Rabu, 12 Februari 2025

Published Februari 12, 2025 by

kulkas 2



 kejutan dingin, 

sintesis protein lanjutan yang terlibat dalam transkripsi dan translasi, 

dan represi protein kejutan panas. Transkripsi yaitu  proses di mana 

RNA pembawa pesan untai tunggal (mRNA) dengan urutan basa yang 

melengkapi untai cetakan DNA atau RNA disintesis. Translasi yaitu  

proses dimana pesan genetik yang dibawa oleh mRNA mengarahkan 

sintesis polipeptida dengan bantuan ribosom dan komponen sel lainnya 

(sintesis protein).

Fungsi respon kejutan dingin tidak diketahui secara pasti, 

kemungkinan untuk mengatasi blok parsial dalam sintesis protein, 

proses dimana pesan genetik yang dibawa oleh mRNA mengarahkan 

sintesis polipeptida dengan bantuan ribosom dan komponen sel lainnya 

(translasi), sehingga meningkatkan kapasitas translasi sel dan sebaliknya. 

Protein kejut dingin mengikat RNA selama transkripsi dan memfasilitasi 

inisiasi terjemahan. Adaptasi respon kejut dingin E. coli memakai  

pendekatan proteomik, yang menunjukkan perubahan dalam ekspresi 

protein yang dihasilkan dari adaptasi dingin.

Dalam kisaran suhu normal, 20°C hingga 37°C, tingkat protein 

tidak bervariasi untuk E. coli, dan setiap perubahan suhu dalam kisaran 

ini menghasilkan tingkat pertumbuhan karakteristik yang sama. Hal ini 

menunjukkan bahwa komposisi seluler serupa dalam kisaran pertumbuhan 

E. coli ini. Ketika perubahan suhu dari kisaran normal ke suhu di bawah 

20°C terjadi, perubahan fisiologi sel diamati. Komposisi biokimia dari sel-

sel pada kisaran suhu yang lebih rendah mungkin sangat berbeda dari 

komposisi pada kisaran suhu normal. Respon kejut dingin ini terjadi ketika 

E. coli yang tumbuh pada 37°C dipindahkan ke 10°C, dan mencapai induksi 

maksimumnya sesudah  3 jam; namun  sesudah  4 jam, sintesis protein dan 

pertumbuhan dilanjutkan menghasilkan tahap  lag pertumbuhan selama 

4 jam. Dalam studi ini, respon kejutan dingin terjadi dengan setiap 

penurunan suhu 13 ° C; Namun, semakin besar besarnya penurunan suhu, 

semakin besar efeknya.

Diketahui bahwa bahan kimia seperti kloramfenikol dan tetrasiklin, 

yang mempengaruhi ribosom bakteri, juga menghasilkan induksi respon 

kejutan dingin. Singkatnya, respons kejut dingin yaitu  pola spesifik 

ekspresi gen sebagai respons terhadap perubahan drastis ke suhu yang 

lebih rendah. Salah satu efek penurunan suhu yaitu  untuk memblokir 

inisiasi sintesis protein. Protein kejutan dingin dapat menstabilkan mRNA 

dan memulai kembali produksi protein. Lainnya juga terkait untuk menjaga 

fluiditas membran seperti desaturase yang dapat diinduksi.

Modifikasi komposisi membran lipid dengan penurunan suhu 

jelas merupakan adaptasi penting dalam beberapa mikroorganisme, yang 

memungkinkan mereka tumbuh pada suhu rendah. Mikroorganisme lain 

menunjukkan tidak perlu mengubah komposisi membran asam lemak 

karena bukan faktor utama dalam menentukan suhu pertumbuhan 

minimum, namun  berfungsi sebagai fungsi adaptif yang penting, yang  

menawarkan keuntungan selektif. Dengan penurunan suhu yang tiba-

tiba, E. coli dan organisme lain telah terbukti menginduksi pola ekspresi 

gen tertentu, yang mungkin diperlukan untuk adaptasi optimal pada suhu 

rendah. Pada E. coli, penurunan suhu tampaknya mempengaruhi aktivitas 

ribosom dan perubahan fisiologis lainnya, yang mengarah pada sintesis 

preferensial dari protein yang terlibat dalam berbagai fungsi seluler dari 

supercoiling DNA hingga inisiasi translasi. Respon stres semacam itu dapat 

memainkan peran penting untuk kelangsungan hidup organisme dalam 

produk tertentu dan dengan demikian dapat mempengaruhi masa simpan 

suatu produk.

Informasi tentang respon stres sesudah  penurunan suhu akan 

membantu industri makanan untuk memahami bagaimana organisme 

dapat mengkontaminasi produk mereka dan sejauh mana respon stres 

dapat dipengaruhi oleh suhu pra-penyimpanan. Perlakuan kejut dingin 

yang berbeda sebelum pembekuan atau pendinginan dapat menghasilkan 

perbedaan dalam kelangsungan hidup dan pertumbuhan mikroba. Hal 

ini dapat menghasilkan kelangsungan hidup yang lebih tinggi dan tingkat 

pertumbuhan mikroorganisme dalam produk dingin dan beku suhu 

rendah yang menghasilkan waktu jeda yang lebih pendek dan dengan 

demikian umur simpan yang lebih pendek. Pemahaman yang lebih besar 

tentang mekanisme adaptasi dingin memungkinkan pengembangan 

metode untuk mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme psikotrofik 

dalam makanan dingin dan beku.

Dengan demikian, pemakaian  suhu rendah untuk penyimpanan 

produk pangan sangat penting dilakukan untuk memperpanjang masa 

simpan. Walau demikian tetap mempertimbangkan waktu yang dipakai , 

karena beberapa mikroorganisme tertentu masih sanggup tumbuh dan 

berkembang pada suhu ini . 

Menghindari kontaminasi silang pada penyimpanan suhu 

rendah

Penyimpanan suhu rendah menjadi tempat penyimpanan segala 

jenis makanan, baik bahan baku maupun makanan siap santap. Namun, 

ada hal yang harus perhatikan, karena ada golongan jenis mikroba yang 

tetap dapat tumbuh pada suhu rendah. Oleh karena itu, dibutuhkan 

ketepatan dalam mengatur suhu penyimpanan makanan sesuai dengan 

karakteristik makanan. Pengaruh suhu pada pertumbuhan dan viabilitas 

mikroba yaitu  penting dalam mengurangi kebusukan makanan, 

meningkatkan keamanan dari patogen dan pada bioproses makanan. Suhu 

pertumbuhan juga efektif dipakai  di laboratorium untuk menghitung 

dan mengisolasi mikroorganisme pangan.


Banyak buah dan sayuran segar disimpan pada suhu antara 10°C 

dan 20°C atau lebih rendah, dengan tujuan utama untuk mengurangi laju 

metabolisme. Mikroorganisme yang rentan terhadap produk ini, yaitu 

ragi dan jamur (dan beberapa bakteri), dapat tumbuh pada suhu ini. 

Menjaga kelembapan relatif di permukaan makanan sangat penting untuk 

mengurangi pertumbuhannya. Produk yang sangat mudah rusak umumnya 

disimpan pada suhu rendah, di bawah 7°C, sering kali dikombinasikan 

dengan metode pengawetan lainnya, seperti pengemasan vakum atau 

dengan metode pengemasan dengan modifikasi atmosfer (Modified 

Atmosphere Packaging/ MAP). Berikut ini merupakan beberapa metode 

suhu pendinginan untuk pencegahan kontaminasi silang mikroba.

