Selasa, 03 Desember 2024

Published Desember 03, 2024 by

wiraswasta 2


 al bagi seorang 

pengusaha. Seorang wirausaha tidak boleh berhenti 

dalam berkreativitas dan berinovasi dalam segala hal.

4. Penuh perhitungan dalam mengambil risiko.

Risiko selalu ada dimanapun kita berada. Seringkali kita 

menghindari risiko yang satu, tetapi menemui bentuk 

risiko lainnya. Namun yang harus diperhitungkan 

yaitu  perhitungkan dengan baik-baik sebelum 

memutuskan sesuatu, terutama yang tingkat risikonya 

tinggi.

5. Sabar, ulet dan tekun.

Prinsip lain yang tidak kalah penting dalam berusaha 

yaitu  kesabaran dan ketekunan. Sabar dan tekun 

meskipun harus menghadapi berbagai masalaha, 

percobaan, dan kendala bahkan diremehkan oleh orang 

lain.

6. Optimis.

yaitu  modal usaha yang cukup penting bagi 

usahawan, sebab kata optimis nerupakan sebuah 

prinsip yang dapat memotivasi kesadaran kita sehingga 

apapun usaha yang kita lakukan harus penuh optimis 

bahwa usaha yang kita laksanakan akan sukses.

7. Ambisius.

Seorang wirausahawan  harus berambisi, apapun jenis 

usaha yang akan dijalankannya.

8. Pantang menyerah 

Prinsip pantang menyerah yaitu  bagian yang harus 

dilakukan kapanpun waktunya.

9. Jeli membaca peluang pasar.

Peka terhadap pasar atau dapat baca peluang pasar 

yaitu   prinsip mutlak yang harus dilakukan oleh 

wirausahawan, baik pasar ditingkat lokal, regional, 

maupun internasional. Peluang pasar sekecil apapun 

harus diidentifikasi dengan baik, sehingga dapat 

mengambil peluang pasar ini  dengan baik.

10. Berbisnis dengan standar etika.

Setiap pebisnis harus senantiasa memegang secara baik 

tentang standar etika yang berlaku secara universal.

11. Mandiri.

Kemandirian harus menjadi panduan dalam 

berwirausaha. Mandiri dalam banyak hal yaitu  kunci 

penting agar kita dapat menghindarkan ketergantungan 

dari pihak atau para pemangku kepentingan atas usaha 

kita.

12. Jujur.

Kejujuran yaitu  mata uang yang akan laku di mana-

mana. Jadi, jujur kepada pemasok dan pelanggan atau 

kepada seluh pemangku kepentingan perusahaan 

yaitu  prinsip dasar yang harus dinomorsatukan dalam 

berusaha.

13. Peduli lingkungan.

Seorang pengusaha harus memiliki kepedulian 

terhadap lingkungan sehingga harus turut dan  

menjaga kelestarian lingkungan tempat usahanya. 

14. Membangun relasi

Mengembangkan jejaring usaha perlu untuk 

meningkatkan pembelajaran dan pengetahuan akan 

kewirausahawan kita. Semakin banyaknya relasi akan 

menciptakan peluang dalam mengembangkan dan 

mencapai usaha yang baik. Usaha yang baik dan maju 

bukan berarti rasa puas dan rasa nyaman yang telah 

kita dapatkan, sebab  dengan rasa puas dan nyaman 

ini  justru menurunkan semangat usaha.

D. Perencanaan Wirausaha

saat  Julius Caesar berhasil memperluas kekuasaan 

Roma hingga ke Samudra Atlantik, menguasai Inggris, 

Perancis, sekaligus menjadi penguasa terhebat Romawi, 

semua itu tidak dilakukan dengan tiba-tiba. Caesar selalu 

merencanakannya dengan matang. Setiap detil terencana 

dengan sempurna, tanpa ada yang terlewat.  

Begitu juga dengan wirausaha. Analogi perencanaan 

model Caesar bisa kita gunakan. Jika bisnis yang kita 

jalankan ingin terus berkembang, membutuhkan 

perencanaan yang matang. Dalam wirausaha, perencanaan 

yaitu  kata kunci. Tanpa perencanaan, wirausaha akan 

berjalan datar, tidak memberi hasil optimal.

Perencanaan awal wirausaha yaitu  mengenali 

makna wirausaha itu sendiri.  menyebut 

pada tahap ini, orang mulai mengetahui arti dan manfaat 

kewirausahaan. Di tahap ini, seorang calaon wirausaha 

biasanya mulai:

1. Bersentuhan dengan kewirausahaan untuk mengetahui 

tujuan, maksud, dan manfaatnya bagi individu, 

lingkungan, dan negara.

2. Berorientasi pada pola pikir orang yang sukses dalam 

bisnis.

3. Belajar lebih dalam tentang kewirausahaan.

4. Menyadari bahwa ada alternatif sesudah  lulus selain 

mencari kerja, yakni menciptakan lapangan kerja.

5. Mempersiapkan karir hidup.

6. Mengerti bahwa menjadi wirausahawan sukses 

bukanlan milik sekelompok orang saja.

sesudah  mengenali makna wirausaha, tahap selanjutnya 

yaitu  tertarik dengan wirausaha. Hal ini ditandai dengan 

pamahaman bahwa setiap orang punya jiwa kewirausahaan, 

hanya saja belum diberdayakan dan dikembangkan.

Tahapan berikutnya yaitu  mempersiapkan diri 

dan merencanakan bisnis. Tahap persiapan yaitu  tahap  

yang akan menjadikan calon wirausahawan menemukan 

inspirasi bisnis secara teori, konsep, dan  cara menemukan 

peluang. Di tahapan ini, mempersiapkan bisnis mencakup 

empat tahap , yaitu:

1. Tahap mengenal diri untuk menemukan asal peluang 

bisnis.

2. Mempelajari peluang bisnis dengan berpikir kreatif.

3. Menganalisis dan memanfaatkan inspirasi bisnis.

4. Mengubah dan memanfaatkan peluang menjadi bisnis.

Kasmir (2011) mengungkapkan, ada  beragam cara 

dan sebab orang untuk memulai atau merintis usaha. Di 

antaranya:

1. Faktor keluarga pengusaha.

2. Sengaja terjun menjadi wirausaha.

3. Kerja sampingan.

4. Coba-coba.

5. Terpaksa.

Di antara kelima faktor ini , sengaja terjun menjadi 

wirausaha yaitu  faktor utama yang menghasilkan 

wirausahawan andal. Sebab, mereka belajar dari kesuksesan 

orang lain, mengukuti contoh pengusaha berhasil.

tahap berikutnya 

yaitu  merencanakan kerangka bisnis, yakni dengan 

menjalankan:

1. Perencanaan bisnis.

2. Konsep dan aspek manajemen bisnis.

3. Hal-hal yang berisi tentang pengetahuan lain yang akan 

dirangkai oleh kewirausahaan sebagai benang merah 

pengikat ilmu ini .

sesudah  persiapan bisnis matang dan menemukan 

peluang emas, segera rencanakan konsep bisnis dengan 

mengikuti tahapan:

1. Menentukan visi dan misi bisnis.

2. Menentukan model bisnis, apakah secara individu, 

rekanan, atau jenis lain.

3. Membuat rencana bisnis (business plan).

4. Mulai mempelajari aspek-aspek pengetahuan penting 

dalam bisnis, yakni keuangan, HRD, produksi, 

persediaan, pemasaran.

5. Memulai dan menentukan kapan bisnis mulai 

dijalankan.

Pada intinya, semakin matang perencanaan bisnis, 

maka semakin besar pula peluang sukses bisnis ini  

pada masa datang. 

