
5. Tempat dengan tingkat pengeluaran tertinggi yaitu
mini market, diikuti supermarket, sementara peritel
tradisional masih dikunjungi untuk mencari makanan
segar.
Fakta-fakta ini setidaknya menyiratkan satu hal:
besarnya peluang wirausaha di negara kita . Tingkat konsumsi
yang tinggi, baik barang maupun jasa, sudah seharusnya
diimbangi dengan persediaan (suplai) yang tinggi pula.
Problemnya, suplai ini belum sepenuhnya dapat
dipenuhi oleh orang negara kita . Maka, barang impor pun
merajalela. Padahal, jika peluang ini dimanfaatkan,
maka tujuan wirausaha, yakni menambah angkatan kerja
dan mengurangi kemiskinan akan tercapai.
saat memutuskan untuk wirausaha, maka yang
pertama kali harus dilakukan yaitu memutar ide dan
kejelian melihat peluang. Ide dan peluang ini , dapat
ditemukan di segala aspek kehidupan warga dan
semua kegiatan ekonomi.
Maka, kata kunci dalam melihat peluang yaitu
kreativitas. Kreativitas acapkali datang dalam bentuk ide.
Ide digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Ide
dapat digerakkan melalui perubahan cara atau metode
yang lebih baik untuk kepentingan pelanggan dalam
memenuhi kebutuhan barang dan jasa.
Walau demikian, tak sedikit wirausahawan yang
sukses bukan berdasarkan ide sendiri, tetapi berdasarkan
hasil pengamatan dan penerapan ide lain. Agar ide-ide
yang potensial menjadi peluang, maka wirausahawan
harus mencari dan mengidentifikasi sumber peluang bisnis
ini . Kegiatan mengidentifikasikan merupakan usaha
awal seorang wirausahawan untuk dapat masuk ke pasar.
Dengan identifikasi ini , wirausahawan akan dapat
mengetahui tingkat persaingan, strategi, kekuatan, dan
kelemahan pesaing, dan memperkirakan pola persaingan.
Pada dasarnya ide dan peluang dapat tumbuh di mana
saja, kapan saja oleh siapa saja. Semakin banyak ide yang
muncul semakin kreatif manusia meraih peluang. Semakin
banyak meraih peluang semakin banyak juga keberhasilan.
Saat ini, yang menjadi pekerjaan rumah besar yaitu
bagaimana mendobrak keinginan kaum muda untuk
menekuni wirausaha. Apalagi menjadi wirausaha di usia
muda menjadi tantangan tersendiri bila melihat kondisi
bangsa negara kita saat ini. Masih lemahnya ekonomi
sektor riil dan banyaknya pengangguran dan kemiskinan
seharusnya menjadi cambuk generasi muda untuk berani
memulai berwirausaha.
Secara keseluruhan, seperti telah diungkap di bagian
awal buku ini, jumlah pengangguran di negara kita yaitu
7,244 juta orang. Angka ini jelas menunjukkan
masalah besar dalam perkembangan perekonomian dan
sosial di negara kita yang mengakibatkan melonjaknya
jumlah pengangguran berpendidikan di negara kita . Hal
ini , secara tidak langsung juga akibat cara pandang
yang ditekankan kepada para pemuda negara kita yaitu
mencari pekerjaan, dan bukan sebaliknya, menciptakan
lapangan pekerjaan.
Dalam konteks sekarang, di tengah tantangan
dan kendala yang dihadapi generasi muda, mental
kewirausahaan mesti ditumbuhkan dan terus didorong.
Mereka harus kreatif, inovatif, dan berani mengambil
risiko untuk memulai usaha. Keluarga, tak pelak lagi,
menjadi lingkungan pertama yang menumbuhkan mental
kewirausahaan anak. Dunia perguruan tinggi juga sudah
saatnya diubah menjadi kawah candradimuka pembentukan
mental wirausaha. Kemitraan swasta, pemerintah dan
lembaga pendidikan harus mendukung terciptanya iklim
kondusif bagi wirausaha muda.
D. Pandai Memanfaatkan Peluang
Laksana perawan di sarang penyamun. Istilah itulah
yang mungkin tepat untuk mengungkapkan peluang
yang kerap menjadi buruan banyak orang. Setiap orang,
mulai dari pengusaha, pejabat, manajer, hingga karyawan
biasa antusias mengejar dan kemudian menemukannya.
sebab itu, siapa pun yang berhasil menemukan dan
lalu memanfaatkannya, itu merupakan keberhasilan. Jika
dianalogikan peluang ibarat sebuah perkawinan yang
selanjutnya melahir kan anak dengan nama keberhasilan
Negara kita memiliki sumber daya alam dan sumber
daya manusia yang berlimpah. Namun, kita tidak memiliki
kemampuan dan pengetahuan untuk mengelola kekayaan
alam itu. Coba bandingkan dengan beberapa negara lain
yang tandus dan tidak memiliki sumber daya alam yang
potensial namun mereka eksis sebab memiliki pengetahuan
dan teknologi yang baik. Mereka hidup makmur dan keluar
sebagai pemenang dalam persaingan global. Simaklah
kesuksesan ekonomi negara-negara dengan kondisi alam
yang tandus seperti Taiwan, Singapura, dan Jepang.
