al bagi seorang
pengusaha. Seorang wirausaha tidak boleh berhenti
dalam berkreativitas dan berinovasi dalam segala hal.
4. Penuh perhitungan dalam mengambil risiko.
Risiko selalu ada dimanapun kita berada. Seringkali kita
menghindari risiko yang satu, tetapi menemui bentuk
risiko lainnya. Namun yang harus diperhitungkan
yaitu perhitungkan dengan baik-baik sebelum
memutuskan sesuatu, terutama yang tingkat risikonya
tinggi.
5. Sabar, ulet dan tekun.
Prinsip lain yang tidak kalah penting dalam berusaha
yaitu kesabaran dan ketekunan. Sabar dan tekun
meskipun harus menghadapi berbagai masalaha,
percobaan, dan kendala bahkan diremehkan oleh orang
lain.
6. Optimis.
yaitu modal usaha yang cukup penting bagi
usahawan, sebab kata optimis nerupakan sebuah
prinsip yang dapat memotivasi kesadaran kita sehingga
apapun usaha yang kita lakukan harus penuh optimis
bahwa usaha yang kita laksanakan akan sukses.
7. Ambisius.
Seorang wirausahawan harus berambisi, apapun jenis
usaha yang akan dijalankannya.
8. Pantang menyerah
Prinsip pantang menyerah yaitu bagian yang harus
dilakukan kapanpun waktunya.
9. Jeli membaca peluang pasar.
Peka terhadap pasar atau dapat baca peluang pasar
yaitu prinsip mutlak yang harus dilakukan oleh
wirausahawan, baik pasar ditingkat lokal, regional,
maupun internasional. Peluang pasar sekecil apapun
harus diidentifikasi dengan baik, sehingga dapat
mengambil peluang pasar ini dengan baik.
10. Berbisnis dengan standar etika.
Setiap pebisnis harus senantiasa memegang secara baik
tentang standar etika yang berlaku secara universal.
11. Mandiri.
Kemandirian harus menjadi panduan dalam
berwirausaha. Mandiri dalam banyak hal yaitu kunci
penting agar kita dapat menghindarkan ketergantungan
dari pihak atau para pemangku kepentingan atas usaha
kita.
12. Jujur.
Kejujuran yaitu mata uang yang akan laku di mana-
mana. Jadi, jujur kepada pemasok dan pelanggan atau
kepada seluh pemangku kepentingan perusahaan
yaitu prinsip dasar yang harus dinomorsatukan dalam
berusaha.
13. Peduli lingkungan.
Seorang pengusaha harus memiliki kepedulian
terhadap lingkungan sehingga harus turut dan
menjaga kelestarian lingkungan tempat usahanya.
14. Membangun relasi
Mengembangkan jejaring usaha perlu untuk
meningkatkan pembelajaran dan pengetahuan akan
kewirausahawan kita. Semakin banyaknya relasi akan
menciptakan peluang dalam mengembangkan dan
mencapai usaha yang baik. Usaha yang baik dan maju
bukan berarti rasa puas dan rasa nyaman yang telah
kita dapatkan, sebab dengan rasa puas dan nyaman
ini justru menurunkan semangat usaha.
D. Perencanaan Wirausaha
saat Julius Caesar berhasil memperluas kekuasaan
Roma hingga ke Samudra Atlantik, menguasai Inggris,
Perancis, sekaligus menjadi penguasa terhebat Romawi,
semua itu tidak dilakukan dengan tiba-tiba. Caesar selalu
merencanakannya dengan matang. Setiap detil terencana
dengan sempurna, tanpa ada yang terlewat.
Begitu juga dengan wirausaha. Analogi perencanaan
model Caesar bisa kita gunakan. Jika bisnis yang kita
jalankan ingin terus berkembang, membutuhkan
perencanaan yang matang. Dalam wirausaha, perencanaan
yaitu kata kunci. Tanpa perencanaan, wirausaha akan
berjalan datar, tidak memberi hasil optimal.
Perencanaan awal wirausaha yaitu mengenali
makna wirausaha itu sendiri. menyebut
pada tahap ini, orang mulai mengetahui arti dan manfaat
kewirausahaan. Di tahap ini, seorang calaon wirausaha
biasanya mulai:
1. Bersentuhan dengan kewirausahaan untuk mengetahui
tujuan, maksud, dan manfaatnya bagi individu,
lingkungan, dan negara.
2. Berorientasi pada pola pikir orang yang sukses dalam
bisnis.
3. Belajar lebih dalam tentang kewirausahaan.
4. Menyadari bahwa ada alternatif sesudah lulus selain
mencari kerja, yakni menciptakan lapangan kerja.
5. Mempersiapkan karir hidup.
6. Mengerti bahwa menjadi wirausahawan sukses
bukanlan milik sekelompok orang saja.
sesudah mengenali makna wirausaha, tahap selanjutnya
yaitu tertarik dengan wirausaha. Hal ini ditandai dengan
pamahaman bahwa setiap orang punya jiwa kewirausahaan,
hanya saja belum diberdayakan dan dikembangkan.
Tahapan berikutnya yaitu mempersiapkan diri
dan merencanakan bisnis. Tahap persiapan yaitu tahap
yang akan menjadikan calon wirausahawan menemukan
inspirasi bisnis secara teori, konsep, dan cara menemukan
peluang. Di tahapan ini, mempersiapkan bisnis mencakup
empat tahap , yaitu:
1. Tahap mengenal diri untuk menemukan asal peluang
bisnis.
2. Mempelajari peluang bisnis dengan berpikir kreatif.
3. Menganalisis dan memanfaatkan inspirasi bisnis.
4. Mengubah dan memanfaatkan peluang menjadi bisnis.
Kasmir (2011) mengungkapkan, ada beragam cara
dan sebab orang untuk memulai atau merintis usaha. Di
antaranya:
1. Faktor keluarga pengusaha.
2. Sengaja terjun menjadi wirausaha.
3. Kerja sampingan.
4. Coba-coba.
5. Terpaksa.
Di antara kelima faktor ini , sengaja terjun menjadi
wirausaha yaitu faktor utama yang menghasilkan
wirausahawan andal. Sebab, mereka belajar dari kesuksesan
orang lain, mengukuti contoh pengusaha berhasil.
tahap berikutnya
yaitu merencanakan kerangka bisnis, yakni dengan
menjalankan:
1. Perencanaan bisnis.
2. Konsep dan aspek manajemen bisnis.
3. Hal-hal yang berisi tentang pengetahuan lain yang akan
dirangkai oleh kewirausahaan sebagai benang merah
pengikat ilmu ini .
sesudah persiapan bisnis matang dan menemukan
peluang emas, segera rencanakan konsep bisnis dengan
mengikuti tahapan:
1. Menentukan visi dan misi bisnis.
2. Menentukan model bisnis, apakah secara individu,
rekanan, atau jenis lain.
3. Membuat rencana bisnis (business plan).
4. Mulai mempelajari aspek-aspek pengetahuan penting
dalam bisnis, yakni keuangan, HRD, produksi,
persediaan, pemasaran.
5. Memulai dan menentukan kapan bisnis mulai
dijalankan.
Pada intinya, semakin matang perencanaan bisnis,
maka semakin besar pula peluang sukses bisnis ini
pada masa datang.