E. Strategi Mengatasi Masalah Permodalan

Banyak calon wirausaha yang mengeluh, kalau tidak 

punya modal, mau usaha apa. Keluhan seperti ini wajar-

wajar saja. Apalagi masalah permodalan merupakan 

penghambat terbesar mandeknya program kewirausahaan 

di negara kita .

Ada dua pengertian umum tentang modal, yakni yang 

terkait kapital (uang), dan tenaga (keahlian). Modal dalam 

bentuk uang diperlukan untuk membiayai segala keperluan 

usaha, mulai dari biaya pra-investasi, pengurusan izin, 

investasi untuk pembelian aktiva tetap, sampai modal kerja 

Seorang wirausahan harus cerdik dalam mencari dan 

mengatasi masalah permodalan. 

dari sisi asal (sumber), ada  dua jenis permodalan, yaitu: 

modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri diperoleh 

dari pemilik perusahaan dengan cara mengeluarkan saham. 

Kerugian menggunakan modal sendiri yaitu  jumlahnya 

sangat terbatas dan sulit untuk memperolehnya. Berikutnya 

yaitu  modal asing atau modal pinjaman. Modal jenis 

ini diperoleh dari pihak luar perusahaan dan biasanya 

bersumber pinjaman. Menggunakan modal pinjaman 

untuk bisnis  akan menimbulkan beban biaya bunga, biaya 

administrasi, provisi, dan komisi yang besarnya relatif. 

Penggunaan modal pinjaman mewajibkan pengembalian 

sesudah  jangka waktu tertentu.

Bagi para wirausahawan pemula, modal yaitu  

masalah serius. Sebab, jika menggunakan modal sendiri, 

tentu saja belum mencukupi. Kalaupun harus meminjam, 

ada berbagai syarat yang harus dipenuhi, misalnya 

penggunaan agunan (jaminan), dan lainnya. Padahal, 

usaha yang sedang dirintis ini  baru berjalan dan 

belum memberi keuntungan.

Mengatasi masalah permodalan ini, wirausahawan 

harus cerdik. Sumber modal bisa diekplorasi dari mana 

saja. Bahkan, bisa memanfaatkan relasi, kalau memang 

kenal dengan baik dan mau memberi penjaman. 

Meski penting, namun sesungguhnya modal bukanlah 

segala-galanya. Sebab, banyak juga pengusaha yang 

bermodal ‘dengkul’ bisa sukses. Ir. Ciputra yaitu  salah 

satu pengusaha yang sejak awal karirnya mengaku 

bermodal ‘dengkul’.

 Selain itu, modal besar bukanlah jaminan bahwa 

usaha akan sukses. Dengan demikian, modal besar 

bukanlah harga mati. bahwa 

banyak wirausaha yang kini menjadi pengusaha besar 

sebelumnya yaitu  pengusaha kecil dengan modal kecil 

pula. sebab  perjuangannya yang tidak mengenal lelah, 

akhirnya mereka meraih kesuksesan. Sebagai peng usaha, 

kita bisa jadikan contoh visi luar biasa Bill Gates, perintis 

perusahaan komputer perangkat lunak terbesar di dunia, 

Microsoft Corporation. Bill Gates yaitu  sosok pengusaha 

sukses pada akhir abad ke-20 dalam golongan bisnis.

Keberhasilan Bill Gates yaitu  sebab  dia memiliki 

visi, motivasi dan komitmen yang jelas untuk merebut 

kesuksesan. Jelasnya, keberhasilan Bill Gates bukan semata-

mata hanya sebab  mengandalkan materi atau uang, tetapi 

sebab  komitmen dan visinya yang luar biasa sehingga dia 

dikenal sebagai pengusaha yang sangat sukses.

Fred Smith, pendiri dan CEO Federal Express Corpo-

ration, menyatakan bahwa agar kita bisa menjadi wirausaha 

yang sukses, mestinya kita memiliki kemampuan membaca 

sesuatu yang tidak bisa dibaca orang lain. Ataukah kita 

mampu melakukan sesuatu yang berbeda dengan apa yang 

dilakukan orang lain. 

Banyak orang yang berani berbisnis dengan 

mengandalkan modal besar, tapi sedikit sekali yang 

bertahan sampai puncak tujuan. Biasanya, banyak 

pengusaha besar yang tiba-tiba jatuh atau bangkrut dan 

sulit bangkit kembali.

Kita sering menemukan seorang wirausaha mendirikan 

sebuah perusahaan dengan modal seadanya, tapi sebab  

dikelola dengan semangat yang menggebu-gebu akhirnya 

menjadi perusahaan besar. Celakanya, sesudah  pendirinya 

meninggal dunia, kemudian dikelola ahli warisnya, 

perlahan -lahan ternyata perusahaan warisan itu jatuh dan 

tak bisa dipertahankan lagi. pemicu nya, antara lain, 

sebab  ahli waris penerus perusahaan itu tidak memiliki 

strategi dan pengalaman bisnis. Mengelola bisnis itu seperti 

mengelola seni dan yang mengetahui bagaimana seni 

memimpin perusahaan yaitu  pendiri atau pemiliknya. 

Oleh sebab  itu, sangat sedikit orang lain yang dapat 

mengetahui persis taktik dan cara yang dipergunakan oleh 

pendiri perusahaan itu. 

Namun, kita tidak perlu takut sebab  kita harus 

berusaha keras. Jika kita gagal mempertahankan bisnis 

yang kita kelola, sebaiknya kita tidak perlu putus asa. Asal 

kita mau bangkit, lalu membenahi perusahaan, lambat laun 

akan ada perbaikan. Selain membutuhkan pengalaman 

yang prosesnya cukup panjang, pengalaman juga bisa 

menjadi barang yang sangat berharga untuk dipergunakan 

sebagai bekal merintis usaha baru.

Kita perlu membedakan antara kegagalan dan 

kesukses an. Boleh jadi, kita bisa kehilangan uang banyak, 

tapi pengalaman yaitu  bekal yang cukup berharga untuk 

mendidik diri sendiri. Agar kita tidak jatuh bangkrut, 

sebaiknya kita memiliki tabungan pribadi agar kita dapat 

memanfaatkannya sebagai bekal untuk berbisnis lagi. 

Kita jangan kehilangan kesempatan memulai kembali 

usaha. Kalau perlu kita mencoba berbagai bisnis dengan 

memulai dari yang kecil-kecil, sampai membuahkan hasil. 

Berapapun jenis bisnis yang kita pilih sebaiknya sesuai 

dengan hobi atau kegemaran kita.

Bisnis yang ditekuni dengan latar hobi tentu akan 

menyenangkan. Kita akan menjalankannya dengan suka 

cita, tekun, penuh dedikasi, sehingga meraih kesuksesan. 

Kunci sukses dalam bisnis yaitu  kesenangan. Kita 

tidak akan pernah sukses dalam pekerjaan jika kita tidak 

menyukai pekerjaan itu.

Mustahil pemain musik yang sukses yaitu  orang 

yang benci musik. Sama halnya seorang pembalap 

mobil takut jatuh dan seorang ahli bedah takut darah. 

Mestinya kita memilih bisnis yang tepat dengan diri kita, 

agar bisnis yang kita tekuni bisa bertahan lama. Modal 

awal berbisnis yaitu  menumbuhkan rasa percaya diri. 

bila  seseorang menjalankan bisnisnya tetapi tidak 

sesuai dengan kegemarannya, itu berarti menggeluti bisnis 

dengan perasaan kurang percaya diri. Dengan begitu, ia 

bisa saja membenci orang-orang yang harus berhubungan 

dengannya. Akibatnya, semangat hidupnya meredup, 

bahkan hilang.