Mereka justru sukses luar biasa.
Jadi, sumber daya manusia berupa ilmu pengetahuan
dan teknologi merupakan keunggulan komparatif bagi
masa depan umat manusia. Persoalannya, bagaimana
sumber daya manusia yang kita miliki bisa mengelola
sumber daya alam yang tersedia di bumi negara kita . Apa
yang harus dilakukan susaha negara kita bisa unggul
dan memiliki perusahaan -perusahaan yang mampu
menghasilkan keuntungan besar? Jawabannya yaitu :
generasi penerus bangsa ini perlu memiliki dan dibekali
dengan pengetahuan tentang kewirausahaan agar
terpenuhi sumber daya manusia yang berkualitas dan
berpengetahuan luas untuk mengelola usaha terutama
usaha yang berbasis dan memanfaatkan potensi alam
negara kita .
Satu hal yang perlu kita ingat dalam wirausaha yaitu
belajar. Di antaranya dengan mengambil pengalaman dari
bisnis masa lalu. Contohnya, tentu kita masih ingat saat
pada tahun 1970-an ngetrend gaya rambut gondrong dengan
bisnis rambut palsu dan industri fashion model gombrong,
sandal dan sepatu tinggi. Memasuki tahun 1980-an model
dan gaya ini berubah dan kembali meniru gaya pada
era 60-an dengan model serba mini dan pendek. Industri
wieg jatuh sebab model rambut dipotong cepak ala militer.
Memasuki tahun 1990-an seiring dengan melubernya
informasi dan komunikasi global, gaya anak-anak muda
mulai berubah mengikuti gaya model fungki, rambut
pirang, pakaian seronok dan warna warni. Bukankah
semua itu yaitu potensi bisnis yang tiada habisnya?
Pertanyaannya, kapan kita memulainya?! Jawabannya:
sekarang, atau tidak sama sekali.
E. Hambatan Wirausaha
saat memilih wirausaha sebagai pegangan hidup,
tentu tidak semudah yang kita bayangkan. Jalan yang
akan kita lalui tidak selalu mulus, ada saja hambatan yang
merintangi. Hambatan ini bisa berasal dari dalam diri
maupun dari luar (lingkungan).
Hambatan dari dalam misalnya mental. Kerapkali,
saat menemui kegagalan dalam wirausaha, kita meratapi
kegagalan ini . Malas bangkit dan mencoba kembali.
Padahal, kegagalan yaitu hal lumrah. Justru, di situlah
mental kita diuji. Apakah sanggup menjadi seorang
wirausahawan andal atau tidak. Para pengusaha sukses
tidak sekali jalan membangun usaha. Mereka jatuh bangun
terlebih dahulu, baru kemudian menemukan formula yang
pas, dan sukses.
Kemudian kurang bisa mengenali potensi diri.
Mengenali diri yaitu memahami siapa diri kita
sebenarnya. Jika seseorang mengenal dirinya, ia akan
menemukan kebenaran tentang dirinya , Dalam konteks wirausaha, kemampuan memahami
diri sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan.
Seorang wirausahawan perlu memiliki pengetahuan
yang cukup untuk dapat mengarahkan dirinya guna
memperoleh peluang usaha, menyusun konsep usaha,
membuat perencanaan, dan opersional usaha. Di sisi lain,
keterampilan juga tidak bisa diremehkan. Sebab, hal itu
berguna untuk mengembangkan, memimpin, mengelola,
dan mengatur strategi usaha (Suryana & Bayu, 2010).
Begitu juga dengan kreativitas. Kalau sudah menjalani
satu usaha, kita cenderung berkutat di usaha ini ,
tidak kreatif untuk mengembangkannya, atau bahkan
mendiversifikasi usaha. Padahal, dalam teori siklus hidup
produk seperti yang dikemukakan oleh Levitt (1978), saat
produk sudah mencapai kedewasaan (maturity), harus
dilakukan usaha luar biasa agar produk ini bertahan.
Misalnya dengan diversifikasi atau merekonstruksi ulang
produksi ini . Jika tidak, produk ini akan mati
dengan sendirinya.
Diversifikasi produk atau jasa memerlukan kreativitas.
Sayangnya, kreativitas kerap dihambat oleh hal-hal yang
tidak perlu. Misalnya, tidak berani berkesperimen, tidak
mau mengambil risiko, kurang up date dengan keadaan
sekitar, dan menjauhi kritik. Jika kita punya daya keatif,
bukan mustahil produk dan jasa kita akan bertahan lama.