Pendinginan dengan Es

Metode ini biasa dipakai  pada supermarket yang menyimpan 

makanan di atas es batu yang dicacah dan dipadatkan; permukaan yang 

bersentuhan dengan es bisa mencapai suhu antara 0 - 1°C. Ikan segar, 

makanan laut, daging, buah potong, salad sayuran, berbagai jenis salad 

siap saji, saus salad, makanan yang dimasak dengan kemasan sous vide, 

dan beberapa makanan tradisional (misalnya tahu) disimpan dengan 

metode ini. Fluktuasi suhu (akibat ukuran wadah atau mencairnya es), 

lama penyimpanan (segar atau beberapa hari), dan kontaminasi silang 

(ikan mentah, udang, tiram, dan salad ikan siap saji dalam wadah terbuka) 

dalam etalase yang sama dapat memicu  masalah mikrobiologis, 

terutama dari bakteri patogen bawaan makanan. Sehingga perlu disiapkan 

tempat/ area khusus untuk masing - masing produk.

Pendinginan di Lemari Es

Spesifikasi suhu untuk pendinginan makanan telah berubah 

seiring waktu. Sebelumnya, 7°C dianggap sebagai suhu yang cukup untuk 

penyimpanan. Namun, seiring meningkatnya teknologi, unit pendingin 

skala rumah tangga mampu berada pada suhu 4 – 5°C. Untuk produk 

yang mudah rusak, suhu ≤4,4°C dianggap sebagai suhu pendinginan 

yang tepat. Proses pengolahan makanan komersial dapat memakai  

suhu serendah ~ 1°C untuk mendinginkan makanan yang mudah rusak 

(seperti daging dan ikan segar). Untuk pendinginan yang optimal, maka 

kondisi suhu dan kelembapan relatif dipastikan tetap rendah, serta jarak 

yang tepat antara produk perlu dikontrol dengan baik. Untuk produk beku 

yang diharapkan memiliki umur simpan yang lama, metode pengawetan 

tambahan digabungkan dengan suhu serendah mungkin yang dapat 

dipakai  (mendekati –1°C). Namun, hampir dipastikan setiap produk 

pangan tidak mungkin steril sehingga populasi mikroba awal tetaplah 

ada (misalnya, ≤10 sel atau spora per 10 g). Dengan adanya mikroba yang 

tersimpan di setiap produk pangan akan menjadi potensi bahaya patogen 

ataupun pembusukan. Sehingga mengurangi keamanan dan stabilitas 

produk. Setiap fluktuasi suhu atau adanya kerusakan pada pengemasan 

(misalnya, kebocoran dalam ruang hampa atau kemasan atmosfer yang 

dimodifikasi atau perembesan oksigen melalui bahan pengemas) dapat 

sangat mempercepat pertumbuhannya. 

Pembekuan

Suhu minimum yang dipakai  dalam freezer rumah (di lemari 

es) yaitu  –20°C, suhu di mana sebagian besar air bebas dalam makanan 

tetap dalam keadaan membeku. Es kering (–78°C) dan nitrogen cair 

(–196°C) juga dapat dipakai  untuk pembekuan. Pembekuan cepat 

(pembekuan instan) ini biasanya tidak hanya untuk membekukan 

makanan saja. Setelah pembekuan, suhu makanan dipertahankan sekitar 

–20°C hingga –30°C. Tergantung pada jenisnya, makanan dapat disimpan 

dalam freezer selama berbulan-bulan atau bahkan lebih dari setahun. 

Banyak produk mentah (sayur mayur, buah - buahan), daging, ikan, 

produk olahan, dan produk matang (siap makan) diawetkan dengan cara 

dibekukan. Mikroorganisme tidak bisa tumbuh pada suhu -20°C dalam 

makanan beku. Sebaliknya, sel mikroba mati selama penyimpanan beku. 

Namun, yang selamat masih bisa berkembang biak di makanan yang 

sudah dicairkan (thawing). Proses pencairan makanan beku yang terlalu  

cepat dapat memicu  pertumbuhan dan perkecambahan spora 

bakteri, namun tetap bergantung pada suhu dan waktu sesudah  pencairan. 

Enzim yang dilepaskan oleh sel mikroba yang mati pun dapat menurunkan 

kualitas penerimaan makanan.


Sering kita dapati pada skala rumah tangga, konsumen membeli 

bahan pangan dalam jumlah relatif banyak untuk persedian konsumsi 

beberapa hari. Sebagian besar bahan pangan ini  biasanya disimpan 

didalam lemari pendingin (kulkas). Masalahnya, tidak semua bahan 

pangan segar maupun pangan olahan bisa disimpan dalam kulkas untuk 

waktu yang lama. Perlu dipahami bahwa kulkas bukanlah mesin pengawet  

ajaib yang bisa mengawetkan semua bahan pangan. Kulkas memiliki 

beberapa keterbatasan dan aturan dalam menjaga mutu dan keamanan 

pangan. Suhu pada lemari pendingin hanya berkisar 5oC atau lebih rendah, 

sedangkan suhu dalam freezer sekitar -18 oC. Disisi lain setiap bahan 

pangan memiliki karakteristik sifat fisik, kimia dan termal yang berbeda. 

Hal ini tentu akan memunculkan suhu penyimpanan optimum yang sangat 

bervariasi. Dengan demikian, penting untuk bisa menata pangan dengan 

tepat sesuai sifat termalnya.

Suhu Optimum Penyimpanan 

Tidak semua bahan pangan bisa disimpan pada suhu dan ruang 

penyimpanan yang sama. Jika bahan pangan disimpan pada suhu di bawah 

suhu optimumnya maka bahan pangan ini  akan mengalami chilling 

injury (kerusakan akibat pendinginan) atau freezing injury (kerusakan 

akibat pembekuan). Ciri umum terjadinya chilling injury yaitu  adanya 

perubahan tekstur, perubahan warna atau timbulnya bercak coklat atau 

hitam pada permukaan. Disisi lain jika bahan pangan disimpan pada suhu 

di atas suhu optimumnya maka laju penurunan mutu akan lebih cepat 

terjadi dan memicu  umur simpan bahan pangan menjadi lebih 

singkat. Penyimpanan pada suhu optimum akan mampu mempertahankan 

mutu pangan lebih lama dan meminimalisir terjadinya kerusakan akibat 

suhu penyimpanan. 

Perbedaan suhu optimum dalam penyimpanan bahan pangan 

membuat desain umum refrigerator terbagi dalam empat zona suhu 

penyimpanan. Pertama yaitu  zona freezer yaitu pada suhu -18oC. Zona 

kedua yaitu  zona penyimpanan daging, yaitu suhu 0oC. Zona ketiga 

yaitu  zona refrigerator, yaitu pada suhu 5oC. Zona keempat yaitu  zona 

sayur, yaitu 10oC. Suhu yang tertera pada kulkas bukanlah suhu aktual 

dalam kulkas, namun suhu ini  yaitu  suhu target penyimpanan. 