Jadi, sebagai wirausaha sebaiknya kita me miliki visi 

dan misi yang jauh ke depan. Selain itu, kita sebaiknya 

juga memanfaatkan intuisi, bahkan kalau perlu membuat 

terobosan dan perubahan spektakuler agar kita bisa maju 

dan berkembang. Hanya dengan cara seperti itu, kita akan 

mampu melihat masa depan dengan lebih baik. sebab  

itu, sebagai wirausaha sebaiknya kita selalu optimis bahwa 

masa yang akan datang yaitu  milik kita. Maka dari itu, 

sekaranglah saatnya kita merebutnya. Bukan sebaliknya, 

kita hanya berpangku tangan.

F. Penerapan Manajemen Terbuka

Dunia bisnis, apapun jenis usahanya, perlu keterbukaan. 

Mengapa? sebab  kita ingin menciptakan unit bisnis yang 

memberikan peluang kepada setiap orang untuk ikut 

berjuang mencari uang. Pengaruh keterbukaan bukan 

terhadap pelayanan semata, tetapi juga turut menentukan 

jalannya perusahaan, yang kemudian berimplikasi kepada 

pemilik dan semua karya wan. Dengan keterbukaan, semua 

ikut berpikir dan bertindak seperti pemilik, bukan sekedar 

sebagai orang yang digaji. Itulah model usaha yang 

mungkin dapat diterapkan saat ini, saat  perekonomian 

negara kita  tidak mengalami perbaikan yang signifikan dan 

dihadapkan pada persaingan global yang sangat masif.

Dalam manajemen terbuka, secara ekonomi hari 

depan seseorang ditentukan oleh keadaan usaha. Gaji yang 

diperoleh karyawan tergantung pada sehat tidaknya usaha 

yang dijalankan. Jadi sebenarnya jika hanya beberapa orang 

saja yang tahu pasang surut nasib perusahaan, karyawan 

hanya dianggap ”poin” yang kurang beruntung. Meski 

mendapat gaji rutin dan cukup, mereka tidak mempunyai 

hak mengendalikan sendiri nasibnya.

Lain halnya dengan sebuah perusahaan yang 

menerapkan manajemen terbuka, karyawan benar-benar 

menjadi pemain yang ikut menentukan perkembangan 

perusahaan, setidaknya yang terkait dengan  tanggung 

jawab mereka. Suatu saat saya mencoba menikmati betapa 

lezatnya sajian masakan Padang di rumah makan Sari 

Bundo di Jakarta. Dengan ramah dan simpatik pelayanan-

nya mengundang pengunjung tidak henti-hentinya 

berdatangan mulai dari mahasiswa, wartawan, pengusaha, 

pejabat, bahkan artis dan para menteri. Meskipun harganya 

relatif mahal — dibandingkan dengan rumah makan Sop 

Saudara atau coto Makasar di Casablanca Jakarta Selatan, 

namun rumah makan Padang ini  merupakan rumah 

makan terlaris di Jakarta. Keberhasilannya antara lain 

sebab  rata-rata karyawan yang dipekerjakan masih relatif 

muda, dan dalam kondisi kemudaan itu mereka proaktif, 

bahkan menggebu-gebu. Selain itu, loyalitas mereka sangat 

tinggi dengan sistem manajemen bagi hasil, kekeluargaan, 

transparan dan terbuka.

Bisnis yaitu  sesuatu yang menyenangkan. Bisnis 

merupakan permainan yang segar dan menumbuhkan rasa 

percaya. Ada hadiahnya pula. Pemenangnya mendapat 

beberapa  uang, sedang yang kalah bangkrut. 

Karyawan biasanya memikirkan jabatan atau gaji. 

Tapi, dalam manajemen terbuka, yang dipikirkan yaitu  

aspek bisnisnya. Sebab, manajemen terbuka mengundang 

semua karyawan atau sebagian besar dari mereka ikut tahu 

tentang pembukuan, kalkulasi keluar  masuk atau cash flow 

uang. Itu membuat pekerjaan men jadi terkait satu sama lain, 

sehingga tumbuh semangat saling mengingatkan, bekerja 

sama lebih erat, dan sama sekali tidak saling meninggalkan 

atau meng hindari tanggung jawab.

Persaingan manajemen perusahaan yang terbuka 

sebenarnya merupakan usaha untuk memenangi 

persaingan yang semakin tajam di pasar ekonomi. Kita 

semua mengetahui bahwa dunia bisnis bergerak sangat 

cepat, sementara perusahaan yang masih mengandalkan 

manajemen tertutup atau manajemen klasik akan 

mati perlahan-lahan. Apalagi sejak akhir abad ke-20 

memang terjadi persaingan luar biasa. Ada beberapa 

pemicu nya. Pertama, globalisasi, saat  dunia semakin 

sempit. Hubungan antarnegara semakin dekat dan saling 

memengaruhi. Bukan hanya Amerika Serikat dan Eropa 

yang menjadi tantangan ekonomi dan pesaing, tapi juga 

Taiwan, Korea, Thailand, hingga negara-negara Amerika 

Selatan.

Kedua, revolusi informasi. Dengan revolusi ini relasi 

antarmanusia di seluruh dunia menjadi makin cepat. Apa 

yang dihasilkan di negara-negara Eropa dan Amerika 

dalam waktu sekejap dapat diketahui di negara-negara 

lain di kawasan Asia. sebab  itu, informasi telah menjadi 

industri yang sekaligus mempercepat jalannya informasi 

itu sendiri.

Ketiga, saling memengaruhi. Salah satu akibat dari 

globalisasi dan revolusi informasi yaitu  adanya spirit 

pengaruh, meniru atau menerjemahkan apa yang sudah 

dihasilkan suatu bangsa/negara. Mengapa demikian? 

Pertama, sesudah  mendengar dan melihat suatu produk, 

seseorang akan berpikir, mengapa tidak berpikir dan 

berbuat begitu. Hal itu mendorong orang berusaha 

membuat produk serupa, meniru, atau menjiplak produk 

orang lain dengan harga yang relatif lebih murah dan lebih 

baik.

Kedua, akan tumbuh suatu keyakinan bahwa orang 

lain dapat mengerjakan apa yang sudah dikerjakan orang 

lain. Itu mendorong perusahaan lebih keras mencoba 

dengan segala cara. Ada usaha untuk mengerjakan dengan 

cara sendiri yang khas dan lebih canggih.

Bagi yang belum mampu meniru, ada semangat 

bertanya, semangat memperoleh atau mengumpulkan 

lebih banyak informasi. Alhasil, perusahaan akan mampu 

mem produksi sendiri apa saja yang pernah mereka lihat, 

meskipun itu hasil tiruan (imitasi).

Tapi, kita harus menyadari bahwa manajemen terbuka 

bukanlah obat segala permasalahan perusahaan. Manajemen 

terbuka hanya menaikkan jumlah penjualan, baik kualitas 

dan kuantitas. sebab  itu, untuk membuat perusahaan 

maju diperlukan pemikiran yang kompleks. Salah satunya 

dengan membuka pembukuan agar lebih banyak yang 

berpikir, tidak hanya bergantung pada seorang direksi 

atau manajer, dan kadang-kadang membuat karyawan 

merasa memiliki perusahaan. Manajemen terbuka tidak 

dapat berdiri sendiri. Langkah itu harus didan i dengan 

banyak perbaikan dan cara menghadapi saran yang masuk, 

cara memadukan berbagai pendapat, pelaksanaan yang 

tepat, dan kontrol yang baik. Tanpa itu semua, manajemen 

terbuka hanya seperti slogan yang cuma baik diucapkan, 

tapi tak membuahkan hasil. sebab  itu, manajemen terbuka 

sifatnya filosofis, bukan metode yang dipergunakan tahap 

demi tahap, langkah demi langkah.