Jika penghambat dari dalam sudah diketahui dan
diatasi, seorang wirausaha juga harus memperhitungkan
faktor yang berasal dari luar. Misalnya, kurang memahami
karakteristik pasar, faktor sosial budaya yang tidak bisa
menerima suatu produk atau jasa, minimnya permodalan,
kurangnya dukungan pemerintah, dan lain-lain.
Bagi seorang wirausahawan, mengidentifikasi faktor
penghambat yaitu hal penting. Tujuannya, susaha bisnis
yang kita jalankan terarah, tidak berhenti di tengah jalan,
tahan banting, dan terus berkembang.
Selain faktor eksternal dan internal, penghambat
wirausaha juga dapat berasal dari sisi makro, yakni pembuat
kebijakan atau pemerintah. Wakil Presiden periode 2009-
2014, Boediono, mengungkap enam penghambat wirausaha
, yakni:
1. Ketertiban hukum atau law and order. Hal ini untuk
membuat aturan main agar lebih jelas. Apalagi, Apalagi
saat ini masih terjadi di beberapa daerah ada pungutan
liar sehingga memengaruhi sisi ketertiban hukum.
2. Kestabilan makro. Ekonomi harus tetap stabil, tidak
naik turun yang membuat wirausaha sulit berkembang.
3. Infrastruktur. Isu ini jadi penting sebab memengaruhi
kemudahan dan perkembangan bisnis.
4. Regulasi. Selama ini, masih ada persinggungan antara
peraturan daerah dan pusat terkait otonomi daerah
yang dapat memengaruhi bisnis.
5. Finansial. Ketersediaan layanan finansial perlu
didukung sektor perbankan melalui program financial
inclusion.
6. Minimnya tenaga kerja terlatih. Meskipun sektor yang
dibidik yaitu UKM, tetap saja wirausaha memerlukan
tenaga kerja terlatih untuk mendukung bisnis.
Menurut Boediono, harus diambil langkah konkret
penyelesaian atas keenam penghambat ini susaha
wirausaha di negara kita berkembang, tidak saja kuantitas,
tetapi juga kualitasnya. Maka, dibutuhkan sinergi semua
pihak, pembuat kebijakan, pemerintah, dan swasta untuk
menghasilkan wirausaha yang tangguh.
Untuk mengurangi angka kemiskinan dan
pengangguran, diperlukan terobosan mendasar. Cara-cara
konvensional semacam penyediaan lahan pertanian atau
pembangunan proyek infrastruktur tidak lagi memadai.
Jawabannya terletak pada wirausaha.
Bangsa negara kita memerlukan wirausaha yang
memulai bisnisnya dari usia muda. Hal itu sekaligus
untuk mengubah pola pikir mayoritas warga , dari
mental pekerja menjadi mental pengusaha. Mengubah
mindset bisa dilakukan, salah satunya melalui pendidikan
kewirausahaan sejak sekolah menengah atas.
Potensi wirausaha di negara kita sangat besar. Hal ini
ditopang oleh tingginya pertumbuhan ekonomi dan
semakin banyaknya kelas menengah, yang membutuhkan
tidak saja barang, tetapi juga jasa.
Seorang wirausaha harus jeli dan pandai memanfaatkan
peluang. Peluang wirausaha dapat ditemukan di segala
aspek kehidupan warga dan semua kegiatan
ekonomi. Maka, kata kunci dalam melihat peluang yaitu
kreativitas. Kreativitas acapkali datang dalam bentuk ide.
Ide digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa, dari
situlah wirausaha bermula.
Di samping itu, wirausaha juga harus mengenali
hambatan, yang datang dari dalam dan luar, dan
yangberbentuk kebijakan. Hambatan dari dalam misalnya
malas menggali potensi diri, tidak kreatif, gampang
putus asa. Hambatan dari luar seperti tidak memahami
karakteristik pasar, faktor sosial budaya, dan lainnya.
Faktor penghambat yang berupa kebijakan antara lain
regulasi yang tumpang tindih, infrastruktur, dan minimnya
tenaga kerja terlatih.
A. Pengertian Wirausaha
Kita sering mendengar kata wirausaha. Pemerintah
menggalakkan wirausaha melalui Gerakan Kewirausahaan
Nasional (GKN). Namun, sejauh mana pengetahuan kita
mengenai wirausaha? Hal ini penting. Sebab, bagaimana
kita akan menggeluti dunia wirausaha kalau tidak
mengetahui pengertian mendasar tentang wirausaha.
Dalam Kamus Besar Bahasa negara kita (KBBI),
dijelaskan tentang pengertian wirausaha, yaitu:
“Orang yang pandai atau berbakat mengenali produk
baru, menentukan cara produk baru, menyusun operasi
untuk pengadaan produksi baru, memasarkannya, dan
mengatur permodalan operasinya”.