E. Strategi Mengatasi Masalah Permodalan
Banyak calon wirausaha yang mengeluh, kalau tidak
punya modal, mau usaha apa. Keluhan seperti ini wajar-
wajar saja. Apalagi masalah permodalan merupakan
penghambat terbesar mandeknya program kewirausahaan
di negara kita .
Ada dua pengertian umum tentang modal, yakni yang
terkait kapital (uang), dan tenaga (keahlian). Modal dalam
bentuk uang diperlukan untuk membiayai segala keperluan
usaha, mulai dari biaya pra-investasi, pengurusan izin,
investasi untuk pembelian aktiva tetap, sampai modal kerja
Seorang wirausahan harus cerdik dalam mencari dan
mengatasi masalah permodalan.
dari sisi asal (sumber), ada dua jenis permodalan, yaitu:
modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri diperoleh
dari pemilik perusahaan dengan cara mengeluarkan saham.
Kerugian menggunakan modal sendiri yaitu jumlahnya
sangat terbatas dan sulit untuk memperolehnya. Berikutnya
yaitu modal asing atau modal pinjaman. Modal jenis
ini diperoleh dari pihak luar perusahaan dan biasanya
bersumber pinjaman. Menggunakan modal pinjaman
untuk bisnis akan menimbulkan beban biaya bunga, biaya
administrasi, provisi, dan komisi yang besarnya relatif.
Penggunaan modal pinjaman mewajibkan pengembalian
sesudah jangka waktu tertentu.
Bagi para wirausahawan pemula, modal yaitu
masalah serius. Sebab, jika menggunakan modal sendiri,
tentu saja belum mencukupi. Kalaupun harus meminjam,
ada berbagai syarat yang harus dipenuhi, misalnya
penggunaan agunan (jaminan), dan lainnya. Padahal,
usaha yang sedang dirintis ini baru berjalan dan
belum memberi keuntungan.
Mengatasi masalah permodalan ini, wirausahawan
harus cerdik. Sumber modal bisa diekplorasi dari mana
saja. Bahkan, bisa memanfaatkan relasi, kalau memang
kenal dengan baik dan mau memberi penjaman.
Meski penting, namun sesungguhnya modal bukanlah
segala-galanya. Sebab, banyak juga pengusaha yang
bermodal ‘dengkul’ bisa sukses. Ir. Ciputra yaitu salah
satu pengusaha yang sejak awal karirnya mengaku
bermodal ‘dengkul’.
Selain itu, modal besar bukanlah jaminan bahwa
usaha akan sukses. Dengan demikian, modal besar
bukanlah harga mati. bahwa
banyak wirausaha yang kini menjadi pengusaha besar
sebelumnya yaitu pengusaha kecil dengan modal kecil
pula. sebab perjuangannya yang tidak mengenal lelah,
akhirnya mereka meraih kesuksesan. Sebagai peng usaha,
kita bisa jadikan contoh visi luar biasa Bill Gates, perintis
perusahaan komputer perangkat lunak terbesar di dunia,
Microsoft Corporation. Bill Gates yaitu sosok pengusaha
sukses pada akhir abad ke-20 dalam golongan bisnis.
Keberhasilan Bill Gates yaitu sebab dia memiliki
visi, motivasi dan komitmen yang jelas untuk merebut
kesuksesan. Jelasnya, keberhasilan Bill Gates bukan semata-
mata hanya sebab mengandalkan materi atau uang, tetapi
sebab komitmen dan visinya yang luar biasa sehingga dia
dikenal sebagai pengusaha yang sangat sukses.
Fred Smith, pendiri dan CEO Federal Express Corpo-
ration, menyatakan bahwa agar kita bisa menjadi wirausaha
yang sukses, mestinya kita memiliki kemampuan membaca
sesuatu yang tidak bisa dibaca orang lain. Ataukah kita
mampu melakukan sesuatu yang berbeda dengan apa yang
dilakukan orang lain.
Banyak orang yang berani berbisnis dengan
mengandalkan modal besar, tapi sedikit sekali yang
bertahan sampai puncak tujuan. Biasanya, banyak
pengusaha besar yang tiba-tiba jatuh atau bangkrut dan
sulit bangkit kembali.
Kita sering menemukan seorang wirausaha mendirikan
sebuah perusahaan dengan modal seadanya, tapi sebab
dikelola dengan semangat yang menggebu-gebu akhirnya
menjadi perusahaan besar. Celakanya, sesudah pendirinya
meninggal dunia, kemudian dikelola ahli warisnya,
perlahan -lahan ternyata perusahaan warisan itu jatuh dan
tak bisa dipertahankan lagi. pemicu nya, antara lain,
sebab ahli waris penerus perusahaan itu tidak memiliki
strategi dan pengalaman bisnis. Mengelola bisnis itu seperti
mengelola seni dan yang mengetahui bagaimana seni
memimpin perusahaan yaitu pendiri atau pemiliknya.
Oleh sebab itu, sangat sedikit orang lain yang dapat
mengetahui persis taktik dan cara yang dipergunakan oleh
pendiri perusahaan itu.
Namun, kita tidak perlu takut sebab kita harus
berusaha keras. Jika kita gagal mempertahankan bisnis
yang kita kelola, sebaiknya kita tidak perlu putus asa. Asal
kita mau bangkit, lalu membenahi perusahaan, lambat laun
akan ada perbaikan. Selain membutuhkan pengalaman
yang prosesnya cukup panjang, pengalaman juga bisa
menjadi barang yang sangat berharga untuk dipergunakan
sebagai bekal merintis usaha baru.
Kita perlu membedakan antara kegagalan dan
kesukses an. Boleh jadi, kita bisa kehilangan uang banyak,
tapi pengalaman yaitu bekal yang cukup berharga untuk
mendidik diri sendiri. Agar kita tidak jatuh bangkrut,
sebaiknya kita memiliki tabungan pribadi agar kita dapat
memanfaatkannya sebagai bekal untuk berbisnis lagi.
Kita jangan kehilangan kesempatan memulai kembali
usaha. Kalau perlu kita mencoba berbagai bisnis dengan
memulai dari yang kecil-kecil, sampai membuahkan hasil.
Berapapun jenis bisnis yang kita pilih sebaiknya sesuai
dengan hobi atau kegemaran kita.
Bisnis yang ditekuni dengan latar hobi tentu akan
menyenangkan. Kita akan menjalankannya dengan suka
cita, tekun, penuh dedikasi, sehingga meraih kesuksesan.
Kunci sukses dalam bisnis yaitu kesenangan. Kita
tidak akan pernah sukses dalam pekerjaan jika kita tidak
menyukai pekerjaan itu.
Mustahil pemain musik yang sukses yaitu orang
yang benci musik. Sama halnya seorang pembalap
mobil takut jatuh dan seorang ahli bedah takut darah.
Mestinya kita memilih bisnis yang tepat dengan diri kita,
agar bisnis yang kita tekuni bisa bertahan lama. Modal
awal berbisnis yaitu menumbuhkan rasa percaya diri.
bila seseorang menjalankan bisnisnya tetapi tidak
sesuai dengan kegemarannya, itu berarti menggeluti bisnis
dengan perasaan kurang percaya diri. Dengan begitu, ia
bisa saja membenci orang-orang yang harus berhubungan
dengannya. Akibatnya, semangat hidupnya meredup,
bahkan hilang.