Suhu aktual dalam kulkas sangat dipengaruhi jenis dan jumlah bahan 

pangan dalam kulkas.

Beberapa contoh perbedaan suhu optimum penyimpanan 

berbagai jenis bahan pangan dijelaskan sebagaimana berikut: 

1. Penyimpanan Daging

Pertama tama pastikan daging yang akan disimpan yaitu  daging 

segar. Secara umum daging dapat bertahan hingga tujuh hari lamanya 

pada suhu -10C di atas titik beku daging -20C. Jika ada  jenis daging 

yang berbeda dalam satu ruang penyimpanan, pastikan setiap jenis daging 

berada dalam kemasan yang berbeda dan tertutup rapat. Bahkan daging 

ayam bisa disimpan selama 1 tahun ketika disimpan pada suhu -17 0C.

2. Penyimpanan Ikan dan Seafood 

Ikan merupakan bahan pangan yang cepat mengalami penurunan 

mutu dan kerusakan. Selain itu, beberapa jenis ikan juga memiliki aroma 

yang kuat. Agar kulkas tidak berbau ikan maka pastikan agar ikan berada 

dalam kemasan yang tertutup rapat. Untuk penyimpanan jangka pendek 

(tidak lebih dari 2 hari), maka ikan, udang, dan kepiting bisa disimpan 

dalam refrigerator yang mendekati suhu 00C. Untuk penyimpanan dalam 

waktu lama, sebaiknya ikan atau udang disimpan dalam freezer pada suhu 

-170C. Ikan beku yang telah dikeluarkan dari lemari es dan telah dicuci 

dengan air bersih pastikan untuk segera dimasak seluruhnya. Jangan 

pernah membekukan kembali sisa ikan yang telah dicuci. Hal ini untuk 

mencegah terjadinya pembusukan dan keracunan.

3. Penyimpanan Telur, Susu dan Produk Turunannya

Susu dan telur merupakan bahan pangan yang tinggi kandungan 

protein. Suhu penyimpanan yang tepat untuk kedua bahan pangan 

ini yaitu  pada rentang 4 – 10 0C.  Pada suhu ini mikroorganisme akan 

berhenti berkembang biak. Untuk penyimpanan telur, jika cangkang 

telur terlihat kotor maka sebaiknya dilakukan pencucian dengan air 

hangat (dengan cara mengelap cangkang telur dengan kain bersih yang 

telah dicelup dalam air hangat). Pencucian dilakukan untuk mencegah 

masukknya mikroorganisme dalam telur dan mencegah terjadinya 

kontaminasi dengan bahan pangan lainya. Setelah kering, telur bisa 

diletakkan dalam lemari es dalam kemasan karton. Kemasan karton akan 

mencegah penyerapan aroma lain dari bahan pangan kedalam cangkang 

telur. Untuk produk turunan susu seperti keju sebaiknya disimpan pada 

suhu penyimpanan sekitar 40C dalam kemasan yang tertutup rapat. Untuk 

ice cream harus disimpan dalam freezer dengan temperarur optimum 

penyimpanan -170C.

4. Penyimpanan Buah dan Sayur

Pilih buah dan sayur segar yang akan disimpan dalam lemari es dan 

dalam keadaan telah dicuci bersih dengan memakai  air dingin. Untuk 

pencucian akan lebih baik jika memakai  air yang mengalir. Pisahkan 

buah yang telah matang dari buah yang belum matang. Akan lebih baik jika 

buah yang telah matang untuk segera dikonsumsi. Meskipun setiap jenis 

buah maupun sayur memiliki suhu penyimpanan optimum yang berbeda 

beda, namun secara umum suhu penyimpanan buah dan sayur yaitu  

diantara 4 – 7 0C. Untuk memperpanjang masa simpan, sebaiknya ruang 

penyimpanan dipertahankan pada humiditas 90 -100%. Hal ini karena 

buah dan sayur memiliki kadar air yang tinggi. Untuk sayuran dari umbi - 

umbian seperti kentang, ubi jalar, bawang - bawangan sebaiknya disimpan 

pada suhu 10 - 15 0C dalam kemasan yang memiliki ventilasi udara. 

5. Penyimpanan Makanan Yang Telah Dimasak dan Makanan atau 

Minuman Dalam Kemasan Kaleng atau Botol

Untuk menyimpan makanan yang telah dimasak pastikan makanan 

ini  berada dalam kemasan tertutup. Sedangkan makanan atau 

minuman yang disimpan pada kaleng atau botol jangan disimpan dalam 

freezer. Hal ini akan memicu  cairan dalam kemasan akan membeku, 

volumenya akan bertambah. Jika volume pemuaian melebihi kapasitas 

maka kemasan akan pecah. Untuk buah dalam kaleng sebaiknya disimpan 

pada suhu 10 - 21 0C. Untuk sayuran beku letakkan pada freezer.

Bagaimana Mengatur Tata Letak Pada Kulkas?

Pengaturan tata letak kulkas penting kaitanya dengan umur 

simpan, keamanan pangan, dan kemudahan dalam mengakses isi dalam 

kulkas ini . ada  berbagai macam desain kulkas. Secara umum 

bagian atas kulkas yaitu  bagian yang paling dingin dan semakin kebawah 

semakin berkurang suhunya. Sedangkan bagian yang berada di pintu yaitu  

bagian yang paling hangat dibandingkan bagian yang lain. Menyadari 

variasi suhu para ruang kulkas anda tentu harus dimanfaatkan untuk 

dapat meletakkan bahan pangan sesuai suhu optimum penyimpanan dan 

karakteristik ketahanan termal bahan pangan.

Sebelum mengatur tata letak bahan pangan pada kulkas sebaiknya 

pisahkan tiap jenis bahan pangan dalam kemasan yang berbeda. Kemasan 

akan mencegah pangan tercecer, tumpah, mengalami kontaminasi silang 

dan terjadinya evaporative cooling (penguapan akibat pendinginan). Akan 

lebih baik jika kemasan dibuat tidak terlalu besar, sehingga menghindari 

buka dan tutup kemasan jika bahan pangan tidak langsung habis  

dikonsumsi. Membuka dan menutup kemasan akan membuat bahan 

pangan kontak dengan udara luar. Kondisi ini  bisa memicu  

penurunan mutu lebih cepat terjadi. Selain itu, penting untuk memberi 

label pada tiap kemasan. Label bisa berisi informasi nama bahan, tanggal 

pembelian atau tanggal expired date. 

 Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan ketika 

menyimpan bahan pangan dalam kulkas yaitu  mutu dan kemanan pangan 

(pastikan hanya menyimpan pangan yang masih bermutu tinggi sehingga 

meminimalisir adanya kontaminasi silang antar bahan pangan), suhu 

(letakkan bahan pangan sesuai dengan suhu optimal penyimpananya), 

humiditas (humiditas rendah memicu  bahan pangan dalam kulkas 

menjadi kering) dan karakteristik sifat kimia pangan (seperti kandungan 

etilen). Aturan tata letak pangan pada kulkas sesuai dengan kemampuan 

produksi etilen dan sensitifitas terhadap gas dapat dilihat pada Tabel 

4. Warna hijau menunjukkan bahwa pangan dapat disimpan dalam 

kombinasi dengan kategori warna apapun, warna pink menunjukkan agar 

pangan jangan disimpan dengan warna orange dan kuning dan warna 

orange menunjukkan bahwa pangan akan mempercepat pematangan 

saat disimpan dengan warna orange dan kuning


ada  beberapa makanan yang sebaiknya tidak disimpan dalam 

kondisi beku. Jika pangan ini  disimpan dalam kondisi beku maka 

pangan akan menjadi rusak. Sebagai contoh:

1. Telur rebus - putih telur akan menjadi keras dan sangat kenyal seperti 

karet

2. Mayonnaise dan salad dressing  –  akan terjadi pemisahan tahap 

3. Salad sayur  –  kerenyahan akan hilang dan memicu  off flavor

4. Cream pie filling dan custard - akan terjadi pemisahan tahap  dan 

menjadi berair

5. Kentang segar  –  akan menjadi lebih gelap dan terjadi perubahan 

tekstur

6. Bawang putih dan bawang merah segar – akan memunculkan aroma 

yang kuat

Batas Waktu Penyimpanan 

 Semua bahan pangan baik pangan segar maupun pangan olahan 

memiliki batas waktu penyimpanan. Sebagian konsumen, membeli 

pangan segar maupun olahan untuk langsung dikonsumsi, namun ada 

juga untuk persediaan, ada juga yang melakukan pembelian untuk dijual 

kembali. Untuk itu, nilai umur simpan menjadi sangat penting karena 

bisa dipakai  sebagai petunjuk bagi konsumen seberapa lama produk 

ini  dapat disimpan sebelum produk mengalami penurunan mutu. 

Tiap jenis pangan memiliki rentang umur simpan yang berbeda beda, 

terhitung sejak produk selesai diproduksi dan siap untuk dipasarkan. 

 Meskipun industri pengolahan pangan telah menerapkan sistem 

jaminan mutu pangan yang baik, namun semua pihak yang terlibat  

dari proses produksi, distribusi hingga konsumsi memiliki peran dan 

pengaruh dalam mempertahankan umur simpan. Setelah produk pangan 

diluncurkan oleh produsen, maka nilai umur simpan akan dipengaruhi 

oleh pihak diluar produsen. Umur simpan pangan yang sudah ditampilkan 

pada kemasan bisa saja mengalami perubahan karena kondisi lingkungan 

atau penanganan yang kurang tepat yang berakibat pada terjadinya 

penurunan mutu, kerusakan pangan atau bahkan terjadinya kontaminasi. 

 Panjangnya umur simpan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: 

karakteristik pangan segar, jenis komposisi bahan baku pembuatan (untuk 

pangan olahan), proses penanganan dan pengolahan selama produksi, 

jenis kemasan dan bagaimana produk ini  disimpan. Secara umum, 

ada  tiga pilihan ruang penyimpanan bahan pangan. Penyimpanan 

pangan segar maupun pangan olahan bisa dilakukan pada suhu ruang, 

ruang refrigerator atau dalam freezer. Rekomendasi ruang penyimpanan 

dan waktu maksimal penyimpanan berbagai jenis pangan dapat dilihat 

pada Tabel 5.  


Bagaimana Jika Tiba Tiba Refrigerator atau Freezer 

Kehilangan Daya?

Kunci dari penyimpanan rendah yaitu  mempertahankan pangan 

agar tetap berada pada suhu rendahnya. Bagimana jika tiba-tiba terjadi 

mati listrik, apa yang sebaiknya segera dilakukan? Pertama jangan buka 

refrigerator atau freezer sebelum ada rencana. Refrigerator umumnya 

dilengkapi dengan insulator, sehingga suhu masih bisa dipertahankan 

dalam beberapa waktu sesudah  kehilangan daya. Kurangi aktifitas 

membuka dan menutup refrigerator. Pastikan untuk mengetahui kondisi 

dan isi dalam refrigerator atau freezer. Untuk bahan pangan dalam 

freezer, bahan pangan akan tetap membeku maksimal 2 hari, dengan 

syarat pangan berada dalam kemasan tertutup rapat tanpa ruang tersisa. 

Jika pangan berada dalam kemasan yang tidak terisi penuh, maka pangan 

tidak akan mampu bertahan lebih dari satu hari.

ada  beberapa hal yang harus diperhatikan untuk 

mengantisipasi jika peralatan penyimpan suhu rendah mengalami 

kehilangan daya. Pertama, usahakan untuk menyetel suhu refrigerator 

pada suhu paling tinggi 4°C dan freezer pada suhu -18°C atau lebih dingin. 

Kedua, pastikan untuk selalu menyediakan termometer untuk mengecek 

suhu refrigerator dan freezer. Ketiga, untuk berjaga sediakan kotak 

pendingin/ cooler box yang dilengkapi dengan media pendingan untuk 

menjaga pangan tetap dingin jika listrik mati lebih dari 4 jam. Keempat, 

usahakan untuk tidak membuka freezer. Kelima, jika pangan telah 

mengalami thawing dan berada pada suhu ruang selama 2 jam atau lebih 

harus maka lakukan pengecekan apakah terjadi kerusakan pada pangan 

sebelum pangan kembali diletakkan dalam ruang pendingin.

Seberapa Sering Kulkas dan Freezer Harus Dibersihkan?

Idealnya kulkas dibersihkan bagian dalamnya setiap 10 hari 

atau 2 minggu, terutama bagian freezer. Kebersihan freezer dapat selalu 

dijaga dengan melakukan beberapa hal berikut: 1) Lakukan pengecekan 

setiap hari dan pastikan penempatan pangan harus rapi dan bersih, 2) 

Lakukan pengecekan masa kedaluwarsa pangan, maksimal tiap satu 

bulan, 3) Lakukan pembersihan rutin maksimal satu tahun sekali. Langkah 

langkah pembersihan bisa dilakukan dengan beberapa tahap. Pertama, 

matikan daya freezer. Kedua, keluarkan isi dan rak-rak dalam freezer. 

Rak rak ini  bisa bersihkan dengan cara merendam dalam larutan 

2 sendok makan baking soda untuk dalam satu liter air hangat. Setelah 

itu, keringkan rak-rak ini  dan susun kembali dalam freezer. Ketiga, 

bersihkan bagian dalam freezer dengan larutan 2 sendok makan baking 

soda dalam satu liter air panas. Kemudian bilas dengan kain basah dan 

keringkan dengan kain/ handuk bersih. Pastikan untuk tidak memakai  

sabun, deterjen atau bahan abrasif untuk membersihkan freezer. Sabun 

atau deterjen bisa memicu  timbulnya bau yang akan diserap oleh 

makanan. Sedangkan pemakaian  pembersih abrasif seperti amonia atau 

pemutih bisa memicu  timbulnya goresan, retak, atau menghitamkan 

permukaan freezer.


Meskipun penyimpanan pangan pada suhu rendah mampu 

menghambat aktivitas enzim dan mikroorganisme, namun jika 

pendinginan atau pembekuan tidak dilakukan dengan tepat akan 

berakibat pada peningkatan resiko kontaminasi mikroorganime dan 

berbagai perubahan sifat fisik, kimia maupun atribut sensori yang tidak 

dikehendaki. Penanganan yang tepat pada saat sebelum dan sesudah  

proses penyimpanan suhu rendah seperti: pencucian, pendinginan awal,  

blansing, pengemasan dan thawing diharapkan mampu meminimalisir 

terjadinya penurunan mutu pangan dan mengurangi potensi resiko 

adanya aktivitas mikroorganisme yang membuat pangan menjadi tidak 

aman untuk dikonsumsi.