Ekonom Perancis, J.B. Say, sekitar tahun 1800 yang
mempopulerkan istilah wirausaha/entrepreneur (Drucker,
1986). Menurut Say, wirausaha didefinisikan sebagai
‘pergeseran sumber daya ekonomi dari daerah rendah
ke wilayah dengan produktivitas dan keuntungan yang
lebih tinggi’. Sayangnya, kata Drucker, pengertian ini
tidak secara gamblang menyebut siapa wirausaha itu. Di
samping itu, sebab dicetuskan Say lebih dari 200 tahun
lalu, ada keraguan tentang definisi ‘wirausaha’ dan
‘wirausahawan’
“Nobody talks of entrepreneurship as
survival, but that’s exactly
what it is.”
Anita Rodick
Di Amerika Serikat, menurut Drucker, wirausaha
kerap didefinisikan sebagai seseorang yang memulai
bisnis baru dalam skala kecil dan dimiliki sendiri.
Kenyataannya, kata Drucker, tidak semua usaha kecil
baru mewakili kewirausahaan. Dalam bahasa Drucker,
seseorag mempunyai jiwa wirausaha bila ia selalu
mencari perubahan, merespons perubahan ini , dan
mengubahnya menjadi kesempatan.
Sejalan dengan perputaran zaman, pengertian
wirausaha mengalami perkembangan. Frederick (2006)
merangkumnya sebagai berikut:
Kewirausahaan…melakukan sesuatu yang tidak secara
umum diperoleh melalui kursus biasa atau bisnis
rutin; merupakan fenomena yang berasal dari aspek
kepemimpinan yang lebih besar
Kewirausahaan, setidaknya pada warga non-
otoriter, merupakan jembatan antara warga
secara keseluruhan dari aspek non ekonomi dengan
lembaga berorientasi laba untuk memuaskan keinginan
ekonomi
Dalam…kewirausahaan ada permufakatan
tentang beberapa perilaku, di antaranya (1) inisiatif, (2)
organisasi mekanisme sosial ekonomi untuk mengubah
sumber daya menjadi keuangan, dan (3) menerima
risiko kegagalan
Pengertian yang lebih komprehensif diberikan oleh
Ronstandt (dalam Frederick, 2006). Menurutnya:
Kewirausahaan merupakan proses yang dinamis
untuk menciptakan kesejahteraan. Kesejahteraan
ini dibentuk oleh individu yang memandang
risiko sebagai keadilan, waktu, atau komitmen dengan
memberikan nilai pada produk atau jasa. Produk
atau jasa itu sendiri bisa saja baru atau bukan atau
unik, namun nilainya diresapi oleh wirausaha dengan
mengalokasikan keterampilan dan sumber daya.
Berdasarkan pengertian-pengertian ini , menyempurnakannya menjadi:
Kewirausahaan merupakan proses dinamis yang
melibatkan visi, perubahan, dan penciptaan.
Kewirausahaan memerlukan energi dan gairah menuju
pembentukan ide baru dan solusi kreatif. Hal ini
mensyaratkan keinginan mengambil risiko—berupa
waktu, modal, dan karir; kemampuan merumuskan tim
yang efektif, kreativitas menggunakan sumber daya;
kemampuan dasar membangun perencanaan bisnis
yang solid; dan visi untuk mengenali kesempatan
pada saat orang lain melihatnya sebagai kekacauan,
kontradiksi, dan kebimbangan.
Pengertian ini menyiratkan bahwa seorang
wirausaha haruslah individu yang memiliki kemauan
keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia
usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan
tangguh.
Di sisi lain, menurut Yuyun Wirasamita
kewirausahaan dan wirausaha merupakan
faktor produksi aktif yang dapat menggerakkan dan
memanfaatkan sumber daya lainnya seperti sumber daya
alam, modal, dan teknologi, sehingga dapat menciptakan
kekayaaan dan kemakmuran melalui penciptaan
lapangan kerja, penghasilan, dan produk yang diperlukan
warga .
Kewirausahaan, merupakan proses yang dinamis untuk memperoleh
tambahan kekayaan. Hanya idividu yang berani mengambil
risiko utama dalam hal modal, waktu, dan atau komitmen
karir atau dapat menyediakan nilai bagi beberapa produk
dan jasa saja yang bisa menambah kekayaan.
, wirausaha dapat ditemukan pada setiap profesi—
pendidikan, kesehatan, riset, kedokteran, hukum, teknik,
dan mahasiswa. sebab itulah, ia membuat definisi yang
lebih komprehensif, yakni:
Kewirausahaan yaitu proses penciptaan sesuatu
nilai yang baru, menggunakan waktu dan usaha ,
menanggung risiko keuangan, fisik, dan risiko sosial
yang mengiringi, namun menerima imbalan moneter
dan kepuasan dan kebebasan pribadi.