Pada umumnya karyawan memandang manajemen 

sebagai suatu kesempatan. Kesempatan untuk belajar. 

Cobalah cari bekal sebanyak-banyaknya, siapa tahu 

perusahaan Anda beruntung dengan menerapkan 

manajemen terbuka.

G. Wirausaha Proaktif

Dr. Spencer Johnson, penulis dan pembicara yang me-

miliki reputasi internasional. sebab  kepopulerannya, ia 

dikenal dan akrab di kalangan pakar dan praktisi manajemen 

di seluruh dunia, termasuk negara kita . Spencer, misalnya, 

terkenal sebab  bukunya, The One Minute Manager, yang 

ditulis bersama konsultan manajemen legendaris Kenneth 

Blanchard. Buku itu sudah diterjemahkan ke dalam bahasa 

negara kita  dengan judul Manajer Satu Menit.

Dalam buku yang lain, Who Moved My CHESS, ia 

menganalisis bagaimana karakter dan tindakan manusia 

tatkala dihadapkan pada perubahan. Menurut Spencer, 

dari waktu ke waktu kehidupan seseorang selalu berubah, 

baik kehidupan profesional maupun personalnya. la 

mengupas empat karakter berbeda yang biasa muncul 

pada diri seseorang. Salah satunya yaitu  how, tipe belajar 

beradaptasi secara tepat waktu dan melihat perubahan 

akan membawa pada kondisi yang lebih baik. Pesan 

moral yang ingin disampaikan Spencer yaitu , kita harus 

mengantisipasi perubahan, cepat beradaptasi terhadap 

perubahan, menikmati perubahan, dan bersiaplah berubah 

dengan cepat.

Sebagai wirausaha yang baik, mestinya kita selalu 

proaktif. Sikap proaktif sangat diperlukan bagi seorang 

wirausaha, terutama dalam mengantisipasi perubahan yang 

terus bergulir. Istilah proaktif sudah lazim dikenal dalam 

pustaka manajemen. Istilah itu berarti kita bertanggung 

jawab atas kehidupan kita sendiri. Sebab, perilaku kita 

yaitu  suatu fungsi dari sebuah keputusan. Sebaliknya, 

bukan keadaan pribadi, sebab  kita dapat menyisihkan 

perasaan menjadi nilai-nilai atas prakarsa dan  tanggung 

jawab untuk mewujudkannya. Sebaiknya kita menengok 

kembali kata-kata responsibility-response ability yang berarti 

kemampuan memilih tanggung jawab.

Orang yang sangat proaktif menyadari benar 

adanya tanggung jawab. Ia tidak menyalahkan keadaan 

atau kondisi dan situasi terhadap perilakunya. Sebab, 

perilakunya yaitu  produk dari kondisinya sendiri yang 

terbangun dari pikiran dan perasaan. Secara alamiah, kita 

bersifat proaktif. 

Dengan proaktif, kita akan menjadi kreatif sebab  

sering terpengaruh oleh lingkungan fisik. Misalnya, kalau 

cuaca sedang bersahabat, kita akan merasa nyaman. 

Sebaliknya, kalau cuaca tidak menguntungkan atau buruk, 

akan memengaruhi sikap dan prestasi kita. Orang yang 

proaktif membawa cuaca dalam dirinya sendiri, termasuk 

cuaca hujan atau cerah, tidak akan terpengaruh. Kalau ia 

memproduksi karya bermutu, itu bukan akibat fungsi yang 

ditentukan oleh keadaan cuaca. Jelasnya, orang kreatif 

dikendalikan perasaan. sebab  itu, keadaan dan kondisi 

lingkungan sangat menentukan.

Orang proaktif dikendalikan oleh nilai-nilai yang 

dipilih dengan cermat, diseleksi dari lubuk hati. Orang 

yang proaktif masih dapat dipengaruhi oleh orang lain 

atau orang- orang yang berasal dari luar dirinya. Namun, 

secara sadar atau tidak, tanggapannya pada rangsangan 

ini  merupakan pilihan yang berangkat dari sebuah 

nilai. sebab  itu, orang yang proaktif selalu membiasakan 

diri berubah sesuai dengan tantangan hidup. Demikian 

pula sebagai wirausaha yang ingin sukses, sebaiknya 

tidak berhenti atau statis, melainkan terus bergerak seiring 

dengan dinamika perkembangan zaman.

Kewirausahaan merupakan perilaku individu yang 

memiliki semangat, kemampuan untuk memberikan 

tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh 

keuntungan untuk diri sendiri dan/atau pelayanan yang 

lebih baik pada pelanggan/warga ; dengan selalu 

berusaha mencari dan melayan langganan lebih banyak dan 

lebih baik, dan  menciptakan dan menyediakan produk 

yang lebih bermanfaat, melalui keberanian mengambil 

risiko, kreatif, inovatif, dan kemampuan manajemen. 

Kewirausahaan menuntut semangat pantang menyerah, 

berani mengambil risiko untuk memenangkan persaingan 

usaha.

Hal yang menjadi penyaring alami seorang 

wirausahawan yaitu  karakteristiknya. Tanpa karakteristik 

yang khas, hanya akan membuat wirausaha sebagai ajang 

coba-coba. Banyak yang ingin menjalankannya, naman 

sebab  tidak memiliki karakter, akhirnya harus berhenti 

di tengah jalan. Tanpa karakter kuat, wirausaha tidak akan 

berjalan. Apalagi, jika ketakutan, baik takut rugi, takut 

gagal, dan takut yang lainnya, selalu menggelayuti.

Di samping itu, seorang wirausahawan juga harus 

berpikir optimis atas peluang dan usaha yang dilakukan. 

Dengan demikian, semangat dan kemauan keras dan  

ketekunan akan menciptakan usaha yang maju dan terus 

berkembang. 

Jika bisnis yang kita jalankan ingin terus berkembang, 

membutuhkan perencanaan yang matang. Dalam 

wirausaha, perencanaan yaitu  kata kunci. Tanpa 

perencanaan, wirausaha akan berjalan datar, tidak memberi 

hasil optimal.

Seorang wirausahan harus cerdik dalam mencari dan 

mengatasi masalah permodalan. Dari sisi asal (sumber), 

ada  dua jenis permodalan, yaitu modal: sendiri dan 

modal pinjaman. Modal sendiri diperoleh dari pemilik 

perusahaan dengan cara mengeluarkan saham. Kerugian 

menggunakan modal sendiri yaitu  jumlahnya sangat 

terbatas dan sulit untuk memperolehnya. Sumber modal 

bisa diekplorasi dari mana saja. Bahkan, bisa memanfaatkan 

relasi, kalau memang kenal dengan baik dan mau memberi 

penjaman. 

Meski penting, namun sesungguhnya modal bukanlah 

segala-galanya. Sebab, banyak juga pengusaha yang 

bermodal ‘dengkul’ bisa sukses. Ir. Ciputra yaitu  salah 

satu pengusaha yang sejak awal karirnya mengaku 

bermodal ‘dengkul’.

saat  bisnis sudah berjalan, maka sepantasnya 

wirausahawan menerapkan manajemen terbuka. Tujuannya 

yaitu  agar dapat memberi pembelajaran kepada semua 

pihak, termasuk karyawan. Pada akhirnya, wirausaha juga 

dituntut proaktif, tidak berhenti atau statis, melainkan terus 

bergerak seiring dengan dinamika perkembangan zaman.



KEPEMIMPINAN

DALAM 

KEWIRAUSAHAAN

A.  Pengertian Kepemimpinan

Dalam sebuah organisasi, misalnya institusi bisnis, 

kepemimpinan sangat penting. Pemimpinlah yang 

membuat arah dan kebijakan tentang bisnis, untuk 

kemudian diimplementasikan oleh anak buah (bawahan). 