Pembersihan

Bahan pangan sebagai bahan baku dalam proses pengolahan 

pangan atau sebagai bahan pangan segar yang bisa langsung dikonsumsi 

sebaiknya dicuci terlebih dahulu sebelum diproses lanjut. Proses pencucian 

dilakukan untuk menghilangkan kontaminan yang berasal dari zat yang 

berbahaya. Penghilangan kontaminan pada bahan baku sangat penting 

untuk menghindari terjadinya resiko kontaminan pada produk akhir yang 

dihasilkan seperti mikroorganisme patogen maupun residu pestisida. 

Kontaminan ini  mungkin berasal dari proses penanganan pada saat 

budidaya (dari air irigasi, pupuk kandang, kontaminasi dari hewan liar atau 

hewan piaraan, pupuk kimia atau pestisida kimia), penanganan pada saat 

pemanenan, penanganan pada saat pengangkutan hingga penanganan 

pada saat penyimpanan sementara. 

Secara umum, metode pembersihan dikelompokkan menjadi 

metode kering dan basah. Pembersihan dengan metode kering bisa 

dilakukan dengan screening/ pengayakan, pembersihan dengan 

memakai  udara (aspiration cleaning), pembersihan dengan magnetik, 

atau pembersihan dengan elektrostatik. Sedangkan pembersihan dengan 

metode basah dapat dilakukan dengan perendaman, pencucian semprot 

(spray washing), flotation washing, pembersihan ultrasonik, atau 

pembersihan dengan memakai  ozon. Pemilihan metode pembersihan 

sangat ditentukan oleh karakteristik bahan pangan yang akan dibersihkan.

Pendinginan Awal

Setelah proses pemanenan, pangan segar seperti buah dan sayur 

berada pada suhu tinggi. Jika pemanenan tidak selesai dipagi hari dan 

berlangsung hingga siang, maka suhu pangan segar bisa mencapai suhu 

40oC. Pada suhu ini  kecepatan respirasi menjadi tinggi dan berakibat 

pada kecepatan penurunan mutu. Untuk mengurangi proses respirasi, 

sebaiknya dilakukan pendinginan awal (precooling) segera sesudah  

pemanenan.

Pre-cooling yaitu  unit proses yang dilakukan melalui pendinginan 

cepat dengan tujuan untuk menurunkan suhu buah dan sayur sebelum 

 

masuk suhu penyimpanan lebih lanjut. Semakin cepat suhu bahan turun, 

maka umur simpan akan semakin lama. Penurunan suhu yang cepat 

menciptakan kondisi yang tidak menguntungkan untuk pertumbuhan 

mikroorganisme termofilik dan mesofilik. Pre-cooling yang tepat juga dapat 

mengurangi respirasi bahan, memperlambat laju akumulasi dan konsumsi 

zat energi pada proses aktivitas jaringan tanaman. Sebagai hasilnya, proses 

pematangan buah dapat ditunda dan karakteristik sensori seperti tekstur, 

warna, maupun rasa dapat dipertahankan lebih lama. Proses pre-cooling 

dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya yaitu: pre-cooling 

dengan memakai  air dingin (hydro-cooling), udara dingin (forced-air 

cooling), room cooling, vacuum cooling, dan package icing.

Blansing

Selain pencucian, proses blansing juga umum dilakukan pada 

buah atau sayur yang akan dibekukan. Blansing yaitu  perlakuan panas 

sedang secara cepat dengan suhu berkisar 75 - 95oC dan waktu tertentu 

berkisar 1 - 15 menit dengan tujuan untuk menginaktivasi enzim - enzim 

oksidatif pemicu  turunnya mutu bahan pangan. Besarnya suhu dan 

waktu biasanya ditentukan oleh karakteristik produk dan jenis enzim yang 

akan diinaktivasi. ada  beberapa jenis enzim yang bertanggungjawab 

terhadap perubahan pangan yang tidak diblansing. Enzim Lipoxydenases, 

lipases, dan proteases memicu  timbulnya off flavor. Enzim pectic dan 

cellulases memicu  perubahan tekstur. Enzim polyphenol oxidase, 

chlorophyllase, dan peroxidase memicu  perubahan warna. Enzim 

ascorbic acid oxidase, dan thiaminase memicu  perubahan zat gizi.

Selain untuk inaktivasi enzim, blansing juga memiliki beberapa 

fungsi diantaranya: mengurangi mikroba dalam bahan, dapat mengurangi 

residu pestisida, mengeluarkan udara dalam jaringan tanaman sehingga 

meminimalisir terjadinya reaksi oksidatif, dan membersihkan permukaan 

bahan.

ada  beberapa faktor yang mempengaruhi proses blansing, 

diantaranya yaitu  jenis dan karakteristik thermal bahan pangan, suhu 

dan waktu blansing, ukuran dan bentuk dari potongan bahan pangan, 


pemilihan metode blansing yang disesuaikan dengan karakteristik 

bahan pangan. Secara umum ada  empat metode untuk blansing, 

diantaranya: blansing dengan air panas (hot water blanching), blansing 

dengan uap panas (steam blanching), blansing dengan gelombang mikro 

(microwave), dan blansing dengan hambatan listrik (Ohmic blanching). 

Persiapan untuk pembekuan berbagai sayuran dapat dilihat pada Tabel 6.


Pengemasan

Baik pangan segar maupun pangan olahan sebaiknya dikemas 

untuk melindungi pangan. Kemasan sangat berperan dalam menjamin 

mutu pangan sebelum masa kedaluarsanya. Saat ini telah banyak jenis 

kemasan pangan, seperti plastik, kertas/ karton, logam, dan lain-lain. Tiap 

jenis kemasan hanya akan sesuai untuk pangan tertentu, sebagai contoh 

untuk pangan beku, kemasan yang sesuai yaitu  plastik. Kemasan yang 

dipilih harus mampu melindungi pangan dari kehilangan air, masuknya air, 

mikroba dan kontaminan lain yang dapat mempengaruhi keamanan dan 

mutu pangan ini . 

Beberapa kriteria yang ditetapkan dalam pemilihan kemasan 

pangan beku diantaranya yaitu: memiliki daya tahan terhadap uap air dan 

embun, memiliki sifat penghalang (barrier properties) yang baik terhadap 

uap air dan udara, terbuat dari bahan-bahan yang tidak berbahaya ketika 

kontak dengan pangan, bersifat kuat dan tidak mudah bocor, mampu 

melindungi pangan dari bau atau aroma dari luar kemasan, mudah diisi 

dan di-seal.