Definisi ini menekankan empat aspek dasar
seorang wirausahawan. Pertama, melibatkan proses
penciptaan—menciptakan suatu nilai baru. Penciptaan
haruslah mempunyai nilai bagi pengusaha dan pelanggan.
Kedua, kewirausahaan menuntut waktu dan usaha . Ketiga,
melibatkan penghargaan, berupa kebebasan dan kepuasan
pribadi. Keempat, respons dalam memciptakan dilakukan
melalui tindakan kewirausahaan/entrepreneurial action
saat diejawantahkan dalam bahasa sederhana,
maka wirausahawan yaitu orang yang berjiwa berani
mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai
kesempatan. Berjiwa berani mengambil risiko artinya
bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa
diliputi rasa takut atau cemas, sekalipun dalam kondisi
tidak pasti , Kegiatan wirausaha ini
dapat dilakukan seorang diri atau berkelompok. Pikiran
seorang wirausahawan selalu berisi usaha untuk mencari
memanfaatkan, dan menciptakan peluang usaha yang
dapat memberikan keuntungan. Kerugian merupakan hal
yang biasa sebab mereka memegang prinsip selalu ada
faktor rugi.
Kemampuan mendobrak sistem ekonomi yaitu ciri
khas seorang wirausaha. Hal ini dilakukan dengan
memperkenalkan barang dan jasa baru, menciptakan
bentuk organisasi baru, atau mengolah bahan baku
baru. Namun, hal ini bisa terlaksana, jika orang
mempunyai kecerdasan wirausaha, yakni kemampuan
seseorang dalam mengenali dan mengelola diri dan
berbagai peluang maupun sumber daya sekitarnya secara
kreatif untuk menciptakan nilai tambah bagi dirinya secara
berkelanjutan. Sebab, menjadi wirausaha tidak hanya
membangun bisnis semata, namun juga mengubah pola
pikir dan pola tindak yang menghasilkan kreativitas dan
inovasi ,
Pada akhirnya, seperti dikemukakan Drucker (1986),
seorang wirausahawan yaitu orang penuh semangat,
berani mengambil risiko, kreatif dan inovatif, dan punya
kemampuan manajemen untuk mengubah tantangan
menjadi peluang.
Tip Bisnis Pemula Ala Ciputra
Berbisnis harus dimulai sejak dini. Hal itu pula
yang diajarkan pegiat wirausaha negara kita , Ir. Ciputra.
Menurutnya, orang tua harus mengajarkan anak untuk
memulai usaha, meskipun anak masih duduk di bangku
TK.
Berikut ini tip lengkap dari peraih Luminary Award
2013 dari ChannelNewsAsia untuk kategori Lifetime
Achievement:
1. Saat membawa anak ke pusat perbelanjaan
misalnya, anak jangan hanya diajak untuk membeli
barang, tapi juga menjelaskan cara membuat barang
ini . Misalnya saat anak minta kue, anak harus
dijelaskan tentang membuat kue. Secara pelan-
pelan, anak bisa dijelaskan tentang manajemen
keuangan hingga urusan menabung. Bila anak
merengek meminta sesuatu, jangan langsung
dituruti. Buatlah anak menjadi kreatif.
2. Beranjak besar, si anak bisa diajarkan berjualan.
Usahakan barang-barang ini gampang dibawa
si anak ataupun diminati si anak. Bahkan bila ada
fasilitas, si anak bisa diperkenalkan dengan bisnis
online.
3. Bila sudah lebih dewasa lagi, anjurkan untuk
membuat 100 daftar tentang bisnis apa saja yang
akan dilakukan. Kemudian sesudah dianalisis,
maka bisa diseleksi hingga mengerucut menjadi
10 hingga 3 bisnis utama yang sesuai. Selain itu,
bisa mencari mentor bisnis sesuai dengan bisnis
yang akan dijalankan. Dengan mentor itu, maka
calon wirausaha bisa dengan secara jelas menerima
arahan bahkan kritikan.
4. Bila sudah mulai terlihat usahanya, hal yang
terpenting yaitu modal usaha. Namun bagi
Ciputra, modal usaha bukanlah hal yang penting.
Sebab, belaiu dulu memulai usaha dengan modal
dengkul, alias tanpa modal, yang penting bisa baca
peluang dan inovasi.
5. sesudah bisnis mulai berjalan, biasanya calon pebisnis
takut bisnisnya gagal. Tapi menurut Ciputra, justru
di situlah mental seorang calon wirausaha dilatih.
Menjadi seorang wirausaha, harus siap rugi.
Namun bisnis ini jangan dipersiapkan untuk
merugi.
B. Karakteristik Wirausaha
Seseorang dikatakan punya jiwa wirausaha bila jeli
melihat peluang, pantang menyerah, kreatif dan inovatif,
dan berani mengambil risiko. Karateristik seperti itulah
yang mendorong maju tidaknya sebuah usaha.