Jadi, sebagai wirausaha sebaiknya kita me miliki visi
dan misi yang jauh ke depan. Selain itu, kita sebaiknya
juga memanfaatkan intuisi, bahkan kalau perlu membuat
terobosan dan perubahan spektakuler agar kita bisa maju
dan berkembang. Hanya dengan cara seperti itu, kita akan
mampu melihat masa depan dengan lebih baik. sebab
itu, sebagai wirausaha sebaiknya kita selalu optimis bahwa
masa yang akan datang yaitu milik kita. Maka dari itu,
sekaranglah saatnya kita merebutnya. Bukan sebaliknya,
kita hanya berpangku tangan.
F. Penerapan Manajemen Terbuka
Dunia bisnis, apapun jenis usahanya, perlu keterbukaan.
Mengapa? sebab kita ingin menciptakan unit bisnis yang
memberikan peluang kepada setiap orang untuk ikut
berjuang mencari uang. Pengaruh keterbukaan bukan
terhadap pelayanan semata, tetapi juga turut menentukan
jalannya perusahaan, yang kemudian berimplikasi kepada
pemilik dan semua karya wan. Dengan keterbukaan, semua
ikut berpikir dan bertindak seperti pemilik, bukan sekedar
sebagai orang yang digaji. Itulah model usaha yang
mungkin dapat diterapkan saat ini, saat perekonomian
negara kita tidak mengalami perbaikan yang signifikan dan
dihadapkan pada persaingan global yang sangat masif.
Dalam manajemen terbuka, secara ekonomi hari
depan seseorang ditentukan oleh keadaan usaha. Gaji yang
diperoleh karyawan tergantung pada sehat tidaknya usaha
yang dijalankan. Jadi sebenarnya jika hanya beberapa orang
saja yang tahu pasang surut nasib perusahaan, karyawan
hanya dianggap ”poin” yang kurang beruntung. Meski
mendapat gaji rutin dan cukup, mereka tidak mempunyai
hak mengendalikan sendiri nasibnya.
Lain halnya dengan sebuah perusahaan yang
menerapkan manajemen terbuka, karyawan benar-benar
menjadi pemain yang ikut menentukan perkembangan
perusahaan, setidaknya yang terkait dengan tanggung
jawab mereka. Suatu saat saya mencoba menikmati betapa
lezatnya sajian masakan Padang di rumah makan Sari
Bundo di Jakarta. Dengan ramah dan simpatik pelayanan-
nya mengundang pengunjung tidak henti-hentinya
berdatangan mulai dari mahasiswa, wartawan, pengusaha,
pejabat, bahkan artis dan para menteri. Meskipun harganya
relatif mahal — dibandingkan dengan rumah makan Sop
Saudara atau coto Makasar di Casablanca Jakarta Selatan,
namun rumah makan Padang ini merupakan rumah
makan terlaris di Jakarta. Keberhasilannya antara lain
sebab rata-rata karyawan yang dipekerjakan masih relatif
muda, dan dalam kondisi kemudaan itu mereka proaktif,
bahkan menggebu-gebu. Selain itu, loyalitas mereka sangat
tinggi dengan sistem manajemen bagi hasil, kekeluargaan,
transparan dan terbuka.
Bisnis yaitu sesuatu yang menyenangkan. Bisnis
merupakan permainan yang segar dan menumbuhkan rasa
percaya. Ada hadiahnya pula. Pemenangnya mendapat
beberapa uang, sedang yang kalah bangkrut.
Karyawan biasanya memikirkan jabatan atau gaji.
Tapi, dalam manajemen terbuka, yang dipikirkan yaitu
aspek bisnisnya. Sebab, manajemen terbuka mengundang
semua karyawan atau sebagian besar dari mereka ikut tahu
tentang pembukuan, kalkulasi keluar masuk atau cash flow
uang. Itu membuat pekerjaan men jadi terkait satu sama lain,
sehingga tumbuh semangat saling mengingatkan, bekerja
sama lebih erat, dan sama sekali tidak saling meninggalkan
atau meng hindari tanggung jawab.
Persaingan manajemen perusahaan yang terbuka
sebenarnya merupakan usaha untuk memenangi
persaingan yang semakin tajam di pasar ekonomi. Kita
semua mengetahui bahwa dunia bisnis bergerak sangat
cepat, sementara perusahaan yang masih mengandalkan
manajemen tertutup atau manajemen klasik akan
mati perlahan-lahan. Apalagi sejak akhir abad ke-20
memang terjadi persaingan luar biasa. Ada beberapa
pemicu nya. Pertama, globalisasi, saat dunia semakin
sempit. Hubungan antarnegara semakin dekat dan saling
memengaruhi. Bukan hanya Amerika Serikat dan Eropa
yang menjadi tantangan ekonomi dan pesaing, tapi juga
Taiwan, Korea, Thailand, hingga negara-negara Amerika
Selatan.
Kedua, revolusi informasi. Dengan revolusi ini relasi
antarmanusia di seluruh dunia menjadi makin cepat. Apa
yang dihasilkan di negara-negara Eropa dan Amerika
dalam waktu sekejap dapat diketahui di negara-negara
lain di kawasan Asia. sebab itu, informasi telah menjadi
industri yang sekaligus mempercepat jalannya informasi
itu sendiri.
Ketiga, saling memengaruhi. Salah satu akibat dari
globalisasi dan revolusi informasi yaitu adanya spirit
pengaruh, meniru atau menerjemahkan apa yang sudah
dihasilkan suatu bangsa/negara. Mengapa demikian?
Pertama, sesudah mendengar dan melihat suatu produk,
seseorang akan berpikir, mengapa tidak berpikir dan
berbuat begitu. Hal itu mendorong orang berusaha
membuat produk serupa, meniru, atau menjiplak produk
orang lain dengan harga yang relatif lebih murah dan lebih
baik.
Kedua, akan tumbuh suatu keyakinan bahwa orang
lain dapat mengerjakan apa yang sudah dikerjakan orang
lain. Itu mendorong perusahaan lebih keras mencoba
dengan segala cara. Ada usaha untuk mengerjakan dengan
cara sendiri yang khas dan lebih canggih.
Bagi yang belum mampu meniru, ada semangat
bertanya, semangat memperoleh atau mengumpulkan
lebih banyak informasi. Alhasil, perusahaan akan mampu
mem produksi sendiri apa saja yang pernah mereka lihat,
meskipun itu hasil tiruan (imitasi).
Tapi, kita harus menyadari bahwa manajemen terbuka
bukanlah obat segala permasalahan perusahaan. Manajemen
terbuka hanya menaikkan jumlah penjualan, baik kualitas
dan kuantitas. sebab itu, untuk membuat perusahaan
maju diperlukan pemikiran yang kompleks. Salah satunya
dengan membuka pembukuan agar lebih banyak yang
berpikir, tidak hanya bergantung pada seorang direksi
atau manajer, dan kadang-kadang membuat karyawan
merasa memiliki perusahaan. Manajemen terbuka tidak
dapat berdiri sendiri. Langkah itu harus didan i dengan
banyak perbaikan dan cara menghadapi saran yang masuk,
cara memadukan berbagai pendapat, pelaksanaan yang
tepat, dan kontrol yang baik. Tanpa itu semua, manajemen
terbuka hanya seperti slogan yang cuma baik diucapkan,
tapi tak membuahkan hasil. sebab itu, manajemen terbuka
sifatnya filosofis, bukan metode yang dipergunakan tahap
demi tahap, langkah demi langkah.