Sebagian besar institusi bisnis yang menjadi besar dan 

terus berkembang ditopang oleh gaya kepemimpinan yang 

andal dan profesional. Keunggulan wirausaha yang sukses 

dibandingkan dengan wirausaha yang gagal terletak 

pada dinamika dan efektivitas kepemimpinan. Pimpinan 

wirausaha merupakan unsur pokok di dalam setiap 

perusahaan.

Kepemimpinan, menurut Suryana dan Bayu (2010), 

yaitu  kemampuan, proses, atau fungsi yang digunakan 

dalam memengaruhi orang lain untuk berbuat sesuatu 

dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pada suatu 

kegiatan, kepemimpinan merupakan usaha  membantu 

diri sendiri atau orang lain mencapai suatu tujuan.

Di sisi lain, menurut Sopiah (2008), kepemimpinan 

yaitu  proses  mengarahkan dan memengaruhi aktivitas 

yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok. 

Definisi ini  berimplikasi pada tiga hal (Sopiah, 2008), 

yakni:

“As we look ahead into the next 

century, leaders will be those who 

empower others.” 

Bill Gates


1. Kepemimpinan harus melibatkan orang lain, yaitu 

bawahan atau pengikut. sebab  kesediaan mereka 

menerima pengarahan dari pemimpin,anggota 

kelompok membantu menegaskan status pemimpin 

dan memungkinkan terjadinya proses kepemimpinan. 

Tanpa bawahan, maka semua sifat kepemimpinan 

menjadi tidak relevan.

2. Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang 

tidak sama di antara pemimpin dan anggota kelompok. 

Pemimpin mempunya wewenang untuk mengarahkan 

beberapa aktivitas anggota kelompok, yang caranya 

tidak sama antara pemimpin yang satu dengan yang 

lain.

3. Di samping secara sah mempu memberikan perintah 

atau pengarahan kepada bawahan atau pengikutnya, 

pemimpin juga harus memengaruhi bawahan dengan 

bermacam cara.

Daft dan Carcic (2008) mendefinisikan kepemimpinan 

sebagai kemampuan untuk memengaruhi orang ke arah 

pencapaian tujuan organisasi. Memengaruhi berarti 

hubungan antarorang tidak pasif dan pengaruh didesain 

untuk mencapai tujuan. Taylor yang dikutip oleh Drafke 

(2009) menjelaskan bahwa kepemimpinan yaitu  ”the 

ability to influence the activities of others, through the process 

of communication, toward the attainment of goal.” Pengertian 

ini menjelaskan bahwa kepemimpinan yaitu  kemampuan 

untuk memengaruhi aktivitas orang lain melalui proses 

komunikasi ke arah pencapain tujuan. Definisi yang hampir 

sama dikemukakan oleh Kinicki dan Kreitner (2008), yaitu: 

”leadership is the ability influence people toward te attainment 

of goals.” Kepemimpinan yaitu  kemampuan untuk 

memengaruhi orang ke arah pencapaian tujuan organisasi.

Robbins dan Judge (2007) menjelaskan kepemimpinan 

sebagai kemampuan untuk memengaruhi sebuah kelompok 

ke arah pencapaian visi atau seperangkat tujuan. Menurut 

Greenberg dan Baron (2003), kepemimpinan merupakan 

proses yang digunakan oleh seseorang untuk memengaruhi 

anggota kelompok ke arah pencapaian tujuan kelompok 

organisasi.

Definisi-definisi di atas pada umumnya memandang 

kepemimpinan sebagai aktivitas yang berkelanjutan, 

diarahkan untuk menimbulkan dampak pada perilaku 

orang lain yang pada akhirnya difokuskan pada usaha  

untuk mewujudkan tujuan-tujuan organisasi. Definisi 

ini  juga mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan 

menyangkut sebuah proses pengaruh sosial yang dalam hal 

ini pengaruhnya disengaja oleh seseorang terhadap orang 

lain untuk mengatur aktivitas-aktivitas dan  hubungan di 

dalam kelompok atau organisasi.

Kepemimpinan merupakan sebuah proses kompleks 

yang  memerlukan banyak keterampilan.  

, salah satu fondasi utama kepemimpinan 

yaitu  kepercayaan. menjelaskan bahwa kepercayaan merupakan suatu 

pengharapan positif bahwa orang lain tidak akan — melalui 

kata-kata, tindakan, atau keputusan — bertindak secara 

oportunistik. Dari definisi ini , setidaknya ada dua 

kata kunci penting dari kepercayaan, yaitu pengharapan 

positif dan secara oportunistik. Istilah pengharapan 

positif dalam pengharapan ini  mengasumsikan 

bahwa pengetahuan dan keakraban dengan pihak lain. 

Menurut Rotter , kepercayaan 

yaitu  suatu proses ketergantungan-historis yang 

didasarkan pada sampel-sampel pengalaman yang relevan 

namun terbatas. Pengharapan itu membutuhkan waktu 

untuk membentuknya, dibangun sedikit demi sedikit 

dan terakumulasi. Sementara istilah secara oportunistik 

merujuk pada risiko dan kerentanan yang inheren dalam 

setiap hubungan kepercayaan. Menurut Rempel, Holmes 

dan Zanna , kepercayaan mencakup 

membuat seseorang rentan seperti saat , misalnya, 

minyingkapkan informasi intim atau bergantung pada 

janji-janji. sebab  sifat ini juga, kepercayaan memberikan 

peluang bagi kekecewaan atau pengambilan manfaat dari 

kepercayaan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kepemimpinan 

seringkali diartikan sama dengan manajemen. Padahal, 

keduanya memiliki perbedaan. Menurut Drafke (2009), 

kepemimpinan berhubungan secara langsung dengan 

orang dan perilakunya. Kepemimpinan hanyalah salah satu 

aspek dari manajemen. Sementara manajemen merupakan 

sebuah konsep yang lebih luas, termasuk aktivitas 

kepemimpinan, tetapi mungkin juga melibatkan fungsi-

fungsi non perilaku yang tidak secara langsung berpengaruh 

terhadap orang lain. Manejemen berhubungan dengan 

isu global, seperti menjaga kelangsungan organisasi, dan 

bekerja baik dengan hirarki, sedangkan kepemimpinan 

melibatkan inisiasi aksi dan percepatan perubahan. 

Pada akhirnya, manajemen yaitu  proses perencanaan, 

pengorganisasioan, pengkoordinasian, pengarahan, dan 

pengendalian aktivitas orang lain.

Capowski melihat 

perbedaan antara kepemimpinan dan manajemen dari segi 

kualitas yang dibutuhkan. Kualitas yang dibutuhkan dari 

seorang pemimpin mencakup: jiwa, visioner, bersemangat, 

kreatif, fleksibel, menginspirasi, inovasi, berani, imajinatif, 

ekperimental, memiliki inisiatif perubahan, dan memiliki 

kekuasaan pribadi. Sementara kualitas yang dibutuhkan 

seorang manajer yaitu  pikiran, rasional, konsultasi, gigih, 

pemecahan masalah, tegas, analitis, terstruktur, penuh 

pertimbangan, berwibawa, stabil, dan kekuasaan posisi.

Dalam menjalankan fungsi kepemimpinan, seorang 

pemimpin dituntut untuk memiliki banyak kompetensi 

agar efektif dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya. 

 ada sepuluh kompetensi yang perlu 

dimiliki oleh seorang pemimpin, yakni: 

Pertama, yaitu  arah diri (self direction).  Arah diri 

merupakan kemampuan menyusun tujuan untuk dirinya 

yang mengarahkan pada tujuan dengan dedikasi pemikiran 

tunggal. Hal ini merupakan kunci dorongan personal dalam 

memimpin. Beberapa orang menyusun tujuannya tetapi 

tidak diikuti dengan dorongan personal. Sementara yang 

lainnya memulai dengan bekerja atas tujuan-tujuannya, 

tetapi mungkin tidak sampai akhir. 