David McClelland yaitu yang pertama kali
mengungkap karakter seorang wirausaha. Dalam bukunya,
The Achieving Society, McClelland mengatakan, wirausaha
mempunyai keinginan pencapaian yang lebih tinggi
dibanding mereka yang bukan wirausahawan
Di samping itu, wirausahawan juga memiliki kontrol
internal yang lebih tinggi ketimbang non-wirausahawan.
McClelland , membagi
karakterisik wirausahawan berdasarkan keinginan
pencapaian menjadi enam hal, yakni:
1. Menyukai pekerjaan dengan risiko yang realistis.
2. Bekerja lebih giat dalam tugas-tugas yang memerlukan
kemampuan mental.
3. Tidak bekerja lebih giat sebab imbalan uang.
4. Ingin bekerja pada situasi di mana dapat diperoleh
pencapaian pribadi.
5. Menunjukkan kinerja yang lebih baik dalam kondisi
yang memberikan umpan balik yang jelas positif.
6. Berpikir ke masa depan dan jangka panjang.
Bersisian dengan karakteristik di atas,
mengatakan bahwa wirausahawan sukses bukanlah
orang yang biasa-biasa saja, melainkan mereka yang
mempunyai karakter khas. Bygrave membaginya menjadi
10 karakteristik, populer dengan sebutan 10 Ds, yaitu:
1. Dream
Dapat diartikan sebagai impian. Seorang wirausahawan
pastilah mempunyai mimpi, mempunyai visi atas masa
depan. Bukan sekadar mimpi, seorang wirausahwan
juga punya kemampuan untuk mewujudkan mimpinya.
2. Decisiveness
Artinya perencanaan. Sebelum melakukan sesuatu,
wirausahawan memiliki perencanan yang matang, agar
segala sesuatunya dapat berjalan sesuai prosedur yang
diinginkan. Kecepatan dan perencanaan yang matang
yaitu kunci sukses wirausaha.
3. Doers
Tidak bertindak lambat. Wirausahawan tidak perlu
menunggu waktu untuk segera melakukan usaha.
Mengulur-ngulur waktu artinya menunda kesuksessan
anda. Jadi, saat ada rencana aksi, maka wirausahawan
langsung mengimplementasikannya.
4. Determination
Dalam menjalankan bisnis, wirausahawan harus benar-
benar memperhatikan usaha di jalankan. Mereka
berkomitmen penuh atas usaha ini , bertanggung
jawab terhadap segala kendala yang menghadang usaha
dan pantang menyerah.
5. Dedication
Wirausahawan sangat berdedikasi atas bisnisnya.
Mereka bekerja tanpa lelah, menjadikan usaha sebagai
sahabat sejati, dan loyal terhadap usaha yang dijalankan.
6. Devotion
Seorang wirausahawan sangat mencintai pekerjaannya.
Mereka tidak pernah lelah untuk menjalaninnya sebab
menjalaninya dengan senang hati. Mereka sangat
mencintai produk atau jasa yang dihasilkan, sebab
dapat dijual dengan efektif.
7. Details
Wirausahawan harus dapat memperhatikan hal-
hal kecil. Mereka tidak akan membiarkan hal sepele
memicu pasar tidak percaya lagi terhadap
bisnisnya, yang dapat memicu usaha gulung tikar.
8. Destiny
Wirausahawan bertanggung jawab terhadap tujuan
usahanya, bebas dan tidak bergantung pada orang lain.
9. Dollars
Dollars yang dimaksud disini yaitu uang. Dalam
suatu wirausaha uang dijadikan sebagai pengukur
kesuksesan bisnis, sebab tujuan wirausaha yaitu
keuntungan.
10. Distribute
Wirausahawan memperhatikan setiap karakteristik
orang-orang di sekitarnya, yang pada akhirnya dapat
menyalurkan kepemilikkan bisnis kepada orang yang
dipercaya (orang yang berdedikasi).
Karakteristik setidaknya menjadi penyaring alami
seorang wirausahawan. Tanpa karakteristik yang khas,
hanya akan membuat wirausaha sebagai ajang coba-coba.
Banyak yang ingin menjalankannya, namun sebab tidak
memiliki karakter, akhirnya harus berhenti di tengah jalan.
Tanpa karakter kuat, wirausaha tidak akan berjalan.
Apalagi, jika ketakutan, baik takut rugi, takut gagal, atau
takut yang lainnya, selalu menggelayuti.
mengungkap enam karakteristik wirausaha berdasarkan
kekuatan emosi, yaitu:
1. Pandai mengelola ketakutannya
Seorang yang smart and good entrepreneur pandai
mengelola ketakutannya untuk membangkitkan
keberanian dan kepercayaan diri dalam menghadapi
risiko. Dengan kata lain, seorang wirausaha haruslah
berjiwa risk manager, bukan risk taker.