Pada umumnya karyawan memandang manajemen
sebagai suatu kesempatan. Kesempatan untuk belajar.
Cobalah cari bekal sebanyak-banyaknya, siapa tahu
perusahaan Anda beruntung dengan menerapkan
manajemen terbuka.
G. Wirausaha Proaktif
Dr. Spencer Johnson, penulis dan pembicara yang me-
miliki reputasi internasional. sebab kepopulerannya, ia
dikenal dan akrab di kalangan pakar dan praktisi manajemen
di seluruh dunia, termasuk negara kita . Spencer, misalnya,
terkenal sebab bukunya, The One Minute Manager, yang
ditulis bersama konsultan manajemen legendaris Kenneth
Blanchard. Buku itu sudah diterjemahkan ke dalam bahasa
negara kita dengan judul Manajer Satu Menit.
Dalam buku yang lain, Who Moved My CHESS, ia
menganalisis bagaimana karakter dan tindakan manusia
tatkala dihadapkan pada perubahan. Menurut Spencer,
dari waktu ke waktu kehidupan seseorang selalu berubah,
baik kehidupan profesional maupun personalnya. la
mengupas empat karakter berbeda yang biasa muncul
pada diri seseorang. Salah satunya yaitu how, tipe belajar
beradaptasi secara tepat waktu dan melihat perubahan
akan membawa pada kondisi yang lebih baik. Pesan
moral yang ingin disampaikan Spencer yaitu , kita harus
mengantisipasi perubahan, cepat beradaptasi terhadap
perubahan, menikmati perubahan, dan bersiaplah berubah
dengan cepat.
Sebagai wirausaha yang baik, mestinya kita selalu
proaktif. Sikap proaktif sangat diperlukan bagi seorang
wirausaha, terutama dalam mengantisipasi perubahan yang
terus bergulir. Istilah proaktif sudah lazim dikenal dalam
pustaka manajemen. Istilah itu berarti kita bertanggung
jawab atas kehidupan kita sendiri. Sebab, perilaku kita
yaitu suatu fungsi dari sebuah keputusan. Sebaliknya,
bukan keadaan pribadi, sebab kita dapat menyisihkan
perasaan menjadi nilai-nilai atas prakarsa dan tanggung
jawab untuk mewujudkannya. Sebaiknya kita menengok
kembali kata-kata responsibility-response ability yang berarti
kemampuan memilih tanggung jawab.
Orang yang sangat proaktif menyadari benar
adanya tanggung jawab. Ia tidak menyalahkan keadaan
atau kondisi dan situasi terhadap perilakunya. Sebab,
perilakunya yaitu produk dari kondisinya sendiri yang
terbangun dari pikiran dan perasaan. Secara alamiah, kita
bersifat proaktif.
Dengan proaktif, kita akan menjadi kreatif sebab
sering terpengaruh oleh lingkungan fisik. Misalnya, kalau
cuaca sedang bersahabat, kita akan merasa nyaman.
Sebaliknya, kalau cuaca tidak menguntungkan atau buruk,
akan memengaruhi sikap dan prestasi kita. Orang yang
proaktif membawa cuaca dalam dirinya sendiri, termasuk
cuaca hujan atau cerah, tidak akan terpengaruh. Kalau ia
memproduksi karya bermutu, itu bukan akibat fungsi yang
ditentukan oleh keadaan cuaca. Jelasnya, orang kreatif
dikendalikan perasaan. sebab itu, keadaan dan kondisi
lingkungan sangat menentukan.
Orang proaktif dikendalikan oleh nilai-nilai yang
dipilih dengan cermat, diseleksi dari lubuk hati. Orang
yang proaktif masih dapat dipengaruhi oleh orang lain
atau orang- orang yang berasal dari luar dirinya. Namun,
secara sadar atau tidak, tanggapannya pada rangsangan
ini merupakan pilihan yang berangkat dari sebuah
nilai. sebab itu, orang yang proaktif selalu membiasakan
diri berubah sesuai dengan tantangan hidup. Demikian
pula sebagai wirausaha yang ingin sukses, sebaiknya
tidak berhenti atau statis, melainkan terus bergerak seiring
dengan dinamika perkembangan zaman.
Kewirausahaan merupakan perilaku individu yang
memiliki semangat, kemampuan untuk memberikan
tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh
keuntungan untuk diri sendiri dan/atau pelayanan yang
lebih baik pada pelanggan/warga ; dengan selalu
berusaha mencari dan melayan langganan lebih banyak dan
lebih baik, dan menciptakan dan menyediakan produk
yang lebih bermanfaat, melalui keberanian mengambil
risiko, kreatif, inovatif, dan kemampuan manajemen.
Kewirausahaan menuntut semangat pantang menyerah,
berani mengambil risiko untuk memenangkan persaingan
usaha.
Hal yang menjadi penyaring alami seorang
wirausahawan yaitu karakteristiknya. Tanpa karakteristik
yang khas, hanya akan membuat wirausaha sebagai ajang
coba-coba. Banyak yang ingin menjalankannya, naman
sebab tidak memiliki karakter, akhirnya harus berhenti
di tengah jalan. Tanpa karakter kuat, wirausaha tidak akan
berjalan. Apalagi, jika ketakutan, baik takut rugi, takut
gagal, dan takut yang lainnya, selalu menggelayuti.
Di samping itu, seorang wirausahawan juga harus
berpikir optimis atas peluang dan usaha yang dilakukan.
Dengan demikian, semangat dan kemauan keras dan
ketekunan akan menciptakan usaha yang maju dan terus
berkembang.
Jika bisnis yang kita jalankan ingin terus berkembang,
membutuhkan perencanaan yang matang. Dalam
wirausaha, perencanaan yaitu kata kunci. Tanpa
perencanaan, wirausaha akan berjalan datar, tidak memberi
hasil optimal.
Seorang wirausahan harus cerdik dalam mencari dan
mengatasi masalah permodalan. Dari sisi asal (sumber),
ada dua jenis permodalan, yaitu modal: sendiri dan
modal pinjaman. Modal sendiri diperoleh dari pemilik
perusahaan dengan cara mengeluarkan saham. Kerugian
menggunakan modal sendiri yaitu jumlahnya sangat
terbatas dan sulit untuk memperolehnya. Sumber modal
bisa diekplorasi dari mana saja. Bahkan, bisa memanfaatkan
relasi, kalau memang kenal dengan baik dan mau memberi
penjaman.
Meski penting, namun sesungguhnya modal bukanlah
segala-galanya. Sebab, banyak juga pengusaha yang
bermodal ‘dengkul’ bisa sukses. Ir. Ciputra yaitu salah
satu pengusaha yang sejak awal karirnya mengaku
bermodal ‘dengkul’.
saat bisnis sudah berjalan, maka sepantasnya
wirausahawan menerapkan manajemen terbuka. Tujuannya
yaitu agar dapat memberi pembelajaran kepada semua
pihak, termasuk karyawan. Pada akhirnya, wirausaha juga
dituntut proaktif, tidak berhenti atau statis, melainkan terus
bergerak seiring dengan dinamika perkembangan zaman.
KEPEMIMPINAN
DALAM
KEWIRAUSAHAAN
A. Pengertian Kepemimpinan
Dalam sebuah organisasi, misalnya institusi bisnis,
kepemimpinan sangat penting. Pemimpinlah yang
membuat arah dan kebijakan tentang bisnis, untuk
kemudian diimplementasikan oleh anak buah (bawahan).