Kedua, fleksibilitas (flexibility), yaitu kemampuan 

untuk mengubah dirinya sesuai dengan situasi. Esensi dari 

fleksibilitas mental yaitu  kemampuan untuk menangani 

situasi yang berbeda dalam cara yang berlainan, khususnya 

untuk menanggapi hal-hal yang baru, komplek dan situasi 

yang problematik.

Ketiga, tim kerja (team work), yang merupakan 

kemampuan untuk bekerja bersama terhadap visi bersama. 

Kemampuan ini  untuk mengarahkan individu 

melaksanakan tujuan organisasi. Kemampuan kerja tim 

antara lain mencakup: bekerja bersama dalam suatu 

kelompok untuk mencapai tujuan bersama, mencapai 

hasil yang ingin dicapai, merayakan kesuksesan, memiliki 

pimpinan tim yang jelas, memiliki tujuan yang jelas, 

mendukung satu sama lain dalam mencapai tujuan, masing-

masing anggota memiliki kemampuan untuk memengaruhi 

keputusan, dan masing-masing anggota memiliki tanggung 

jawab personal atas kinerja dan kualitasnya.

Keempat, strategi (strategy). Strategi yaitu  kejadian 

suatu tindakan yang diadopsi sesudah disaring secara 

ekstensif melalui data-data yang tersedia dan sesudah 

dievaluasi dari alternatif solusi yang bervariasi. Strategi 

juga merupakan kemampuan untuk memahami dan 

menginterpretasikan informasi untuk tindakan-tindakan 

tertentu yang akan diimplementasikan.

Kelima, pengambilan keputusan (decision making). 

Pengambilan keputusan merupakan studi yang 

mengidentifikasi dan memilih alternatif-alternatif yang 

didasarkan pada nilai dan preferensi dari pembuat 

keputusan. Membuat keputusan berdampak bahwa ada 

alternatif-alternatif pilihan untuk dipertimbangkan dan 

dalam kasus ini tidak hanya mengidentifikasi banyak 

alternatif yang mungkin, tetapi juga memilih salah satu 

yang terbaik dan cocok dengan tujuan, kehendak, gaya 

hidup, nilai dan sebagainya.

Keenam, mengelola perubahan (managing change). 

Megelola perubahan merupakan kemampuan untuk 

beradaptasi terhadap perubahan skenario tanpa kehilangan 

keefektivan dan efisiensi. Mengelola perubahan mencakup 

mengelola perubahan tugas, area praktik profesional dan 

tubuh pengetahuan. 

Ketujuh, delegasi (delegation). Delegasi yaitu  kesediaan 

untuk menugaskan tanggung jawab kepada yang lain. 

Delegasi merupakan fungsi manajerial yang penting 

untuk mengurangi beban tugas pimpinan. Delegasi 

membutuhkan kepercayaan yang cukup terhadap orang 

yang diberikan delegasi tugas.

Kedelapan, komunikasi (communication). Komunikasi 

yaitu  proses yang mana informasi melewati atau dibawa 

dalam berbagai bentuk. Komunikasi bisa dalam bentuk 

organisasi atau tim dalam sebuah organisasi. Komunikasi 

yang efektif tergantung pada tiga faktor, yaitu kepercayaan, 

emosi dan alasan. 

Kesembilan, negosiasi (negotiation). Negosiasi yaitu  

proses dimana dua pihak memecahkan perselisihan, 

setuju atas terjadinya suatu tindakan atau mencoba 

untuk memperoleh hasil yang saling menguntungkan. 

Kepentingan yang saling diuntungkan merupakan bagian 

penting dalam negosiasi dan tidak boleh hanya satu pihak 

saja yang diuntungkan. 

Kesepuluh, kekuasaan dan pengaruh (power and 

influence). Kekuasaan yaitu  kemampuan untuk 

menggunakan pengaruh dalam organisasi atau individu di 

luar wewenang yang diturunkan dari jabatan. 

B.  Perspektif Teoretik Kepemimpinan

Dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya, seorang 

pemimpin menggunakan pendekatan yang berbeda-beda. 

mengklasifikasikan kepemimpinan 

menjadi empat kelompok, yaitu teori kepemimpinan yang 

ditinjau berdasarkan orang (person-based theories), teori 

situasional (situational theories), teori terpencar (dispersed 

theories), dan teori pertukaran (exchange theories).

Pertama, teori kepemimpinan yang didasarkan pada 

pendekatan orang. Ada beberapa teori kepemimpinan 

yang tergabung dalam kelompok ini, antara lain teori 

sifat dan teori perilaku. Untuk teori sifat berkembangan 

dari hasil studi-studi tentang kepemimpinan pada akhir 

abad ke-18 dan awal abad ke-19 yang pada umumnya 

terkait pada orientasi kepemimpinan menurut keturunan 

(raja dan bangsawan). Para peneliti berasumsi bahwa 

pemimpin itu tidak mungkin berasal dari orang biasa 

yang berstatus sosial rendah. Studi ini kemudian terkenal 

sebagai The Great Man Theory of Leadership. Teori ini 

berpandangan bahwa seorang yang dilahirkan sebagai 

pemimpin otomatis menjadi pemimpin . 

Kemudian  studi kepemimpinan memusatkan perhatian 

pada ciri pribadi pemimpin, yang dikenal dengan trait 

theory. Teori-teori kepemimpinan mulai menghubungkan 

ciri kesuksesan dengan pemilikan bakat-bakat istimewa. 

Ratusan studi mengenai trait dilaksanakan selama tahun 

1930-an hingga tahun 1940-an. Studi ini mengungkapkan 

kualitas pribadi yang sulit dipahami. Banyak penelitian 

dilakukan dengan hasil yang mengecewakan. beberapa  

trait yang ditemukan hanya mampu mengungkapkan 

tipe orang yang memiliki kemampuan untuk menduduki 

posisi-posisi kepemimpinan dan tidak mengungkapkan 

tipe seperti apakah yang akan berhasil sebagai   seorang 

pemimpin.

Teori kepemimpinan yang menggunakan pendekatan 

perilaku dapat dipilah menjadi dua, yaitu pendekatan 

perilaku berdasarkan struktur inisiasi (initiatinng 

structure) dan pertimbangan (consideration) dan  

pendekatan perilaku berdasarkan penghargaan (reward) 

dan menghukum (punishing). Terkait dengan model 

pertama yaitu untuk struktur pemicu (initiating structure), 

menunjukkan sejauhmana pemimpin mendefinisikan dan 

menstrukturkan peran karyawan dalam mencapai tujuan. 

Stukrur inisiasi mencakup inisiasi, organisasi dan produksi. 

Inisiasi yaitu  tindakan mengorganisasikan, memfasilitasi, 

dan kadang-kadang menolak ide-ide dan praktek baru. 