Selain itu, ada  beberapa metode untuk memperpanjang 

umur simpan pangan olahan beku yang dikemas dengan plastik. Pertama, 

pangan beku langsung dikemas tanpa vakum. Jenis kemasan plastik 

bisa berupa PET/adh/LLDPE, PET/PE/LLDPE. Kedua, kemas pangan beku 

(seperti olahan ikan dan daging) dalam kemasan vakum. Jenis kemasan 

yang dipakai  bisa berupa Ny/adh/LLDPE atau Ny/PE/LLDPE. Ketiga 

yaitu  Boil in bag. ada  beberapa jenis pangan olahan beku yang siap 

untuk langsung dimakan (Ready to eat - RTE). Pangan beku dapat dimasak 

dalam kemasan primernya. Contoh jenis kemasan yang bisa dipakai  

yaitu  Ny/adh/LLDPE atau PET/adh/LLDPE.

Sediakan Ruang Kosong Dalam Wadah Penyimpanan

Untuk bahan pangan yang mengembang saat membeku, maka 

sediakan sejumlah ruang pada bagian atas kemasan untuk memberikan 

ruang pada saat terjadi pemuaian bahan akibat pembekuan. Seberapa 

besar ruang kosong yang perlu disediakan dapat dilihat pada Tabel 7.



Thawing

Suatu ketika anda ingin memasak untuk makan malam dengan 

daging yang telah anda simpan dalam freezer, namun anda belum sempat 

untuk mencairkan (thawing) daging ini . Kemudian anda langsung 

masak daging ini  yang masih dalam keadaan beku. Apakah hal 

ini  aman untuk bahan pangan anda? 

Meskipun memasak dengan cara ini bisa dilakukan, namun waktu 

memasak akan membutuhkan waktu 50% lebih lama dibanding bahan 

pangan yang telah dicairkan (di thawing). Thawing didefinisikan sebagai 

proses pencairan produk beku sebelum dimasak atau dipakai  dalam 

proses produksi. Selain itu, memasak pangan beku secara langsung akan 

membuat makanan terlihat matang diluar namun bisa jadi belum matang 

dibagian dalam. Jika hal ini terjadi maka bakteri yang berbahaya mungkin 

saja akan tumbuh dan tertinggal dibagian tengah bahan pangan. Sebaiknya 

lakukan proses thawing sebelum memasak bahan pangan beku. Dan 

pastikan proses thawing telah terjadi sepenuhnya. Lakukan pengecekan 

apakah bahan pangan telah mencair, baik dari permukaan terluar hingga 

bagian pusat bahan pangan. Jika proses thawing tidak memungkinkan 

dilakukan dengan cepat, sebaiknya mengganti menu makanan dengan 

bahan pangan lain yang siap untuk dimasak.

Untuk sayur beku, bisa dimasak tanpa dilakukan proses thawing. 

Jika diperlukan proses thawing sayuran sebaiknya dilakukan dengan 

memakai  microwave.  Dan pastikan agar segera memasak sayur 

ini  dan hindari memasak sayur hingga over cook, cukup sampai 

lunak. Beberapa pangan beku telah dilengkapi keterangan metode 

thawing yang bisa dilakukan. Secara umum, ada  tiga metode untuk 

mencairkan pangan beku:

1. Thawing Dalam Refrigerator

Kunci pemakaian  thawing dalam refrigerator yaitu  perencanaan. 

Hal ini karena thawing dalam refrigerator membutuhkan waktu yang 

cukup lama. Sebagai contoh, untuk satu sekitar dua kg daging sapi atau 

daging ayam, anda membutuhkan waktu thawing setidaknya 24 jam. 

Setelah proses thawing, beberapa produk seperti daging sapi, daging 

ayam maupun seafood seharusnya akan tetap aman dan dalam mutu 

yang baik setidaknya 1-2 hari sebelum dimasak. Proses thawing dengan 

metode ini dianggap yang paling aman karena bahan pangan tetap berada 

pada suhu rendah.

2. Thawing Dalam Air Dingin

Proses thawing dengan air dingin dilakukan dengan merendam 

pangan beku yang tertutup rapat dalam air dingin. Air harus diganti 

setiap 30 menit akan proses pencairan terus berlangsung. Selain metode 

perendaman, metode ini juga bisa dilakukan dengan memakai  air 

yang mengalir. Metode thawing dalam air dingin lebih cepat dibanding 

thawing dalam refrigerator namun membutuhkan beberapa perlakuan 

khusus. Untuk thawing sekitar 0,5 kg daging ayam atau seafood dibutuhkan 

waktu satu jam atau kurang. Bahan pangan harus berada dalam kemasan 

yang tertutup rapat dan tidak tembus air. Jika air masuk kedalam kemasan 

maka akan berpotensi memicu  kontaminasi pada bahan pangan 

baik dari air maupun udara disekitar. Selain itu, daging akan menyerap air 

dan memicu  produk menjadi lebih berair. Segera sesudah  thawing 

dengan metode ini, bahan pangan harus segera dimasak sebelum kembali 

membeku. 

 

3. Thawing Dalam Microwave

Metode thawing dalam microwave yaitu  metode yang paling cepat 

dan sangat tepat dilakukan untuk bahan pangan beku yang ingin segera 

dimasak. Hal ini karena thawing dalam microwave memicu  bahan 

pangan akan menjadi lebih hangat. Jika tidak segera dimasak maka akan 

memicu  bahan pangan berada pada suhu “danger zone” (4.4 oC 

– 60 oC) dimana mikroorganisme bisa tumbuh dengan cepat pada suhu 

ini . Hal ini  juga menjadi dasar mengapa sebaiknya kita tidak 

melakukan proses thawing pada suhu ruang. Bahan pangan yang telah di 

thawing dalam microwave harus segera dimasak seluruhnya, sebaikanya 

tidak disisakan untuk kemudian dibekukan lagi.

Apakah Makanan Beku Yang Telah Di Thawing Bisa Dibekukan Lagi?

Bahan pangan yang telah di thawing bisa dibekukan lagi selama 

bahan pangan ini  belum di masak. Dengan catatan proses thawing 

dilakukan didalam refrigerator. Hanya saja bahan pangan pasti akan 

mengalami penurunan kualitas. Jangan pernah membekukan kembali 

bahan pangan yang telah dithawing dengan air dingin atau microwave. 

Meskipun bahan pangan yang telah dithawing dengan air dingin atau 

microwave masih nampak memiliki mutu yang baik untuk bisa dibekukan 

lagi, namun potensi tumbuhnya mikroorganisme pada saat proses 

thawing bisa memicu  bahan pangan menjadi tidak aman untuk 

dikonsumsi. Selain itu, jangan pernah membekukan kembali es krim yang 

telah mencair.


PERUBAHAN SELAMA 

PENYIMPANAN SUHU 

RENDAH

Sebagaimana telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, 

penyimpanan suhu rendah secara umum bertujuan untuk memperpanjang 

umur simpan pangan dengan cara memperlambat aktivitas enzimatis 

dan/ atau mikroba. Mutu pangan tidak hanya dilihat dari aspek bebas 

mikroba namun juga dilihat dari kualitas zat gizi dan atribut sensori yang 

menyertainya. Memperpanjang umur simpan bukan berarti meniadakan  

perubahan pada sifat fisik dan kimia pangan. Penyimpanan pada suhu 

rendah, baik kondisi dingin (chilled) atau pun beku (frozen), justru dapat 

menimbulkan beberapa dampak perubahan pada pangan yang perlu 

diantisipasi dan dikendalikan untuk menghindari kondisi yang tidak 

diinginkan. 