Sebagian besar institusi bisnis yang menjadi besar dan
terus berkembang ditopang oleh gaya kepemimpinan yang
andal dan profesional. Keunggulan wirausaha yang sukses
dibandingkan dengan wirausaha yang gagal terletak
pada dinamika dan efektivitas kepemimpinan. Pimpinan
wirausaha merupakan unsur pokok di dalam setiap
perusahaan.
Kepemimpinan, menurut Suryana dan Bayu (2010),
yaitu kemampuan, proses, atau fungsi yang digunakan
dalam memengaruhi orang lain untuk berbuat sesuatu
dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pada suatu
kegiatan, kepemimpinan merupakan usaha membantu
diri sendiri atau orang lain mencapai suatu tujuan.
Di sisi lain, menurut Sopiah (2008), kepemimpinan
yaitu proses mengarahkan dan memengaruhi aktivitas
yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok.
Definisi ini berimplikasi pada tiga hal (Sopiah, 2008),
yakni:
“As we look ahead into the next
century, leaders will be those who
empower others.”
Bill Gates
1. Kepemimpinan harus melibatkan orang lain, yaitu
bawahan atau pengikut. sebab kesediaan mereka
menerima pengarahan dari pemimpin,anggota
kelompok membantu menegaskan status pemimpin
dan memungkinkan terjadinya proses kepemimpinan.
Tanpa bawahan, maka semua sifat kepemimpinan
menjadi tidak relevan.
2. Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang
tidak sama di antara pemimpin dan anggota kelompok.
Pemimpin mempunya wewenang untuk mengarahkan
beberapa aktivitas anggota kelompok, yang caranya
tidak sama antara pemimpin yang satu dengan yang
lain.
3. Di samping secara sah mempu memberikan perintah
atau pengarahan kepada bawahan atau pengikutnya,
pemimpin juga harus memengaruhi bawahan dengan
bermacam cara.
Daft dan Carcic (2008) mendefinisikan kepemimpinan
sebagai kemampuan untuk memengaruhi orang ke arah
pencapaian tujuan organisasi. Memengaruhi berarti
hubungan antarorang tidak pasif dan pengaruh didesain
untuk mencapai tujuan. Taylor yang dikutip oleh Drafke
(2009) menjelaskan bahwa kepemimpinan yaitu ”the
ability to influence the activities of others, through the process
of communication, toward the attainment of goal.” Pengertian
ini menjelaskan bahwa kepemimpinan yaitu kemampuan
untuk memengaruhi aktivitas orang lain melalui proses
komunikasi ke arah pencapain tujuan. Definisi yang hampir
sama dikemukakan oleh Kinicki dan Kreitner (2008), yaitu:
”leadership is the ability influence people toward te attainment
of goals.” Kepemimpinan yaitu kemampuan untuk
memengaruhi orang ke arah pencapaian tujuan organisasi.
Robbins dan Judge (2007) menjelaskan kepemimpinan
sebagai kemampuan untuk memengaruhi sebuah kelompok
ke arah pencapaian visi atau seperangkat tujuan. Menurut
Greenberg dan Baron (2003), kepemimpinan merupakan
proses yang digunakan oleh seseorang untuk memengaruhi
anggota kelompok ke arah pencapaian tujuan kelompok
organisasi.
Definisi-definisi di atas pada umumnya memandang
kepemimpinan sebagai aktivitas yang berkelanjutan,
diarahkan untuk menimbulkan dampak pada perilaku
orang lain yang pada akhirnya difokuskan pada usaha
untuk mewujudkan tujuan-tujuan organisasi. Definisi
ini juga mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan
menyangkut sebuah proses pengaruh sosial yang dalam hal
ini pengaruhnya disengaja oleh seseorang terhadap orang
lain untuk mengatur aktivitas-aktivitas dan hubungan di
dalam kelompok atau organisasi.
Kepemimpinan merupakan sebuah proses kompleks
yang memerlukan banyak keterampilan.
, salah satu fondasi utama kepemimpinan
yaitu kepercayaan. menjelaskan bahwa kepercayaan merupakan suatu
pengharapan positif bahwa orang lain tidak akan — melalui
kata-kata, tindakan, atau keputusan — bertindak secara
oportunistik. Dari definisi ini , setidaknya ada dua
kata kunci penting dari kepercayaan, yaitu pengharapan
positif dan secara oportunistik. Istilah pengharapan
positif dalam pengharapan ini mengasumsikan
bahwa pengetahuan dan keakraban dengan pihak lain.
Menurut Rotter , kepercayaan
yaitu suatu proses ketergantungan-historis yang
didasarkan pada sampel-sampel pengalaman yang relevan
namun terbatas. Pengharapan itu membutuhkan waktu
untuk membentuknya, dibangun sedikit demi sedikit
dan terakumulasi. Sementara istilah secara oportunistik
merujuk pada risiko dan kerentanan yang inheren dalam
setiap hubungan kepercayaan. Menurut Rempel, Holmes
dan Zanna , kepercayaan mencakup
membuat seseorang rentan seperti saat , misalnya,
minyingkapkan informasi intim atau bergantung pada
janji-janji. sebab sifat ini juga, kepercayaan memberikan
peluang bagi kekecewaan atau pengambilan manfaat dari
kepercayaan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kepemimpinan
seringkali diartikan sama dengan manajemen. Padahal,
keduanya memiliki perbedaan. Menurut Drafke (2009),
kepemimpinan berhubungan secara langsung dengan
orang dan perilakunya. Kepemimpinan hanyalah salah satu
aspek dari manajemen. Sementara manajemen merupakan
sebuah konsep yang lebih luas, termasuk aktivitas
kepemimpinan, tetapi mungkin juga melibatkan fungsi-
fungsi non perilaku yang tidak secara langsung berpengaruh
terhadap orang lain. Manejemen berhubungan dengan
isu global, seperti menjaga kelangsungan organisasi, dan
bekerja baik dengan hirarki, sedangkan kepemimpinan
melibatkan inisiasi aksi dan percepatan perubahan.
Pada akhirnya, manajemen yaitu proses perencanaan,
pengorganisasioan, pengkoordinasian, pengarahan, dan
pengendalian aktivitas orang lain.
Capowski melihat
perbedaan antara kepemimpinan dan manajemen dari segi
kualitas yang dibutuhkan. Kualitas yang dibutuhkan dari
seorang pemimpin mencakup: jiwa, visioner, bersemangat,
kreatif, fleksibel, menginspirasi, inovasi, berani, imajinatif,
ekperimental, memiliki inisiatif perubahan, dan memiliki
kekuasaan pribadi. Sementara kualitas yang dibutuhkan
seorang manajer yaitu pikiran, rasional, konsultasi, gigih,
pemecahan masalah, tegas, analitis, terstruktur, penuh
pertimbangan, berwibawa, stabil, dan kekuasaan posisi.
Dalam menjalankan fungsi kepemimpinan, seorang
pemimpin dituntut untuk memiliki banyak kompetensi
agar efektif dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya.
ada sepuluh kompetensi yang perlu
dimiliki oleh seorang pemimpin, yakni:
Pertama, yaitu arah diri (self direction). Arah diri
merupakan kemampuan menyusun tujuan untuk dirinya
yang mengarahkan pada tujuan dengan dedikasi pemikiran
tunggal. Hal ini merupakan kunci dorongan personal dalam
memimpin. Beberapa orang menyusun tujuannya tetapi
tidak diikuti dengan dorongan personal. Sementara yang
lainnya memulai dengan bekerja atas tujuan-tujuannya,
tetapi mungkin tidak sampai akhir.