Organisasi yaitu  mendefinisikan dan menstrukturkan 

pekerjaan, menjelaskan peran pemimpin dan pengikut, 

dan mengkoordinasikan tugas-tugas karyawan. Produksi 

yaitu  menetapkan tujuan dan memberikan insentif bagi 

usaha -usaha  dan produktivitas karyawan. Kemudian 

untuk aspek pertimbangan (consideration), merefleksikan 

sejauhmana pemimpin menciptakan hubungan 

kerja yang dicirikan oleh kepercayaan yang saling 

menguntungkan, hormat terhadap ide-ide karyawan, dan 

mempertimbangkan perasaan karyawan. Pertimbangan 

mencakup keanggotaan, integrasi, komunikasi, pengakuan 

dan perwakilan. Keanggotaaan yaitu  membaur dengan 

karyawan, menekankan hubungan tidak formal, dan 

pertukaran pelayanan personal. Integrasi ialah mendorong 

sebuah iklim yang menyenangkan, mengurangi konflik, 

dan meningkatkan penyesuaian individu terhadap 

kelompok. Komunikasi yaitu  memberikan informasi 

terhadap karyawan, mencari informasi untuk karyawan 

dan menunjukkan kesadaran atas persoalan-persoalan 

yang berdampak terhadap karyawan. Pengakuan ialah 

mengungkapkan kesetujuan atau ketiaksetujuan atas 

perilaku karyawan. Perwakilan yaitu bertindak atas nama 

kelompok, mempertahankan kelompok dan mendahulukan 

kepentingan kelompok (Colquitt & LePine, 2009).

Untuk pendekatan kepemimpinan yang berorientasi 

perilaku, pemberian penghargaan terjadi saat  seorang 

pemimpin memberikan penguatan secara positif kepada 

bawahan agar terjadi perilaku-perilaku yang dikehendaki. 

Jika bawahan dapat melakukan pekerjaan dengan baik, 

maka pemimpin memberikan pengakuan melalui pujian, 

hadiah, atau keuntungan-keuntungan lain yang kasat 

mata seperti peningkatan upah dan promosi. Pemimpin 

memberikan penghargaan untuk memastikan karyawan 

memiliki kinerja pada tingkatan yang tertinggi. Selanjutnya 

untuk pemimpin yang berorientasi menghukum terjadi 

saat  seorang pemimpin mencerca atau menanggapi 

seccara negatif terhadap bawahan yang melakukan 

perilaku-perilaku yang tidak dikehendaki. Meskipun 

perilaku menghukum dapat menjadi efektif, namun juga 

memicu perilaku yang membahayakan di dalam organisasi. 

Umumnya lebih efektif jika menggunakan penguatan 

untuk menghentikan perilaku-perilaku yang tidak 

dikehendaki jika dibandingkan dengan menggunakan 

hukuman. Hukuman dapat menimbulkan sesuatu yang 

tidak diinginkan seperti kemarahan ,

Kedua, teori situasional. Teori-teori kepemimpinan 

yang tergabung dalam kelompok ini yaitu  Fiedler’s 

Contingency Model dan Path-Goal Theory. Terkait dengan teori 

pertama, Fred E. Fiedler mengembangkan sebuah elaborasi 

model kontingensi, yang berpegang bahwa pemimpin 

terbaik ditentukan oleh situasi  kerja pemimpin. Model 

Fiedler menetapkan kondisi yang mana pemimpin harus 

menggunakan tugas, dan hubungan, gaya memotivasi. 

Fiedler juga menggunakan istilah kontrol situasi yang 

diartikan sejauhmana pemimpin dapat mengendalikan dan 

memengaruhi hasil usaha-usaha kelompok. Pengukuran 

kendali situasi berdasarkan tiga faktor, yaitu: (1) hubungan 

pemimpin anggota, yaitu sejauhmana anggota menerima 

dan mendukung pemimpinnya, (2) struktur tugas, yakni 

sejauhmana mengetahui  secara nyata apa yang dilakukan 

dan seberapa baik dan  apakah tugas-tugas secara rinci 

diselesaikan, dan (3) kekuasaan posisi (position power), 

menunjukkan sejauhmana organisasi menyediakan 

pemimpin dengan: (a) penghargaan dan hukuman kepada 

anggota organisasi, dan (b) wewenang formal yang sesuai 

untuk melakukan pekerjaan ,

Pendekatan yang kedua yaitu  Path-Goal Theory. Dalam 

pendekatan ini pada intinya ada empat cara yang digunakan 

oleh seorang pemimpin, yitu direktif, suportif, partisipatif, 

dan orientasi tugas. Direktif (directive) mencakup perilaku 

mengklarifikasi yang menyediakan sebuah struktur 

psikologis untuk bawahan. Pemimpin mengklarifikasikan 

tujuan kinerja, maksud mencapai tujuan ini , dan 

menetapkan standar-standar kinerja yang akan dinilai. 

Hal itu juga mencakup kebijaksanaan penggunaan 

penghargaan dan tindakan disiplin. Kepemimpin direktif 

sama dengan kepemimpinan orientasi tugas. Suportif 

(sopportive) merupakan perilaku ini memberikan dukungan 

psikologis untuk karyawan. Pemimpin bersikap ramah 

dan mudah didekati, membuat pekerjaan menyenangkan, 

memperlakukan karyawan degan rasa hormat yang adil, 

dan menunjukkan perhatian pada status, kebutuhan 

dan kesejahteraan karyawan. Kepemimpinan suportif 

sama dengan kepemimpinan yang berorientasi pada 

orang. Partisipatif (partisipative) berusaha mendorong dan 

memfasilitasi keterlibatan bawahan dalam pengambilan 

keputusan di luar aktivitas kerja normal. Pemimpin 

berkonsultasi dengan karyawan, meminta sarannya, 

dan mengambil ide-idenya dalam pertimbangan yang 

serius sebelum mengabil sebuah keputusan. Kepimpinan 

partisipatif berhubungan dengan keterlibatan karyawan 

dalam keputusan. Orientasi prestasi (achievement-oriented) 

berusaha  mendorong karyawan untuk mencapai kinerja 

puncak. Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang, 

mengaharapkan karyawan memiliki kinerja pada 

tingkat yang paling atas, secara terus menerus mencari 

perbaikan pada kinerja karyawan, dan menunjukkan 

derajat kepercayaan tinggi sehingga karyawan akan 

mengambil tanggungjawab dan melakukan tujuan-tujuan 

yang menantang. Kepemimpinan yang berorientasi pada 

prestasi mengaplikasikan teori penetapan tujuan. 

Selain kedua pendekatan di atas, juga ada  teori 

kepemimpinan situasional yang dikembangkan Paul 

Hersey dan Kenneth Blanchard. Menurut teori ini, perilaku 

kepemimpinan yang efektif antara lain tergantung pada 

tingkat kesiapan pengikut. Kesiapan berarti sejauhmana 

kemampuan yang dimiliki pengikut dan kesediaan untuk 

menyelesaikan tugas. Kesediaan merupakan kombinasi 

dari kepercayaan diri, komitmen dan motivasi. Teori 

kepemimpinan situasional ini  melahirkan empat 

gaya kepemimpinan spesifik, yaitu telling (S1), selling 

(S2), participating (S3) dan delegating (S4). Keempat 

gaya ini  merupakan kombinasi dari tugas dengan 

orientasi hubungan perilaku kepemimpinan. Pemimpin 

didorong untuk menggunakan gaya telling untuk 

pengikut yang memiliki deraja kesiapan rendah. Gaya ini 

mengombinasikan perilaku kepemimpinan berorientasi 

tugas tinggi, seperti memberikan pengarahan, dengan 

perilaku orientasi hubungan rendah, seperti supervisi 

yang tertutup. bila  kesiapan pengikut meningkat, 

maka kepemimpinan dianjurkan untuk secara berangsur-

angsur bergerak dari gaya telling ke selling, participating, 

dan puncaknya yaitu  delegating (Kinicki & Kreitner, 2008).