Perubahan Kadar Air dan Tekstur

Penyimpanan pangan pada suhu beku umumnya berada di 

bawah suhu -20oC. Berbeda dengan penyimpanan pangan pada suhu 

dingin, penyimpanan beku dapat memperpanjang umur simpan pangan 

hingga beberapa bulan. Hal ini cukup menguntungkan dan memudahkan 

bagi penjual pangan dan konsumen. Namun, penyimpanan beku juga 

memiliki konsekuensi penurunan mutu pangan yang perlu diantisipasi 

dan dikendalikan, khususnya pada bahan pangan segar. 

Mutu bahan pangan segar yang dibekukan sangat dipengaruhi 

oleh kristal es yang terbentuk pada proses pembekuan. Pembekuan yang 

berlangsung lambat akan membentuk kristal es berukuran besar di ruang 

ekstraseluler. Ukuran kristal es yang besar akan merusak struktur mikro 

bahan pangan sehingga dapat berdampak kepada perubahan sifat fisik 

dan kimia bahan pangan, seperti perubahan warna menjadi lebih gelap, 

pelunakan jaringan pada sayuran dan buah, penurunan daya ikat air dan 

mengerasnya tekstur pada daging, dan bahkan penyimpangan flavor. 

Kerusakan struktur sel akibat pembekuan yaitu  hal yang kompleks karena 

melibatkan beberapa hal sekaligus, di antaranya yaitu  depolimerisasi 

dinding sel, pecahnya membran sel, serta perubahan tekanan osmosis. 

Selain itu, pembekuan juga dapat memicu  kerusakan struktural 

akibat pembentukan kristal es, terutama kristal es intraseluler kecil yang 

dibentuk oleh laju pembekuan yang sangat cepat.

Masalah yang sering dihadapi dalam penyimpanan suhu rendah 

yaitu  kehilangan berat dan perubahan penampilan bahan pangan. 

Pangan dalam bentuk padat dan semi - padat dengan kadar air tinggi 

yang disimpan dalam ruang pendingin sangat rentan terhadap perubahan 

tekstur. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika pangan tidak dilapisi 

oleh kemasan pelindung. Bahan pangan segar dari golongan tanaman, 

seperti sayuran dan buah memiliki tekstur renyah yang khas. Tekstur 

renyah ini  merupakan kontribusi dari adanya tekanan turgor pada 

dinding sel tanaman yang mengandung air. Kadar air pada sayuran dan 

buah segar umumnya berkisar antara 70 hingga 90%. Perubahan tekstur 

yang dimaksud yaitu  penurunan mutu sebagai akibat dari kehilangan air 

di bagian permukaan bahan pangan.  

Pada penyimpanan dalam ruang pendingin, bahan pangan segar 

terpapar oleh pergerakan udara dingin dengan kelembapan yang relatif 

rendah. Hal ini memicu adanya selisih tekanan uap air pada bahan 

pangan dengan udara di sekitar pangan. Dengan demikian, transfer massa 

air dari permukaan bahan pangan ke udara terjadi dan memicu 

kehilangan air (moisture loss) di bagian permukaan bahan pangan. Sayuran 

dan buah yang kehilangan air juga akan mengalami penurunan tekanan 

turgor di tingkat sel serta memicu  penurunan mutu sayuran dan 

buah sehingga terlihat layu, tekstur melunak, dan kehilangan bobot. 

Selain sayuran dan buah, bahan pangan segar hewani seperti 

daging dan ikan segar yang disimpan dalam suhu dingin juga memiliki 

resiko perubahan tekstur karena memiliki kadar air yang juga tinggi, di 

kisaran 65 - 80%. Kehilangan air di bagian permukaan juga terjadi pada 

bahan dan produk pangan dalam bentuk padat dan semi - padat lainnya 

yang memiliki kadar air relatif tinggi. Hal ini memicu  pengeringan 

sebagian dan memperkeras tekstur bahan dan produk pangan di bagian 

permukaan. 

Selain pada pangan nabati, proses pendinginan dan pembekuan 

dapat mempengaruhi tingkat keempukan (tenderness) daging. 

Pendinginan berfungsi untuk mencegah pemendekan otot segera sesudah  

penyembelihan. Dengan penanganan yang tepat, keempukan daging 

dapat dipertahankan dengan baik selama masa penyimpanan dingin/ 

beku. Sebaliknya penanganan yang tidak tepat dapat memicu  

penurunan kualitas daging, contohnya pemotongan daging sebelum 

tenderization yang cukup dapat memicu  daging menjadi keras/ alot. 

Faktor yang mempengaruhi kualitas hasil pendinginan dan pembekuan 

daging diantaranya yaitu  lama penyimpanan dingin (aging) sebelum 

pembekuan dan kemasan daging. 

Daging yang tidak dikemas atau dikemas dengan buruk saat 

pembekuan dapat memicu  ‘freezer-burn’ yaitu pengeringan pada 

jaringan permukaan yang menghasilkan lapisan spons kering yang tidak 

menarik dan tidak dapat pulih sesudah  proses pencairan (thawing). Selain 

itu pengemas yang baik juga dapat mengurangi terjadinya desikasi, 


dehidrasi dan oksidasi lemak. Dengan demikian mutu daging beku dapat 

dipertahankan.

Perubahan Zat Gizi

Laju kehilangan vitamin pada buah dan sayur bergantung pada 

suhu penyimpanan dingin. Kehilangan vitamin C (ascorbic acid) terjadi 

selama freezing dan frozen storage. Beberapa hal yang berpengaruh 

terhadap hilangnya vitamin C yaitu  kondisi blansing, metode pembekuan, 

tipe/ jenis kemasan, dan kondisi waktu maupun suhu penyimpanan. 

Kehilangan vitamin C disebabkan oleh oksidasi ascorbic acid. Untuk buah 

dan sayur yang mengandung pigmen chlorophylls, kehilangan vitamin C 

terjadi seiring terjadinya kerusakan pigmen ini . Sedangkan kehilang 

vitamin B umumnya terjadi pada produk unggas.

Secara umum penyimpanan tepat diatas titik beku untuk buah 

atau sayuran dapat menghambat respirasi dan transpirasi, serta dapat 

mempertahankan kandungan vitamin. Selain itu pengendalian kelembaban 

ruang penyimpanan juga mampu mencegah terjadinya pelayuan dan 

mempertahankan kerenyahan bahan pangan. Beberapa bahan pangan 

dapat mengalami penurunan zat gizi yang drastis selama penyimpanan 

dingin, untuk meminimalisir penurunan zat gizi selama penyimpanan 

dingin dapat ditambahkan proses blansing sebelum penyimpanan dingin. 

Pada produk pangan hewani, perubahan zat gizi umumnya terjadi 

pada kandungan proteinnya. Untuk daging, lama pelayuan menjadi faktor 

yang berpengaruh terhadap penurunan kandungan protein daging sapi. 

Karena denaturasi protein merupakan perubahan intramuskular yang 

disebabkan hidrolisis rantai peptida maka tidak akan mempengaruhi 

jumlah protein daging. Namun demikan denaturasi protein ini tidak 

berdampak pada perubahan jumlah protein, namun memberi pengaruh 

terhadap penampakan dan kualitas daging. 