2. Mempunyai ‘iris mata’ yang berbeda dengan yang lain
Iris mata yaitu cara seseorang memandang sesuatu
(masalah, kesulitan, perubahan,diri sendiri, lingkungan,
tren, kejadian) untuk memunculkan kreativitas
agar tercipta ide, gagasan, konsep, lalu mencoba
meningkatkan nilai (add value). Dengan demikian,
seseorang yang mempunyai jiwa entrepreneur yang kuat
memiliki pola pandang yang berbeda dengan orang
lain.
3. Pemasar sejati atau penjual ulung
Tanpa keterampilan ini, seorang wirausaha akan
memulai dengan lebih berat dan membutuhkan lebih
banyak waktu. Keterampilan ini akan mempermudah
seorang wirausahawan dalam membangun bisnis,
mempercepat pertumbuhan bisnis, dan mengurangi
ketergantungan modal yang besar.
4. Melawan arus dan menyukai tantangan baru
Seorang smart and good entrepreneur cenderung tida suka
mengikuti arus atau terperangkap di dalam kehidupan
yang monoton. Wirausahawan selalu tidak bisa diam,
berpikir, dan terus berpikir, sebab pada hakikatnya,
mereka yaitu creative and smart worker.
5. High determination (keteguhan hati)
Perbedaan entrepreneur sejati dengan yang biasa saja
yaitu dalam hal durability, firm, dan determination.
Keteguhan hati ini membuat wirausahawan sejati
akan berbeda dalam memandang kegagalan. Kegagalan
yaitu persepsi orang yang merasa buntu dan tidak
tahu apa yang harus ia lakukan dan tidak ingin mencari
jalan keluar.
6. Selalu mencari yang terbaik (perfeksionis)
Seorang smart and good entrepreneur mampu memberikan
apa yang lebih baik lagi bagi pelanggan. Namun,
yang harus diingat yaitu , perfeksionis bagai pisau
bermata dua. Bila mampu mencapai yang terbaik dan
memberikannya yang terbaik, tidak menjadi masalah.
Akan jadi bumerang bila tidak mampu menanggung
kesempurnaan diri dan pikiran sehingga berakibat
fatal, misalnya frustrasi dan putus asa. yaitu tugas
seorang entrepreneur untuk mengubah hal ini
menjadi kekuatan.
Imam Sukardi
mengidentifikasi sembilan karakteristik wirausahawan
yang paling sering ditemukan, di antaranya:
1. Sifat instrumental
Seorang wirausahawan dalam berbagai situasi selalu
memanfaatkan segala sesuatu dalam lingkungannya
demi tercapainya tujuan pribadi dalam berusaha.
2. Sifat prestatif
Dalam berbagai situasi selalu tampil lebih baik, lebih
efektif dibandingkan dengan hasil yang tercapai
sebelumnya.
3. Sifat keluwesan bergaul
Selalu berusaha untuk cepat menyesuaikan diri dalam
berbagai situasi hubungan antar manusia, aktif bergaul,
membina kenalan-kenalannya dan mencari kenalan
baru, dan berusaha untuk dapat terlibat dengan
mereka yang ditemui dalam kegiatan sehari-hari.
4. Sifat kerja keras
Selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah
menyerah sebelum pekerjaan selesai. Mengutamakan
kerja dan mengisi waktu dengan perbuatan nyata untuk
mencapai tujuan.
5. Sifat keyakinan diri
Selalu percaya pada kemampuan diri, tidak ragu-ragu
dalam bertindak, bahkan berkecenderungan untuk
melibatkan diri secara langsung dalam berbagai situasi
dengan optimisme untuk berhasil.
6. Sifat pengambil risiko
Selalu memperhitungkan keberhasilan dan kegagalan
dalam setiap kegiatannya khususnya untuk mencapai
keinginannya. Akan melangkah bila kemungkinan
untuk gagal tidak terlalu besar.
7. Sifat swa kendali
Dalam menghadapi berbagai situasi selalu mengacu
pada kekuatan dan kelemahan pribadi dan batas-batas
kemampuan dalam berusaha. Selalu menyadari dengan
adanya pengendalian diri ini maka setiap kegiatannya
menjadi lebih terarah dalam mencapai tujuannya.
8. Sifat inovatif
Selalu mendekati berbagai masalah dengan berusaha
menggunakan cara-cara baru yang lebih bermanfaat.
Terbuka terhadap gagasan, pandangan, dan penemuan
baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kinerjanya. Tidak terpaku pada masa lalu, tapi selalu
berpandangan ke depan untuk mencari cara-cara baru
atau memperbaiki cara-cara yang biasa dilakukan
orang lain untuk peningkatan kinerja. Cenderung
melakukan sesuatu dengan cara yang khas, unik dari
hasil pemikirannya. Termasuk dalam sifat inovatif ini
yaitu kecenderungan untuk selalu meniru tetapi
melalui penyempurnaan tertentu (imitatif inovatif).