Kedua, fleksibilitas (flexibility), yaitu kemampuan
untuk mengubah dirinya sesuai dengan situasi. Esensi dari
fleksibilitas mental yaitu kemampuan untuk menangani
situasi yang berbeda dalam cara yang berlainan, khususnya
untuk menanggapi hal-hal yang baru, komplek dan situasi
yang problematik.
Ketiga, tim kerja (team work), yang merupakan
kemampuan untuk bekerja bersama terhadap visi bersama.
Kemampuan ini untuk mengarahkan individu
melaksanakan tujuan organisasi. Kemampuan kerja tim
antara lain mencakup: bekerja bersama dalam suatu
kelompok untuk mencapai tujuan bersama, mencapai
hasil yang ingin dicapai, merayakan kesuksesan, memiliki
pimpinan tim yang jelas, memiliki tujuan yang jelas,
mendukung satu sama lain dalam mencapai tujuan, masing-
masing anggota memiliki kemampuan untuk memengaruhi
keputusan, dan masing-masing anggota memiliki tanggung
jawab personal atas kinerja dan kualitasnya.
Keempat, strategi (strategy). Strategi yaitu kejadian
suatu tindakan yang diadopsi sesudah disaring secara
ekstensif melalui data-data yang tersedia dan sesudah
dievaluasi dari alternatif solusi yang bervariasi. Strategi
juga merupakan kemampuan untuk memahami dan
menginterpretasikan informasi untuk tindakan-tindakan
tertentu yang akan diimplementasikan.
Kelima, pengambilan keputusan (decision making).
Pengambilan keputusan merupakan studi yang
mengidentifikasi dan memilih alternatif-alternatif yang
didasarkan pada nilai dan preferensi dari pembuat
keputusan. Membuat keputusan berdampak bahwa ada
alternatif-alternatif pilihan untuk dipertimbangkan dan
dalam kasus ini tidak hanya mengidentifikasi banyak
alternatif yang mungkin, tetapi juga memilih salah satu
yang terbaik dan cocok dengan tujuan, kehendak, gaya
hidup, nilai dan sebagainya.
Keenam, mengelola perubahan (managing change).
Megelola perubahan merupakan kemampuan untuk
beradaptasi terhadap perubahan skenario tanpa kehilangan
keefektivan dan efisiensi. Mengelola perubahan mencakup
mengelola perubahan tugas, area praktik profesional dan
tubuh pengetahuan.
Ketujuh, delegasi (delegation). Delegasi yaitu kesediaan
untuk menugaskan tanggung jawab kepada yang lain.
Delegasi merupakan fungsi manajerial yang penting
untuk mengurangi beban tugas pimpinan. Delegasi
membutuhkan kepercayaan yang cukup terhadap orang
yang diberikan delegasi tugas.
Kedelapan, komunikasi (communication). Komunikasi
yaitu proses yang mana informasi melewati atau dibawa
dalam berbagai bentuk. Komunikasi bisa dalam bentuk
organisasi atau tim dalam sebuah organisasi. Komunikasi
yang efektif tergantung pada tiga faktor, yaitu kepercayaan,
emosi dan alasan.
Kesembilan, negosiasi (negotiation). Negosiasi yaitu
proses dimana dua pihak memecahkan perselisihan,
setuju atas terjadinya suatu tindakan atau mencoba
untuk memperoleh hasil yang saling menguntungkan.
Kepentingan yang saling diuntungkan merupakan bagian
penting dalam negosiasi dan tidak boleh hanya satu pihak
saja yang diuntungkan.
Kesepuluh, kekuasaan dan pengaruh (power and
influence). Kekuasaan yaitu kemampuan untuk
menggunakan pengaruh dalam organisasi atau individu di
luar wewenang yang diturunkan dari jabatan.
B. Perspektif Teoretik Kepemimpinan
Dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya, seorang
pemimpin menggunakan pendekatan yang berbeda-beda.
mengklasifikasikan kepemimpinan
menjadi empat kelompok, yaitu teori kepemimpinan yang
ditinjau berdasarkan orang (person-based theories), teori
situasional (situational theories), teori terpencar (dispersed
theories), dan teori pertukaran (exchange theories).
Pertama, teori kepemimpinan yang didasarkan pada
pendekatan orang. Ada beberapa teori kepemimpinan
yang tergabung dalam kelompok ini, antara lain teori
sifat dan teori perilaku. Untuk teori sifat berkembangan
dari hasil studi-studi tentang kepemimpinan pada akhir
abad ke-18 dan awal abad ke-19 yang pada umumnya
terkait pada orientasi kepemimpinan menurut keturunan
(raja dan bangsawan). Para peneliti berasumsi bahwa
pemimpin itu tidak mungkin berasal dari orang biasa
yang berstatus sosial rendah. Studi ini kemudian terkenal
sebagai The Great Man Theory of Leadership. Teori ini
berpandangan bahwa seorang yang dilahirkan sebagai
pemimpin otomatis menjadi pemimpin .
Kemudian studi kepemimpinan memusatkan perhatian
pada ciri pribadi pemimpin, yang dikenal dengan trait
theory. Teori-teori kepemimpinan mulai menghubungkan
ciri kesuksesan dengan pemilikan bakat-bakat istimewa.
Ratusan studi mengenai trait dilaksanakan selama tahun
1930-an hingga tahun 1940-an. Studi ini mengungkapkan
kualitas pribadi yang sulit dipahami. Banyak penelitian
dilakukan dengan hasil yang mengecewakan. beberapa
trait yang ditemukan hanya mampu mengungkapkan
tipe orang yang memiliki kemampuan untuk menduduki
posisi-posisi kepemimpinan dan tidak mengungkapkan
tipe seperti apakah yang akan berhasil sebagai seorang
pemimpin.
Teori kepemimpinan yang menggunakan pendekatan
perilaku dapat dipilah menjadi dua, yaitu pendekatan
perilaku berdasarkan struktur inisiasi (initiatinng
structure) dan pertimbangan (consideration) dan
pendekatan perilaku berdasarkan penghargaan (reward)
dan menghukum (punishing). Terkait dengan model
pertama yaitu untuk struktur pemicu (initiating structure),
menunjukkan sejauhmana pemimpin mendefinisikan dan
menstrukturkan peran karyawan dalam mencapai tujuan.
Stukrur inisiasi mencakup inisiasi, organisasi dan produksi.
Inisiasi yaitu tindakan mengorganisasikan, memfasilitasi,
dan kadang-kadang menolak ide-ide dan praktek baru.