Perubahan Sifat Reologi

Perubahan selama penyimpanan dingin juga dapat terjadi pada 

pangan yang memiliki sifat reologi tertentu baik dalam bentuk semi - 

padat atau pun cair. berdasar  permodelan yang dikembangkan oleh 

 

Arrhenius, diketahui bahwa viskositas (kekentalan) zat cair berbanding 

terbalik dengan suhu, maka penyimpanan suhu dingin berdampak kepada 

meningkatnya viskositas zat cair. Di samping itu, viskositas pangan semi 

- padat dan cair juga semakin meningkat karena terjadinya kehilangan 

air pada pangan cair yang terpapar dengan udara selama penyimpanan 

dingin. Migrasi air dari dalam matriks pangan ke udara akan meningkatkan 

konsentrasi total padatan dalam pangan sehingga viskositas pangan 

akan semakin meningkat. Contoh lain mengenai pengaruh suhu rendah 

terhadap sifat reologi pangan yaitu  pada mentega dan margarin yang 

merupakan pangan semi - padat dengan kadar lemak jenuh yang tinggi. 

Mentega dan margarin umumnya dapat dioleskan dengan mudah pada 

suhu ruang. Penyimpanan pada suhu dingin memicu  perubahan 

sifat reologi mentega dan margarin sehingga sulit untuk dioleskan 

sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, mentega dan margarin yang baru 

dikeluarkan dari penyimpanan dingin memerlukan waktu untuk mencapai 

suhu yang lebih tinggi sehingga dapat dipakai  dengan mudah.

Perubahan Warna, Rasa, Aroma dan Flavor

Penyimpanan dingin tidak selalu dapat memperpanjang umur 

simpan bahan pangan. Beberapa jenis sayuran dan buah segar tropis 

mengalami perubahan fisik yang tidak diinginkan jika disimpan pada suhu 

dingin di atas suhu beku dan di bawah suhu di mana terjadinya kerusakan 

fisiologis. Kerusakan ini dikenal sebagai chilling injury dan dapat terlihat 

dari perubahan terhadap warna, tekstur, dan aroma buah. Jaringan 

tanaman menjadi lebih peka pada suhu di bawah 15 oC. Gejala yang timbul 

akibat chilling injury bisa bervariasi tergantung pada komoditasnya dan 

suhu ruang penyimpanannya. Jika bahan pangan disimpan dibawah suhu 

kritis penyimpanan maka akan mengalami beberapa gejala chilling injury. 

Gejala akan lebih cepat dan banyak terjadi ketika pangan disimpan jauh 

dibawah suhu kritisnya. Gejala yang paling umum sebagai akibat chilling 

injury yaitu  terbentuknya bintik - bintik pada kulit. Bintik ini  

muncul sebagai akibat rusaknya sel - sel di bawah permukaannya. 

Salah satu contoh gejala chilling injury yang paling sering 

ditemukan yaitu  pada buah pisang yang disimpan pada suhu dingin. 

Pisang yaitu  buah klimakterik dengan aktivitas respirasi yang terus 

berlangsung sesudah  dipanen. Respirasi pisang berperan dalam proses 

pematangan buah. Mekanisme terjadinya chilling injury terjadi melalui 

beberapa kemungkinan yang sangat terkait dengan aktivitas respirasi 

pada penyimpanan dingin, yaitu kelebihan jumlah spesies oksigen radikal 

yang diproduksi oleh pisang, dan oksidasi enzimatis senyawa fenolik oleh 

enzim polyphenoloxidase. Spesies oksigen radikal yang terakumulasi 

berdampak kepada perubahan struktur membran sel dan meningkatnya 

oksidasi lemak pada membran. Sedangkan oksidasi enzimatis memicu 

terbentuknya senyawa pigmen berwarna coklat atau hitam. Kehilangan 

air akibat evaporative cooling juga memicu  terjadinya perluasan 

bintik-bintik ini . 

Secara umum, perubahan warna pada buah dan sayuran 

dipengaruhi oleh tiga hal, diantaranya: perubahan pigmen (chlorophylls, 

anthocyanins, carotenoids), terjadinya enzymatic browning, atau 

kerusakan sel chloroplasts dan chromoplasts. Proses pemanasan, 

pembekuan dan thawing bisa memicu  cell disintegration, pigment 

degradation, dan isomerisasi carotenoids. Selain itu proses pembekuan 

juga memicu  perubahan chlorophylls menjadi pheophytins yang 

memicu  pudarnya warna hijau dan turunnya kandungan vitamin.

Pendinginan dan pembekuan bisa memicu  perubahan 

warna dan tampilan daging, warna daging beku dapat bervariasi sesuai 

dengan kecepatan pembekuan. Warna daging akan memudar atau 

berwarna cokelat gelap sesudah  proses pencairan (thawing) hal ini 

disebabkan karena oksidasi oksimoglobin pada permukaan daging.

Aroma dan rasa pada buah dan sayur dapat terpengaruh secara 

signifikan ketika pendinginan awal maupun penyimpanan dingin. Sebagai 

contoh, jagung manis yang disimpan pada suhu 10oC mengalami penurunan 

rasa manis (sweetness) sebanyak 16%, sementara ketika disimpan pada 

suhu 0oC kehilangan sweetness kurang dari 4%. Meskipun pembekuan 

dapat mencegah dari reaksi kimia namun tidak dapat mencegah oksidasi 

lipid dan denaturasi protein.  Pembekuan juga memicu  terjadinya 

perubahan aroma dan terbentuknya off flavor pada strawberi. Penurunan 

90 

aroma disebabkan karena dekomposisi dan difusi senyawa esters 

sedangkan off flavor terjadi karena terbentuknya senyawa H


S selama 

pembekuan.

Penyimpanan beku dapat memicu  perubahan rasa dan bau pada 

daging dan ikan, hal ini disebabkan oleh adanya oksidasi lipid (lemak), atau 

disebut ketengikan oksidatif, yang menghasilkan rasa “tengik” yang tidak 

dapat diterima. Reaksi ini terjadi akibat adanya reaksi oksigen dengan 

lemak yang merupakan proses autokatalitik. Pembekuan memicu  

konsentrasi zat terlarut meningkat, hal ini akan memicu  konsentrasi 

zat terlarut meningkat dan akan mempercepat terjadinya reaksi oksidasi. 

Degradasi lemak akan memicu  timbulnya flavor yang tidak diinginkan 

akibat terbentuknya senyawa hydroperoxides, thiobarbituric acid, dan 

fatty acids. Proses ini dapat diperlambat pada daging beku jika oksigen 

benar-benar dihilangkan, dengan suhu penyimpanan sangat rendah yaitu 

di bawah - 60°C. Penyimpanan suhu rendah yang tidak tepat juga bisa 

memicu  terbebasnya metabolit seperti berbagai asam amino dan 

garam mineral dari sel dan bersama-sama dengan degradasi strukutur sel 

akan memicu  terbentuknya substrat yang baik untuk pertumbuhan 

mikroorganisme patogen terutama jamur. Sebagai akibatnya akan terjadi 

penyimpangan cita rasa atau bau yang tidak diinginkan. Jamur ini  

dapat timbul selama masa pemanenan, transportasi, dan pada waktu 

pemasaran.