Ketiga, teori yang terpencar. Teori kepemimpinan yang 

tergabung dalam kategori ini antara lain substitute leadership 

dan self leadership. Substitute leaderhip atau kepemimpinan 

pengganti merupakan teori kepemimpinan yang 

dipertimbangkan untuk melawan teori kepemimpinan 

yang berdasarkan pada orang. Teori kepemimpinan yang 

berdasarkan orang menekankan pada pentingnya sifat 

dan perilaku pemimpin. Sementara teori kepemimpinan 

pengganti menekankan pada pentingnya karakteristik 

situasi. Teori ini berdasarkan pada ide bahwa setidaknya 

pada beberapa situasi, kepemimpinan tidak hanya efektif, 

tetapi juga tidak relevan. Orang cenderung menyesuaikan 

kepemimpian dan menekankan pada pentingnya sifat-sifat 

pemimpin jika dibandingkan dengan kondisi aktual yang 

pantas. Teori ini juga berusaha menidentifikasi karakteristik 

tempat kerja yang dapat mengganti untuk kepemimpinan 

atau menetralisasi usaha -usaha  yang dibuat oleh seorang 

pemimpin . 

Untuk kepemimpinan diri (self-leadership) menekankan 

pada tanggung jawab individu karyawan untuk 

mengembangkan prioritas kerjanya yang telah disesuikan 

dengan tujuan organisasi. Manajer yaitu  fasilitator yang 

meningkatkan kapasitas kepemimpinan diri bawahan 

dan mendorong karyawan untuk mengembangkan 

keterampilan mengendalikan diri. Ada dua mekanisme 

penting dalam kepemimpinan diri, yaitu: (1) pemberdayaan 

(empowerment), atau proses mentransfer kendali perilaku 

kerja individu dari supervisor ke karyawan. Karyawan harus 

dibekali dengan keterampilan, peralatan, dan informasi-

informasi sehingga wewenang dan tanggung jawab-nya 

dapat sukses didelegasikan kepadanya; (2) pemodelan 

peran (role modeling), yaitu manajer memberikan contoh 

perilaku-perilaku yang diharapkan untuk dilakukan oleh 

karyawan. Pemodelan peran akan menjadi lebih efektif jika 

karyawan dapat melihat hubungan antara adopsi perilaku-

perilaku yang dikehendaki dengan hasil positif, seperti 

upah yang lebih tinggi, promosi, atau pengakuan publik 

Keempat, teori pertukaran. Teori kepemimpinan 

yang tergabung dalam kelompok ini antara lain teori 

kepemimpinan transformasional, teori kepemimpinan 

transaksional, teori kepemimpinan otentik atau 

kharismatik. Teori kepemimpinan transformasional 

ditandai kemampuan pemimpin untuk mengartikulasikan 

visi bersama tentang masa depan, secara intelektual 

menstimulasi karyawan, dan menaruh perhatian terhadap 

perbedaan individual karyawan  kepemimpinan 

transformasional terkait dengan identifikasi diri yang kuat, 

penciptaan visi bersama untuk masa depan, dan hubungan 

antara pemimpin dan pengikut berdasar pada suatu hal 

yang lebih daripada sekadar pemberian penghargaan 

agar patuh. Pemimpin transformasional mendefisikan 

kebutuhan untuk perubahan, menciptakan visi baru, 

memobilisasi komitmen untuk menjalankan visi dan 

mentransformasi pengikut baik pada tingkat individual 

maupun tingkat organisasi. Kemampuan pemimpin untuk 

mengartikulasikan suatu visi yang atraktif bagi masa depan 

yaitu  elemen utama dari kepemimpinan transformasional. 

Menurut Kinicki dan Kreitner (2008), model kepemimpinan 

transformasional banyak menghasilkan perubahan 

organisasi secara signifikan sebab  bentuk kepemimpinan 

ini menekankan pada tingkatan yang lebih tinggi pada 

motivasi intrinsik, kepercayaan, komitmen dan loyalitas 

dari bawahan.

Kepemimpinan transaksional (transactional leadership) 

didasarkan pada konsep pertukaran antara pemimpin 

dan pengikut. Pemimpin menyediakan pengikut sumber 

daya dan penghargaan untuk ditukar dengan motivasi, 

produktivitas dan pelaksanaan tugas yang efektif. 

Kepemimpinan transaksional mengajarkan kepada 

pemimpin agar menyediakan penghargaan untuk 

menguatkan perilaku yang sesuai dan mencegah perilaku 

yang tidak sesuai. Pemimipin transaksional yaitu  

pemimpin yang bertanggung jawab, andal, memiliki logika 

tinggi dan berpikiran jernih. Pemimpin meyakinkan bahwa 

sistem yang ada terpelihara dengan baik. Dalam situasi 

konflik, pemimpin menggunakan aturan dan prosedur. 

Prosedur dan standar operasional bekerja dengan baik 

sepanjang hari seperti hari kemarin.

Teori kepemimpinan karismatik dicitrakan sebagai 

kepemimpinan yang penting dalam hubungannya dengan 

kepuasan. Weber . memandang 

pemimpin karismatik sebagai mistis, narsistik, dan memiliki 

kemampuan personal yang magnetis. Pemimpin karismatik 

berinteraksi dengan orang lain melalui keyakinan-keyakinan 

dan perilaku yang unik. Pengaruh karismatik berakar 

pada nilai-nilai pemimpin, karakteristik kepribadian, 

dan perilaku, atribusi pengikut, konteks, atau beberapa 

kombinasi dari faktor-faktor ini . Pemimpin karismatik 

bersifat percaya diri, dominan, ekstraver, dan keyakinan 

kuat akan nilai-nilai yang dianut, dan  keyakinan dan 

moral yang dianggap benar. Tendensi perilaku pemimpin 

karismatik yaitu  melibatkan inspirasi untuk memotivasi 

tindakan kolektif, berperilaku dalam berbagai cara yang 

dapat menghasilkan model bagi pengikutnya, sensitif 

terhadap kecenderungan lingkungan, perilaku yang tidak 

konvensional, berani mengambil risiko, memformulasikan 

dan mengartikulasikan suatu visi. Sementara Nyquist dan 

Spence menjelaskan lima karakteristik 

dari kepemimpinan karismatik, yaitu: (1) percaya diri (self 

confidence), menjadi percaya diri baik dalam kemampuan 

personal maupun dalam memutuskan, (2) visi (vision), 

mengartikulasikan visi, menekankan ideologi, (3) perilaku 

yang tidak konvensional (unconventional behavior), 

menunjukkan perilaku yang baru, tidak konvensional, 

dan melawan norma-norma, (4) sensitivitas lingkungan 

(environmental sensitivity), menjadi realistik mengenai 

ketersediaan sumber daya dan memberikan batasan-

batasan yang mungkin tentang apa yang dapat dan 

tidak dapat dilakukan, (5) sensitivitas terhadap bawahan 

(sensitivity ti followers), tanggap terhadap kebutuhan dan 

kemampuan bawahan, dan (6) model peran (role modeling), 

mengembangkan citra sebagai agen perubahan, seseorang 

yang membuat sesuatu terjadi.

C. Sifat Kepemimpinan

Kepemimpinan memerlukan serangkaian sifat-sifat, 

ciri, atau perangai tertentu yang menjamin keberhasilan 

pada setiap situasi. Pemimpin akan berhasil bila memiliki 

sifat, ciri, dan perangai ini .

ada  tiga pendekatan dalam telaah kepemimpinan 

untuk mengetahui sifatnya. Pendekatan pertama 

memandang kepemimpinan sebagai pemunculan paduan 

ciri. Pendekatan kedua mengidentifikasi perilaku yang 

berkaitan dengan kepemimpinan yang efektif , Asumsi yang lazim untuk kedua pendekatan 

ini  yaitu  bahwa individu yang memiliki ciri yang 

tepat atau memperlihatkan perilaku yang tepat akan tampil 

sebagai pemimpin dalam situasi kelompok apa saja yang ia 

masuki. P