Organisasi yaitu mendefinisikan dan menstrukturkan
pekerjaan, menjelaskan peran pemimpin dan pengikut,
dan mengkoordinasikan tugas-tugas karyawan. Produksi
yaitu menetapkan tujuan dan memberikan insentif bagi
usaha -usaha dan produktivitas karyawan. Kemudian
untuk aspek pertimbangan (consideration), merefleksikan
sejauhmana pemimpin menciptakan hubungan
kerja yang dicirikan oleh kepercayaan yang saling
menguntungkan, hormat terhadap ide-ide karyawan, dan
mempertimbangkan perasaan karyawan. Pertimbangan
mencakup keanggotaan, integrasi, komunikasi, pengakuan
dan perwakilan. Keanggotaaan yaitu membaur dengan
karyawan, menekankan hubungan tidak formal, dan
pertukaran pelayanan personal. Integrasi ialah mendorong
sebuah iklim yang menyenangkan, mengurangi konflik,
dan meningkatkan penyesuaian individu terhadap
kelompok. Komunikasi yaitu memberikan informasi
terhadap karyawan, mencari informasi untuk karyawan
dan menunjukkan kesadaran atas persoalan-persoalan
yang berdampak terhadap karyawan. Pengakuan ialah
mengungkapkan kesetujuan atau ketiaksetujuan atas
perilaku karyawan. Perwakilan yaitu bertindak atas nama
kelompok, mempertahankan kelompok dan mendahulukan
kepentingan kelompok (Colquitt & LePine, 2009).
Untuk pendekatan kepemimpinan yang berorientasi
perilaku, pemberian penghargaan terjadi saat seorang
pemimpin memberikan penguatan secara positif kepada
bawahan agar terjadi perilaku-perilaku yang dikehendaki.
Jika bawahan dapat melakukan pekerjaan dengan baik,
maka pemimpin memberikan pengakuan melalui pujian,
hadiah, atau keuntungan-keuntungan lain yang kasat
mata seperti peningkatan upah dan promosi. Pemimpin
memberikan penghargaan untuk memastikan karyawan
memiliki kinerja pada tingkatan yang tertinggi. Selanjutnya
untuk pemimpin yang berorientasi menghukum terjadi
saat seorang pemimpin mencerca atau menanggapi
seccara negatif terhadap bawahan yang melakukan
perilaku-perilaku yang tidak dikehendaki. Meskipun
perilaku menghukum dapat menjadi efektif, namun juga
memicu perilaku yang membahayakan di dalam organisasi.
Umumnya lebih efektif jika menggunakan penguatan
untuk menghentikan perilaku-perilaku yang tidak
dikehendaki jika dibandingkan dengan menggunakan
hukuman. Hukuman dapat menimbulkan sesuatu yang
tidak diinginkan seperti kemarahan ,
Kedua, teori situasional. Teori-teori kepemimpinan
yang tergabung dalam kelompok ini yaitu Fiedler’s
Contingency Model dan Path-Goal Theory. Terkait dengan teori
pertama, Fred E. Fiedler mengembangkan sebuah elaborasi
model kontingensi, yang berpegang bahwa pemimpin
terbaik ditentukan oleh situasi kerja pemimpin. Model
Fiedler menetapkan kondisi yang mana pemimpin harus
menggunakan tugas, dan hubungan, gaya memotivasi.
Fiedler juga menggunakan istilah kontrol situasi yang
diartikan sejauhmana pemimpin dapat mengendalikan dan
memengaruhi hasil usaha-usaha kelompok. Pengukuran
kendali situasi berdasarkan tiga faktor, yaitu: (1) hubungan
pemimpin anggota, yaitu sejauhmana anggota menerima
dan mendukung pemimpinnya, (2) struktur tugas, yakni
sejauhmana mengetahui secara nyata apa yang dilakukan
dan seberapa baik dan apakah tugas-tugas secara rinci
diselesaikan, dan (3) kekuasaan posisi (position power),
menunjukkan sejauhmana organisasi menyediakan
pemimpin dengan: (a) penghargaan dan hukuman kepada
anggota organisasi, dan (b) wewenang formal yang sesuai
untuk melakukan pekerjaan ,
Pendekatan yang kedua yaitu Path-Goal Theory. Dalam
pendekatan ini pada intinya ada empat cara yang digunakan
oleh seorang pemimpin, yitu direktif, suportif, partisipatif,
dan orientasi tugas. Direktif (directive) mencakup perilaku
mengklarifikasi yang menyediakan sebuah struktur
psikologis untuk bawahan. Pemimpin mengklarifikasikan
tujuan kinerja, maksud mencapai tujuan ini , dan
menetapkan standar-standar kinerja yang akan dinilai.
Hal itu juga mencakup kebijaksanaan penggunaan
penghargaan dan tindakan disiplin. Kepemimpin direktif
sama dengan kepemimpinan orientasi tugas. Suportif
(sopportive) merupakan perilaku ini memberikan dukungan
psikologis untuk karyawan. Pemimpin bersikap ramah
dan mudah didekati, membuat pekerjaan menyenangkan,
memperlakukan karyawan degan rasa hormat yang adil,
dan menunjukkan perhatian pada status, kebutuhan
dan kesejahteraan karyawan. Kepemimpinan suportif
sama dengan kepemimpinan yang berorientasi pada
orang. Partisipatif (partisipative) berusaha mendorong dan
memfasilitasi keterlibatan bawahan dalam pengambilan
keputusan di luar aktivitas kerja normal. Pemimpin
berkonsultasi dengan karyawan, meminta sarannya,
dan mengambil ide-idenya dalam pertimbangan yang
serius sebelum mengabil sebuah keputusan. Kepimpinan
partisipatif berhubungan dengan keterlibatan karyawan
dalam keputusan. Orientasi prestasi (achievement-oriented)
berusaha mendorong karyawan untuk mencapai kinerja
puncak. Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang,
mengaharapkan karyawan memiliki kinerja pada
tingkat yang paling atas, secara terus menerus mencari
perbaikan pada kinerja karyawan, dan menunjukkan
derajat kepercayaan tinggi sehingga karyawan akan
mengambil tanggungjawab dan melakukan tujuan-tujuan
yang menantang. Kepemimpinan yang berorientasi pada
prestasi mengaplikasikan teori penetapan tujuan.
Selain kedua pendekatan di atas, juga ada teori
kepemimpinan situasional yang dikembangkan Paul
Hersey dan Kenneth Blanchard. Menurut teori ini, perilaku
kepemimpinan yang efektif antara lain tergantung pada
tingkat kesiapan pengikut. Kesiapan berarti sejauhmana
kemampuan yang dimiliki pengikut dan kesediaan untuk
menyelesaikan tugas. Kesediaan merupakan kombinasi
dari kepercayaan diri, komitmen dan motivasi. Teori
kepemimpinan situasional ini melahirkan empat
gaya kepemimpinan spesifik, yaitu telling (S1), selling
(S2), participating (S3) dan delegating (S4). Keempat
gaya ini merupakan kombinasi dari tugas dengan
orientasi hubungan perilaku kepemimpinan. Pemimpin
didorong untuk menggunakan gaya telling untuk
pengikut yang memiliki deraja kesiapan rendah. Gaya ini
mengombinasikan perilaku kepemimpinan berorientasi
tugas tinggi, seperti memberikan pengarahan, dengan
perilaku orientasi hubungan rendah, seperti supervisi
yang tertutup. bila kesiapan pengikut meningkat,
maka kepemimpinan dianjurkan untuk secara berangsur-
angsur bergerak dari gaya telling ke selling, participating,
dan puncaknya yaitu delegating (Kinicki & Kreitner, 2008).