9. Sifat kemandirian
Selalu mengembalikan perbuatannya sebagai tanggung
jawab pribadi. Keberhasilan dan kegagalan merupakan
konsekuensi pribadi wirausaha. Mementingkan
otonomi dalam bertindak, pengambilan keputusan dan
pemilihan berbagai kegiatan dalam mencapat tujuan.
Lebih senang bekerja sendiri, menentukan dan memilih
cara kerja yang sesuai dengan dirinya. Ketergantungan
pada orang lain merupakan suatu yang bertentangan
dengan kata hatinya. Seorang wirausahawan dapat saja
bekerja dalam kelompok selama mendapat kebebasan
bertindak dan dalam mengambil keputusan.
Karakter-karakter ini memang wajib dimiliki oleh
seorang calon wirausahawan. Tanpa karakter, bisnis yang
digeluti hanya akan berjalan biasa-biasa saja, minim warna
dan aroma, sulit berkembang, dan besar kemungkinan
mengalami kemunduran. Padahal, dalam iklim kompetisi
seperti saat ini, hanya sang pemenanglah yang mampu
bertahan.
menemukan 12 ciri yang biasanya
dimiliki oleh seorang wirausahawan yang telah sukses,
antara lain:
1. Mempunyai mimpi-mimpi yang realistis dan tinggi,
yang mampu diubah menjadi cita-cita yang harus
ia capai. Hidupnya harus berubah sebab kekuatan
emosionalnya, sehingga mimpi itu bisa terwujud
(power of dream).
2. Mempunyai empat karakter dasar kekuatan emosional
yang saling mendukung untuk sukses, determinasi,
persistent, keberanian, perjuangan, dan resiko
kepemimpinan.
3. Menyukai tantangan dan tidak pernah puas dengan
apa yang didapat (High achiever).
4. Mempunyai ambisi dan motivasi yang kuat (motivator).
5. Memiliki keyakinan yang kuat akan kemampuannya
bahwa “dia bisa” (power of mind).
6. Seorang yang visioner dan mempunyai daya kreativitas
yang tinggi.
7. Risiko kepemimpinan, tidak hanya pengambil risiko.
8. Memiliki strong emotional attachment (kekuatan
emosional).
9. Seorang problem solver.
10. Mampu menjual dan memasarkan produknya (seller).
11. Mudah bosan dan terkesan bagi orang lain sulit diatur.
12. Seorang kreator ulung
C. Prinsip Wirausaha
Selama ini, hal yang paling menghantui para calon
wirausahwan yaitu perasaan gagal. Padahal, dengan
kegagalan ini , calon wirausahawan sebenarnya
sedang ditempa, apakah akan terus menggeluti bisnisnya
atau putar haluan. Mereka yang berani keluar dari rasa
takut akan kegagalan itulah yang telah menerapkan prinsip
wirausaha dengan baik.
Di samping itu, seorang wirausahawan juga harus
berpikir optimis atas peluang dan usaha yang dilakukan.
Dengan demikian, semangat dan kemauan keras dan
ketekunan akan menciptakan usaha yang maju dan terus
berkembang.
menekankan beberapa prinsip yang
harus menjadi pegangan wirausahawan, di antaranya:
1. Berani memulai.
2. Berani menanggung risiko.
3. Penuh perhitungan.
4. Memiliki rencana yang jelas.
5. Tidak cepat puas dan putus asa.
6. Optimis dan penuh keyakinan.
7. Memiliki tanggung jawab.
8. Memiliki etika dan moral.
Seperti halnya Kasmir, Saiman (2009) menempatkan
keberanian untuk gagal sebagai prinsip utama wirausaha.
Berani di sini artinya tidak berpikir dua kali untuk
memulai usaha, pantang menyerah, dan tidak takut gagal.
Selengkapnya prinsip wirausaha menurut Saiman yaitu
sebagai berikut:
1. Jangan takut gagal.
Banyak yang berpendapat bahwa untuk berwirausaha
dianalogkan dengan impian seseorang untuk dapat
berenang. Walaupun teori mengenai berbagai gaya
berenang sudah bertumpuk, sudah dikuasai dengan
baik dan literaturnya lengkap, tidak ada gunanya kalau
tidak di ikuti menyebur ke dalam air. Demikian halnya
untuk berusaha, tidak ada gunanaya berteori kalau
tidak terjun langsung, sehingga mengalami, jangan
takut gagal sebab kegagalan yaitu kesuksesan yang
tertunda.
2. Penuh semangat.
Hal yang menjadi penghargaan terbesar bagi pembisnis
atau perwirausahaan bukanlah tujuannya melainkan
lebih kepada proses dan perjalanannya. Itulah mengapa
seorang wirausahawan membutuhkan semangat.
3. Kreatif dan Inovatif.
Kreativitas dan inovasi yaitu mod