Ketiga, teori yang terpencar. Teori kepemimpinan yang
tergabung dalam kategori ini antara lain substitute leadership
dan self leadership. Substitute leaderhip atau kepemimpinan
pengganti merupakan teori kepemimpinan yang
dipertimbangkan untuk melawan teori kepemimpinan
yang berdasarkan pada orang. Teori kepemimpinan yang
berdasarkan orang menekankan pada pentingnya sifat
dan perilaku pemimpin. Sementara teori kepemimpinan
pengganti menekankan pada pentingnya karakteristik
situasi. Teori ini berdasarkan pada ide bahwa setidaknya
pada beberapa situasi, kepemimpinan tidak hanya efektif,
tetapi juga tidak relevan. Orang cenderung menyesuaikan
kepemimpian dan menekankan pada pentingnya sifat-sifat
pemimpin jika dibandingkan dengan kondisi aktual yang
pantas. Teori ini juga berusaha menidentifikasi karakteristik
tempat kerja yang dapat mengganti untuk kepemimpinan
atau menetralisasi usaha -usaha yang dibuat oleh seorang
pemimpin .
Untuk kepemimpinan diri (self-leadership) menekankan
pada tanggung jawab individu karyawan untuk
mengembangkan prioritas kerjanya yang telah disesuikan
dengan tujuan organisasi. Manajer yaitu fasilitator yang
meningkatkan kapasitas kepemimpinan diri bawahan
dan mendorong karyawan untuk mengembangkan
keterampilan mengendalikan diri. Ada dua mekanisme
penting dalam kepemimpinan diri, yaitu: (1) pemberdayaan
(empowerment), atau proses mentransfer kendali perilaku
kerja individu dari supervisor ke karyawan. Karyawan harus
dibekali dengan keterampilan, peralatan, dan informasi-
informasi sehingga wewenang dan tanggung jawab-nya
dapat sukses didelegasikan kepadanya; (2) pemodelan
peran (role modeling), yaitu manajer memberikan contoh
perilaku-perilaku yang diharapkan untuk dilakukan oleh
karyawan. Pemodelan peran akan menjadi lebih efektif jika
karyawan dapat melihat hubungan antara adopsi perilaku-
perilaku yang dikehendaki dengan hasil positif, seperti
upah yang lebih tinggi, promosi, atau pengakuan publik
Keempat, teori pertukaran. Teori kepemimpinan
yang tergabung dalam kelompok ini antara lain teori
kepemimpinan transformasional, teori kepemimpinan
transaksional, teori kepemimpinan otentik atau
kharismatik. Teori kepemimpinan transformasional
ditandai kemampuan pemimpin untuk mengartikulasikan
visi bersama tentang masa depan, secara intelektual
menstimulasi karyawan, dan menaruh perhatian terhadap
perbedaan individual karyawan kepemimpinan
transformasional terkait dengan identifikasi diri yang kuat,
penciptaan visi bersama untuk masa depan, dan hubungan
antara pemimpin dan pengikut berdasar pada suatu hal
yang lebih daripada sekadar pemberian penghargaan
agar patuh. Pemimpin transformasional mendefisikan
kebutuhan untuk perubahan, menciptakan visi baru,
memobilisasi komitmen untuk menjalankan visi dan
mentransformasi pengikut baik pada tingkat individual
maupun tingkat organisasi. Kemampuan pemimpin untuk
mengartikulasikan suatu visi yang atraktif bagi masa depan
yaitu elemen utama dari kepemimpinan transformasional.
Menurut Kinicki dan Kreitner (2008), model kepemimpinan
transformasional banyak menghasilkan perubahan
organisasi secara signifikan sebab bentuk kepemimpinan
ini menekankan pada tingkatan yang lebih tinggi pada
motivasi intrinsik, kepercayaan, komitmen dan loyalitas
dari bawahan.
Kepemimpinan transaksional (transactional leadership)
didasarkan pada konsep pertukaran antara pemimpin
dan pengikut. Pemimpin menyediakan pengikut sumber
daya dan penghargaan untuk ditukar dengan motivasi,
produktivitas dan pelaksanaan tugas yang efektif.
Kepemimpinan transaksional mengajarkan kepada
pemimpin agar menyediakan penghargaan untuk
menguatkan perilaku yang sesuai dan mencegah perilaku
yang tidak sesuai. Pemimipin transaksional yaitu
pemimpin yang bertanggung jawab, andal, memiliki logika
tinggi dan berpikiran jernih. Pemimpin meyakinkan bahwa
sistem yang ada terpelihara dengan baik. Dalam situasi
konflik, pemimpin menggunakan aturan dan prosedur.
Prosedur dan standar operasional bekerja dengan baik
sepanjang hari seperti hari kemarin.
Teori kepemimpinan karismatik dicitrakan sebagai
kepemimpinan yang penting dalam hubungannya dengan
kepuasan. Weber . memandang
pemimpin karismatik sebagai mistis, narsistik, dan memiliki
kemampuan personal yang magnetis. Pemimpin karismatik
berinteraksi dengan orang lain melalui keyakinan-keyakinan
dan perilaku yang unik. Pengaruh karismatik berakar
pada nilai-nilai pemimpin, karakteristik kepribadian,
dan perilaku, atribusi pengikut, konteks, atau beberapa
kombinasi dari faktor-faktor ini . Pemimpin karismatik
bersifat percaya diri, dominan, ekstraver, dan keyakinan
kuat akan nilai-nilai yang dianut, dan keyakinan dan
moral yang dianggap benar. Tendensi perilaku pemimpin
karismatik yaitu melibatkan inspirasi untuk memotivasi
tindakan kolektif, berperilaku dalam berbagai cara yang
dapat menghasilkan model bagi pengikutnya, sensitif
terhadap kecenderungan lingkungan, perilaku yang tidak
konvensional, berani mengambil risiko, memformulasikan
dan mengartikulasikan suatu visi. Sementara Nyquist dan
Spence menjelaskan lima karakteristik
dari kepemimpinan karismatik, yaitu: (1) percaya diri (self
confidence), menjadi percaya diri baik dalam kemampuan
personal maupun dalam memutuskan, (2) visi (vision),
mengartikulasikan visi, menekankan ideologi, (3) perilaku
yang tidak konvensional (unconventional behavior),
menunjukkan perilaku yang baru, tidak konvensional,
dan melawan norma-norma, (4) sensitivitas lingkungan
(environmental sensitivity), menjadi realistik mengenai
ketersediaan sumber daya dan memberikan batasan-
batasan yang mungkin tentang apa yang dapat dan
tidak dapat dilakukan, (5) sensitivitas terhadap bawahan
(sensitivity ti followers), tanggap terhadap kebutuhan dan
kemampuan bawahan, dan (6) model peran (role modeling),
mengembangkan citra sebagai agen perubahan, seseorang
yang membuat sesuatu terjadi.
C. Sifat Kepemimpinan
Kepemimpinan memerlukan serangkaian sifat-sifat,
ciri, atau perangai tertentu yang menjamin keberhasilan
pada setiap situasi. Pemimpin akan berhasil bila memiliki
sifat, ciri, dan perangai ini .
ada tiga pendekatan dalam telaah kepemimpinan
untuk mengetahui sifatnya. Pendekatan pertama
memandang kepemimpinan sebagai pemunculan paduan
ciri. Pendekatan kedua mengidentifikasi perilaku yang
berkaitan dengan kepemimpinan yang efektif , Asumsi yang lazim untuk kedua pendekatan
ini yaitu bahwa individu yang memiliki ciri yang
tepat atau memperlihatkan perilaku yang tepat akan tampil
sebagai pemimpin dalam situasi kelompok apa saja yang ia
masuki. P